Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EKONOMI SYARIAH

TEORI KOMSUMSI

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah

Ekonomi Syariah

Dosen Pengampu : Muhamad Lutfi Hakim. S.Si., MM

Disusun Oleh :

1. Istiqomah Nurul Yaqin (202492)


2. Salwa safira futri
3. Muhamad haqiqi Iqbal (2020030)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI TRIDHARMA


BANDUNG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum wr.wb

Alhamdulillah dengan segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah
dengan judul “ Teori Ekonomi ” untuk memenuhi nilai matakuliah ekonomi
Syariah.

Dengan diselesaikannya tugas makalah ini, kami harapkan dapat


memenuhi syarat penilaian tugas ekonomi syariah dan berguna untuk para
pembacanya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
pembuatan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberi
manfaat bagi para pembaca.

Wassalamu`alalikum wr.wb

Bandung, 03 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A, Latar Belakang

Konsumsi adalah kegiatan membeli barang dan jasa untuk memuaskan


keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran
konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang di lakukan oleh rumah tangga
untuk membeli berbagai kebutuhan dalam satu tahun tersebut. Pembelanjaan
masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang
lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi
untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan
barang konsumsi. Kegiatan produksi ada karena ada yang mengkonsumsi,
kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi, dan kegiatan produksi
muncul karena ada jarak antara konsumsi dan produksi. Banyak faktor yang
mempengaruhi seseorang dalam mengkonsumsi diantaranya pendapatan, tingkat
harga, tingkat bunga dan sebagainya. Pendapatan rumah tangga mempunyai
pengaruh besar terhadap tingkat konsumsi. Seiring dengan perkembangan
teknologi saat ini tingkat konsumsi di masyarakat juga dipengaruhi oleh
penggunaan kartu kredit yang dikeluarkan oleh bank. Jumlah penduduk juga akan
memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran
rata-rata seseorang atau keluarga relatif rendah. Perbandingan besarnya tambahan
pengeluaran konsumsi terhadap tambahan pendapatan adalah hasrat marjinal
untuk berkonsumsi (Marginal Propensity to Consume, MPC). Sedangkan
besarnya tambahan tabungan terhadap tambahan pendapatan dinamakan hasrat
marjinal untuk menabung (Marginal to Save, MPS). Pada pengeluaran konsumsi
rumah tangga terdapat konsumsi minimum bagi rumah tangga tersebut, yaitu
besarnya pengeluaran konsumsi yang harus dilakukan walaupun tidak ada
pendapatan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ini disebut pengeluaran
konsumsi otonom (outonomous consumtion). Keputusan rumah tangga
mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang
maupun jangka pendek. Keputusan konsumsi sangat penting untuk analisis jangka
panjang karena perannya dalam pertumbuhan ekonomi. Model pertumbuhan
Solow menunjukkan bahwa tingkat tabungan adalah determinan penting dari
persediaan modal dalam kondisi mapan dan tingkat kesejahteraan ekonomi.
Tingkat tabungan mengukur seberapa besar dari pendapatan generasi sekarang
disisihkan untuk generasinya sendiri dan generasi mendatang. Keputusan
konsumsi sangat penting untuk analisis jangka pendek karena perannya dalam
menentukan permintaan agregat. Konsumsi adalah dua pertiga dari GDP,
sehingga fluktuasi dalam konsumsi adalah elemen penting dari resesi ekonomi.
Dalam model IS-LM perubahan dalam rencana pengeluaran konsumen bisa
menjadi sumber guncangan terhadap perekonomian dan kecenderungan
mengkonsumsi marjinal adalah determinan dari pengganda atau multiplier
kebijakaan fiskal. Konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam
penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi yaitu PDRB, inflasi,
suku bunga simpanan. Seperti yang kita ketahui bahwa pendapatan, konsumsi dan
tabungan memiliki hubungan yang erat. Tabungan merupakan pendapatan
seseorang yang tidak dibelanjakan, tabungan sangat dipengaruhi oleh suku bunga.
Orang akan membuat lebih banyak tabungan apabila tingkat bunga tinggi karena
lebih banyak bunga yang akan diperoleh. Pada tingkat bunga yang rendah orang
tidak begitu suka membuat tabungan di bank karena mereka merasa lebih baik
melakukan pembelanjaan konsumsi daripada menabung dan sebaliknya apabila
suku bunga tinggi orang akan senang menabung/menyimpan uang di bank dengan
kompensasi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga mempunyai dua efek yaitu
efek substitusi (Substitution Effect) dan efek pendapatan (Income Effect). Efek
substitusi bagi kenaikan tingkat bunga adalah rumah tangga cenderung
menurunkan pengeluaran konsumsi dan menambah tabungan, sedangkan efek
pendapatan bagi kenaikan tingkat bunga adalah meningkatnya pengeluaran
konsumsi dan mengurangi tabungan. Efek totalnya tergantung dari mana efek
yang lebih kuat (dominan). Kenaikan tingkat bunga menghasilkan efek
pendapatan mungkin lebih kuat daripada efek substitusi, akibatnya rumah tangga
cenderung menambah pengeluaran konsumsinya. Sebaliknya bagi golongan
miskin, kenaikan tingkat bunga menghasilkan efek substitusi lebih kuat dari efek
pendapatan, sehingga pada kondisi ini rumah tangga cenderung akan menabung
lebih banyak. Jadi, secara teoritis tidaklah mudah membuktikan kenaikan tingkat
bunga menyebabkan seseorang melakukan konsumsi lebih banyak atau lebih
sedikit. Adanya inflasi maka harga semua barang mengalami kenaikan dan ini
akan mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat. “Karena inflasi sulit
diperkirakan dengan tepat, maka inflasi itu nambah ketidakpastian pada
kehidupan ekonomi. Laju inflasi yang sangat bervariasi mengakibatkan
ketidakpastian yang semakin besar.”1) Hal ini mendorong konsumen untuk
mengalihkan konsumsinya dari barang yang satu ke barang lainnya. Inflasi yang
tinggi akan melemahkan daya beli masyarakat terutama terhadap produksi dalam
negeri yang selanjutnya akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap nilai
mata uang nasional. Perkembangan konsumsi masyarakat di Indonesia dari tahun
1988 sampai dengan 1997 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Seiring
dari tahun ke tahun penduduk Indonesia selalu meningkat, kebutuhan masyarakat
atas barang dan jasa juga menunjukkan peningkatan. Pada pertengahan tahun
1997 sampai tahun 1998, konsumsi masyarakat di Indonesia mengalami
penurunan karena terjadi krisis moneter dan pada akhirnya berubah menjadi krisis
ekonomi yang menimbulkan konsekuensi terhadap ketidakstabilan perekonomian
Indonesia. Pertumbuhan ekonomi terhenti bahkan sempat mengalami
pertumbuhan negatif, nilai tukar bergejolak uang beredar tumbuh tidak terkendali.
Akibat krisis yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 adalah inflasi yang
meningkat tajam pada tahun 1998 yang mencapai angka 83,56%. Dari kejadian
tersebut berdampak pada melemahnya daya beli masyarakat karena pendapatan
masyarakat tetap sementara harga-harga barang dan jasa naik. Selain itu juga
tingkat suku bunga mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan

1
1) Lipsey et al…, Pengantar Makroekonomi, Jilid Kesatu, Edisi Kesepuluh, Cetakan
Pertama, Alih Bahasa: Jaka Wasana, Jakarta: Binarupa Aksara, 1995, hal.21
dengan tahun sebelumnya. Hal ini menimbulkan konsumsi masyarakat mengalami
penurunan, karena masyarakat lebih memilih menyimpan uangnya di bank dengan
kompensasi bunga dari pada konsumsi. Pada tahun 1999 laju inflasi di Indonesia
mulai terkendali. Upaya pemulihan kestabilan moneter melalui penetapan
kebijakan moneter ketat yang dibantu dengan upaya pemulihan kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan nasional mulai memberikan hasil yang positif.
Pada tahun 2000 sampai 2002, inflasi sempat mengalami kenaikan yang
bersumber dari nilai tukar yang bergejolak karena berbagai perubahan kondisi
sosial politik yang terjadi serta meningkatnya harga BBM dan barangbarang yang
dikendalikan oleh pemerintah sehubungan dengan dikuranginya subsidi. Suku
bunga mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Akibat dari
meningkatnya harga BBM, harga-harga kebutuhan pokok masyarakat juga ikut
naik. Pada tahun 2003 sampai tahun 2005 perekonomian indonesia mulai
membaik dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga sehingga pengeluaran
konsumsi masyarakat mulai menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan ekonomi saat ini bertumpu pada konsumsi karena peranan sektor
investasi dan ekspor mendorong pertumbuhan ekonomi.

B, Rumusan Masalah

1. Prinsip teori komsumsi


2. Teori komsumsi dalam ekonomi
3. Fungsi komsumsi agregat

C, Tujuan

1. Mengetahui prinsip ekonomi.


2. Memahami teori komsumsi dalam ekonomi.
3. Mengatahui fungsi komsumsi agregat,
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Komsumsi Dalam Syariah.

Menurut Mannan (2012: 101) ada lima prinsip dalam melakukan


kegiatan konsumsi yang dideskripsikan sebagai berikut: 2

1. Prinsip Keadilan
Syariat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai
mencari rezeki secara halal dan tidak dilarang hukum. Dalam soal
makanan dan minuman, yang terlarang adalah darah, daging binatang
yang telah mati sendiri, daging babi, daging binatang yang ketika
disembelih diserukan nama selain Allah. (QS. Al-Baqarah: 173)
2. Prinsip Kebersihan
Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an
maupun Sunnah tentang makanan. Harus baik atau cocok untuk
dimakan, tidak kotor ataupun menjijikkan sehingga merusak selera.
Karena itu, tidak semua yang diperkenankan boleh dimakan dan
diminum dalam semua keadaan. Dari semua yang diperbolehkan
makan dan minumlah yang bersih dan bermanfaat.
3. Prinsip Kesederhanaan
Prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makanan dan
minuman adalah sikap tidak berlebih-lebihan, yang berarti janganlah
makan secara berlebihan. Sebagaimana firman Allah yang artinya :

2
Pujiono, Arif. 2006. Teori Konsumsi Islami. www.slideshare.net/BrajaMas/faktor-
yangmempengaruhi-tingkat-konsumsi diakses tanggal 19 November 2011 pukul 07.00
wib).
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-
apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah
kamu melampaui batas.”
Arti penting ayat ini adalah kenyataan bahwa kurang makan dapat
mempengaruhi pembangunan jiwa dan tubuh, demikian pula bila perut
diisi secara berlebih-lebihan tentu akan ada pengaruhnya pada perut.
Praktik memantangkan jenis makanan tertentu dengan tegas tidak
dibolehkan dalam Islam.
4. Prinsip Kemurahan Hati
Dengan menaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa
ketika kita memakan dan meminum makanan halal yang disediakan
Tuhan karena kemurahan hati-Nya. Selama maksudnya adalah untuk
kelangsungan hidup dan kesehatan yang lebih baik dengan tujuan
menunaikan perintah Tuhan dengan keimanan yang kuat dalam
tuntutan-Nya, dan perbuatan adil sesuai dengan itu, yang menjamin
persesuaian bagi semua perintah-Nya. Hal tersebut tertuang dalam
firman Allah SWT berikut yang artinya:
Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang
berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu dan bagi
orang-orang dalam perjalanan.
5. Prinsip Moralitas
Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi
dengan tujuan terakhirnya, yakni untuk peningkatan atau kemajuan
nilai-nilai moral dan spiritual. Seseorang muslim diajarkan untuk
menyebut nama Allah sebelum makan dan menyatakan terima kasih
kepada-Nya setelah makan. Dengan demikian ia akan merasakan
kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi keinginan-keinginan fisiknya.
Hal ini penting artinya karena Islam menghendaki perpaduan nilai-
nilai hidup material dan spiritual yang berbahagia. Sebagaimana yang
telah Allah jelaskan dalam firman-Nya yang artinya:
Mereka bertanya kepadamu (Nabi) tentang khamar dan judi.
Katakanlah, ”pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya.”
B. Teori Komsumsi Dalam Ekonomi Syariah.

Dalam mendefinisikan konsumsi terdapat perbedaan di antara para

pakar ekonom, namun konsumsi secara umum didefinisikan dengan

penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam

ekonomi islam konsumsi juga memiliki pengertian yang sama, tapi

memiliki perbedaan dalam setiap yang melingkupinya. Perbedaan yang

mendasar dengan konsumsi ekonomi konvensional adalah tujuan

pencapaian dari konsumsi itu sendiri, cara pencapaiannya harus memenuhi

kaidah pedoman syariah islamiyyah. Pelaku konsumsi atau orang yang

menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya disebut

konsumen. Perilaku konsumen adalah kecenderungan konsumen dalam

melakukan konsumsi, untuk memaksimalkan kepuasannya. Dengan kata

lain, perilaku konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana

mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan,

mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Perilaku

konsumen (consumer behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih

di antara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan

sumberdaya (resources) yang dimilikinya. Konsumsi memiliki urgensi

yang sangat besar dalam setiap perekonomian, karena tiada kehidupan

bagi manusia tanpa konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi


mengarah kepada pemenuhan tuntutan konsumsi bagi manusia. Sebab,

mengabaikan konsumsi berarti mengabaikan kehidupan dan juga Dalam

sistem perekonomian, konsumsi memainkan peranan penting. Adanya

konsumsi akan mendorong terjadinya produksi dan distribusi. Dengan

demikian akan menggerakkan roda-roda perekonomian. Tujuan utama

konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana mengabaikan penegakan

manusia terhadap tugasnya dalam kehidupan. penolong untuk beribadah

kepada Allah. Sesungguhnya mengonsumsi sesuatu dengan niat untuk

meningkatkan stamina dalam ketaatan pengamdian kepada Allah akan

menjadikan konsumsi itu bernilai ibadah yang dengannya manusia

mendapatkan pahala. Sebab hal-hal yang mubah bisa menjadi ibadah jika

disertai niat pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah, seperti: makan, tidur

dan bekerja, jika dimaksudkan untuk menambah potensi dalam mengabdi

kepada Ilahi. Dalam ekonomi islam, konsumsi dinilai sebagai sarana wajib

yang seorang muslim tidak bisa mengabaikannya dalam merealisasikan

tujuan yang dikehendaki Allah dalam penciptaan manusia, yaitu

merealisasikan pengabdian sepenuhnya hanya kepadaNya sesuai dengan

firman Allah yang mengatakan bahwa yang artinya:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

menghamba kepada-Ku. (Q.S. Adz-Dzariyat: 56)3

Karena itu tidak aneh, bila islam mewajibkan manusia mengonsumsi apa

yang dapat menghindarkan dari kerusakan dirinya, dan mampu

melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dibebankan Allah kepadanya.


3
CV. Al-Hanan, Al-Qur’an Terjemahan Asbabun Nuzul, (Surakarta: Pustaka Al-Hanan,2009) h.75.
Pada dasarnya konsumsi dibangun atas dua hal, yaitu, kebutuhan (hajat)

dan kegunaan atau kepuasan (manfaat). Secara rasional, seseorang tidak

akan pernah mengonsumsi suatu barang manakala dia tidak

membutuhkannya sekaligus mendapatkan manfaat darinya. Dalam

prespektif ekonomi Islam, dua unsur ini mempunyai kaitan yang sangat

erat (interdependensi) dengan konsumsi itu sendiri. Mengapa demikian?,

ketika konsumsi dalam Islam diartikan sebagai penggunaan terhadap

komoditas yang baik dan jauh dari sesuatu yang diharamkan, maka,

sudah barang tentu motivasi yang mendorong seseorang untuk

melakukan aktifitas konsumsi juga harus sesuai dengan prinsip konsumsi

itu sendiri. Artinya, karakteristik dari kebutuhan dan manfaat secara tegas

juga diatur dalam ekonomi Islam.

1. Teori komsumsi menurut ilmuwan muslim.

Menurut Mannan, yang ditulis oleh Muhammad dalam bukunya

”Ekonomi Mikro Islam” (2005: 165): konsumsi adalah permintaan

sedangkan produksi adalah penyediaan/penawaran. Kebutuhan

konsumen, yang kini dan yang telah diperhitungkan sebelumya,

merupakan insentif pokok bagi kegiatankegiatan ekonominya sendiri.

Mereka mungkin tidak hanya menyerap pendapatannya, tetapi juga

memberi insentif untuk meningkatkannya.15 Hal ini berarti bahwa

pembicaraan mengenai konsumsi adalah penting. dan hanya para ahli

ekonomi yang mempertunjukkan kemampuannya untuk memahami

dan menjelaskan prinsip produksi maupun konsumsi, mereka dapat


dianggap kompeten untuk mengembangkan hukum-hukum nilai dan

distribusi atau hampir setiap cabang lain dari subyek tersebut. Menurut

Muhammad perbedaan antara ilmu ekonomi modren dan ekonomi

Islam dalam hal konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam

memenuhi kebutuhan seseorang. Islam tidak mengakui kegemaran

materialistis semata-mata dari pola konsumsi modren. Lebih lanjut

Mannan mengatakan semakin tinggi kita menaiki jenjang peradaban,

semakin kita terkalahkan oleh kebutuhan fisiologik karena faktorfaktor

psikologis. Cita rasa seni, keangkuhan, dorongan-dorongan untuk

pamer semua faktor ini memainkan peran yang semakin dominan

dalam menentukan bentuk lahiriah konkret dari kebutuhan-kebutuhan

fisiologik kita. Dalam suatu masyarakat primitif, konsumsi sangat

sederhana, karena kebutuhannya sangat sederhana. Tetapi peradaban

modren telah menghancurkan kesederhanaan manis akan kebutuhan-

kebutuhan ini.

2. Tujuan ekonomi dalam islam

Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana

penolong untuk beribadah kepada Allah. Sesungguhnya

mengkonsumsi sesuatu dengan niat untuk meningkatkan stamina

dalam ketaatan pengabdian kepada Allah akan menjadikan konsumsi

itu bernilai ibadah yang dengananya manusia mendapatkan pahala.

Konsumsi bagi seorang muslim hanya sekedar perantara untuk

menambah kekuatan dalam mentaati Allah, yang ini memiliki indikasi


positif dalam kehidupannya. Seorang muslim tidak akan merugikan

dirinya di dunia dan akhirat, karena memberikan kesempatan pada

dirinya untuk mendapatkan dan memenuhi konsumsinya pada tingkat

melampaui batas, membuatnya sibuk mengeja dan menikmati

kesengan dunia sehingga melalaikan tugas utamanya dalam kehidupan

ini. “Kamu telah menghabiskan rizkimu yang baik dalam kehidupan

duniawi (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya” (Q.S

AlAhqaf:20). Maksud Rizki yang baik disini adalah melupakan syukur

dan mengabaikan orang lain. Oleh sebab itu, konsumsi Islam harus

menjadikaningat kepada Yang Maha memberi rizki, tidak boros, tidak

kikir, tidak memasukkan ke dalam mulutnya dari sesuatu yang haram

dan tidak melakukan pekerjaan haram untuk memenuhi konsumsinya.

Konsumsi Islam akan menafkahkan hartanya untuk kerabat terdekat

(sebaik-baik infaq), fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan

dalam rangka mendekatkan diri kepada penciptanya.4

4
Nugraheni,httprepository.unisba.ac.idbitstreamhandle12345678971106bab2_nugraheni_
10090211003_skr_2015.pdfsequence=6&isAllowed=y (Diakses pada tanggal 2-Februari-2016)
C. Fungsi Komsumsi Agregat.

Keynes menekankan bahwa bagi suatu perekonomian tingkat


pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga bervariasi secara langsung
dengan tingkat pendapatan disposable dari rumah tangga tersebut.
Hubungan antara konsumsi dan pendapatan ini dikenal dengan fungsi
konsumsi dan secara umum ditulis dengan persamaan sebagai berikut
(Nanga, 2001).

Y = a + b Yd (a > 0, 0 < b <


1) ................................................................... 1.1

C dan Yd merupakan pengubah yang masing-masing


menunjukkan konsumsi dan pendapatan riil. Parameter a menunjukkan
besarnya pengeluaran konsumsi otonom yaitu pengeluaran yang
bergantung pada tingkat pendapatan, tetapi di pengaruhi oleh faktor-faktor
diluar pendapatan, seperti ekspektasi ekonomi dari konsumen,
ketersediaan dan syarat-syarat kredit dan standar hidup yang diharapkan.
Sementara parameter b menggambarkan kecenderungan mengkonsumsi
marjinal, yang merupakan perbandingan antara perubahan dalam konsumsi
dengan perubahan dalam pendapatan atau b = MPC = ∆C/∆ Yd, serta
memiliki nilai antara 0 dan 1. Persamaan 1.1. menyiratkan bahwa pada
tingkat pendapatan yang rendah, konsumsi akan melebihi pendapatan,
sedangkan tingkat pendapatan yang tinggi, konsumsi lebih kecil dari pada
pendapatan. Hal ini sejalan dengan hukum psikologis yang mendasar
tentang konsumsi dari Keynes yang mengatakan bahwa apabila
pendapatan naik, maka konsumsi juga akan naik tapi dengan jumlah yang
kecil. Fungsi konsumsi yang berbentuk linier seperti ditunjukkan oleh
persamaan 1.1. diatas dan memiliki implikasi sebagai berikut : 1.
Kecenderungan mengkonsumsi marjinal (MPC) adalah konstan selama
rentan tingkat pendapatan relevan. 2. Kecenderungan mengkonsumsi rata-
rata (APC) adalah lebih besar daripada kecenderungan mengkonsumsi
marginal (MPC). 3. Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (APC) aakan
semakinkecil kalau tingkat pendapatan mengalami kenaikan. Fungsi
konsumsi dikenal sebagai kecenderungan mengkonsumsi ratarata
(Average Propensity to Consume atau APC) yaitu perbandingan antara
besarnya konsumsi total dengan pendapatan (C/Yd), atau dari persamaan
1.1.

. besarnya APC = C/Yd = a/ Yd+b atau APC = a/ Yd + MPC

Fungsi konsumsi pada persamaan 1.1. dapat dijelaskan dengan gambar 2-

Sumber: Nanga, 2001


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

ekonomi konvensional tidak membedakan antara keinginan dan


kebutuhan sehingga ketika salah satu atau keduanya tidak dipenuhi maka
akan memiliki dampak negatif. Para ulama membedakan antara keinginan
(raghbah) yang pemenuhannya harus di batasi sesuai pertimbangan
prioritas, kemaslahatan dan nilai manfaatnya. Sementara kebutuhan
(hajah) pemenuhannya dalam rangka mempertahankankelangsungan hidup
yang sifat pemenuhannya dan perwujudannya sangat mendasar.
tujuan pencapaian dari konsumsi itu sendiri, cara pencapaiannya
harus memenuhi kaidah pedoman syariah islamiyyah. Pelaku konsumsi
atau orang yang menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhannya disebut konsumen. Perilaku konsumen adalah
kecenderungan konsumen dalam melakukan konsumsi, untuk
memaksimalkan kepuasannya. Dengan kata lain, perilaku konsumen
adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat
mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi
dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Perilaku konsumen
(consumer behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih di antara
berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumberdaya
(resources) yang dimilikinya. Konsumsi memiliki urgensi yang sangat
besar dalam setiap perekonomian, karena tiada kehidupan bagi manusia
tanpa konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi mengarah kepada
pemenuhan tuntutan konsumsi bagi manusia. Sebab, mengabaikan
konsumsi berarti mengabaikan kehidupan dan juga Dalam sistem
perekonomian, konsumsi memainkan peranan penting.
Daftar Pustaka

Listiawati, 2012. Prinsip Dasar Ekonomi Islam. Palembang: Rafah Press.


Pujiono, Arif. 2006. Teori Konsumsi Islami. www.slideshare.net/BrajaMas/faktor-
yangmempengaruhi-tingkat-konsumsi diakses tanggal 19 November 2011 pukul
07.00
wib).
http://repository.stainparepare.ac.id/290/1/12.2200.027.pdf

Anda mungkin juga menyukai