Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN
REPUBLIK INDONESIA

DISUSUN OLEH :

HISKIA LOLOWANG (19304024)


YOSUA GARY PAKASI (19304008)
IMANNUEL PUTRA MALIANGKAY (19394004)
VERONIKA LINTANG FEBIOLA (19304029)
NATHANIA ESTER RUMENGAN (19304030)
FIOREN PATRICIA VENESA KAUNANG (19304026)
ISTIMIATI MPENDO (19304001)
WIDIA NOVITA SILALAHI (19304018)
YENNI RORY (19304015)
KURNIA PALIT (19304183)
GABRIELA NINDI TANDIPADA (19304025)
CICILIA VINNA PARONDO (19304019)
DEVIYANTI YANSEN (19304017)
DEIGO SAMUEL (19304037)
AFRIYANI NURDIN (19304023)
BRIGITHA KARYN PANGKEY (19304003)
RIFALDO RICKY WUWUNG (19304036)
TRIMEI TRIFLORA SARAGIH (19304021)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah “Pancasila dalam Konteks
Ketatanegaraan Republik Indonesia” ini untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan
Pancasila.

Kami berusaha menjelaskan tentang hal-hal tersebut secara sederhana dalam


makalah ini, agar lebih mudah dipahami oleh pembaca. Kami mengucapkan terima kasih
dosen mata kuliah pendidikan Pancasila yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.kami sebagai penyusun sadar bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Tondano, 18 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan

BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian
2.2 UUD dan Konstitusi serta Fungsinya
2.3 UUD 1945
2.4 Pembukaan UUD 1945
2.5 Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945
2.6

BAB III Penutup


3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang mengatur seluruh
struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam pemerintahan Indonesia, masih
banyak bahkan sangat benyak anggota-anggotanya dan juga sistem pemerintahannya
yang tidak sesuai dengan nila-nilai yang ada dalam setiap sila Pancasila. Padahal jika
membahas negara dan ketatanegaraan Indonesia mengharuskan ingatan kita meninjau dan
memahami kembali sejarah perumusan dan penetapan Pancasila, Pembukaan UUD, dan
UUD 1945 oleh para pendiri dan pembentuk negara Republik Indonesia.

Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari nilai-nilai


Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem ketatanegaraan Indonesia
harus mencerminkan nilai-nilai dari ideologi bangsa yaitu Pancasila. Namun jika dalam
suatu pemerintahan terdapat banyak penyimpangan dan kesalahan yang merugikan
bangsa Indonesia, itu akan membuat sistem ketatanegaraan Indonesia berantakan dan
begitupun dengan bangsanya sendiri.

Untuk itulah dalam makalah ini, kami mengambil judul “Pancasila dalam Konteks
Ketatanegaraan Republik Indonesia”

1.2. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini, kami merumuskan beberapa masalah, yaitu :

1. Apa pengertian dari pancasila sebagai kontek ketatanegaraan NKRI?

2. Apakah definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara?

3. Bagaimana UUD 1945 itu ?

4. Apa saja yang terkait dengan Pembukaan UUD 1945?

5. Bagaimanakah hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945?

6. Bagaimanakah sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945?

7. Bagaimanakah kelembagaan negara menurut UUD 1945?

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen serta
menjelaskan sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuannya yaitu :
1. Mengetahui pengertian pancasila dalam kontek ketatanegaraan NKRI

2. Mengetahui definisi UUD dan Konstitusi serta fungsinya bagi negara

3. Mengetahui UUD 1945?

4. Mengetahui apa saja yang terkait dengan pembukaan UUD 1945

5. Mengetahui hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945

6. Menegtahui sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945

7. Mengetahui kelembagaan negara menurut UUD 1945


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Pancasila sebagai dasar negara yang merupakan suatu asas kerohanian dalam
ilmu kenegaraan. Pancasila merupakan sumber nilai dan norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara maka dari itu semua peraturan perundang-undangan serta
penjabarannya berdasarkan nilai-nilai pancasila.

Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, yang berdasarkan atas hukum,


oleh karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam
suatu sistem peraturan perundang-undangan. Pancasila dalam kontek ketatanegaraan
Republik Indonesia adalah pembagian kekuasaan lembaga lembaga tinggi negara, hak
dan kewajiban, keadilan sosial, dan lainnya diatur dalam undang undang dasar negara.
Pembukaan undang- undang dasar 1945 dalam kontek ketatanegaraan, memiliki
kedudukan yang sangat penting merupakan staasfundamentalnom dan berada pada
hierarkhi tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.

2.2 UUD dan Konstitusi serta Fungsinya

Dalam ketatanegaraan, istilah UUD sering digunakan pula dengan istilah


konstitusi dalam pengertian yang berbeda atau untuk saling menggantikan. Secara
harfiah, istilah konstitusi dari bahasa Perancis “konstituer” yang berarti membentuk , dan
diartikan sebagai “pembentuk suatu negara”. Sedangkan Indonesia menggunakan istilah
UUD yang disejajarkan dengan istilah Grondwet dari belanda yang mempunyai
pengertian suatu undang-undang yang menjadi dasar (Grond) dari segala hukum dalam
suatu negara.

Istilah konstitusi dan UUD di Indonesia sering disejajarkan, namun istilah


konstitusi dimaknai dalam arti yang luas (materiil) yang lebih luas dari UUD. Konstitusi
yang dimaksudkan adalah hukum dasar, baik yang tertulis (UUD) maupun yang tidk
tertulis (convensi). Dengan demikian konstitusi memuat peraturan pokok yang
fundamental mengenai sendi-sendi yang pertama dan utama dalam menegakan bangun
yang disebut “negara”.

UUD 1945 merupakan hukum tertinggi, norma dasar dan norma sumber dari
semua hukum yang belaku dalam negara di Indonesia, ia berisikan pola dasar dalam
berkehidupan di Indonesia. Negara dengan segala fungsi dan tujuannya berusaha untuk
dapat mewujudkannya dengan berbagai cara, oleh karena itu sebagai pengintegrasian dari
kekuatan politik, negara mempunyai bermacam-macam sifat, seperti memaksa,
memonopoli, dan mencakup semuanya. Dengan sifat memaksa, negara dapat
menggunakan kekerasan fisik secara sah untuk ditaatinya semua keputusan. Walaupun
alasannya untuk mewujudkan tujuan bersama, sifat memaksa yang dimiliki oleh negara
dapat disalahgunakan ataupun melampaui batas yang mungkin dapat menyengsarakan
rakyatnya. Untuk mencegah adanya kemungkinan tersebut, konstitusi atau UUD disusun
dan ditetapkan.

2.3 Undang-Undang Dasar 1945

Naskah UUD 1945 sebelum mengalami amandemen terdiri dari Pembukaan,


Batang Tubuh, dan Penjelasan. Naskah tersebut secara resmi dimuat dalam Berita
Republik Indonesia Tahun II No. 7 yang terbit tanggal 15 Februari 1946. UUD 1945
ditetapkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Antara Pembukaan, Batang Tubuh,
dan Penjelasannya merupakan satu kebulatan yang utuh, dimana antara satu bagian
dengan bagian yang lain tidak dapat dipisahkan.

Memahami pasal II Aturan Peralihan tersebut, maka secara yuridis jelas bahwa
“Penjelasan” sudah tidak berlaku lagi, dan tidak bisa menjadi bagian dari pengertian
UUD 1945. UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum, maka UUD
1945 adalah mengikat pemerintah, lembaga negara dan lembaga masyarakat, juga
mengikat setiap warga negara Indonesia dimana saja dan setiap penduduk yang berada di
wilayah Indonesia. T dilaksanakan dan ditaati. UUD bukanlah hukum biasa, melainkan
hukum dasar yang semua tindakan dan perbuatan pemerintahan dapat
dipertanggungjawabkan pada ketentuan-ketentuan UUD 1945. Dalam kedudukan
demikian, UUD dalam kerangka tata urutan atau tata tingkat norma hukum yang berlaku,
merupakan hukum yang menempati kedudukan tinggi. Dalam hubungan ini, UUD juga
berfungsi sebagai alat kontrol atau alat mengecek norma hukum yang lebih rendah.

UUD merupakan hukum dasar tertulis yang bukan satu-satunya hukum dasar,
disampingnya masih ada hukum dasar yang tidak tertulis. UUD bersifat singkat, sifat
singkatnya itu dikarenakan :

1. UUD itu sudah cukup, apabila telah memuat aturan-aturan pokok saja, hanya
memuat garis-gars besar sebagai instruksi kepada pemerintah dan lain-lain penyelenggara
negara untuk melakukan tugasnya.

2. UUD yang singkat itu menguntungkan bagi negara seperti Indonesia yang masih
harus berkembang, harus hidup secara dinamis, dan masih akan terus mengalami
perubahan.

Semangat para penyelenggara negara dalm menyelenggarakan UUD 1945 sangat


penting, oleh karena itu setiap penyelenggara negara, selain mengetahui teks UUD 1945,
juga harus menghayati semangat UUD 1945. Dengan semangat penyelenggara yang baik,
pelaksanaan dari aturan-aturan pokok yang tertera dalam UUD 1945 akan baik dan sesuai
dengan maksud ketentuannya.

2.4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

1. Makna pembukaan UUD 1945 bagi Perjuangan Bangsa Indonesia

Apabila UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang berlaku di
Indonesia, maka Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi
perjuangan dan tekad bangsa Indonesia, yang merupakan sumber dari cita hukum dan cita
moral yang ingin ditegakan baik dalam lingkungan nasional, maupun dalam hubungan
pergaulan bangsa-bangsa di Dunia.

2. Makna Alenia-Alenia Pembukaan UUD 1945

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan” merupakan bunyi alenia pertama pembukaan UUD
1945 yang menunjukan keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapi
masalah “kemerdekaan lawan penjajahan”. Alenia ini mengungkapkan suatu dalil
obyektif, karena dalam alinea pertama terdapat letak moral luhur dari pernyataan
Indonesia. Alenia ini juga mengandung suatu pernyataan subyektif, yaitu aspirasi bangsa
Indonesia untuk membebaskan diri dari perjuangan. Alasan bangsa Indonesia menentang
penjajahan, karena bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Hal ini berarti
setiap hal atau sifat yang bertentangan atau bertentangan dengan pernyataan diatas juga
harus secara sadar ditentang oleh Bangsa Indonesia.

“Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepda saat yang


berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan
makmur” merupakan bunyi alenia ke dua yang menunjukan kebangsaan dan penghargaan
kita atas perjuangan bangsa Indonesia selama ini. Alenia ini juga menunjukan adanya
ketetapan dan ketajaman penilaian :

1. Perjuangan pergerakan di Indonesia telah sampai pada tingkat yang menentukan

2. Momentum yng telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan


kemerdekaan.

3. Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi
dengan mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan
makmur.

“Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya” merupakan bunyi dari alenia ke tiga yang menjadi motivasi riil dan
materiil Bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga menjadi
keyakinan/kepercayaannya, menjadi motivasi spiritualnya, karena menyatakan
kemerdekaan itu diberkati oleh Allah SWT, serta menunjukan ketaqwaan tehadap Tuhan
Yang Maha Esa serta merupakam suatu pengukuhan dari Proklamasi Kemerdekaan.

“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban Dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang dasar Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar
kepada: ketuhanan Yang maha dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi
seluruh Rakyat Indonesia” merupakan bunyi dari alenia ke empat yang merumuskan
dengan padat sekali tujuan dari prinsip-prinsip dasar untuk mencapai tujuan bangsa
Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka.

Dengan rumusan yang panjang dan padat, alenia keempat Pembukaan Undang-
Undang dasar sekaligus menegaskan :

1. Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya, yaitu


seperti yang tertuang dalam alenia ke empat tersebut.

2. Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan Rakyat.

3. Negara Indonesia mempunyai dasar filsafah Pancasila.

3.Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945

Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan UUD
1945 itu sendiri, bahwa Pembukaan UUD 1945 itu mengandung pokok-pokok pikiran
yang diciptakan dan dijelmakan dalam UUD, yaitu dalam pasal-pasalnya.

Ada 4 pokok pikiran yang sifat dan maknanya sangat dalam, yaitu :

1. Pokok pikiran pertama menunjukan pokok pikiran persatuan, dengan pengertian


yang lazim, penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan
kepentingan negara diatas kepentingan golongan maupun perorangan.

2. Pokok pikiran yang kedua adalah kesadaran bahwa manusia Indonesia memiliki hak
dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial bangsa.

3. Pokok pikiran yang ketiga menyatakan bahwa kedaulatan berad ditangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

4. Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan memegang teguh cita-cita moral Rakyat yang luhur.

4.Hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945

Isi UUD 1945 dapat dibagi menjadi dua bagian yang memiliki kedudukan
berbeda, yaitu :

1. Pembukaan UUD yag terdiri dari empat alinea, dimana alinea terakhir memuat
Dasar nagara Pancasila.

2. Pasal-pasal UUD 1945 yang terdiri dari 20 bab, 73 pasal, 3 pasal Aturan Peralihan
dan 2 pasal Aturan Tambahan.

Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal UUD 1945, dapat
dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut :
a. Ditinjau dari isi pengertian yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945

1. Dari alinea pertama, kedua, dan ketiga berisi rangkaian peristiwa dan keadaan yang
mendahului terbentuknya negara yang merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang
mendorong tersusunnya kemerdekaan. Pernyataan tersebut tidak mempunyai hubungan
organis dengan Batang Tubuh UUD 1945.

2. Dari alenia keempat merupakan pernyataan yang dilaksanakan setelah negara


Indonesia terwujud. Pernyataan tersebut mempunyai hubungan kausal dan organis dengn
Pasal-pasal UUD 1945 yang mencakup beberapa aspek :

· UUD itu ditentukan akan ada

· Apa yang diatur oleh UUD adalah tentang pembentukan pemerintahan negara yang
memenuhi berbagai persyaratan

· Negara Indonesia berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat

· Ditetapkannya dasar kerokhanian (Filsafat Negara Pancasila)

b. Ditinjau dari pokok-pokok yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945

Pokok-pokok pikiran yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945


disebutkan sebagai berikut :

1. Negara mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan, dalam


“Pembukaan” itu mengehendaki persatuan segenap bangsa Indonesia seluruhnya.

2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

3. Negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan


perwakilan.

4. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.

Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum


dasar negara, UUD menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya. Itulah
hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945.

c. Ditinjau dari hakekat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945

Pembukaan mempunyai kedudukan sebagai Pokok kaidah Fundamental negara


Republik Indonesia, dengan demikian Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih tinggi
daripada Pasal-pasal UUD 1945.

5.Hubungan antara Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945

Pancasila mempunyai fungsi dan kedudukan yang sangat penting dalam


kehidupan bernegara dan merupakan unsur penentu berlakunya tertib hukum Indonesia.
Dengan demikian Pancasila merupakan inti dari Pembukaan UUD 1945, itu terbukti pada
alinea keempat yang menunjukan bahwa pancasila merupakan dasar negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat, yang bentuk dan wujudnya tertuang dalam UUD.
Pembukaan maupun pancasila tidak bisa dirubah maupun diganti oleh siapapun, karena
merubah ataupun mengganti berarti membubarkan negara Proklamasi 17 Agustus 1945
karena Pancasila merupakan fundamental terbentuknya bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai substansi esensial daripada Pembukaan UUD 1945 adalah


sumber dari segala sumber hukum republik Indonesia. Hal terpenting yang bagi bangsa
Indonesia adalah mewujudkan cita-citanya sesuai dengan Pancasila, artinya cara dan
hasilnya tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Sedangkan cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945 oleh
karena itu Pancasila dan Pembukaan yang memilki hubungan erat harus dilaksanakan
secara serasi, seimbang, dan selaras.

6.Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945

Apabila kita hubungkan antara isi pengertian Pembukaan UUD 1945 dengan
Proklamasi 17 Agustus 1945 maka keduanya memiliki hubungan azasi yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Pembukaan UUD 1945, terutama pada alinea ketiga memuat
pernyataan-pernyataan kemerdekaan dan aline keempat memuat memuat tindakan yang
harus dilaksanakan setelah adanya negara.

Dengan demikian dapat ditentukan letak dan sifat hubungan antara Pembukaan UUD
1945 dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai berikut :

1. Keduanya merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

2. Ditetapkannya Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI
merupakan realisasi dari alinea/bagian kedua Proklamasi 17 Agustua 1945.

3. Pembukaan UUD pada hakekatnya merupakan pernyataan kemerdekaan secara


terperinci dengan memuat pokok-pokok pikiran adanya cita-cita luhur yang menjadi
semangat pendorong ditegakkannya kemerdekaan Indonesia.

Hal ini berarti antara Pembukaan UUD 1945 dan Proklamasi 17 Agustus 1945
merupakan satu kesatuan yang bulat, karena apa yang terkandung didalam Pembukaan
UUD 1945 merupakan amanat keramat dari Proklamasi 17 Agustus 1945.

2.5 Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945

Secara garis besar gambaran tentang sistem pemerintahan negara yang dianut
oleh UUD 1945 yang telah diamandemen adalah sebagai berikut :

1. Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2).
Dalam UUD 1945 yang telah diamandemen , MPR tidak mempunyai kewenangan untuk
memilih Presiden dan Wakil Presiden, tetapi hanya sebatas melantik (pasal 3 ayat 3 dan
pasal 8 ayat 3). Dengan demikian hanya dengan GBHN, UUD 1945 tidak lagi mengenal
istilah GBHN sebagai produk MPR. Kewenangan terbesar MPR adalah menetapkan dan
mengubah UUD (pasal 3 ayat 1) selain mengenai Pembukaan UUD dan bentuk Kesatuan
Negara Republik Indonesia (pasal 37 ayat 5).

2. Sistem Konstitusional

Sistem konstitusional dalam UUD 1945 tercermin dalam ketentuan-ketentuan sebagai


berikut :

a. Kedaulatan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2).

b. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD (pasal 3 ayat 3).

c. Presiden RI memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1).

d. Presiden dan/atau Wakil Presiden sebelum memangku jabatannya bersumpah atau


berjanji memegang teguh UUD (pasal 9 ayat 1).

e. Hak-hak DPR ditentukan oleh UUD (pasal 20A).

f. Setiap UU yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan UUD 9pasal 24C ayat
1).

g. Kewenangan lembaga negara ditentukan oleh UUD (pasal 24C ayat 1).

h. Putusan dugaan pelanggaran oleh Presiden dan atau Wakil Presiden oleh
Mahkamah Konstitusi menurut UUD (pasal 24C ayat 2).

3. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)

4. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah menurut UUD (pasal 4 ayat 1).
Namun dalam kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil Presiden.

5. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi. Presiden


memegang tanggungjawab atas jalannya pemerintahan menurut UUD, dan Presiden
diberi kewenangan untuk membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas
memberikan nasehat dan pertimbangan kepada Preisden.

6. Menteri negara ialah pembantu Presiden (pasal 17 ayat 1), oleh karena itu
kedudukan menteri sangat tergantung pada Presiden (pasal 17 ayat 2)

7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Presiden selaku kepala negara
mempunyai kekuasan yang sangat luas, meskipun tidak bersifat mutlak. Kekuasaan
kepala negara yang tidak tak terbatas itu adalah dimana kontrol DPR atas berbagai
kewenangan presiden sangatlah dominan.

8. Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik (pasal 1 ayat 1 dan pasal
18 ayat 1). NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintah daerah.

2.6 Kelembagaan Negara menurut UUD 1945


1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR yang dipilih melalui pemilu, dengan
suara terbanyak dan sedikitnya MPR bersidang sekali daalam lima tahun di ibukota
negara.Kewenangan MPR adalah mengubah dan menetapkan UUD (pasal 3)

2.Presiden dan Wakil Presiden

Presiden memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD, dan dalam melakukan


kewajibannya dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Presiden berhak mengajukan RUU,
dan menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU (pasal 5). Presiden
memegang masa jabatan selama lima tahun. Syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil
Presiden adalah :

1. WNI sejak kelahirannya

2. Tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri.

3. Tidak pernah menghianati negara

4. Mampu secaraa jasmani dan rohani untuk melakukan keajibannya

5. Syarat-syarat lainnya akan diatur dengan UU (pasal 6Syarat-syarat lainnya akan


diatur dengan UU (pasal 6).

Kewenangan lain dari presiden selaku kepala negara adalah dimilikinya hal prerogatif,
antara lain :

· Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL, AU (pasal 10)

· Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain


dengan persetujuan DPR, terutama yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar
bagi negara (pasal 11)

· Menyatakan keadaan bahaya, yang syarat dan akibatnya ditetapkan dengan UU


(pasal 12).

· Mengangkut dan menerima duta dan konsul dengan memperhatikan pertimbangan


DPR (pasal 13).

· Presiden memberikan grasi dengan pertimbangan MA, dan memberikan amnesti


dan abolisi dengan pertimbangan DPR (pasal 14).

· Presiden memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan, dan lain-lain menurut UU
(pasal 15).

3.Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Keanggotaan DPR dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak. DPR memiliki
fungsi legislatif, anggaran, dan pengawasan, untuk itu DPR diberikan hak-hak interpelasi,
angket, menyatakan pendapat, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan
pendapat serta imunitas (pasal 20).

4.Dewan Perwakila Daerah (DPD)

Anggota DPD juga dipilih oleh pemilu dengan suara terbanyak dari setiap
provinsi. DPD bersidang paling sedikitnya sekali dalam setahun. DPD berhak
mengajukan RUU kepada DPR dan ikut membahasnya sesuai dengan bidangnya.

5.Komisi Pemilihan Umum (KPU)

KPU biasa ditugaskan dalam rangka Pemilu agar terselenggara sesuai asas
(luberjurdil).

6. Bank Sentral

Negara memiliki satu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,


tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan UU (pasal 23D).

7.Badan Pengawas Keuangan (BPK)

BPK diadakan untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang


pengelolaan keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan negara
diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD untuk ditindklanjuti (pasal 23E).

8.Mahkamah Agung (MA)

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk


menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, dan dilakukan oleh
sebuah MA dan badan peradilan yang berada dibawahnya.

9.Komisi Yudisial

Komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan


hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluruhan martabat serta perilaku hakim.

10.Mahkamah Konstitusi

MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan tingkat terakhir yang


putusannya bersifat final untuk mengkaji UU terhadap UUD, dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pancasila merupakan sumber hukum materiil. Oleh karena itu, setiap isi peraturan
perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengannya. Dan apabila itu bertentangan
maka akan dicabut. Pokok pikiran yang terkandung dalam pancasila merupakan cita-cita
hukum bangsa Indonesia yang mendasari hukum dasar negara yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945.

Sebagai ideologi Pancasila menjadi pedoman dan acuan bangsa Indonesia dalam
menjalankan aktivitas di segala bidang sehingga sifatnya harus terbuka, luwes dan
fleksibel tidak tertutup dan kaku melainkan harus mampu mengikuti perkembangan
jaman tanpa harus mengubah nilai-nilai dasarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dani, Ram, 2013.” Pancasila sebagai Sumber dari Segalaa Sumber Hukum “, dalam
http://pedabuntung.blogspot.com/2013/10/pancasila-sebagai-sumber-dari-segala.html,
diakses tgl 10 juni 2014

Dekker, Nyoman.1997.Hukum Tata Negara Republik Indonesia.Malang: IKIP Malang

Hudiarini, Sri.2000.Pancasila.Malang: Politeknik Negeri Malang

Hukum online.com,2002.”
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol5733/pemerintah-dukung-ukm-gunakan-
infrastruktur-ti. Diakses tgl 10 juni 2014

Husein, La Ode.2005.Hubungan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat dengan


Badan Pemeriksaan Keuangan dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia.Bandung: CV.
Utomo

Kasil dan Christine. 2004. Ilmu Negara. Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Anda mungkin juga menyukai