Anda di halaman 1dari 15

KONSUMSI MASYARAKAT

Kecenderungan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:


1. Marginal Propensity to Consume (MPC) adalah perbandingan pertambahan konsumsi
terhadap pertambahan pendapatan disposabel. Marginal propensity to consume (MPC)
menggambarkan seberapa besar kecondongan perubahan konsumsi akibat dari adanya
perubahan pendapatan. Sederhananya, MPC merupakan kecondongan marginal dalam
konsumsi. Dari pemahaman ini, MPC dapat dirumuskan sebagai berikut:
MPC = ΔC / Δyd

MPC : Marginal propensity to consume


ΔC : perubahan konsumsi
Δyd : perubahan pendapatan

2. Average Propensity to Consume (APC)


Dimana tingkat konsumsi dibandingkan terhadap tingkat pendapatan disposabel.
Sehingga Average Propensity to Consume (APC) dapat dirumuskan dengan:
APC = C / Yd

Faktor penentu tingkat konsumsi


1. Faktor demografi
Faktor demografi adalah faktor yang memperngaruhi dinamika penduduk.
1) Jumlah penduduk : Semakin banyak penduduk suatu negara, maka akan semakin
tinggi tingkat konsumsinya. Karena semakin banyak orang yag harus dipenuhi
kebutuhannya.
2) Komposisi penduduk : Semakin banyak penduduk dalam usia produktif, maka akan
semakin tinggi tingkat konsumsi nasional. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka
akan semakin tinggi tingkat konsumsinya. Dan semakin banyak penduduk yang
tinggal dikota daripada di desa, maka akan semakin tinggi juga tingkat
konsumsinya.

2. Faktor Ekonomi
1) Pendapatan : Besar kecilnya pendapatan adalah salah satu faktor ekonomi yang
menentukan tingkat konsumsi nasional. Karena, semakin tinggi pendapatan maka
akan semakin besar dana dikeluarkan untuk konsumsi. Sehingga, negara dengan
tingkat pendapatan perkapita yang tinggi cenderung memiliki tingkat konsumsi
nasional yang tinggi pula.
2) Kekayaan rumah tangga : kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil seperti
rumah, tanah, dan mobil, juga kekayaan finansial seperti deposito dan saham.
Kekayaan tersebut dapat menambah pendapatan dan secara otomatis juga
meningkatkan konsumsi pemiliknya.
3) Jumlah barang tahan lama di masyarakat : Seperti kendaraan bermotor. Semakin
banyak penduduk menggunakan kendaraan bermotor, maka akan semakin besar
konsumsi bahan bakar, suku cadang, dan perawatan kendaraan yang dikeluarkan.
Contoh lain barang tahan lama adalah ponsel pintar. Penggunaan posel pintar dapat
menurunkan tingkat konsumsi seperti pembelian koran, majalah, piringan lagu, dan
juga film
4) Kebijakan moneter : Seperti (tingkat suku bunga, inflasi, kredit, dan sebagainya)
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan ekonomi. Misalnya,
suku bunga yang tinggi dan inflasi akibat kebijakan moneter akan menurunkan
tingkat konsumsi nasional.
5) Prakiraan tentang masa depan: Semakin baik prakiraan masa depan seseorang,
maka akan semakin besar konsumsi yang dikeluarkannya. Misalnya, seseorang
memutuskan untuk melakukan cicilan rumah karena memperkirakan akan tetap
bekerja selama sepuluh tahun ke depan. Atau seseorang yang berhemat
(mengurangi konsumsi) karena kontrak kerjanya dengan perusahaan akan habis dan
belum mendapatkan pekerjaan cadangan.

3. Faktor non ekonomi


Faktor non ekonomi yang menentukan tingkat konsumsi nasional adalah sosial dan
budaya masyarakat. Kebiasaan berbelanja, budaya dalam masyarakat, hingga pergaulan
sosial menentukan seberapa besar tingkat konsumsi seseorang.

Konsumsi Masyarakat Indonesia


Konsumsi adalah suatu kegiatan manusia mengurangi atau menghabiskan nilai guna suatu
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan, baik secara berangsur-angsur maupun sekaligus.

Adapun landasan teori konsumsi, yaitu sebagai berikut :


1) Teori Konsumsi John Maynard Keynes. Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis
statistik. Dan juga membuat dugaan – dugaan tentang konsumsi berdasarkan
introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa,
kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah
yang konsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu.
C = Co + cY Co> 0, 0 < c < 1
Keterangan :
C adalah konsumsi.
Y adalah pendapatan disposibel.
Co adalah konstanta (Konsumsi minimal).
c adalah kecenderungan mengkonsumsi marginal.

2) Hubungan Antara Variabel Dependen dengan Variabel Independen


a) Hubungan Antara Konsumsi Masyarakat dengan Pendapatan Nasional : Menurut
Dumairy (1996), Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya.
Semakin besar pendapatan, semakin besar pula pengeluaran konsumsi.
b) Hubungan Antara Konsumsi Masyarakat dengan Laju Inflasi : Menurut teori
Keynes inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan
ekonominya.
c) Hubungan Antara Konsumsi Masyarakat dengan Pajak Penghasilan : Menurut
Cullis dan Jones (1992), dibandingkan dengan instrumen fiskal lainnya, besarnya
multiplier pajak memiliki nilai yang negatif. Hal ini terjadi karena setiap kenaikan
pajak akan diikuti dengan pengurangan disposable income yang akhirnya
mengurangi konsumsi masyarakat.
d) Hubungan Antara Konsumsi Masyarakat dengan Jumlah Penduduk : Jumlah
penduduk yang banyak akan memeperbesar pengeluaran konsumsi secara
menyeluruh, walaupun pengeluaran rata – rata per orang atau per keluarga relatif
rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila jumlah
penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi (Daniel, 2009).
Konsumsi masyarakat mengalami peningkatan pada Maret 2022, sejalan dengan aktivitas
ekonomi dan mobilitas yang semakin membaik di tengah kasus Covid-19 yang terus menurun.
Hal ini tercermin dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) yang menyebutkan bahwa
rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi meningkat pada Maret 2022 dari
bulan sebelumnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produk domestik bruto
(PDB) pengeluaran konsumsi rumah tangga mencapai Rp2,42 kuadriliun pada kuartal I 2022.
Nilai tersebut porsinya mencapai 53,65% dari produk domestik bruto (PDB) nasional kuartal I
2022 yang berjumlah Rp4,51 kuadriliun.

Berikut rincian nilai PDB konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2022:
1. Konsumsi Rumah Tangga (RT) Keseluruhan: Rp2.421,40 triliun
2. Makanan & Minuman: Rp995,39 triliun
3. Transportasi & Komunikasi: Rp498,20 triliun
4. Perumahan & Perlengkapan RT: Rp316,46 triliun
5. Restoran & Hotel: Rp239,16 triliun
6. Kesehatan & Pendidikan: Rp174,63 triliun
7. Lainnya: Rp114,47 triliun
8. Pakaian, Alas Kaki & Perawatannya: Rp83,10 triliun

APBN

APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). APBN merupakan salah satu perwujudan pasal 23 Undang-undang
Dasar 1945 dan tahun 2020 APBN diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2019. Itulah
sebabnya masyarakat dikenakan pungutan- pungutan berupa pajak-pajak, bea dan cukai dan
lain-lain pungutan.

Untuk memperkirakan berapa besarnya iuran-iuran (pungutan) itu maka direncanakan


anggaran pendapatan (LPEM,1993). Dari pendapat tersebut maka secara umum pengertian
terhadap anggaran negara adalah:
1. mewujudkan suatu rencana keuangan negara/pemerintah;
2. mewujudkan suatu rencana pembangunan nasional;
3. mewujudkan suatu rencana anggaran belanja negara;
4. mewujudkan suatu rencana anggaran pendapatan negara;
5. berlaku selama satu tahun anggaran.

APBN dapat mengacu pada Pasal 23 Ayat 1 UUD 1945 (Perubahan), dimana dinyatakan
bahwa, ”Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Pengertian pasal tersebut
terdapat lima unsur dari APBN, yaitu:
1. APBN sebagai pengeloaan keuangan negara;
2. APBN ditetapkan setiap tahun, yang berarti APBN berlaku untuk satu tahun;
3. APBN ditetapkan dengan undang-undang;
4. APBN dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab;
5. APBN ditujukan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat (Ini menunjukan peran ekonomi
politik APBN).
APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran. Seluruh penerimaan dan pengeluaran
tersebut ditampung dalam satu rekening yang disebut rekening Benharawan Umum Negara
(BUN) di Bank indonesia (BI).

Pada dasarnya, semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus dimasukkan dalam
rekening tersebut. Sebagai pengecualian, pemerintah membuka beberapa rekening khusus di
BI atau bank pemerintah karena alasan-alasan sebagai berikut:
1) untuk pengelola pinjaman luar negeri untuk proyek tertentu sebagaimana disyaratkan oleh
pemberi pinjaman;
2) untuk mengadministrasikan dan mengelola dana-dana tertentu (seperti Dana Cadangan,
Dana Penjaminan Deposito);
3) untuk mengadministrasikan penerimaan dan pengeluaran lainnya yang dianggap perlu untuk
dipisahkan dari rekening BUN, dimana suatu penerimaan harus digunakan untuk tujuan
tertentu.

SPPN (Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional) adalah satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasikan rencana-rencana pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggaraan negara
dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah (UU No. 25 Tahun 2004).

Ruang Lingkup Perencanaan Nasional


Nasional:
- Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
- Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
- Rencana Strategis Kementerian / Lembaga (Renstra-KL)
- Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
- Rencana Kerja Kementerian / Lembaga (Renja-KL)
Daerah :
- Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
- Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
- Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD)
- Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
- Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD)

Proses penyusunan RAPBN hingga menjadi APBN


Lebih lanjut, dikutip dari laman resmi Kementerian Keuangan (Kemenkeu), tahap penyusunan
APBN adalah sebagai berikut:
Tahap 1: Perencanaan dan penetapan RAPBN yang disusun oleh kementerian/lembaga yang
menghasilkan rencana kerja pemerintah yang mengacu pada asumsi dasar ekonomi makro.
Tahap 2: Pembahasan dan penetapan APBN yang dilakukan pemerintah dan DPR dengan
pertimbangan masukan DPD.
Tahap 3: Pelaksanaan dan pengawasan APBN.
Tahap 4: Pertanggungjawaban pelaksanaan APBN yang disampaikan oleh presiden selambat-
lambatnya 6 bulan setelah anggaran berakhir.

Komponen Postur APBN


Dalam format I-account, postur APBN terdiri atas 4 komponen utama, yaitu:
1. pendapatan negara dan hibah
2. belanja negara
3. keseimbangan primer dan keseimbangan umum
4. pembiayaan anggaran

Berikut postur APBN 2022:


Menurut investor.id, ia mengemukakan bahwa Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2022 telah disepakati
bersama antara Pemerintah dan DPR RI menjadi UU APBN dalam Rapat Paripurna DPR ke-6
Masa Persidangan I Tahun Sidang 2021-2022 sebagai berikut :
- Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2022 diperkirakan mencapai 5,2%, berubah dari usulan
pemerintah yakni di kisaran 5-5,5%.
- Pendapatan negara pada APBN 2022 mencapai Rp 1.846,14 triliun, terdiri atas penerimaan
perpajakan Rp 1.510 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp 355,55 triliun, dan
penerimaan hibah Rp 579 miliar.
- Selanjutnya, belanja negara disepakati mencapai Rp 2.714,16 triliun, yang terdiri atas belanja
pemerintah pusat Rp 1.943,74 triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar
Rp 770,41 triliun.
- Dengan demikian, defisit APBN diperkirakan sebesar Rp 868,02 triliun, atau 4,85% terhadap
produk domestik bruto (PDB). Angka ini diasumsikan dengan nilai PDB nominal Indonesia
mencapai Rp 17.897 triliun.
- Secara bertahap, defisit APBN akan diturunkan dari 6,14% tahun 2020 menjadi 5,7% dari
PDB pada 2021, dan untuk tahun depan, menjadi 4,85% dari PDB.
- Asumsi tingkat inflasi dalam APBN 2022 sebesar 3%.
- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada 2022 diperkirakan sebesar Rp
14.350.
- Sementara itu, suku bunga Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun sebesar 6,8%.

INVESTASI DI INDONESIA

Kebijakan investasi Indonesia ditentukan oleh undang-undang. Penanaman modal di Indonesia


diatur dalam peraturan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007. Dalam peraturan ini,
penanaman modal sebelumnya diatur dalam Undang- Undang Nomor 1 tentang Penanaman
Modal Asing Tahun 1967.

Undang-undang No.6 Tahun 1967 mencakup penanaman modal dalam negeri. Dengan bantuan
UU No. 25, negara memiliki kebijakan regulasi penanaman modal yang jelas. Kegiatan
investasi di Indonesia sendiri terus meningkat. Selain itu, kini banyak cara untuk memfasilitasi
kegiatan tersebut.
Salah satunya terkait dengan kemajuan dunia teknologi seperti saat ini. Berinvestasi atau
menanam modal di Indonesia diatur dengan undang-undang. Hal ini karena investasi
merupakan kegiatan yang melibatkan banyak orang. Padahal, semuanya juga bisa didasarkan
pada sarana investasi itu sendiri. Dengan kebijakan investasi Indonesia ini, kegiatan investasi
tidak bisa dianggap sepele.
Faktor Penghambat Investasi di Indonesia
1. Permasalahan Perizinan
2. Permasalahan Pengadaan Lahan
3. Permasalahan Regulasi atau Kebijakan

Faktor Pendorong Investasi di Indonesia


1. Membentuk Satgas Percepatan Investasi
2. Online Single Submission, sistem perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik. Sistem
elektronik terintegrasi yang dikelola dan diselenggarakan oleh Lembaga OSS untuk
penyelenggaraan perizinan usaha.
3. Pelayanan Terpadu Satu Pintu, pelayanan terpadu dalam satu kesatuan proses yang dimulai
dari tahap permohonan sampai dengan penyelesaian produk pelayanan melalui satu pintu.
4. Pendapatan Per Kapita
5. Trend
6. Situasi Industri dan Ekonomi
7. Kondisi Sarana dan Prasarana yang Tersedia

Indonesia terus membuktikan prestasinya dalam meraih predikat sebagai negara ramah bisnis.
Hal ini tercermin dari tingkat Ease of Doing Business (EODB) Indonesia yang terus membaik.
Pada tahun 2018, EODB Indonesia menduduki peringkat ke-72 dunia, bahkan lebih baik dari
China yang berada di peringkat ke-78.

EODB adalah indeks yang dibuat oleh Bank Dunia yang memeringkat negara-negara di
seluruh dunia berdasarkan tingkat kemudahan berbisnis. Proyek Bank Dunia ini telah berjalan
sejak tahun 2002 dan laporan pertamanya diterbitkan pada tahun 2003. Pertama, klasifikasi
EODB dilakukan dengan menggunakan 5 kelompok indikator dari 133 industri yang dinilai.
Namun saat ini evaluasi menggunakan 10 indikator untuk 190 kelompok usaha.
Penilaian Ease of Doing Business sendiri berfungsi untuk memberikan dasar yang obyektif
kepada pelaku pasar tentang Ease of Doing Business di tanah air. Hasil penilaian EODB
diharapkan dapat disikapi oleh pemerintah dengan kebijakan yang tepat.

Indikator penilaian dalam EODB


1. Pengurusan berbagai perizinan yang perlu dilakukan untuk memulai usaha.
2. Izin mendirikan bangunan untuk kegiatan usaha.
3. Pendaftaran tanah sebagai kepastian dan perlindungan hukum pemegang hak atas suatu
bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain.
4. Pembayaran dan jumlah pajak kepada perusahaan sesuai aturan perpajakan yang berlaku.
5. Hak legal peminjam dan pemberi pinjaman terkait dengan transaksi yang dijamin dan
kedalaman informasi kredit
6. Biaya dan waktu dalam penyelesaian perselisihan perdagangan dan kualitas proses hukum.
7. Perihal prosedur, waktu dan biaya dalam memperoleh koneksi jaringan listrik, pengadaan
listrik yang baik, dan biaya konsumsi listrik.
8. Kemudahan dalam mengekspor barang dari perusahaan yang memiliki keunggulan
komperatif dan impor suku cadang.
9. Kemudahan dalam tingkat pemulihan dalam hal kebangkrutan komersial dan kekuatan
kerangka hukum kepailitan.
10. Perlindungan bagi pemegang saham minoritas di suatu negara.

Adapun faktor-faktor pendorongnya dimotori reformasi di sebagian besar indikator doing


business yang tergolong masif dalam 15 tahun terakhir.

Empat indikator yang peringkat indeksnya paling tinggi dihuni oleh:


- indikator kemudahan mendapatkan sambungan listrik (getting electricity)
- penyelesaian kebangkrutan (resolving insolvency)
- melindungi investor minoritas (protecting minority investors), dan
- mempermudah mendapatkan kredit (getting credit) yang semuanya berada di posisi 100 besar
dunia.

Sedangkan indikator sisanya yakni:


- upaya membuat biaya yang lebih murah untuk memulai usaha (starting a business)
- mengurangi beban pajak properti (registering property)
- mempermudah pembayaran pajak (paying taxes)
- perdagangan lintas negara yang semakin baik dan cepat (trading across borders)
- perizinan mendirikan bangunan (dealing with construction permits), dan
- penegakan kontrak (enforcing contracts)

EKSPOR IMPORT
Kegiatan ekspor-impor adalah hal yang lazim dilakukan oleh setiap Negara. Tujuan kegiatan
ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh Negara tersebut
karena adanya perbedaan letak geografis mengakibatkan sumber daya yang dimiliki oleh setiap
Negara itu berbeda-beda maka untuk memenuhi kebutuhan Negara itu sendiri dengan cara
mendatangkan barang yang dibutuhkan dari Negara lain. Kegiatan ini juga dinamakan dengan
perdagangan internasional.

Teori Perdagangan Internasional


Teori perdagangan internasional menganalisa dasar – dasar terjadinya perdagangan
internasional serta keuntungan yang diperoleh. Jenis – Jenis Teori Perdagangan Internasional

1. Teori - Teori Klasik


Demikian juga teori – teori klasik dalam perdagangan internasional didasarkan pada pada
sejumlah asumsi sebagai berikut.
- Dua barang dan dua negara
- Nilai atas dasar biaya tenaga kerja yang sifatnya homogen
- Biaya produksi yang tetap tidak berubah
- Tidak ada biaya transportasi
- Faktor produksi dapat bergerak bebas di dalam negeri tetapi tidak antar Negara
- Distribusi pendapatan tidak berubah
- Tidak ada perubahan teknologi
- Perdagangan dilaksanakan atas dasar barter

• Keunggulan absolut
Filsafat ekonomi yang dikenal sebagai merkantilisme menyatakan bahwa cara yang terpenting
bagi suatu negara untuk menjadi kaya dan berkuasa adalah mengekspor lebih banyak dari pada
mengimpor. Adam Smith membuktikan bahwa dengan perdagangan bebas setiap negara dapat
berspesialisasi dalam produksi komoditi yang mempunyai keunggulan absolut (memproduksi
lebih efisien dibanding negara – negara lain) dan mengimpor komoditi yang mengalami
kerugian absolut (memproduksi dengan cara yang kurang efisien).
• Keunggulan komparatif
Teori ini dikemukakan oleh seorang bernama David Ricardo. Teori ini muncul untuk mengatasi
kelemahan dalam teori keunggulan absolut dimana negara yang tidak memiliki keunggulan
absolut berbeda nasibnya dibandingkan dengan negara yang memiliki keunggulan absolut.
keunggulan komparatif akan muncul ketika negara dapat memproduksi barang atau jasa dengan
mengeluarkan biaya tenaga kerja yang lebih murah dibandingkan dengan negara lain.

2. Teori - Teori Modern


• Teori Heckscher-Ohlin
Teori Hecksher-Ohlin pertama kali digagas pada tahun 1920an oleh dua ekonom Swedia, Eli
Heckscher dan muridnya Bertil Ohlin. Teori ini mengajukan suatu premis bahwa suatu negara
akan mengekspor barang yang memiliki faktor produksi yang berlimpah secara intensif. Suatu
negara dikatakan memiliki faktor produksi berlimpah (untuk tenaga kerja misalnya) jika rasio
dari tenaga kerja terhadap faktor lainnya lebih besar dibandingkan rasio dari negara mitranya

• Teori Siklus Produk


Teori siklus produk dari Vernon (1966) yang dikembangkan antara lain oleh Williamson
(1983) dapat juga digunakan untuk menjelaskan dinamika keunggulan komparatif dari suatu
produk atau industri. Jadi, menurut vernon keunggulan komparatif dari barang tersebut berubah
mengikuti perubahan waktu dan dari satu negara ke negara lain.

• Teori Skala Ekonomis


Teori skala ekonomis bertolak belakang dengan teori heckscher – ohlin (h-o). Teori h-o
mengasumsikan skala penambahan hasil yang konstan sedangkan di dalam teori skala
ekonomis, skala penambahan hasil tidak tetap, melainkan meningkat terus. Jadi skala ekonomis
adalah suatu skala produksi dimana pada titik optimalnya, produksi bisa menghasilkan biaya
per satu unit output terendah.

Kebijakan Perdagangan Internasional


Kegiatan ekspor impor diberlakukan oleh perusahaan atau negara. Ekspor bisa membantu
meningkatkan pendapatan sedangkan impor bisa membantu mendapatkan barang atau jasa
yang tidak tersedia di dalam negeri. Dalam proses pelaksanaannya, setiap negara tentunya
memiliki kebijakan perdagangan internasional tersendiri. Kebijakan ini yang harus diterapkan
dan dipatuhi oleh berbagai pihak yang terlibat di dalam perdagangan. Ini dilakukan agar tujuan
dari pembuatan kebijakan dapat tercapai. Jika nilai ekspor lebih tinggi daripada impor atau
ekspor nilainya positif maka artinya kegiatan tersebut memberikan kontribusi pada pendapatan
nasional yang berdampak pada kenaikan pertumbuhan ekonomi.

- Penetapan tarif
Tarif adalah sebuah pembebanan atas barang-barang yang melintasi daerah pabean (costum
area). Sementara itu, barang-barang yang masuk ke wilayah negara dikenakan bea masuk.
Dengan penerapan bea masuk yang besar atas barang-barang dari luar negeri, memiliki tujuan
untuk memproteksi industri dalam negeri sehingga diperoleh pendapatan negara. Bentuk
umum kebijakan tarif adalah penetapan pajak impor dengan prosentase tertentu dari harga
barang yang diimpor.

Akibat dan pengenaan tarif dan bea masuk barang impor adalah Harga barang impor naik,
Sehingga produksi dalam negeri menjadi lebih bisa bersaing (karena lebih murah), Kemudian
karena produksi dalam negeri mampu menyaingi barang impor maka diharap impor barang
menjadi turun.

- Kuota impor
Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang-barang yang masuk dari luar
negeri. Akibat dari kebijakan kuota dan pembatasan impor biasanya akan terjadi : Jumlah
barang di pasar turun, harga barang naik, produksi dalam negeri meningkat, dan impor barang
turun.

- Larangan ekspor impor


Kebijakan ini dimaksudkan untuk melarang masuknya produk-produk asing ke dalam pasar
domestik. Hal ini dilakukan karena alasan politik dan ekonomi. untuk alasan ekonomi
pelarangan impor bertujuan untuk melindungi dan meningkatkanproduksi dalam negeri

- Subsidi
Subsidi merupakan kebijakan pemerintah untuk membantu mengurangi sebagian biaya
produksi per unit barang produksi dalam negeri. Sehingga produsen dalam negeri bisa
memasarkan barangnya lebih murah dan dapat bersaing dengan barang impor. Subsidi yang
diberikan dapat berupa tenaga ahli, mesin-mesin, peralatan, fasilitas kredit, keringanan pajak,
dll.

- Premi
Adalah suatu kebijkan yang diambil oleh pemerintah dengan memberikan tambahan dana pada
produsen dalam negeri yang berhasil mencapai target produksi tertentu yang telah ditetapkan.

- Dumping
Dumping merupakan kebijakan pemerintah untuk mengadakan diskriminasi harga, yakni
produsen menjual barang di luar negeri dengan harga yang lebih murah dari dalam negeri atau
bahkan di bawah biaya produksi. Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume
perdagangan dan menguntungkan negara pengimpor, terutama menguntungkan konsumen
mereka.

- Devaluasi
Adalah tindakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang sendiri dengan sengaja
terhadap uang asing.

Akibat devaluasi:
1. Harga barang-barang impor menjadi mahal
2. Harga barang-barang dalam negeri menjadi lebih murah di pasaran luar negeri
3. Meningkatkan jumlah ekspor
4. Mengurangi jumlah impor
5. Devisa Negara akan naik
6. Keseimbangan pada neraca pembayaran
7. Perubahan metode produksi
8. Munculnya persaingan produk lokal dan luar negri

Tujuan devaluasi:
1. Memperbesar exspor
2. Memperkecil impor
3. Menambah devisa negara
4. Memperbaiki balance of payment Negara
5. Memperkuat ekonomi Negara

Analisis Neraca Perdagangan


Neraca Perdagangan merupakan catatan yang berisikan nilai barang – barang yang di ekspor
maupun di impor oleh suatu Negara. Kegiatan ekspor suatu Negara menimbulkan hak yang
berupa penerimaan bayaran atau piutang, sedangkan impor barang dari luar negri menimbulkan
kewajiban membayar ke luar negri atau utang negri.
Kondisi neraca perdagangan yang defisit seringkali dijadikan indikator buruknya
perekonomian suatu Negara. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena neraca perdagangan tidak
memiliki suatu kondisi ideal.

Untuk dapat menyatakan kondisi neraca perdagangan yang defisit sebagai hal yang buruk atau
baik sangatlah relatif terhadap kondisi perekonomian baik itu domestik maupun internasional.
Sebagai salah satu Negara yang menganut sistem perekonomian terbuka seperti Indonesia saat
ini, suatu negara tidak akan lepas dari kegiatan perekonomian internasional. Kondisi
perekonomian suatu Negara, khususnya dalam hal perdagangan internasional, dapat diketahui
dengan melihat neraca perdagangan tersebut.

Neraca perdagangan yaitu salah satu instrumen dalam neraca pembayaran yang menunjukkan
kondisi ekspor dan impor suatu Negara.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca
perdagangan Indonesia pada Juni 2022 kembali mencatat surplus, yakni 5,09 miliar dolar AS,
meningkat dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya sebesar 2,90 miliar dolar AS.
Kinerja positif tersebut melanjutkan surplus neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020.
Neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Juni 2022 secara keseluruhan mencatat surplus
24,89 miliar dolar AS, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada semester pertama
2021 sebesar 11,84 miliar dolar AS. Bank Indonesia memandang bahwa surplus neraca
perdagangan tersebut telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal
perekonomian Indonesia. Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan
dengan Pemerintah dan otoritas kebijakan terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal
serta mendukung pemulihan ekonomi nasional.

BUMN
Dalam Perekonomian Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Koperasi, dan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memegang peranan yang sangat besar dan merupakan
penggerak dari Perekonomian Republik Indonesia sendiri yang berkontribusi besar dalam
berjalannya struktur dan kegiatan ekonomi di negara Indonesia.

Perusahaan Badan Usaha Milik Negara Secara umum (BUMN) adalah badan usaha yang
seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan (Berdasarkan UU Republik
Indonesia No.19 Tahun 2003). BUMN merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem
perekonomian nasional, disamping Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) dan koperasi.

BUMN berasal dari kontribusi dalam perekonomian indonesia yang berperan menghasilkan
berbagai barang dan jasa guna mewujudkan kesejahteraan rakyat. BUMN terdapat dalam
berbagai sektor seperti sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, keuangan, manufaktur,
transportasi, pertambangan, listrik, telekomunikasi dan perdagangan serta kontruksi. Sebagai
tonggak perekonomian di Indonesia BUMN berperan penting dalam menjaga kestabilan
kondisi perekonomian Indonesia yaitu dengan memperoleh pendapatan yang cukup untuk
menompang perekonomian Indonesia.

Koperasi merupakan suatu bentuk kerja sama dalam perekonomian, kerja sama ini terjadi
karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup mereka. Mereka bersama sama mengusahakan
kebutuhan sehari hari, kebutuahan yang berhubungan dengan lembaga maupun rumah tangga.
Pada hakikatnya koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial,
beranggotakan orang atau badan hukum yang berdasarkan asas kekeluargaan di mana koperasi
merupakan bentuk usaha yang sesuai dengan semangat jiwa gotong royong bangsa indonesia.

Sedangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting
dari perekonomian suatu bangsa dan daerah tak terkecuali di Indonesia. UMKM merupakan
salah satu motor penggerak perekonomian Indonesia. Sejak krisis moneter ditahun 1997-1998
hampir 80% usaha yang dikategorikan besar mengalami kebangkrutan dan malah UMKM
dapat bertahan dalam krisis dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang dimilikinya.

Kondisi BUMN, Koperasi & UMKM di Indonesia


1. Kondisi BUMN Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat ini mencatat
sebanyak 90% perusahaan plat merah harus menanggung dampak COVID-19. Hal ini
menyebabkan kinerja perusahaan bisa mengalami penurunan kinerja selama masa pandemi
ini.Kementrian BUMN juga menjelaskan BUMN yang tak terlalu terkena dampak itu
Telkom, Kesehatan dan Kelapa Sawit. Sisanya terkena dampak dari COVID – 19 ini

2. Kondisi UMKM Dalam upaya membangun ekonomi kerakyatan, Presiden RI telah


memberikan arahan untuk melakukan pengembangan UMKM Naik Kelas dan Modernisasi
Koperasi. Peran UMKM sangat besar untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia, dengan
jumlahnya mencapai 99% dari keseluruhan unit usaha. Kontribusi UMKM terhadap PDB
juga mencapai 60,5%, dan terhadap penyerapan tenaga kerja adalah 96,9% dari total
penyerapan tenaga kerja nasional. Sebelumnya, kondisi UMKM lokal sempat menurun
pada dua tahun pertama pandemi Covid-19 yakni di tahun 2020-2021. Berdasarkan survei
dari UNDP dan LPEM UI yang melibatkan 1.180 responden para pelaku UMKM diperoleh
hasil bahwa pada masa itu lebih dari 48% UMKM mengalami masalah bahan baku, 77%
pendapatannya menurun, 88% UMKM mengalami penurunan permintaan produk, dan
bahkan 97% UMKM mengalami penurunan nilai aset.

3. Kondisi Koperasi Mengutip data Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM),
pada 2019 jumlah koperasi mencapai 152.174 unit. Kemudian, pada 2018 turun menjadi
126.343 unit. Tahun berikutnya, 2019 juga turun hingga 123.048 unit dengan jumlah
anggota 22.463.738 orang saja. Dari jumlah itu, hanya 35.76o uni saja yang sudah
teregistrasi atau memiliki Nomor Induk Koperasi (NIK). Koperasi yang melakukan rapat
anggota tahunan (RAT) rutin secara nasional baru 45.490 unit koperasi atau 37%. Saat ini
koperasi di Indonesia dihadapkan pada dua tantangan utama. Pertama, peningkatan kualitas
kelembagaan dan manajemen unit koperasi. Kedua, unit koperasi juga perlu terus kita
tingkatkan daya saing dan tidak hanya berperan di tingkat nasional tetapi juga berkelas
dunia.

Peran BUMN, Koperasi & UMKM terhadap Perekonomian Indonesia


1. Peran BUMN terhadap Perekonomian Indonesia Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
1) Menjadi Penyeimbang Perekonomian
2) Pengelola Sumber Daya Alam Potensial Milik
3) Sebagai Penyedia Lapangan Kerja

2. Peran Koperasi terhadap Perekonomian Indonesia


1) Mengembangkan Kegiatan Usaha Masyarakat
2) Meningkatkan Pendapatan Anggota
3) Mengurangi Tingkat Pengangguran
4) Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat
5) Turut Mencerdaskan Bangsa
6) Membangun Tatanan Perekonomian Nasional

3. Peran UMKM terhadap Perekonomian Indonesia


1) Membuka Lapangan Pekerjaan
2) Mendorong Tercapainya Pemerataan Ekonomi
3) Meningkatkan Kesejahteraan
4) Meningkatkan Devisa Negara
5) Penopang Perekonomian di Kala Krisis

Kontribusi BUMN, Koperasi & UMKM terhadap Perekonomian Nasional


1. Kontribusi BUMN terhadap Perekonomian Indonesia
Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan menghasilkan barang dan/atau
jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat.
Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan/atau perintis dalam sektor-sektor
usaha yang belum diminati usaha swasta. Di samping itu, BUMN juga mempunyai peran
strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar,
dan turut membantu pengembangan usaha kecil/koperasi.

2. Kontribusi Koperasi terhadap Perekonomian Indonesia Kontribusi Koperasi terhadap


perekonomian Indonesia berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2022 tercatat
baru mencapai 5,1 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Rendahnya kontribusi
koperasi itu membuat koperasi belum sepenuhnya menjadi pilihan utama kelembagaan
ekonomi masyarakat padahal koperasi itu sendiri merupakan pilar ekonomi kerakyatan
yang menjadi salah satu prasyarat bagi terwujudnya kemandirian dan kedaulatan bangsa,
koperasi dengan filosofi kegotongroyongannya mampu mengungkit dan mewujudkan
kesejahteraan bagi anggotanya. Hingga awal Juli 2022, Indonesia tercatat memiliki sekitar
236.000-unit koperasi. Keempat strategi itu yakni modernisasi koperasi, transformasi
informal ke formal, transformasi digital dan pemanfaatan teknologi informasi serta
transformasi dalam rantai nilai global yang meliputi peningkatan kualitas SDM,
peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan, peningkatan nilai tambah
produk dan jangkauan pemasaran, penguatan kelembagaan usaha, serta kemudahan,
kepastian, dan perlindungan usaha koperasi.

3. Kontribusi UMKM terhadap Perekonomian Indonesia


Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebut, jumlah sektor bisnis UMKM di Indonesia
pada 2022 mencapai 64,19 juta dengan partisipasi terhadap produk domestik bruto (PDB)
sebesar 61,97 persen atau senilai Rp 8,6 triliun. Sektor bisnis UMKM memiliki peranan
terhadap perbaikan ekonomi Indonesia, terlihat dengan kemampuannya menyerap 97 persen
tenaga kerja dan mengintegrasikan investasi sebesar 60,4 persen. Sebelumnya, kondisi UMKM
lokal sempat menurun pada dua tahun pertama pandemi Covid-19 yakni di tahun 2020-2021.
Privatisasi BUMN
Privatisasi adalah penjualan saham Perusahaan Perseroan yang merupakan BUMN berbentuk
perseroan terbatas dengan saham paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) dimiliki oleh
Negara Republik Indonesia (“Persero”), baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain
dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi Negara
dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat.

Maksud dan Tujuan Privatisasi.


Menurut Pasal 74 UU BUMN, privatisasi dilakukan dengan maksud untuk:
• Memperluas kepemilikan masyarakat atas Persero;
• Meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan;
• Menciptakan struktur keuangan dan manajemen keuangan yang baik/kuat;
• Menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif,
• Menciptakan Persero yang berdaya saing dan berorientasi global;
• Menumbuhkan iklim usaha, ekonomi makro dan kapasitas pasar.

Privatisasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan
dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemilikan saham Persero.

Privatisasi dilakukan dengan cara:


1. Penjualan saham berdasarkan ketentuan Pasar Modal;
2. Penjualan saham secara langsung kepada investor;
3. Penjualan saham kepada manajemen dan/atau karyawan Persero yang bersangkutan.
Privatisasi tersebut dilakukan melalui penualan saham Negara pada Persero atau penjualan
saham dalam simpanan.

Tujuan Privatisasi
a) Tujuan Privatisasi dari Perspektif Ekonomi
• Kebebasan ekonomi dan kepentingan konsumen (economic freedom and consumer
sovereignity)
• Meningkatkan efisiensi (improving efficiency)
• Kebijakan fiskal (fiscal management)
• Demokratisasi kepemilikan (creating a share-owning democracy)
• Mengurangi dominasi kelompok pengusaha (reducing trade union power)
• Menghapuskan sosialisme dan kolektivisme (defeating socialism andcollectivism)
b) Tujuan Privatisasi dari Perspektif Kebijakan Publik

Manfaat Privatisasi
Dalam prespektif normatif, perusahaan dapat meningkatkan kinerja pasca-privatisasi setelah
mampu menciptakan efisiensi dalam operasinya.
Secara ringkas manfaat kebijakan privatisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Dalam skala (makro): Membantu pemerintah memperoleh dana pembangunan, pengganti
kewajiban setoran tambahan modal pemerinta, mendorong pasar modal dalam negeri
2) Dalam skala (mikro) Restrukturisasi modal (capital restructuring), keterbukaan dalam
pengelolaan perusahaan, peningkatan efisiensi dan produktivitas, perubahan budaya
perusahaan.

Metode Privatisasi
1) Penawaran saham BUMN kepada umum (public offering of shares).
2) Penjualan saham BUMN kepada pihak swasta tertentu (private sale of share)
3) Penjualan aktiva BUMN kepada swasta (sale of government organization state-owned
enterprise assets).
4) Penambahan investasi baru dari sektor swasta ke dalam BUMN (new private investment in
an stateowned enterprise assets).
5) Pembelian BUMN oleh Manajemen atau Karyawan (management/employee buyout)

Dampak Privatisasi BUMN di Indonesia


Dampak kebijakan privatisasi BUMN jelas terlihat pada perubahan kebijakan pemerintah dan
kontrol regulasi. Di mana dapat dikatakan sebagai sarana transisi menuju pasar bebas, aktivitas
ekonomi akan lebih terbuka menuju kekuatan pasar yang lebih kompetitif, dengan adanya
jaminan tidak ada hambatan dalam kompetisi, baik berupa aturan, regulasi maupun subsidi.
Kebijakan privatisasi dikaitkan dengan kebijakan eksternal yang penting seperti tarif, tingkat
nilai tukar, dan regulasi bagi investor asing. Juga menyangkut kebijakan domestik, antara lain
keadaan pasar keuangan, termasuk akses modal, penerapan pajak dan regulasi yang adil, dan
kepastian hukum serta arbitrase untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya kasus
perselisihan bisnis.

Pembangunan Koperasi & UMKM (KUMKM) di Indonesia


UMKM dan koperasi idealnya memang membutuhkan peran atau campur tangan pemerintah
dalam peningkatan kemampuan bersaingnya. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa
kemampuan disini bukan dalam arti kemampuan untuk bersaing dengan usaha atau industri
yang besar, melainkan untuk memprediksi lingkungan usaha dan kemampuan untuk
mengantisipasi kondisi lingkungan tersebut. Maka daripada itu, pemerintah perlu melakukan
tindakan berupa pembangunan dan perkembangan dari Koperasi & UMKM.
Tindakan pemerintah bukan berupa pemberian modal tetapi lebih pada membina kemampuan
industry kecil dan membuat suatu kondisi kemampuan industry kecil dalam mengakses modal.

1. Tujuan dari Pembangunan dan Pengembangan Koperasi dan UMKM


1) Meningkatkan Peran Sektor Industri dalam Perekonomian
2) Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Perdagangan
3) Meningkatkan Peran Koperasi dan UMKM dalam Pertumbuhan Perekonomian Indonesia.

2.Sasaran Pembangunan dan Pengembangan Koperasi dan UMKM


Dasar dari sasaran Pembangunan dan Pengembangan Koperasi dan UMKM ini didasarkan dari
tujuan Pembangunan dan Pengembangan Koperasi dan UMKM serta dalam sasaran dirancang
indikator sasaran yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada
implementasi program atau kegiatan yang disertai dengan rencana tingkat capaian.
Sasaran tersebut terdiri dari :
• Meningkatnya Kontribusi Sektor Industri pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
• Meningkatnya Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia.
• Meningkatnya Kinerja Kelembangaan dan Usaha Koperasi dan UMKM.

Tantangan dalam Pembangunan dan Pengembangan Koperasi & UMKM


Usaha pemerintah dalam melaksanakan program Pembangunan dan Pengembangan Koperasi
& UMKM tidak lepas dari beberapa permasalahan dan tantangan.

Ada dua permasalahan utama yaitu :


1) Masalah Finansial Ada beberapa masalah yang terkait dengan finansial, yaitu sebagai
berikut:
• Kurangnya kesesuaian (terjadinya mismatch) antara dana yang tersedia yang dapat
diakses oleh UKM
• Tidak adanya pendekatan yang sistematis dalam pendanaan UKM
• Biaya transaksi yang tinggi, yang disebabkan oleh prosedur kredit yang cukup rumit
sehingga menyita banyak waktu sementara jumlah kredit yang dikucurkan kecil.
• Kurangnya akses ke sumber dana yang formal, baik disebabkan oleh ketiadaan bank
di pelosok maupun tidak tersedianya informasi yang memadai.

2) Masalah Non-Finansial Ada beberapa masalah yang tidak terkait dengan finansial atau
Non-finansial, yaitu sebagai berikut :
• Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang disebabkan
oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan teknologi serta kurangnya
pendidikan dan pelatihan.
• Kurangnya pengetahuan ttg pemasaran, yang disebabkan oleb terbatasnya informasi
yang dapat dijangkau oleh UKM mengenai pasar
• Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) serta kurangnya sumber daya untuk
mengembangkan SDM.

BUMN, Koperasi dan UMKM memegang peranan dan memiliki kontrobusi yang sangat besar
dalam Perekonomian Indonesia karena BUMN, Koperasi dan UMKM merupakan tiga
penopang utama dalam Perekonomian Indonesia dan keberhasilan akan berjalannya
Perekonomian Negara Indonesia bergantung besar kepada keberhasilan dari BUMN, Koperasi
dan UMKM tersebut yang tidak lepas dari peran masyarakat Indonesia sendiri yang mana
keberhasilan BUMN, Koperasi dan UMKM dalam membangun dan menumbuhkan
Perekonomian Negara Indonesia tergantung kepada arah kebijakan yang diambil oleh
pemerintah Indonesia dan aksi serta kontribusi yang diambil oleh masyarakat untuk membantu
menumbuhkan keberhasilan dari BUMN, Koperasi, serta UMKM.

Maka daripada itu, pemerintah dan masyarakat Indonesia harus saling bahu-membahu untuk
memajukan Perekonomian Indonesia dengan mendukung peran dan berusaha meningkatkan
kontribusi BUMN, Koperasi, dan UMKM

Anda mungkin juga menyukai