Anda di halaman 1dari 8

Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen

Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M. Friedman.


Menurut teori ini bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory
income).Pengertian dari pendapatan permanen adalah:

1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan
sebelumnya, misalnya pendapatan dari upah, gaji.
2. Pendapatan yang diperoleh dari hasil semua faktor yang menentukan kekayaan
seseorang. Kekayaan suatu rumah tangga dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
kekayaan non-manusia (non- human wealth) dan kekayaan manusia (human wealth).
Kekayaan non-manusia misalnya kekayaan fisik (misalnya barang konsumsi tahan lama,
bangunan, mesin), sedangkan kekayaan manusia adalah kemampuan yang melekat pada
diri manusia itu sendiri, seperti keahlian, keterampilan, pendidikan.

Formulasi kekayaan seseorang menurut Friedman adalah:

W = Yp/i W

yang menyatakan bahwa

W = kekayaan seseorang

Yp = pendapatan permanen orang tersebut

i     = tingkat bunga

Formulasi pendapatan permanen seseorang (Yp) dapat diperoleh dari formulasi kekayaan
seseorang (W), yaitu:

Yp = i W

Pengertian pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak dapat diperkirakan


sebelumnya. Nilainya dapat positif jika nasibnya baik dan negatif jika bernasib buruk. Misalnya,
seseorang yang mendapat undian, maka ia mempunyai pendapatan sementara positif, sedangkan
seseorang yang mendapat musibah (misalnya gagal panen karena musim kemarau panjang)
mempunyai pendapatan sementara negatif. Pendapatan yang terukur (measured income)
seseorang merupakan penjumlahan dari pendapatan permanen dan pendapatan sementara. Atau
secara matematis dapat ditulis dengan formulasi sebagai berikut:

Y = Yp + Yt

yang menyatakan bahwa

Y   = pendapatan yang terukur

Yp = pendapatan permanen

Yt  = pendapatan sementara

Mengenai hubungan antara pendapatan permanen dengan pendapatan sementara,


Friedman menggunakan dua asumsi, yaitu:

1. Tidak ada korelasi antara pendapatan permanen dengan pendapatan sementara.


Pendapatan sementara semata-mata merupakan suatu faktor kebetulan saja.
2. Pendapatan sementara tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsi. Artinya, jia seseorang
menerima pendapatan sementara yang nilainya positif, maka semuanya akan ditabung.
Namun, jika seseorang memperoleh penghasilan sementara negatif, maka ia akan
mengurangi tabungannya dan tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsinya.

Sama halnya dengan pendapatan, Friedman membagi pengeluaran konsumsi menjadi dua,
yaitu pengeluaran konsumsi permanen (Cp) dan pengeluaran konsumsi sementara (Ct).
Pengeluaran konsumsi permanen adalah kosumsi yang direncanakan, sedangkan pengeluaran
konsumsi sementara adalah pengeluaran konsumsi yang tidak di rencanakan. Pengeluaran
konsumsi sementara nilainya dapat positif dan dapat pula negatif. Pembelian yang dilakukan
oleh seseorang karena toko-toko melakukan obral mengakibatkan nilai pengeluaran konsumsi
sementara positif, sedangkan pembelian yang tertunda karena barang yang akan dibeli tidak
tersedia mengakibatkan pengeluaran sementara negatif. Menurut Friedman, hubungan antara
pengeluaran konsumsi dan pendapatan bukan hubungan antara pengeluaran konsumsi terukur
(measured consumption), namun hubungan antara pengeluaran konsumsi permanen dengan
pendapatan permanen. Bentuk antara kedua variabel tersebut dapat ditulis dengan bentuk
matematis sebagai berikut:

Cp = k Yp

yang menyatakan bahwa

Cp = pengeluaran konsumsi permanen

k   = MPC yang besarnya dipengaruhi oleh tingkat bunga, kekayaan,selera dan umur

Yp = pendapatan permanen

Persamaan konsumsi Cp = k Yp merupakan persamaan pengeluaran konsumsi jangka panjang


yang jika digambarkan ke dalam sebuah grafik seperti di bawah ini.

Cp

Cp = Ct                                                                                   C

Cp = Ct                                                                      
Y

0Y

Yt2 < 0                                                         Yt1 > 0

Dari persamaan pengeluaran konsumsi jangka panjang dapat diperoleh persamaan


pengeluaran konsumsi jangka pendek. Menurut Friedman, dalam suatu studi mengenai
pengeluaran konsumsi rumah tangga, rumah tangga dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
golongan kaya dan golongan miskin. Pada kelompok rumah tangga kaya terdapat pendapatan
sementara yang positif dan ada yang mempunyai pendapatan sementara yang negatif. Bagi
golongan rumah tangga kaya , juga ada yang melakukan pengeluaran konsumsi sementara yang
positif dan ada yang melakukan pengeluaran konsumsi sementara negatif. Namun, secara
keseluruhan jumlah keduanya sama besar, sehingga pengeluaran sementara golongan rumah
tangga kaya adalah nol. Menurut Friedman, APC bagi golongan kaya adalah rendah. Alasannya
dapat dijelaskan secara matematis sebagai berikut:

APC =C/Y

dengan nilai  Y = Yp + Yt  dan C = Cp + Ct

Bagi golongan rumah tangga kaya, Y> Yp dan Ct = 0. Ini berarti dengan nilai C = Cp dan Y >
Yp.

Teori Konsumsi Hipotesis Pendapatan Absolut

  Menururt Keynes, pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga
dalam perekonomian tergantung dari besarnya pendapatan. Perbandingan antara besarnya
konsumsi dengan jumlah pendapatan disebut kecondongan mengkonsumsi (MPC = Marginal
Propensity to Consume). Semakin besar MPC semakin besar pula pendapatan yang digunakan
untuk kegiatan konsumsi dan sebaliknya. Pada kondisi negara yang MPC-nya rendah, maka akan
menyebabkan selisih antara produksi nasional (dengan asumsi full employment) dengan tingkat
konsumsi (penggunaan produk) menjadi semakin besar. Agar mencapai penggunaan tenaga kerja
penuh, para pengusaha perlu melakukan investasi sebesar selisih antara tingkat konsumsi dan
produksi tersebut. Jika besarnya investasi tidak mencapai jumlah tersebut, maka akan terjadi
pengangguran. Karena kondisi tersebut dalam kondisi nyata tidak selalu tercapai, maka
pengangguran akan selalu ada.
Fungsi konsumsi Keynes adalah fungsi konsumsi jangka pendek.  
Keynes tidak mengeluarkan fungsi konsumsi jangka panjang karena menurut Keynes ” in the
long run we’re all dead.” , bahwa di dalam jangka panjang, kita semua akan mati, sehingga
jangka panjang tidak perlu diprediksi.
Fungsi konsumsi Keynes dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Fungsi Konsumsi Keynes :  C=Co +cYd
2. Dimana
3. §  Co > 0. à Co adalah Konsumsi subsidi (The Otonom Consumption)   yaitu sejumlah
konsumsi yang diterima oleh konsumen apabila pendapatan mereka tidak ada, atau  Y =
0.
4. §  Yd = Pendapatan Disposable atau pendapatan yang siap dikonsumsi
Yd = Y – Tx + Tr
5. §  Tx  adalah Pajak dan Tr  adalah  Subsidi atau transfer
6. Rata-rata konsumsi ( APC = Average Propensity to Consume) adalah ratio antara jumlah
konsumsi terhadap pendapatan, APC=C/Y.
7. Kecenderungan tambahan mengkonsumsi (MPC = c = DC/DY = Marginal Propensity to
Consume) adalah sejumlah perubahan konsumsi sebagai akibat dari berubahnya tingkat
pendapatan.
8. 4.    Rata-rata kecenderungan mengkonsumsi   adalah lebih besar dari pada kecenderungan
mengkonsumsi marjinal atau APC > MPC
9. APC tidak boleh konstan jika C0  adalah tidak nol. Jika Co = 0 maka fungsi konsumsi
akan mengurangi  ”absolut income hypothesis ” dimana  konsumsi sebanding dengan
pendapatan. Dan hal ini tidak konsisten dengan Keynes.

Keynes melakukan penelitian hubungan fungsi konsumsi dengan mengambil data dari
tahun 1929 – 1941. Hasil penelitian di Amerika Serikat tersebut menunjukkan adanya pengaruh
pendapatan disposable dengan konsumsi, seperti yang terlihat dari gambar berikut:

Dari hasil penelitian tersebut ditemukan fungsi konsumsi yaitu Fungsi Konsumsi Keynes :
C = 832 + 0.42 Yd Dimana : §  Co =832  > 0
§  APC  adalah lebih besar dari  MPC
§  Peningkatan pada pengeluaran konsumen tampaknya lebih kecil dari peningkatan pendapatan
disposal.
§  Hal ini mendukung bahwa  MPC <1.
Menurut Keynes, meningkatnya pendapatan menyebabkan menurunnya APC dan MPC.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan waktu antara ”waktu untuk hidup” dan ”waktu untuk bekerja”
dari perilaku konsumsi itu sendiri. Karena masa hidup seseorang lebih lama dari masa kerja,
maka orang perlu menabung untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan sesudah orang tidak lagi
mampu bekerja.  Disamping itu semakin besar pendapatan seseorang, semakin tinggi pula
konsumsinya. Tetapi peningkatannya tidak dalam proporsi yang  sama besar. Proporsi kenaikan
pendapatan lebih besar dari konsumsi ( MPC < 1) Selanjutnya Keynes juga melakukan penelitian
dengan menggunakan data cross section yaitu data tahun 1935 dan tahun 1941. Pada tahun 1935
dissaving meningkat sebagai persentase dari pendapatan, bahkan peningkatannya lebih tinggi
dibandingkan pada kondisi perekonomian yang relatif makmur di tahun 1941. Mengapa rumah
tangga harus mengorbankan manabung untuk ”membela” (mempertahankan ) gaya hidup mereka
? . Kondisi ini kemudian  diteliti kembali  oleh Duesenberry melalui Relatif Income Hypothesis
dan Franco Modigliani melalui Life Cycle Hypothesis. Hasil penelitian Keynes dengan
menggunakan data cross section tersebut ditunjukkan pada gambar 2 dibawah ini.

Dari hasil kedua penelitian tersebut, baik dengan menggunakan data time series, dan data cross
section dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.   Kurva fungsi konsumsi berada berdekatan dengan data konsumsi, kecuali data tahun 1946 –
1949. Hal ini terjadi, karena pada waktu itu terjadi resesi ekonomi.
2.   Kedua fungsi permintaan memiliki konstanta, dan besarnya  MPC < 1.

PENGANTAR EKONOMI MAKRO


Nama: Adventia.S.Voxdey.Paays

Nim: 2019-28-030

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PATTIMURA

2019

Anda mungkin juga menyukai