Anda di halaman 1dari 27

KONSUMSI

Fungsi Konsumsi

Fungsi Konsumsi adalah suatu fungsi yang


menunjukkan hubungan antara variabel
pendapatan nasional (Y) dengan variabel
pengeluaran konsumsi (C).

Fungsi Konsumsi diperkenalkan oleh John


Maynard Keynes :
C S  Co  cY
Karakteristik Fungsi Konsumsi
Keynes :
1. Besarnya pengeluaran konsumsi (C) dipengaruhi secara positif atau searah oleh
besarnya pendapatan (Y).
2. Merupakan fungsi konsumsi jangka pendek, ditunjukkan oleh adanya pengeluaran
konsumsi otonomi sebesar Co.
3. CS = pengeluaran konsumsi yang terdiri atas autonomous consumption (Co) dan
induced consumption (cY).
4. Co = autonomous consumption atau pengeluaran konsumsi otonomi, adalah :
a. pengeluaran konsumsi pada pendapatan = 0, artinya : orang tetap
berkonsumsi meskipun tidak mempunyai pendapatan. Ini hanya terjadi
pada jangka pendek.
b. pengeluaran konsumsi yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan.
5. c = marginal Propensity to consume (MPC) = kecenderungan marginal untuk
berkonsumsi
C dC - mengukur perubahan pengeluaran konsumsi setiap
c  
Y dY ada perubahan pendapatan.
- Slope kurva konsumsi
Karakteristik (lanjutan):
0 < c < 1, atau MPC nilainya positif dan kurang dari 1, artinya (berdasarkan Fundamental
Psychological Law):
a. setiap ada pertambahan pendapatan akan menambah pengeluaran konsumsi, c > 0.
b. besarnya tambahan pengeluaran konsumsi kurang dari pertambahan pendapatan, c < 1.

6. Y = Pendapatan Nasional yang siap dibelanjakan. Jika dalam perekonomian ada sektor
pemerintah, ditulis Yd (disposible income), dimana Yd = Y – T (pajak) + F (subsidi).

7. C/Y = APC = kecenderungan rata-rata untuk berkonsumsi.

C Co  cY C
APC   c o
Y Y Y
a. besarnya APC tidak konstan, tetapi membesar dengan semakin besarnya Y
b. dalam jangka pendek, APC > MPC
c. APC (pada satu tingkat pendapatan) adalah slope garis yang dibuat dari titik
origin ke suatu titik pada kurva konsumsi (pada tingkat pendapatan tersebut).
Gambar 1. Kurva Konsumsi Jangka Pendek

CS

α
Co

0 Y
Y1 Y2
Penjelasan gambar 1
Karena MPC < 1, maka sudut α < 45
Besarnya MPC konstan, yaitu sebesar slope kurva C s atau sebesar tangent
sudut α

Jadi, pada pendapatan nasional sebesar :


Y1, besarnya MPC tetap saja sebesar slope kurva Cs atau sebesar tangent
sudut α
besarnya APC = AB / OA atau = slope garis OB.
Y2, besarnya MPC tetap saja sebesar slope kurva Cs atau sebesar tangent
sudut α
besarnya APC = CD / OD atau = slope garis OC.

8. Sampai dengan tahun 1947, dipercaya bahwa bentuk fungsi konsumsi adalah
seperti yang dikemukakan oleh Keynes, yaitu fungsi konsumsi jangka pendek.
Karakteristik (lanjutan)

9. Pada tahun 1948, berdasarkan studi empiris yang dilakukan oleh Ruth
P. Mack, ternyata ada perbedaan gambar diagram sebaran yang
dihasilkan antara :
a). jika data yang di-plot berasal dari data C dan Y yang dilakukan
selama 6 bulan, akan menghasilkan garis seperti Cs, seperti
pada kurva konsumsi jangka pendeknya Keynes.
b). jika data yang di-plot berasal dari data C dan Y yang dilakukan
selama lebih dari 6 bulan, akan menghasilkan garis seperti CL,
yang merupakan garis yang berasal dari titik origin, yang berarti
Co = 0, atau lazim disebut kurva konsumsi jangka panjang.
Gambar 2 : Kurva Konsumsi Jangka Panjang

CL

CS

Co

0 Y
Penjelasan gambar 2

Karakteristik Fungsi Konsumsi Jangka Panjang :


1). Fungsinya : CL = k Y
2). MPC Jangka panjang = Δ C / Δ Y = dC / dY = k
APC Jangka panjang = C / Y = kY / Y = k
Jadi dalam jangka panjang MPC = APC
3). Fundamental Psychological Law yang mendasari besarnya MPC,
juga berlaku dalam jangka panjang. Jadi : 0 < k < 1
4). MPC jangka panjang (k) > MPC jangka pendek (c)
5). Tidak ada autonomus consumption Co, karena dalam jangka
panjang tanpa pendapatan berarti tidak bisa berkonsumsi.
Gambar 3 : Rekonsiliasi grafis antara
kurva konsumsi jangka panjang dan
kurva konsumsi jangka pendek

CL

CS
A
E B
Co

0 D Y
Penjelasan gambar 3

dC AB C AD
MPCs   ; APCs    JadiMPCs  APCs
dY EB Y OD
dC AD C AD
MPC L   ; APC L    JadiMPC L  APC L
dY OD Y OD
dC AB dC AD MPCs  MPC L
MPCs   ; MPC L    Jadi
dY EB dY OD ck
Hubungan (Rekonsiliasi) Antara
Fungsi Konsumsi Jangka Pendek dan
Fungsi Konsumsi Jangka Panjang
I. Permanent Income Hypothesis = Pengeluaran Konsumsi ditentukan oleh income
permanent ( Milton Friedman)

C  f (Ypt ) Ypt= Pendapatan permanen

C  kYpt Fungsi konsumsi jangka panjang

menurut Milton Friedman, pendapatan permanent terdiri dari pendapatan periode


yang lalu, ditambah dengan windfall income yang “diyakini” menjadi bagian dari
pendapatan permanent. “Keyakinan” tersebut diwujudkan dalam koefisien adaptasi,
yang biasa dinotasikan dengan huruf g.
Permanent income Hypothesis (lanjutan)

Dalam jangka pendek, besarnya g adalah antara 0 dan 1,


atau ditulis 0 < g < 1. Semakin mendekati 0, konsumen
semakin pesimis dan beranggapan bahwa windfall
income tidak akan menjadi pendapatan permanent.
Semakin mendekati 1, konsumen semakin optimis dan
beranggapan bahwa windfall income akan menjadi
pendapatan permanent.

Dalam jangka panjang, besarnya g = 1, artinya seluruh


windfall income menjadi pendapatan permanent.
Derivasi Fungsi Konsumsi Milton Friedman :

Ypt  Yt 1  g (Yt  Yt 1 )  Yt 1  gYt  gYt 1

Ypt  (1  g )Yt 1  gYt


C  kYpt C  k ((1  g )Yt 1  gYt )

C  k (1  g )Yt 1  kgYt
Dalam jangka pendek, besarnya 0 < g < 1, maka berarti : k,
g dan Yt-1 adalah konstanta, yang berarti fungsi konsumsi
jangka pendek dari Milton Friedman adalah :

C  k (1  g )Yt 1  kgYt
Bandingkan dengan :

C  Co  kgYt
Dalam jangka panjang, besarnya g=1, maka berarti
fungsi konsumsi jangka panjang dari Milton Friedman
adalah :

C  k (1  1)Yt 1  k (1) gYt = C  kYt

MPCS = kg
MPCL = k selama g < 1 kg < k MPCS < MPCL
II. Duessenbery : Relative Income Hypothesis
Pengeluaran Konsumsi ditentukan oleh
Pendapatan relatif. Ratchet Consumption Pattern

Jika pendapatan berubah, maka perubahan pola konsumsi akan


mengikuti jalur perubahan yang ratchet, karena perubahan pola
konsumsi tersebut berlangsung melalui tahap-tahap
penyesuaian. Dalam jangka pendek, karena konsumen belum
mampu menyesuaikan pola konsumsinya dengan pendapatan
yang baru, maka konsumen masih tetap mendasarkan pola
konsumsinya pada pendapatan yang lama. Baru, dalam jangka
panjang, setelah konsumen mampu menyesuaikan diri dengan
pendapatan yang baru, maka pola konsumsinya akan
didasarkan pada pendapatan yang baru.

Sukarnya penyesuaian terhadap pendapatan yang baru


dipengaruhi antara lain oleh terjadinya psychological shock
pada kasus pendapatan turun, dan cultural lag pada kasus
pendapatan naik.
Gambar 4. Kurva Konsumsi (Duessenbery)

C CL

CS3
F E

Co3 CS2
D
G C
CS1
Co2
B
Co1 A

0 Y1 Y2 Y3 Y
Penjelasan gambar 4

Pada pendapatan sebesar Y1 , pengeluaran konsumsi =AY1.


Jika pendapatan naik menjadi Y2,

Pada awalnya: pengeluaran konsumsi akan naik menjadi


BY2, yaitu kenaikan mengikuti kurva konsumsi jangka
pendek, seolah pendapatannya masih tetap Y1 , yaitu CS1,
karena konsumen belum bisa menyesuaikan pola
kosumsinya pada pendapatan yang baru, Y2. Selanjutnya
: setelah konsumen dapat menyesuaikan dengan
pendapatan yang baru, pengeluaran konsumsinya naik
mengikuti kurva konsumsi jangka panjang nya, yaitu dari
BY2 menjadi CY2.
lanjutan
Hal yang sama terjadi pada saat pendapatannya naik lagi
menjadi Y3. Awalnya, pengeluaran konsumsinya hanya
naik mengikuti kurva jangka pendek Cs2 menjadi DY3,
selanjutnya akan naik lagi mengikuti kurva jangka
panjang nya menjadi EY3.

Jadi, naiknya pendapatan dari Y1 ke Y2 dan ke Y3, akan


menyebabkan pola konsumsi berubah mengikuti jalur
perubahan yang ratchet, A B C D E.

Analog, pada perubahan pendapatan yang menurun, pola


konsumsi berubah mengikuti jalur perubahan yang
ratchet, E F C G A
III. Ando-Modigliani : Life Cycle Hypothesis
Pola Konsumsi Merata Seumur Hidup

Jika pola konsumsi dilakukan dengan mengikuti sepenuhnya naik-


turunnya pendapatan, adanya kemungkinan terjadinya psychological
shock dan cultural lag seringkali sulit dihindari.

Banyak konsumen yang tidak kuat menghadapi kedua dampak kejiwaan


tersebut, terutama bila yang terjadi adalah psychological shock.

Untuk menghindarinya, dapat dilakukan dengan cara merencanakan pola


konsumsinya, agar pengeluaran konsumsi setiap periode tetap sama
atau merata seumur hidupnya, tidak mengikuti naik-turunnya
pendapatan.

Pola konsumsi semacam inilah yang menjadi inti dari Teori Life Cycle
Hypothesis nya Ando-Modigliani
Derivasi Fungsi Konsumsi Life Cycle Hypothesis

Langkah pertama : memperkirakan variabel-variabel yang


digunakan dalam penghitungan pengeluaran konsumsi :

1. Sebagai homo-economicus, umur hidup manusia dapat


diperkirakan, misalnya selama D tahun.
2. Lama bekerja juga dapat diperkirakan, misalnya selama R
tahun.
3. Besarnya pendapatan per periode juga dapat
diperkirakan, misalnya Y rupiah.
4. W adalah sejumlah kekayaan yang bukan berasal dari
pendapatan, yang mungkin dimiliki oleh konsumen,
misalnya dari warisan.
Pengeluaran konsumsi per periode yang
merata selama hidup adalah :

Fungsi Konsumsi Ando-Modigliani, untuk


menjelaskan rekonsiliasi jangka pendek dan
jangka panjang.

W  RY W R
C   Y
D D D
Fungsi Konsumsi Jangka Pendek

Perbedaan antara jangka pendek dengan jangka


panjang adalah adanya perbedaan waktu,
misalnya sebesar T tahun.
W R T
C   Y
D T D T
Co MPCS  c

Bandingkan dengan : C  Co  cY
Fungsi Konsumsi Jangka Panjang
W R
C   Y
D D

Terlihat dalam jangka panjang besarnya W/D mendekati 0,


karena W yang tetap dibagi dengan D yang semakin
besar.
Fungsi Konsumsi Jangka Panjang dapat ditulis sbb:
R R/D = MPC jangka panjang
C Y
D

Bandingkan dengan : C  kY
Bukti bahwa MPCL > MPCS :

R R T

D D T

R R T
Jika D

D T
, maka ( RD  RT )  ( RD  DT )

atau DT  RT ,atau DR

Jadi selama DR maka MPC L  MPC S


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai