Anda di halaman 1dari 4

Menurut pasal 50 UU Ketenagakerjaan, suatu hubungan kerja terjadi karena adanya

perjanjian kerja antara pengusaha dan karyawan. Segala biaya yang perlu dikeluarkan dalam
rangka pembuatan dan pelaksanaan perjanjian kerja menjadi tanggung jawab pengusaha.

Salah satu cara pengusaha mengoptimalkan efisiensi dan mengurangi resiko dalam
melakukan kegiatan bisnisnya yaitu dengan mempekerjakan karyawan dengan menggunakan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu atau karyawan kontrak.

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang disebut PKWT diatur dalam Keputusan Menteri
KEP.100/MEN/VI/2004 yang dimana didefinisikan sebagai perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu
atau untuk pekerja tertentu.
PKWT dimana pekerjanya disebut juga sebagai karyawan kontrak ditentukan berdasarkan
selesainya pekerjaan tertentu atau dalam jangka waktu tertentu. PKWT wajib dibuat secara
tertulis dan didaftarkan pada instansi tenaga kerja terkait, untuk PKWT yang tidak dibuat
secara tertulis dan didaftarkan pada instasi terkait akan dianggap sebagai PKWTT. Oleh
karena itu apabila tidak ada perjanjian secara tertulis maka karyawan berhak menerima
pesangon apabila perusahaan memberi PHK pada karyawan.

Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu yang disebut PKWTT adalah perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap.
Karena PKWTT bersifat tetap dan berlaku untuk selamanya maka karyawan berhak
mendapat pesangon sesuai dengan masa kerjanya apabila diberhentikan oleh perusahaan.

1. Perbedaan pengertian/Definisi PKWT dengan PKWTT secara umum dan garis


besarnya?
PKWT HANYA dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang

menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu,
yaitu:

a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;


b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu
lama dan paling lama 3 (tiga) tahun.
c. pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

PKWT (kontrak) TIDAK DAPAT diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap (jangka
waktunya tidak dibatasi). Dengan kata lain, PKWTT (permanent) diadakan untuk
pekerjaan yang bersifat tetap (jangka waktunya tidak dibatasi).

2. Perbedaan isi kontrak PKWT dengan PKWTT?


Beberapa hal yang dapat saya sampaikan adalah:
a. PKWT yang TIDAK dibuat dalam bahasa Indonesia dan huruf latin berubah
menjadi PKWTT sejak adanya hubungan kerja.
b. PKWT mencantumkan masa berlakunya perjanjian kerja dengan menyatakan
waktu tertentu (sesuai musim/berakhirnya proyek, dll), sedangkan PKWTT tidak
perlu mencantumkan sebagaimana dalam PKWT.
c. Dalam PKWT, bila salah satu pihak melakukan PHK, maka pihak yang melakukan
PHK dikenakan ganti rugi sejumlah sisa masa kontraknya.
d. PKWT tidak mengenal uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang
penggantian hak, sedangkan PKWTT mengenal ketiga unsur tsb.
e. Lebih lengkapnya dapat dibaca dalam pasal 50 - 63 UU No. 13 thn 2003 dan
Kepmenakertrans No: KEP.100/MEN/VI/2004.

3. Cukup sulit menanggapi pertanyaan keuntungan dan kerugian PKWT dengan PKWTT
baik untuk perusahaan maupun karyawan dikarenakan peruntukkannyasudah berbeda.

4. PKWT TIDAK mengenal uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang
penggantian hak, sedangkan PKWTT mengenal ketiga unsur tsb.

PKWT dan PKWTT sama berhaknya dalam hal cuti sepanjang telah bekerja selama 12
bulan terus menerus.

5. PKWT cocok untuk project (waktunya tertentu)

Dalam menghadapi ketidakpastian bisnis yang tinggi karena berubahnya peraturan investasi,
perubahan teknologi atau pun perubahan pasar menyebabkan pengusaha atau perusahaan
berhati-hati dalam kebijaksanaan dan strateginya merekrut karyawan.
Salah satu biaya/cost yang tinggi adalah manajemen sumber daya manusia. Trend di negara
maju maupun negara berkembang semakin sedikitnya karyawan yang mempunyai status
karyawan permanen. Bahkan di Jepang yang dikenal mempunyai peraturan ketat dan secara
sosial taboo untuk memecat karyawan dalam skala besar, di tahun 2013 mulai
mempertimbangkan kemungkinan kelonggaran bagi perusahaan dalam memberlakukan PHK.
Konsep shushin koyo yaitu konsep Lifetime employment di Jepang dimana karyawan
diperkerjakan selama masa hidupnya, konsep ini dimulai sejak sekitar 1910 tapi semakin luas
dikenal ketika perkembangan ekonomi yang pesat di Jepang setelah Perang Dunia II sekitar
tahun 1955. Ketika terjadi pemberhentian karyawan secara masal di akhir tahun 40-an dan
awal tahun 50-an Perkumpulan Buruh bereaksi keras terhadap kejadian ini dan menjadi
preseden yang membatasi hak-hak dari pengusaha untuk memberhentikan karyawan karena
kesulitan bisnis.
Di Indonesia, tidak ada perkumpulan buruh yang kuat yang dapat memperjuangkan hak-hak
karyawan apabila perusahaan tempat bekerjanya tidak berlaku adil. Sampai sekarang free
market berlaku, supply dan demand yang menyetir bursa kerja.
Untuk menghindari biaya tinggi yang harus dikeluarkan ketika bisnis melambat atau proyek
yang berkurang, banyak perusahaan akhirnya memutuskan untuk menghindari itu dengan
tidak mempekerjakan karyawan tetap atau PKWTT.

Keputusan Menteri KEP.100/MEN/VI/2004 tentang ketentuan pelaksanaan Perjanjian Kerja


Waktu Tertentu memberlakukan beberapa batasan pada PKWT untuk menghindari
perusahaan yang memfokuskan diri ke outsourcing dan memperkerjakan karyawannya secara
kontrak.
 Hanya jenis pekerjaan yang bersifat sementara atau musiman yang bisa
menggunakaan PKWT seperti proyek konstruksi dimana pekerjaan berakhir setelah
proyek jadi.
 Jangka waktu PKWT paling lama adalah 2 tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 kali
untuk jangka waktu paling lama satu tahun. Ada juga opsi untuk membaharui kontrak
hanya 1 kali dan paling lama dalam jangka waktu 2 tahun.

Pemerintah disini dengan peraturannya berusaha untuk berimbang dalam melindungi hak
karyawan dan menciptakan situasi yang kondusif untuk bisnis dan investasi. Perusahaan
melakukan kegiatan outsourcing terutama pada saat memulai sebagai antisipasi apabila
dilanda krisis dapat lebih mudah dan murah untuk mengurangi cost berupa tenaga kerja.

Namun banyak yang terjadi adalah perusahaan berupaya untuk mengakali Peraturan yang
bertujuan melindungi hak-hak pekerja. Alasan perusahaan menghindari PKWTT agar

 Perusahaan dapat lebih mudah menghentikan karyawan yang tidak produktif dan
tanpa perlu memberikan pesangon.
 Dari aspek efisiensi dimana perusahaan tidak perlu mengurusi berbagai tunjangan
karyawan seperti THR, tunjangan kesehatan dll.
 Tidak menentunya iklim investasi yang bergantung pada ekonomi dan politik
membuat perusahaan mencari jalan yang mudah apabila harus memberhentikan
karyawannya ketika diperlukan perampingan perusahaan.

Dunia Bisnis dan Investasi mengandalkan formula pengeluaran sekecil-kecilnya untuk


pendapatan yang sebesar-besarnya. Keputusan ini menjadi dasar dari hampir semua
keputusan bisnis yang dikeluarkan oleh pengusaha. Masalahnya analisa cost-benefit untuk
investasi sumber daya manusia sulit untuk diukur, karena manusia adalah manusia tidak bisa
diprediksi apakah akan menjadi aset yang meningkat value-nya atau hanya dapat
dikategorikan beban/cost pada akhirnya.

Anda mungkin juga menyukai