perjanjian kerja antara pengusaha dan karyawan. Segala biaya yang perlu dikeluarkan dalam
rangka pembuatan dan pelaksanaan perjanjian kerja menjadi tanggung jawab pengusaha.
Salah satu cara pengusaha mengoptimalkan efisiensi dan mengurangi resiko dalam
melakukan kegiatan bisnisnya yaitu dengan mempekerjakan karyawan dengan menggunakan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu atau karyawan kontrak.
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang disebut PKWT diatur dalam Keputusan Menteri
KEP.100/MEN/VI/2004 yang dimana didefinisikan sebagai perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu
atau untuk pekerja tertentu.
PKWT dimana pekerjanya disebut juga sebagai karyawan kontrak ditentukan berdasarkan
selesainya pekerjaan tertentu atau dalam jangka waktu tertentu. PKWT wajib dibuat secara
tertulis dan didaftarkan pada instansi tenaga kerja terkait, untuk PKWT yang tidak dibuat
secara tertulis dan didaftarkan pada instasi terkait akan dianggap sebagai PKWTT. Oleh
karena itu apabila tidak ada perjanjian secara tertulis maka karyawan berhak menerima
pesangon apabila perusahaan memberi PHK pada karyawan.
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu yang disebut PKWTT adalah perjanjian kerja antara
pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap.
Karena PKWTT bersifat tetap dan berlaku untuk selamanya maka karyawan berhak
mendapat pesangon sesuai dengan masa kerjanya apabila diberhentikan oleh perusahaan.
menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu,
yaitu:
PKWT (kontrak) TIDAK DAPAT diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap (jangka
waktunya tidak dibatasi). Dengan kata lain, PKWTT (permanent) diadakan untuk
pekerjaan yang bersifat tetap (jangka waktunya tidak dibatasi).
3. Cukup sulit menanggapi pertanyaan keuntungan dan kerugian PKWT dengan PKWTT
baik untuk perusahaan maupun karyawan dikarenakan peruntukkannyasudah berbeda.
4. PKWT TIDAK mengenal uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang
penggantian hak, sedangkan PKWTT mengenal ketiga unsur tsb.
PKWT dan PKWTT sama berhaknya dalam hal cuti sepanjang telah bekerja selama 12
bulan terus menerus.
Dalam menghadapi ketidakpastian bisnis yang tinggi karena berubahnya peraturan investasi,
perubahan teknologi atau pun perubahan pasar menyebabkan pengusaha atau perusahaan
berhati-hati dalam kebijaksanaan dan strateginya merekrut karyawan.
Salah satu biaya/cost yang tinggi adalah manajemen sumber daya manusia. Trend di negara
maju maupun negara berkembang semakin sedikitnya karyawan yang mempunyai status
karyawan permanen. Bahkan di Jepang yang dikenal mempunyai peraturan ketat dan secara
sosial taboo untuk memecat karyawan dalam skala besar, di tahun 2013 mulai
mempertimbangkan kemungkinan kelonggaran bagi perusahaan dalam memberlakukan PHK.
Konsep shushin koyo yaitu konsep Lifetime employment di Jepang dimana karyawan
diperkerjakan selama masa hidupnya, konsep ini dimulai sejak sekitar 1910 tapi semakin luas
dikenal ketika perkembangan ekonomi yang pesat di Jepang setelah Perang Dunia II sekitar
tahun 1955. Ketika terjadi pemberhentian karyawan secara masal di akhir tahun 40-an dan
awal tahun 50-an Perkumpulan Buruh bereaksi keras terhadap kejadian ini dan menjadi
preseden yang membatasi hak-hak dari pengusaha untuk memberhentikan karyawan karena
kesulitan bisnis.
Di Indonesia, tidak ada perkumpulan buruh yang kuat yang dapat memperjuangkan hak-hak
karyawan apabila perusahaan tempat bekerjanya tidak berlaku adil. Sampai sekarang free
market berlaku, supply dan demand yang menyetir bursa kerja.
Untuk menghindari biaya tinggi yang harus dikeluarkan ketika bisnis melambat atau proyek
yang berkurang, banyak perusahaan akhirnya memutuskan untuk menghindari itu dengan
tidak mempekerjakan karyawan tetap atau PKWTT.
Pemerintah disini dengan peraturannya berusaha untuk berimbang dalam melindungi hak
karyawan dan menciptakan situasi yang kondusif untuk bisnis dan investasi. Perusahaan
melakukan kegiatan outsourcing terutama pada saat memulai sebagai antisipasi apabila
dilanda krisis dapat lebih mudah dan murah untuk mengurangi cost berupa tenaga kerja.
Namun banyak yang terjadi adalah perusahaan berupaya untuk mengakali Peraturan yang
bertujuan melindungi hak-hak pekerja. Alasan perusahaan menghindari PKWTT agar
Perusahaan dapat lebih mudah menghentikan karyawan yang tidak produktif dan
tanpa perlu memberikan pesangon.
Dari aspek efisiensi dimana perusahaan tidak perlu mengurusi berbagai tunjangan
karyawan seperti THR, tunjangan kesehatan dll.
Tidak menentunya iklim investasi yang bergantung pada ekonomi dan politik
membuat perusahaan mencari jalan yang mudah apabila harus memberhentikan
karyawannya ketika diperlukan perampingan perusahaan.