Anda di halaman 1dari 3

Kejaksaan Agung resmi deponering kasus

Samad dan Bambang


Menurut Jaksa Agung Prasetyo, rekam jejak Samad dan Bambang menjadi salah satu
pertimbangan deponering. Pemerintah juga khawatir dampak kasus ini terhadap investasi.

JAKARTA, Indonesia—Kejaksaan Agung memutuskan untuk melakukan deponering atau


pengesampingan perkara mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham
Samad dan Bambang Widjojanto, Kamis, 3 Maret.

"Keputusan yang diambil adalah mengesampingkan perkara men-deponering perkara atas


nama Abraham Samad dan Bambang Widjojanto. Pengesampingan dilakukan semata-mata
atas kepentingan umum," kata Prasetyo di Kejaksaan Agung, sore ini.

Prasetyo menjelaskan langkah yang diambilnya telah sesuai dengan pasal 35 (c) Undang-
Undang Kejaksaan.

Menurutnya, dua mantan Pimpinan KPK tersebut merupakan aktivis anti-korupsi yang
memiliki jaringan luas dalam upaya pemberantasan perilaku merugikan negara itu.

Sehingga perkara dua pegiat anti-korupsi tersebut harus segera diselesaikan agar tidak meluas
dampaknya pada semangat pemberantasannya dan kepercayaan masyarakat.

Apa alasan lainnya? "Juga dikhawatirkan hilangnya kepercayaan masyarakat luar untuk
investasi di negara kita," kata Prasetyo.

Keputusan ini telah mempertimbangkan aspirasi masyarakat, pendapat pimpinan lembaga


tinggi negara seperti Kepolisian, Mahkamah Agung, dan DPR.

Apa saja kasus yang menjerat keduanya?

Abraham Samad

Mantan Ketua KPK Abraham Samad menjadi tersangka dalam perkara dugaan pemalsuan
dokumen. Dia diduga membantu memalsukan kartu tanda penduduk Feriyani Lim, warga
Pontianak, Kalimantan Barat, pada 2007. Feriyani juga sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan telah menyerahkan berkas Samad ke Kejaksaan Tinggi
Sulawesi Selatan bulan September 2015 lalu.

Bambang Widjojanto

Mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto dilaporkan ke polisi oleh Sugianto Sabran,
anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, pada tanggal 15 Januari 2015 dengan tuduhan
mendorong para saksi untuk memberi keterangan palsu dalam sengketa Pemilukada
Kotawaringin Barat pada 2010.
Pasa saat itu, Sugianto adalah salah satu peserta Pilkada Kotawaringin Barat, Kalimantan
Tengah. Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Sugianto dan Eko Soemarno sebagai
pemenang, mengalahkan pasangan Ujang Iskandar-Bambang Purwanto, yang saat ini
memimpin Kotawaringin Barat.

Melalui kuasa hukum dari kantor Bambang Widjojanto, Ujang dan Bambang mengajukan
gugatan dan dinyatakan sebagai pemenang Pilkada oleh Mahkamah Konstitusi.

Atas dugaan penghasutan ini, Bambang dijerat dengan Pasal 242 Juncto Pasal 55 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, karena menyuruh memberikan keterangan palsu dalam
pengadilan.

Dia terancam hukuman pidana tujuh tahun. Berkasnya kini sudah lengkap, dan siap untuk
disidangkan.

Apa tanggapan kuasa hukum?

ABRAHAM SAMAD. Ketua KPK non aktif Abraham Samad berpose di depan mural
di Jakarta. Foto oleh Adek Berry/AFP

Muji Kartika Rahayu alias Kanti, salah satu kuasa hukum Abraham Samad dan Bambang
Widjojanto, mengatakan bahwa pengacara kedua aktivis anti-korupsi ini menyambut baik
keputusan Kejaksaan Agung.

Berikut sikap mereka:

Pertama, mengapresisasi keputusan deponering jaksa agung. Deponering adalah mekanisme


hukum yang sejalan dengan instruksi presiden untuk menghentikan kriminalisasi.

Kedua, deponering sejalan dgn rekomendasi Ombudsman Republik Indonesia (ORI) dan
Komnas Hak Asasi Manusia (HAM) terkait maladminiatrasi dan pelanggaran HAM dalam
proses penyelidikan dan penyidikan di kepolisian, khususnya dalam kasus Bambang.

Ketiga, deponering memiliki pesan korektif terhadap kinerja kepolisian dalam kasus ini.

Keempat, langkah deponering bentuk langkah positif dengan semangat untuk menghentikan
kasus kriminalisasi. Semestinya juga diikuti dengan penghentian perkara kriminalisasi pegiat
anti Korupsi dan para aktivis HAM, buruh , dan pengabdi bantuan hukum.

Kelima, Kejaksaan ke depannya harus proaktif dalam mengawasi, mengontrol kerja


penyidik, termasuk dalam menerima berkas perkara dari penyidik, karna dalam kasus BW
khsusnya, pasca P21 (penghentian perkara) justru terbuka fakta bahwa banyak bukti
manipulatif.

Keenam, harus ada evaluasi internal maupun eksternal terkait kinerja kepolisian dalam kasus
ini, salah satunya terkait dengan rekomendasi Ombudsman Republik Indonesia.

KPK: Jangan lagi ada benturan


Sementara itu Pelaksana Harian (Plh) juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi Yuyuk
Andriati mengatakan lembaganya menyambut baik keputusan Kejaksaan Agung.

"Kami menghargai apa yang sudah dilakukan, sudah sejak lama kami menginginkan hal ini,
seharusnya bersama (penyidik senior) Novel Baswedan," ujarnya kepada Rappler.

Sebelumnya, Novel juga terbelit kasus dugaan penganiayaan.

Yuyuk menambahkan keluarga besar KPK berharap kejadian serupa tak lagi terulang.
"Semoga ke depan bisa memperlancar kinerja KPK dan tidak ada lagi benturan," ujarnya.

Apa tanggapan Samad dan Bambang?

Samad dan Bambang menyampaikan ucapan terima kasih kepada pimpinan KPK pasca
pemberian status deponering kepada keduanya.

"Pertama-tama kita berterima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia, teman-teman jurnalis
yang sudah memberikan support dan dukungan selama ini. Dan kami berterima kasih kepada
Bapak Presiden dan Jaksa Agung," kata Samad di gedung KPK Jakarta, Jumat.

"Tadi kita sudah ketemu seluruh pimpinan dan saya sampaikan ucapan terima kasih kepada
pimpinan KPK yang memberikan dukungan terus kepada mantan pimpinan untuk
menyelesaikan kasus hukum," katanya lagi.

Apa rencananya selanjutnya? "Saya akan kembali ke keluarga, tapi di mana pun insan KPK
berada, ada satu hal yang pasti akan tetap dijalankan yaitu kita akan selalu mendorong upaya-
upaya pemberantasan korupsi, terus mendorong kampanye pemberantasan korupsi walaupun
kita berada di luar," kata Samad.

Sedangkan Bambang tak berkomentar langsung terkait deponering. Ia hanya mengaku ingin
bertemu dengan Ketua KPK Agus Rahardjo.

"Ketemu Pak Ketua. Sebenarnya saya mau ke perpustakaan, tapi karena ada Pak Ketua, tadi
ketemu Pak Ketua lah. Setelah itu selebihnya sholat Jumat dan bertemu teman-teman di
KPK," kata Bambang

Anda mungkin juga menyukai