KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah
a. Sistem Penggajian PNS
b. enis-jenis Cuti PNS dan Persyaratan
c. Pemeliharaan Kesehatan PNS/Askes
d. Manfaat Taspen
b. Tujuan
1. Untuk lebih terjaminnya ketertiban dan kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PNS;
2. Mendorong peningkatan kinerja dan perubahan sikap dan perilaku PNS;
3. Meningkatnya kedisiplinan PNS;
4. Meningkatkan tanggung jawab PNS;
5. Mempercepat proses perubahan kearah peningkatan profesionalisme dalam bekerja;
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaan kepada:
a. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang
Disiplin PNS;
b. Pembaca, sebagai media tentang masalah Disiplin PNS khususnya dalam penegakkan Disiplin
PNS
BAB II
PEMBAHASAN
Kenaikan gaji berkala PNS dapat ditunda untuk paling lama satu tahun apabila;
a. Nilai DP3 rata-rata ”sedang” atau ” kurang”;
b. Dijatuhi hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan gaji berkala.
Kenaiakan gaji istimewa dapat diberikan kepada PNS apabila ;
a. Ditetapkan sebagai pegawai teladan oleh pejabat yang berwenang;
b. Nilai dalam DP3 untuk semua unsur adalah ”amat baik”.
Pengangkatan seorang cpns ada kalanya yang bersangkutan telah mempunyai masa kerja yang
dapat diperhitungkan untuk menetapkan gaji pokok. Masa kerja yang diperhitungkan untuk
penetapan gaji pokok :
a. Masa Kerja ½ tahun, yaitu masa kerja yang didapat pada badan hukum di luar badan-badan
pemerintah yang tiap-tiap kali tidak kurang dari 1 tahun secara terus menerus dengan ketentuan
bahwa masa kerja tersebut diperhitungkan sebanyak-banyaknya 10 tahun.
1. Seorang mempunyai masa kerja pada perusahaan swasta yang berbentuk badan hukum secara
terus menerus selama 18 tahun, maka masa kerja yang diperhitungkan adalah 18 tahun dibagi 2
menjadi 9 tahun.
2. Seorang mempunyai masa kerja pada perusahaan swasta yang berbentuk badan hukum sebagai
berikut :
3. Seorang mempunyai masa kerja pada perusahan swasta yang berbadan hukum
Sedangkan masa kerja yang dihitung 1/2 , maka masa kerja yang kurang dari 1 bulan
dihapuskan. Contoh :
Pembayaran gaji CPNS dibayarkan sejak Surat Perintah Melaksanakan Tugas (SPMT)
ditetapkan.
Contoh :
CPNS diangkat 1 September 2000 dengan SPMT tangal 5 Nopember 2000, oleh karena kesulitan
perhubungan sehingga yang bersangkutan baru tiba tangal 15 Desember 2000.Maka yang
bersangkutan gajinya dibayarkan sejak Nopember 2000. SPMT dibuat dalam rangkap 3 (tiga),
masing-msing ditujukan kepada :
1) Yang bersangkutan.
2) Pembuat daftar gaji.
3) Arsip.
Dalam hal demikian Surat Perintah Perjalan adalah sebagai surat pernyataan mulai menjalankan
tugas.
2. Dasar Hukum
a. PP Nomor 65 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas PP Nomor 32 Tahun 1979 tentang
Batas Usia Pensiun.
b. PP Nomor 44 Tahun 2011 tentang Perubahan ketiga atas PP Nomor 32 Tahun 1979 tentang
Pemberhentian PNS.
c. PP Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti PNS
e. Surat Edaran Kepala BAKN Nomor 01/SE/1977 tentang Permintaan dan Pemberian Cuti PNS
f. Surat Edaran Kepala BAKN Nomor 23/SE/1980 tentang Permintaan dan Pemberian Cuti PNS
g. KMA Nomor 234 Tahun 1987 tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Cuti PNS di
Lingkungan Dep.Agama
h. SE Sekjen Dep. Agama Nomor 6 Tahun 1988,tentang Juklak Pelaksanaan Cuti
3. Syarat Layanan
a. Pengantar dari Unit Kerja Eselon II /Satuan Kerja yang bersangkutan.
b. Surat usul dari Pegawai yang bersangkutan.
c. Salinan Keputusan CPNS disahkan Pejabat berwenang.
d. Salinan Keputusan PNS disahkan Pejabat berwenang.
4. Biaya Layanan
Ta npa dipungut biaya
5 . Penyelesaian
a. 2 hari kerja proses di Biro Kepegawaian kemudian dikirim ke Instansi pembina untuk
mendapatkan pertimbangan.
b. 30 hari diproses di BKN untuk mendapatkan Nota Persetujuan Teknis dari BKN
6. Hasil Layanan
Penetapan Nota Persetujuan CLTN
7. Prosedur :
a. Verifikasi berkas usul;
b. Pemutakhiran data ke Sistem Aplikasi Pelayananan Kepegawaian (SAPK)
c. Disampaikan ke BKN guna penetapan Nota Persetujuan CLTN
d. Kepala Bagian Mutasi menandatangani Surat Keputusan bagi PNS Golongan Ruang IV/a ke
bawah
e. Kepala Biro Kepegawaian menandatangani Surat Keputusan bagi PNS Golongan Ruang IV/a
ke atas
Permohonan ijin cuti Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diijinkan dalam jangka waktu
tertentu. Cuti diberikan dalam rangka usaha menjamin kesegaran jasmani dan rohani, maka
kepada PNS setelah bekerja selama jangka waktu tertentu perlu diberikan cuti. Cuti adalah hak
PNS, oleh sebab itu pelaksanaan cuti hanya dapat ditunda dalam jangka waktu tertentu apabila
kepentingan dinas mendesak.
Jen is‐jenis Cuti PNS :
1. Cuti Tahunan
Setiap pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya satu tahun secara terus
menerus berhak atas cuti tahunan. Lamanya cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja
Cuti tahunan dapat diambil secara terpecah - pecah dengan ketentuan setiap bagian tidak boleh
kurang dari 3 (tiga) hari kerja
Cuti tahunan yang tidak diambil dalam tahun yang bersangkutan dapat diambil dalam tahun
berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan dalam tahun
yang sedang berjalan
Cut i tahunan yang tidak diambil dalam kuruk waktu 2 (dua) tahun berturut-turut atau lebih,
dapatg diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (dua puluh empat) hari kerja,
termasuk cuti tahunan dalam tahun yang sedang berjalan
Apabila cuti tahunan dijalankan ditempat yang sulit perhubungannya, maka waktu cuti tahunan
dapat ditambah untuk paling lama 14 (empat belas) hari. Ketentuan ini tidak berlaku bagi cuti
tahunan yang diambil kurang dari 12 (dua belas) hari kerja
Untuk kepentingan dinas cuti tahunan dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh pejabat yang
berwenang memberikan cuti tahunan. Penangguhan ini tidak boleh lebih llama dari satu tahun.
Apabila terjadi penangguhan maka cuti tahunan yang ditangguhkan itu dapat diambil oleh PNS
yang bersangkutan dalam tahun berikutnya selama 24 (dua puluh empat) heri kerja termasuk cuti
tahunan yang sdang berjalan.
2. Cuti Basar
Setiap Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun secara terus
menerus berhak atas cuti besar selama 3 (tiga) bulan, termasuk cuti tahunan dalam tahun yang
bersangkutan
Yang dimaksud bekerja secara terus menerus adalah bekerja dengan tidak terputus karena
menjlankan cuti di luar tanggungan negara atau karena diberhentikan dai jabatan negara dengan
menerima uang tunggu.
Cuti besar yang tidak diambil oleh PNS yang bersangkutan tepat pada waktunya, dapat diambil
pada ahun-tahun berikutnya, tetapi keterlambatan pengambulan cuti besar itu tidak dapat
diperhitungkan untuk pengambilan cuti besar kurang dari 3 (tiga) bulan, maka sisa cuti besar
yang menjadi haknya hapus
Apabila ada kepentingan dinas yang mendesak mala pelaksanaan cuti besar dapat ditangguhkan
untuk paling lama 2 (dua) tahun. Dalam hal yang demikian maka waktu penangguhan itu
dihitung penuh untuk perhitungan hak atas cuti besar berikutnya.
3. Cuti Sakit
Setiap Pegawai Negeri Sipil yang menderita sakit berhak atas Cuti Sakit, PNS yang sakit selama
1 (satu) atau 2 (dua) hari harus memberitahukan kepada atasannya baik secara tertulis maupun
dengan pesan melalui perantara orang lain.
PNS yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari, harus mengajukan
permintaah cuti sakit secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan
melampirkan surat keterangan dokter, baik dokter pemerintah maupun dokter swasta.
PNS yang sakit lebih dari 14 (empat belas) hari, harus mengajukan permintaah cuti sakit secara
tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan
dokter, baik dokter pemerintah maupun dokter swasta yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
Cuti sakit tersebut diberikan untuk paling lama 6 (enam) bulan berdasarkan surat keterangan
dokter pemerintah atau dokter swasta yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan
PNS yang telah menderita sakit selama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan belum sembuh dari
penyakitnya, harus diuji kembali kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan
Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan tersebut PNS yang bersangkutan:
a. Belum sembuh dari penyakitnya, yeyapi ada harapan sembuh dan dapat bekerja kembali
sebagai PNS, maka ia diberhentikan dengan hormat dari jabatan karena sakit, dengan mndapat
uang tunggu menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Belum sembuh dari penyakitnya dan tidak ada harapan untuk dapat bekerja kembali sebagai
PNS, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat hak-hak kepegawaian
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PNS wanita yang mengalami gugur kandunan berhak atas cuti sakit paling lama 1 ½ (satu
setengah) bulan.
PNS yang mengalami kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang
mengakibatkan PNS tersebut perlu mendapat perawatan, berhak atas cuti sakit sampai sembuh.
4. Cuti Bersalin
PNS wanita berhak atas cuti bersalin untu persalinan anaknya yang pertama, kedua, dan ketiga.
Persalinan pertama yang dimaksud adalah persalinan pertama sejak yang bersangkutan menjadi
PNS. Sedangkan untuk persalinan anak yang keempat dan seterusnya, kepada PNS wanita
tersebut tidak diberikan cuti bersalin, tetapi dapat diberikan Cuti di luar tanggungan negara.
Pegawai Negeri Sipil wanita yang akan bersalin untuk yang keempat dan seterusnya, apabila
menjelang saat persalinan tersebut mempunyai hak atas cuti besar, dapat menggunakan cuti besar
tersebut sebagai cuti persalinan. Lamanya cuti besar adalah 1 (satu) bulan sebelum dan 2 (dua)
bulan setelah persalinan.
Pegawai Negeri Sipil wanita yang telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara untu
persalinan, dengankeputusan pejabat yang berwenang diaktifkan kembali dalam jabatan semula.
1. Dasar Hukum
a. UU Nomor 8 Tahun 1974 jo Nomor 43 Tahu 1999 tentang Hak Asasi Manusia
b. PP Nomor 65 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas PP Nomor 32 Tahun 1979 tentang
Batas Usia Pensiun
c. PP Nomor 44 Tahun 2011 tentang Perubahan ketiga atas PP Nomor 32 Tahun 1979 tentang
Pemberhentian PNS
d. Surat Badan Kepegawaian Negara No. K.26‐30/V.80‐9/99 tentang Batas Usia Pensiun (BUP)
PNS yang menduduki Jabatan Struktural Eselon I dan II
2. Syarat Layanan
a. Pengantar dari Unit Kerja Eselon II /Satuan Kerja yang bersangkutan.
b. Surat usul dari Pegawai yang bersangkutan.
c. Salinan Keputusan CPNS disahkan Pejabat berwenang.
d. Salinan Keputusan PNS disahkan Pejabat berwenang.
3. Biaya Layanan
Tanpa dipungut biaya
4. Penyelesaian
a. 2 hari kerja proses di Biro Kepegawaian kemudian dikirim ke Instansi pembina untuk
mendapatkan pertimbangan.
b. 0 hari diproses di BKN untuk mendapatkan Nota Persetujuan Teknis dari BKN
5. Hasil Layanan
SK Pemberhentian
6. Prosedur
a. Verifikasi berkas usul.
b. Pemutakhiran data ke Sistem Aplikasi Pelayananan Kepegawaian (SAPK).
c. Kepala Bagian Menandatangani Surat Keputusan bagi PNS Golongan Ruang IV/a ke bawah.
d. Kepala Biro Kepegawaian Menandatangani Surat Keputusan bagi PNS Golongan Ruang IV/b
ke atas
• Pelayanan ASKES
1. Dasar Hukum :
a. Undang‐undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok‐pokok Kepegawaian sebagaimana telah
diubah dengan Undang‐undang Nomor 43 Tahun 1999.
b. PP Nomor 25 th 1981, tentang Asuransi Sosial PNS.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1991tentang Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri
Sipil, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarga.
2. Pengertian
a. ASKES merupakan program pemeliharaan kesehatan bagi pegawai negeri sipil dan
keluarganya.
b. Kartu Askes adalah identitas/bukti sah yang wajib dimiliki oleh peserta (pegawai negeri sipil,
penerima pensiun) dan anggota keluarga (istri atau suami dan anak yang sah atau anak angkat
dari peserta) yang tidak dapat dipindahtangankan dan berlaku nasional.
c. Peserta dan anggota keluarga, masing‐masing memiliki 1 (satu) Kartu Askes dan didaftarkan
pada Puskesmas sesuai dengan tempat tinggal (terdekat) dan distempel kode Puskesmas.
Pelayanan yang dijamin PT Askes:
1) Pelayanan kesehatan Tingkat Pertama meliputi :
a) Rawat Jalan Tingkat Pertama.
b) Rawat Inap Tingkat Pertama.
2) Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan meliputi :
a) Rawat Jalan Tingkat Lanjutan.
b) Rawat Inap Tingkat Lanjutan.
c) Rawat Inap Ruang Khusus (ICU,ICCU).
3) Pelayanan Gawat Darurat (Emergency).
4) Persalinan.
5) Pelayanan transfusi darah.
6) Pelayanan obat sesuai Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) PT.Askes.
7) Alat kesehatan meliputi :
a) kacamata.
b) gigi tiruan.
c) alat bantu dengar.
d) kaki/tangan tiruan.
e) IOL,pen dan Screw dan implant lainnya.
8) Tindakan medis operatif dan tindakan medis non operatif.
9) Pelayanan cuci darah.
10) Cangkok ginjal.
11) Penunjang diagnostik: laboratorium, Radio diagnostik, elektromedik,USG, CT scan dan
MRI.
3. Persyaratan
Persyaratan untuk memperoleh kartu Askes bagi pegawai negeri sipil dan Isteri/Suami/Anak
adalah mengisi Daftar Isian Peserta (tersedia di PT. Askes Cabang Kabupaten Sleman) yang
ditandatangani Kepala Instansi dan dibubuhi stempel dengan melampirkan:
a. Fotokopi sah surat keputusan pangkat terakhir atau surat keputusan pensiun.
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP).
c. Fotokopi daftar gaji. 4. Fotokopi sah surat/akte nikah.
d. Fotokopi sah akte kelahiran anak/keterangan lahir.
e. Pasfoto 2 (dua) lembar ukuran 2 x 3 cm, kecuali bagi anak usia balita.
f. Fotokopi sah kartu mahasiswa/surat keterangan sekolah (bagi anak yang berusia lebih 21 tahun
dan dibawah 25 tahun).
4. Prosedur
a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama meliputi:
1) Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) :
a) Dilakukan di Puskesmas, Dokter Keluarga (bila tersedia), atau fasilitas kesehatan lainnya
yang setingkat.
b) Ruang lingkup pelayanan : Konsultasi medis dan penyuluhan serta pemulihan kesehatan,
Pemeriksaan laboratorium sederhana; Pemeriksaan; pengobatan gigi termasuk pencabutan dan
tambal gigi; Pemeriksaan ibu hamil, nifas, menyusui, bayi dan anak balita; Upaya penyembuhan
efek samping keluarga berencana (kontrasepsi); Pemberian obat‐obatan; Pemberian surat rujukan
ke rumah sakit.
2) Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) :
a) Dilakukan di Puskesmas dengan tempat tidur.
b) Ruang lingkup pelayanan :Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan; Perawatan dan
akomodasi di ruang perawatan; Pemeriksaan, pengobatan dan tindakan medis kecil/sederhana;
Pemeriksaan penunjang diagnostik; Pemberian obat‐obatan serta bahan dan alat kesehatan habis
pakai selama masa perawatan; Pemberian surat rujukan ke rumah sakit.
b. Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan meliputi:
1) Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)
a) Dilakukan di poliklinik spesialis rumah sakit.
b) Menunjukkan kartu Askes serta menyerahkan surat rujukan dari puskesmas/dokter keluarga.
c) Ruang lingkup pelayanan : Konsultasi medis, pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter
spesialis. dan atau dokter sub spesialis; Pemeriksaan penunjang diagnostik sederhana sampai
yang khusus; Tindakan medis poliklinik dan rehabilitasi medis; Pemberian resep obat;
Pemberian surat rujukan.
2) Pelayanan Gawat Darurat (emergency) dilakukan di unit gawat darurat rumah sakit :
a) Menunjukkan kartu Askes dan tidak perlu surat rujukan dari puskesmas/dokter keluarga.
b) Bila dilakukan di rumah sakit yang tidak bekerja sama dengan PT Askes, peserta membayar
terlebih dahulu kemudian mengajukan penggantian biaya ke PT Askes, dengan besaran
penggantian yang ditetapkan oleh PT. Askes.
c. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
1) Dilakukan di Rumah Sakit.
2) Menunjukkan kartu Askes dan menyerahkan surat rujukan dari RITP atau surat perintah
rawat inap dari poliklinik spesialis/sub spesialis ataupun dari Unit Gawat Darurat rumah sakit.
3) Ruang lingkup pelayanan:
a) Perawatan dan akomodasi di ruang perawatan.
b) Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan oleh dokter spesialis atau dokter subspesialis.
c) Pemeriksaan penunjang diagnostik sederhana sampai yang khusus.
d) Tindakan medis operatif dan tindakan medis non operatif.
e) Perawatan intensif (ICU/ICCU).
f) Pelayanan rehabilitasi medis.
g) Pemberian obat‐obatan.
d. Hak perawatan peserta (beserta anggota keluarganya) yakni :
1) Di Rumah Sakit Pemerintah/TNI/POLRI : ‐ Pegawai negeri sipil golongan I dan II, berhak
dirawat di ruang kelas II; ‐ Pegawai negeri sipil golongan III berhak dirawat di ruang kelas I ‐
Pegawai negeri sipil golongan IV berhak dirawat di ruang kelas I ‐ Pensiunan pegawai negeri
sipil di ruang kelas sesuai dengan golongan/kepangkatan pegawai terakhir pada saat pensiun.
2) Di Rumah Sakit Swasta yang bekerjasama dengan PT. Askes, sesuai dengan yang tercantum
didalam perjanjian kerjasama dengan Rumah Sakit tersebut
e. Dalam waktu 3 X 24 jam hari kerja, mengurus surat jaminan perawatan di loket PT. Askes di
Rumah Sakit.
f. Bila dirawat di kelas perawatan yang lebih tinggi dari haknya, selisih biaya pelayanan yang
timbul menjadi beban peserta.
g. Bila memerlukan perawatan diluar wilayah propinsi, diperlukan surat rujukan dari rumah sakit
yang merawat dan dilegalisasi oleh PT. Askes serta dilengkapi surat pengantar dari Kantor PT.
Askes setempat.
5. Persalinan
a. Sesuai dengan prosedur pelayanan rawat inap;
b. Dilakukan di Puskesmas dengan tempat tidur, rumah sakit, rumah bersalin,Bidan
c. Ruang lingkup pelayanan:
1) Pertolongan persalinan normal maupun denganpenyulit.
2) Perawatan dan akomodasi di ruang perawatan
3) Pemeriksaan penunjang diagnostik
4) Pelayanan darah, obat dan lain‐lain.
5) Bila dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak bekerjasama dengan PT. Askes,
maka peserta membayar terlebih dahulu, kemudian mengajukan penggantian biaya ke PT.Askes,
dengan besaran penggantian sesuai ketentuan yang ditetapkan PT. Askes.
6) Persalinan yang ditanggung oleh PT. Askes adalah persalinan sampai dengan anak ke dua,
dengan memperhitungkan anak hidup.
d. Pelayanan transfusi darah Pelayanan darah dilakukan oleh Unit Pelayanan Transfusi Darah
(UPTD) atau Palang Merah Indonesia (PMI):
1) Menunjukkan Kartu Askes serta menyerahkan surat permintaan darah yang dibuat oleh
dokter yang merawat (RJTL/RITL) ke UPTD setempat.
2) Labu darah yang diterima peserta dari UPTD diserahkan ke dokter yang merawat atau
petugas rumah sakit.
e. Pelayanan Obat
1) Obat yang diberikan mengacu kepada Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) PT. Askes;
2) Menunjukkan Kartu Askes;
3) Pada pelayanan RJTP (Puskesmas/dokter keluarga) dan RITP, obat diperoleh langsung di
Fasilitas pelayanan RJTP atau apotik;
4) Pada pelayanan RJTL dan RITL, obat diambil di apotik atau instalasi farmasi di rumah sakit;
5) Untuk obat khusus:
a) Obat antibiotik di luar DPHO dilengkapi dengan hasil resistensi test dari laboratorium
mikrobiologi dan telah disetujui oleh pimpinan Rumah Sakit serta harus dilegalisasi oleh PT.
Askes.
b) Obat kanker : Dilengkapi dengan keterangan medis dan protokol terapi khusus dari tim
onkologi yang merawat, yang telah disetujui oleh pimpinan Rumah Sakit dan dilegalisasi oleh
PT. Askes.
g. Pelayanan alat kesehatan
h. Kaca mata, gigi tiruan, alat bantu dengar, kaki/tangan tiruan : i. Diberikan hanya kepada
peserta tidak untuk anggota keluarga. ii. Pelayanan diberikan oleh dokter spesialis berdasarkan
rujukan dari Puskesmas atau dokter keluarga. iii. Jangka waktu penggantian: ‐ Kaca mata, gigi
tiruan (untuk gigi yang sama) dan kaki/tangan tiruan adalah satu kali dalam waktu 2 (dua) tahun.
‐ Alat bantu dengar, adalah satu kali dalam waktu 5 (lima) tahun. iv. Prosedur penggantian biaya:
‐ Peserta membayar terlebih dahulu, penggantian biaya diajukan ke PT.Askes di wilayah domisili
peserta, dengan menyerahkan : kuitansi asli, fotokopi resep/surat keterangan dari dokter yang
telah dilegalisasi oleh PT. Askes. Besaran biaya penggantian sesuai ketentuan yang ditetapkan
oleh PT. Askes; ‐ Khusus untuk kacamata selain dengan ketentuan diatas dapat juga diambil di
Optikal yang bekerjasama dengan PT. Askes, selanjutnya optikal tersebut yang mengajukan
klaim kepada PT.Askes. v. IOL, pen dan srew serta implant lain.
6. Tindakan medis operatif, pelayanan cuci darah, cangkok ginjal dan penunjang diagnostik.
1. Diberikan kepada peserta dan anggota keluarganya.
2. Menunjukkan kartu Askes dan menyerahkan surat rujukan.
3. Dilakukan di rumah sakit yang bekerjasama dengan PT. Askes.
D. Asuransi Kematian
• Manfaat Asuransi kematian, diberikan dalam hal :
1. Peserta atau pensiunan Peserta meninggal dunia;
2. Isteri/Suami meninggal dunia; atau
3. Anak meninggal dunia, apabila belum berusia 21 tahun atau berusia 25 tahun, masih sekolah
dan belum menikah.
• Besar manfaat sebagaimana dijelaskan di bawan ini, hanya berlaku apabila seluruh iuran
Peserta telah dibayarkan, jika dalam periode tertentu iuran Peserta tidak dibayarkan, maka
kekurangan iuran Peserta akan diperhitungkan dalam menentukan besar manfaat.
• Besarnya Manfaat Asuransi kematian tidak boleh kurang dari Rp 100.000,00 (seratus ribu
rupiah).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Administrasi Kepegawaian adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penertiban
dokumen dan data Kepegawaian melalui pendaftaran penduduk dan catatan sipil, pengelolaan
informasi administrasi Kepegawaian serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan public dan
pembangunan sector lain.
Administrasi Kepegawaian diarahkan untuk memenuhi hak azasi setiap orang di bidang
administrasi Kepegawaian tanpa diskriminasi melalui pelayanan publik yang profesional.
Pendaftaran penduduk dilakukan dengan pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan
peristiwaKepegawaian dan pendataan penduduk serta penerbitan dokumen Kepegawaian.
Landasan filosofis di bentuknya administrasi Kepegawaian, antara lain:
1. perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap
peristiwa Kepegawaian dan peristiwa penting yang dialami oleh penduduk Indonesia yang
berada di dalam dan diluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. perlu dilakukan pengaturan tentang Administrasi Kepegawaian.
3. dukungan pelayanan yang professional dan peningkatan kesadaran penduduk, termasuk warga
Negara Indonesia yang berada di luar negeri.
4. tuntutan pelayanan admnistrasi Kepegawaian yang tertib dan tidak diskriminatif.
Saran