Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

NKRI adalah kependekan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan
negara merdeka dengan aneka corak keragaman, dengan aneka rupa-rupa polemic dan dengan
warna-warni kebudayaan. NKRI adalah kesatuan wilayah dari Sabang di Nangroe Aceh
Darussalam (NAD) sampai Merauke di Irian Jaya (Papua). Surga dunia, paru-paru dunia, dan
keindahan alam dunia dijabat oleh NKRI. Letak nan strategis antara dua benua dan dua
samudera serta dua lempeng patahan bumi menjadikan NKRI adalah sebuah negara kaya raya
dan gemah ripah loh jinawi. Masyarakat yang ramah dan memiliki adat istiadat yang beragam
semakin menjadikan NKRI sebuah negara yang disebut-sebut “benua yang hilang” itu.
Menyoal, NKRI adalah harga mati bahwa sejak nama itu diikrarkan ternyata masih
banyak yang tidak cocok dengan empat huruf ini. Apa kurang enak didengar, apa kurang
keren, entahlah, yang jelas muncul nama-nama alternatif pada awal-awal lahirnya NKRI.
Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) adalah salah satu alternatif yang populer hingga
kini, meskipun telah berganti nama menjadi Negara Islam Indonesia (NII). Ada juga RMS,
GAM, OPM, PPRI, dan lainnya yang merupakan alternatif-alternatif nama dari NKRI.
Ketidakcocokan dengan NKRI yang akhirnya banyak diantaranya ingin keluar
darinya membuat NKRI harga mati ditulis huruf capital dengan tanda seru : NKRI HARGA
MATI!. Menandakan bahwa mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Setiap orang Indonesia
yang mempunyai rasa cinta tanah air atau patriotisme, ingin agar NKRI tetap ujud dan tidak
terpecah atau tergerogoti oleh alasan apapun
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan
negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem
pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis.
Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu
akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes
hal tersebut.
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga
tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga
kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan
yang kontiniu dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam
pembangunan sistem pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa
mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh. Secara sempit,Sistem
pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda pemerintahan guna
menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya perilaku
reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri.
B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat memahami perbedaan antara bentuk negara kesatuan dan negara
federal
2. Mahasiswa dapat memahami perbedaan antara sistem pemerintahan parlementer dan
sistem pemerintahan presidensil.

C. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sistem pemerintahan?


2. Apa saja sistem pemerintahan yang di pakai pada negara – negara?
3. Bagaimana perbedaan dari sistem pemerintahan yang ada?
4. Apa yang dimaksud dengan bentuk pemerintahan?
5. Apa saja macam – macam bentuk pemerintahan?
6. Bagaimana perbedaan dari macam – macam bentuk negara yang ada?
BAB II
ISI
A. Perbedaan Kesatuan dan Federasi
a. Negara Kesatuan (Unitaris)
Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan untuk mengatur
seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat memegang kedaulatan
sepenuhnya, baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan antara pemerintah pusat dengan
rakyat dan daerahnya dapat dijalankan secara langsung. Dalam negara kesatuan hanya ada
satu konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri (kabinet), dan satu parlemen.
Demikian pula dengan pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang memegang wewenang
tertinggi dalam segala aspek pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah supremasi
parlemen pusat dan tiadanya badan-badan lain yang berdaulat.
Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam sistem, yaitu:

a. Sentralisasi
b. Desentralisasi.

Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh
pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-
peraturan dari pemerintah pusat. Daerah tidak berwewenang membuat peraturan-peraturan
sendiri dan atau mengurus rumah tangganya sendiri.
Keuntungan sistem sentralisasi:

1. Adanya keseragaman (uniformitas) peraturan di seluruh wilayah negara;


2. Adanya kesederhanaan hukum, karena hanya ada satu lembaga yang

berwenang membuatnya;

3. Penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah

negara.

Kerugian sistem sentralisasi:

1. bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga sering menghambat

kelancaran jalannya pemerintahan;

2. peraturan/ kebijakan dari pusat sering tidak sesuai dengan keadaan/ kebutuhan
daerah;

3. daerah-daerah lebih bersifat pasif, menunggu perintah dari pusat sehingga

melemahkan sendi-sendi pemerintahan demokratis karena kurangnya inisiatif


dari rakyat;

4. rakyat di daerah kurang mendapatkan kesempatan untuk memikirkan dan

bertanggung jawab tentang daerahnya;

5. keputusan-keputusan pemerintah pusat sering terlambat.

Keuntungan sistem desentralisasi:

1. pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah itu

sendiri;

2. peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah

itu sendiri;

3. tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan dapat

berjalan lancar;

4. partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan

meningkat;

5. penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah.

Sedangkan kerugian sistem desentralisasi adalah ketidakseragaman peraturan dan


kebijakan serta kemajuan pembangunan.
1. Kesatuan
Negara Kesatuan adalah negara yang pemerintah pusat atau nasional memegang
kedudukan tertinggi, dan memiliki kekuasaan penuh dalam pemerintahan sehari-hari. Tidak
ada bidang kegiatan pemerintah yang diserahkan konstitusi kepada satuan-satuan
pemerintahan yang lebih kecil (dalam hal ini, daerah atau provinsi).
Dalam negara Kesatuan, pemerintah pusat (nasional) bisa melimpahkan banyak tugas
(melimpahkan wewenang) kepada kota-kota, kabupaten-kabupaten, atau satuan-satuan
pemerintahan lokal. Namun, pelimpahan wewenang ini hanya diatur oleh undang-undang
yang dibuat parlemen pusat (di Indonesia DPR-RI), bukan diatur di dalam konstitusi (di
Indonesia UUD 1945), di mana pelimpahan wewenang tersebut bisa saja ditarik sewaktu-
waktu.
Pemerintah pusat mempunyai wewenang untuk menyerahkan sebagian kekuasaannya
kepada daerah berdasarkan hak otonomi, di mana ini dikenal pula sebagai desentralisasi.
Namun, kekuasaan tertinggi tetap berada di tangan pemerintah pusat dan dengan demikian,
baik kedaulatan ke dalam maupun kedaulatan ke luar berada pada pemerintah pusat.
Miriam Budiardjo menulis bahwa yang menjadi hakekat negara Kesatuan adalah
kedaulatannya tidak terbagi dan tidak dibatasi, di mana hal tersebut dijamin di dalam
konstitusi. Meskipun daerah diberi kewenangan untuk mengatur sendiri wilayahnya, tetapi itu
bukan berarti pemerintah daerah itu berdaulat, sebab pengawasan dan kekuasaan tertinggi
tetap berada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat-lah sesungguhnya yang mengatur
kehidupan setiap penduduk daerah.
Keuntungan negara Kesatuan adalah adanya keseragaman Undang-Undang, karena
aturan yang menyangkut ‘nasib’ daerah secara keseluruhan hanya dibuat oleh parlemen pusat.
Namun, negara Kesatuan bisa tertimpa beban berat oleh sebab adanya perhatian ekstra
pemerintah pusat terhadap masalah-masalah yang muncul di daerah.
Penanganan setiap masalah yang muncul di daerah kemungkinan akan lama
diselesaikan oleh sebab harus menunggu instruksi dari pusat terlebih dahulu. Bentuk negara
Kesatuan juga tidak cocok bagi negara yang jumlah penduduknya besar, heterogenitas
(keberagaman) budaya tinggi, dan yang wilayahnya terpecah ke dalam pulau-pulau.
Ada sebagian kewenangan yang didelegasikan pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah, yang dengan kewenangan tersebut pemerintah daerah mengatur penduduk yang ada
di dalam wilayahnya. Namun, pengaturan pemerintah daerah terhadap penduduk di
wilayahnya lebih bersifat ‘instruksi dari pusat’ ketimbang improvisasi dan inovasi pemerintah
daerah itu sendiri.
Dalam negara Kesatuan, pemerintah pusat secara langsung mengatur masing-masing
penduduk yang ada di setiap daerah. Misalnya, pemerintah pusat berwenang menarik pajak
dari penduduk daerah, mengatur kepolisian daerah, mengatur badan pengadilan, membuat
kurikulum pendidikan yang bersifat nasional, merelay stasiun televisi dan radio pemerintah
ke seluruh daerah, dan bahkan menunjuk gubernur kepala daerah.
2. Federasi
Negara Federasi ditandai adanya pemisahan kekuasaan negara antara pemerintahan
nasional dengan unsur-unsur kesatuannya (negara bagian, provinsi, republik, kawasan, atau
wilayah). Pembagian kekuasaan ini dicantumkan ke dalam konstitusi (undang-undang dasar).
Sistem pemerintahan Federasi sangat cocok untuk negara-negara yang memiliki kawasan
geografis luas, keragaman budaya daerah tinggi, dan ketimpangan ekonomi cukup tajam.
Apakah ada perbedaan antara Konfederasi dengan Federasi ? Ya, ada! Negara-negara
yang menjadi anggota suatu Konfederasi tetap merdeka sepenuhnya atau berdaulat,
sedangkan negara-negara yang tergabung ke dalam suatu Federasi kehilangan kedaulatannya,
oleh sebab kedaulatan ini hanya ada di tangan pemerintahan Federasi.
Di Amerika Serikat, terdapat 50 negara bagian semisal Alabama, New Hampshire,
New Mexico, Maine, Utah, Wisconsin, South Dakota, Wyoming, West Virginia, Nevada,
New Jersey, Florida, Hawaii, Alaska, New Mexico, California, Kansas, Phoenix, Nebraska,
Pennsylvania, atau Texas. Negara-negara bagian ini tidaklah berdaulat sendiri-sendiri
melainkan kedaulatan tersebut hanya ada di tangan pemerintah Federasi yang dikenal sebagai
United States of America (Amerika Serikat) dengan ibukotanya di Washington D.C. (District
Columbia) itu!
Dalam negara Federasi, wewenang membentuk undang-undang pusat untuk mengatur
hal-hal tertentu telah terperinci satu per satu dalam konstitusi Federal, sedangkan dalam
negara Kesatuan, wewenang pembentukan undang-undang pusat ditetapkan dalam suatu
rumusan umum dan wewenang pembentukan undang-undang lokal tergantung pada badan
pembentuk undang-undang pusat itu.
Di dalam negara Federasi, kedaulatan hanya milik pemerintah Federal, bukan milik
negara-negara bagian. Namun, wewenang negara-negara bagian untuk mengatur penduduk di
wilayahnya lebih besar ketimbang pemerintah daerah di negara Kesatuan.
Wewenang negara bagian di negara Federasi telah tercantum secara rinci di dalam
konstitusi federal, misalnya mengadakan pengadilan sendiri, memiliki undang-undang dasar
sendiri, memiliki kurikulum pendidikan sendiri, mengusahakan kepolisian negara bagian
sendiri, bahkan melakukan perdagangan langsung dengan negara luar seperti pernah
dilakukan pemerintah Indonesia dengan negara bagian Georgia di Amerika Serikat di masa
Orde Baru.
Kendatipun negara bagian memiliki wewenang konstitusi yang lebih besar ketimbang
negara Kesatuan, kedaulatan tetap berada di tangan pemerintah Federal yaitu dengan
monopoli hak untuk mengatur Angkatan Bersenjata, mencetak mata uang, dan melakukan
politik luar negeri (hubungan diplomatik). Kedaulatan ke dalam dan ke luar di dalam negara
Federasi tetap menjadi hak pemerintah Federal bukan negara-negara bagian.
B. Bentuk Negara

Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan sebagai berikut:


“ ………, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada …..”
Selanjutnya dalam pasal 1 ayat (1) dirumuskan sebagai berikut:
“Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”
Dari dua ketentuan tersebut di atas orang tidak dapat mengetahui dengan tepat apakah
penggunaan istilah bentuk negara itu ditujukan kepada sifat negara Indonesia sebagai
Republik ataukah sebagai negara Kesatuan.
Dalam Ilmu Negara pengertian tentang bentuk Negara sejak dahulu kala dibagi
menjadi dua yaitu: monarchie dan republik. Untuk menentukan suatu Negara itu berbentuk
monarchie dan republik, dalam Ilmu Negara banyak macam ukuran yang dipakai. Antara lain
Jellinek memakai sebagai kriteria bagaimana caranya kehendak negara itu dinayatakan. Jika
kehendak Negara itu ditentukan oleh satu orang saja, maka bentuk Negara itu monarchie dan
jika kehendak Negara itu ditentukan oleh orang banyak yang merupakan suatu majelis, maka
bentuk negaranya adalah republik. (Jellinek, 1914 : 665). PendapatJellinek ini tidak banyak
penganutnya karena banyak mengandung kelemahan. Faham Duguit lebih lazim dipakai,
yang menggunakan sebagai kriteria bagaimana caranya kepala Negara itu diangkat. Jika
seorang kepala negara diangkat berdasarkan hak waris atau keturunan maka bentuk
negaranya disebut monarchie dan Kepala Negaranya disebut raja atau ratu. Jika kepala negara
dipilih melalui suatu pemilihan umum untuk masa jabatan yang ditentukan, maka bentuk
negaranya disebut republik dan Kepala Negaranya adalah seorang Presiden. (Duguit, 1923 :
607)
Jadi menurut ketentuan yang telah dijelaskan di atas maka negara Indonesia
mempunyai bentuk negara sebagai republik. Hal ini didasarkan atas cara pemilihan presiden,
bahkan bukan hanya oleh majelis melainkan langsung dipilih oleh rakyat.
Selanjutnya bagaimana dengan susunan negaranya apakah negara kesatuan atau
federal. Perbedaan negera federal dan negara kesatuan dapat ditunjukan sebagai berikut:
Negara Federal Negara Kesatuan
Bagian-bagian negara disebut negara bagian Bagian-bagian negara bukan
merupakan negara bagian, lazimnya disebut
Negara-negara bagian mempunyai propinsi
wewenang untuk membuat UUD sendiri dan Organisasi bagian-bagian negara
dapat menentukan bentuk-bentuk organisasinya secaragaris besar ditentukan oleh pembuat
masing-masing yang tidak bertentangan dengan undang-undang di pusat danmerupakan
konstitusi pelaksanaan sistim desentralisasi.
Wewenag pembuat UU pemerintah pusat
ditentukan secara terperinci dan wewenang
lainnya ada pada negara bagian Wewenang secara tereperinci
terdapat pada propinsi-propinsi dan residu
powernya ada pada pemerintah pusat.
Maka dari perbedaan di atas dapat kita simpulkan bahwa negara Indonesia merupakan
negara kesatuan yang berbentuk republik.

Sistem Presidensial
A. Pengertian Sistem Presidensial
intahan presidensial atau disebut juga dengan sistem kongresional adalah sistem
pemerintahan dimana badan eksekutif dan legislatif memiliki kedudukan yang independen.
Kedua badan tersebut tidak berhubungan secara langsung seperti dalam sistem pemerintahan
parlementer. Mereka dipilih oleh rakyat secara terpisah. Sistem presidensial tidak mengenal
adanya lembaga pemegang supremasi tertinggi. Kedaulatan negara dipisahkan (separation of
power) menjadi tiga cabang kekuasaan, yakni legislatif, eksekutif, dan yudikatif, yang secara
ideal diformulasikan sebagai ”Trias Politica” oleh Montesquieu. Presiden dan wakil presiden
dipilih langsung oleh rakyat untuk masa kerja yang lamanya ditentukan konstitusi.
Konsentrasi kekuasaan ada pada presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Dalam sistem presidensial para menteri adalah pembantu presiden yang diangkat dan
bertanggung jawab kepada presiden.
Merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan eksekutif dipilih
melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif.Menurut Rod Hague, pemerintahan
presidensiil terdiri dari 2 unsur yaitu:
• Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat pejabat-pejabat
pemerintahan yang terkait.
• Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa saling
menjatuhkan..
Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat
dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada
mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi,
pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa
dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya seorang
wakil presiden akan menggantikan posisinya.Model ini dianut oleh Amerika
serikat,Indonesia,dan sebagian besar Negara Amerika latin
Bentuk MPR sebagai majelis permusyawaratan-perwakilan dipandang lebih sesuai
dengan corak hidup kekeluargaan bangsa Indonesia dan lebih menjamin pelaksanaan
demokrasi politik dan ekonomi untuk terciptanya keadilan sosial,dan sebagai ciri demokrasi
Indonesia. Dalam struktur pemerintahan negara, MPR berkedudukan sebagai supreme power
dan penyelenggara negara yang tertinggi. DPR adalah bagian dari MPR yang berfungsi
sebagai legislatif. Presiden menjalankan tugas MPR sebagai kekuasaan eksekutif tertinggi,
sebagai mandataris MPR.
Sebagai penjelmaan rakyat dan merupakan pemegang supremasi kedaulatan, MPR
adalah penyelenggara pemerintahan negara tertinggi, “pemegang” kekuasaan eksekutif dan
legislatif. DPR adalah bagian MPR yang menjalankan kekuasaan legislatif, sedangkan
presiden adalah mandataris yang bertugas menjalankan kekuasaan eksekutif. Bersama-sama,
DPR dan presiden menyusun undang-undang. DPR dan presiden tidak dapat saling
menjatuhkan seperti pada sistem parlementer maupun presidensial.
Sistem presidensial dipandang mampu menciptakan pemerintahan negara berasaskan
kekeluargaan dengan stabilitas dan efektifitas yang tinggi. Sehingga para anggota legislatif
bisa lebih independent dalam membuat UU karena tidak khawatir dengan jatuh bangunnya
pemerintahan. Sistem presidensial mempunyai kelebihan dalam stabilitas pemerintahan,
demokrasi yang lebih besar dan pemerintahan yang lebih terbatas. Adapun kekurangannya,
kemandekan (deadlock) eksekutif-legislatif, kekakuan temporal, dan pemerintahan yang lebih
eksklusif.
Secara konstitusional, DPR mempunyai peranan untuk menyusun APBN, mengontrol
jalannya pemerintahan, membuat undang-undang dan peranan lain seperti penetapan pejabat
dan duta. Presiden tak lagi bertanggung jawab pada DPR karena ia dipilih langsung oleh
rakyat.Konstitusi RI jelas telah menetapkan sistem pemerintahan presidensial. Pemerintahan
presidensial mengandalkan pada individualitas. Sistem pemerintahan presidensial bertahan
pada citizenship yang bisa menghadapi kesewenang-wenangan kekuasaan dan juga
kemampuan DPR untuk memerankan diri memformulasikan aturan main dan memastikan
janji presiden berjalan.
Pemerintahan presidensial memang membutuhkan dukungan riil dari rakyat yang
akan menyerahkan mandatnya kepada capres. Namun, rakyat tak bisa menyerahkan begitu
saja mandatnya tanpa tahu apa yang akan dilakukan capres.
Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu

 Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala


negara.
 Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih
langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
 Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
 Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif (bukan kepada
kekuasaan legislatif).
 Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertangungjawab kepada
presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen atau legislatif.
 Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Hal itu dikarenakan presiden
tidak dipilih oleh parlemen.
 Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer.
 Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan. Anggota
parlemen dipilih oleh rakyat.
Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan Presidensial
Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial:

 Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.
 Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya,
masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Filipina adalah
enam tahun dan Presiden Indonesia adalah lima tahun.
 Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
 Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi
oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.
 Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.
 Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya,
masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Indonesia
adalah lima tahun.
 Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
 Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi
oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial:

 Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat


menciptakan kekuasaan mutlak.
 Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
 Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara
eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan memakan
waktu yang lama.
 Karena presiden tidak bertanggung jawab pada badan legislatif, maka sistem
pertanggungjawabannya menjadi tidak jelas
 Bisa menciptakan sebuah kekuasaan yang mutlak karena kekuasaan eksekutif berada
di luar pengawasan langsung legislatif.
 Tugas presiden sebagai kepala Negara dan pemerintahan
1. Tugas Presiden Sebagai Kepala Negara :

a. Kepala negara adalah orang yang mengepalai negara dan sebagai symbol resmi
negara Indonesia di dunia yang mempunyai tugas sebagai berikut :
Menetapkan dan mengajukan anggota dari hakim konstintusi.
b. Mangangkat duta dan konsul untuk negara lain dengan pertimbangan DPR.
c. Menerima duta dari negara lain dengan pertimbangan DPR.
d. Memberikan Grasi dan Rehabilitasi dengan pertimbangan dari MA / Mahkamah Agung.
e. Memberikan Amnesti dan Abolisi Rehabilitasi dengan pertimbangan dari DPR.
f. Memegang kekuasaan tertinggi atas AU / Angkatan Udara, AD / Angkatan Darat dan AL
/ Angkatan Laut.
g. Menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syaratnya ditetapkan oleh Undang-Undang.
h. Menyatakan perang dengan negara lain, damai dengan negara lain dan perjanjian dengan
negara lain dengan persetujuan DPR.
i. Membuat perjanjian yang menyangkut hajat hidup orang banyak, mempengaruhi beban
keuangan negara dan atau mengharuskan adanya perubahan / pembentukan Undang-
Undang harus dengan persetujuan DPR.
j. Memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan dan sebagainya yang diatur oleh UU
k. Menetapkan calon Hakim Agung yang diusulkan oleh KY / Komisi Yudisial dengan
persetujuan DPR.
l. Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih DPR atas dasar
pertimbangan DPD.
m. Membentuk dewan pertimbangan yang memiliki tugas memberi nasehat dan
pertimbangan untuk Presiden yang diatur oleh UU.

2. Tugas Presiden Sebagai Kepala Pemerintahan :

Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh menteri-menteri dalam kabinet,


memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sehari-hari.
Tugas presiden sebagai kepala pemerintahan yaitu sebagai berikut :

1. Menjalankan roda pemerintahan dengan di bantu oleh para menteri dan

stafnya

2. Menetapkan peraturan pemerintah


3. Mengajukan rancangan Undang-Undang.
2. Sistem parlementer
Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki
peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam
mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu
dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem presidensiil,
di mana sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang
berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensiil, presiden berwenang
terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi
simbol kepala negara saja.
Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung dari
dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif atau parlemen sering
dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena itu, tidak ada pemisahan
kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan cabang legislatif, menuju kritikan dari
beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan keseimbangan yang ditemukan dalam
sebuah republik kepresidenan. Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensiil,
karena kefleksibilitasannya dan tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah dia
sering mengarah ke pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam Republik Weimar Jerman
dan Republik Keempa Perancis. Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas
antara kepala pemerintahan dan kepala negara, dengan kepala pemerintahan adalah perdana
menteri ,dan kepala negara ditunjuk sebagai dengan kekuasaan sedikit atau seremonial.
Namun beberapa sistem parlemen juga memiliki seorang presiden terpilih dengan banyak
kuasa sebagai kepala negara, memberikan keseimbangan dalam sistem ini.
Kedua negara tersebut disebut sebagai tipe ideal karena menerapkan ciri-ciri yang
dijalankannya. Inggris adalah negara pertama yang menjalankan model pemerintahan
parlementer. Amerika Serikat juga sebagai pelopor dalam sistem pemerintahan presidensial.
Kedua negara tersebut sampai sekarang tetap konsisten dalam menjalankan prinsip-prinsip
dari sistem pemerintahannya. Dari dua negara tersebut, kemudian sistem pemerintahan
diadopsi oleh negara-negara lain dibelahan dunia.
Klasifikasi sistem pemerintahan presidensial dan parlementer didasarkan pada
hubungan antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Sistem pemerintahan disebut parlementer
apabila badan eksekutif sebagai pelaksana kekuasaan eksekutif mendapat pengawasan
langsung dari badan legislatif. Sistem pemerintahan disebut presidensial apabila badan
eksekutif berada di luar pengawasan langsung badan legislatif. Untuk lebih jelasnya, berikut
ini ciri-ciri, kelebihan serta kekurangan dari sistem pemerintahan parlementer.
Ciri-ciri dari sistem pemerintahan parlementer adalah sebagai berikut :

1. Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya dipilih
langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan besar
sebagai badan perwakilan dan lembaga legislatif.
2. Anggota parlemen terdiri atas orang-orang dari partai politik yang memenangkan
pemiihan umum. Partai politik yang menang dalam pemilihan umum memiliki
peluang besar menjadi mayoritas dan memiliki kekuasaan besar di parlemen.
3. Pemerintah atau kabinet terdiri dari atas para menteri dan perdana menteri sebagai
pemimpin kabinet. Perdana menteri dipilih oleh parlemen untuk melaksakan
kekuasaan eksekutif. Dalam sistem ini, kekuasaan eksekutif berada pada perdana
menteri sebagai kepala pemerintahan. Anggota kabinet umumnya berasal dari
parlemen.
4. Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat bertahan sepanjang mendapat
dukungan mayoritas anggota parlemen. Hal ini berarti bahwa sewaktu-waktu
parlemen dapat menjatuhkan kabinet jika mayoritas anggota parlemen menyampaikan
mosi tidak percaya kepada kabinet.
5. Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan
adalah perdana menteri, sedangkan kepala negara adalah presiden dalam negara
republik atau raja/sultan dalam negara monarki. Kepala negara tidak memiliki
kekuasaan pemerintahan. Ia hanya berperan sebgai symbol kedaulatan dan keutuhan
negara.
6. Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet maka presiden atau raja atas
saran dari perdana menteri dapat membubarkan parlemen.Selanjutnya, diadakan
pemilihan umum lagi untuk membentukan parlemen baru.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer :


Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif
berada pada satu partai atau koalisi partai. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan
pelaksanaan kebijakan public jelas. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap
kabinet sehingga kabinet menjadi barhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer :
Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan
parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen. Kelangsungan
kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bias ditentukan berakhir sesuai dengan masa
jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet
adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka yang
besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen. Parlemen menjadi
tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota
parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan
eksekutif lain
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Perbandingan bentuk negara fedaeral dan negara kesatuan

Negara Federal Negara Kesatuan


Bagian-bagian negara disebut negara Bagian-bagian negara bukan
bagian merupakan negara bagian, lazimnya
disebut propinsi
Negara-negara bagian mempunyai
wewenang untuk membuat UUD sendiri Organisasi bagian – bagian negara
dan dapat menentukan bentuk-bentuk secara garis besar ditentukan oleh
organisasinya masing-masing yang tidak pembuat undang-undang di pusat
bertentangan dengan konstitusi danmerupakan pelaksanaan sistim
Wewenag pembuat UU pemerintah desentralisasi.
pusat ditentukan secara terperinci dan Wewenang secara tereperinci
wewenang lainnya ada pada negara terdapat pada propinsi-propinsi dan
bagian residu powernya ada pada
pemerintah pusat.

2.

2. Perbandingan Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensial

Parlementer Presidensial
Kepala Negara Presiden atau Raja Presiden
Kepala Pemerintahan Perdana Menteri Presiden
Eksekutif/Kabinet Berasal dari Parlemen dan Merupakan
disetujui oleh Perdana Pembantu
Menteri Presiden
Eksekutif anggota Ya Tidak
parlemen?
Eksekutif bisa Ya Tidak
membuabarkan
parlemen?
Masa Jabatan Eksekutif Tidak Ya
Tertentu?
Parlemen Mengawasi Kadang-kadang Tidak
Eksekutif?
Pusat Kekuasaan Parlemen Tidak ada
Parlemen Mengatur Tidak Ya
Urusannya sendiri

3.

B. SARAN

Semua sistem pemerintahan Parlementer maupun


Presidensiil memiliki kelebihan dan kekurangan,maupun bentuk-
bentuk Negara.Tetapi untuk negara indonesia yangt cocok adalah
sistem pemerintahan Presidensiil dengan negara berbentuk
republik,karena indonesia memiliki ragam budaya yang berbeda
sehingga pemilihan kepala negara(presiden) dipilih langsung oleh
rakyat.
DAFTAR PUSTAKA

 Budiyanto.2006.Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA kelas XII.


Jakarta : Erlangga
 Algemeene Secretarie, Regeringsalmanaak voor Nederlandsch-Indie
1942, eerste gedeelte: Grondgebied en Bevolking, Inrichting van het
Bestuur van Neder¬landsch-Indie, Batavia: Landsrukkerij
 Bagehot, Walter, The English Constitution, London: Oxford University
Press, second ed., eighth printed, 1955

Anda mungkin juga menyukai