0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
982 tayangan13 halaman
Bentuk-bentuk yurisdiksi dalam cyberspace meliputi yurisdiksi legislatif, yudikatif, dan eksekutif seperti yang digunakan secara tradisional. Ada pula teori-teori khusus seperti theory of the uploader and downloader serta theory of international spaces yang melihat cyberspace sebagai ruang internasional tersendiri. Namun, penerapan prinsip-prinsip tradisional juga masih relevan untuk kasus-kasus di cyberspace.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
bentuk-bentuk yurisdiksi dalam cyberspace serta teori-teori dalam cyberspace.pptx
Bentuk-bentuk yurisdiksi dalam cyberspace meliputi yurisdiksi legislatif, yudikatif, dan eksekutif seperti yang digunakan secara tradisional. Ada pula teori-teori khusus seperti theory of the uploader and downloader serta theory of international spaces yang melihat cyberspace sebagai ruang internasional tersendiri. Namun, penerapan prinsip-prinsip tradisional juga masih relevan untuk kasus-kasus di cyberspace.
Bentuk-bentuk yurisdiksi dalam cyberspace meliputi yurisdiksi legislatif, yudikatif, dan eksekutif seperti yang digunakan secara tradisional. Ada pula teori-teori khusus seperti theory of the uploader and downloader serta theory of international spaces yang melihat cyberspace sebagai ruang internasional tersendiri. Namun, penerapan prinsip-prinsip tradisional juga masih relevan untuk kasus-kasus di cyberspace.
Apa saja teori-teori dalam yurisdiksi cyberspace? ARTHA LIURENCIA - 110110160248 AMANDA KAMALIA - 110110160322 MUHAMAD FADILLAH – 110110160338 Bentuk-Bentuk Yurisdiksi dalam Cyberspace • Masaki Hamano dan Henry H.Perritt menggunakan 3 jenis yurisdiksi tradisional yang dimiliki negara berkenaan dengan penetapan dan pelaksanaan pengawasan terhadap setiap peristiwa, setiap orang dan setiap benda untuk menganalisa permasalahan dalam cyberjurisdiction: 1. Yurisdiksi legislatif (Jurisdiction to Prescribe)
• Yurisdiksi legislatif adalah wewenang negara untuk membuat hukum sesuai
dengan masyarakat dan keadaan yang ada. Yurisdiksi ini digunakan untuk menerapkan undang-undang 2. Yurisdiksi Yudikatif atau Yurisdiksi untuk Mengadili ( Jurisdiciton to Adjudicate ) • Yurisdiksi untuk mengadili didefinisikan sebagai wewenang negara terhadap seseorang untuk melakukan proses pemeriksaan pengadilan , dalam masalah kriminal. Yurisdiksi ini digunakan untuk menuntut. 3. Yurisdiksi Eksekutif atau Yurisdiksi untuk Melaksanakan (Jurisdiction to Enforce) • Yurisdiksi untuk melaksanakan berhubungan dengan wewenang suatu negara untuk melakukan penghukuman terhadap terdakwa sesuai hukum yang berlaku, baik melalui pengadilan atau melalui tindakan non-hukum lainnya (sanksi administratif). • Alasan yang mendasari tetap digunakannya ketiga jenis yurisdiksi tersebut, karena dari berbagai kasus kejahatan internet, apabila pelaku dapat ditangkap oleh polisi, akan diterapkan hukum negara di mana si pelaku tertangkap. Artinya, digunakan hukum dari negara di mana ia melakukan tindak pidana tersebut. • Bentuk – bentuk yurisdiksi dalam cyberspace banyak terjadi perdebatan diantara para ahli, diantaranya Masaki Hamano dan Henry H. Perrit yang menggunakan Yurisdiksi Tradisional, sedangkan Johnson dan Post berpendapat bahwa penerapan prinsip-prinsip tradisional tidak sesuai dan mengacaukan apabila diterapkan pada cyberspace. Menurut Johnson dan Post, cyberspace harus diperlakukan sebagai suatu ruang yang terpisah dari dunia nyata dengan menerapkan hukum yang berbeda untuk cyberspace sesuai dengan Theory Of International Spaces Darrel Menthe. • Namun, menurut Masaki Hamano juga menyatakan bahwa ide Johnson dan Post tidak terwujud dalam kenyataan. Menurut Masaki Hamano, sekalipun banyak kasus-kasus hukum yang berhubungan dengan dunia cyber, namun pengadilan- pengadilan di Amerika Serikat telah menerima pendekatan tradisional terjadap sengketa jurisdiksi cyberspace daripada membuat seperangkat peraturan baru yang lengkap mengenai cyberlaw. • Dalam berbagai contoh kasus dalam cyberspace, menunjukkan bahwa dapat digunakannya 3 teori jurisdiksi tradisional, sebagaimana kita kenal selama ini. Contoh kasus: • • Terhadap para pelaku tindak pidana pornografi anak di internet , ditangkap dengan tuduhan yang hampir sama. Tuduhan yang dikenakan, antara lain: kekerasan seksual terhadap anak (sexually abused to children), memiliki dan penyebaran hal yang berbau pornografi anak. • • Kepada mereka dikenakan ancaman pidana menurut negara tempat ia melakukan tindak pidana (locus delicti) dan waktu (tempos delicti). • • Penangkapan, pemeriksaan, pengajuan dan penjatuhan pidana kepada para pelaku menggunakan hukum negara tempat ia di tangkap. Teori-Teori dalam Yurisdiksi Cyberspace • Berdasarkan karakteristik khusus yang terdapat dalam ruang cyber, maka Darrel Menthe dalam bukunya Jurisdiction in Cyberspace : A Theory of International Space mengemukakan beberapa teori sebagai berikut: 1. Theory Of The Uploader And The Downloader
• Darrel Menthe mengemukakan suatu teori bahwa selama berinteraksi di dunia
cyber ada dua hal utama yaitu memberikan informasi ke dalam dunia cyber dan mengambil informasi keluar dari dunia cyber. Dalam hal ini ada dua peran yang berbeda secara nyata yaitu the uploader yang memberi informasi ke dalam dunia cyber dan the downloader sebagai pengambil informasi di kemudian hari; • Berdasarkan teori ini, suatu negara dapat melarang dalam wilayahnya, kegiatan uploading dan downloading yang diperkirakan dapat bertentangan dengan kepentingannya. Contoh Implementasi Teori The Uploader And The Downloader • Suatu negara dapat melarang setiap orang untuk uploading kegiatan perjudian atau kegiatan perusakan lainnya dalam wilayah negara, dan melarang setiap orang dalam wilayahnya untuk downloading kegiatan perjudian tersebut. Minnesota adalah salah satu negara bagian pertama yang menggunakan jurisdiksi ini. • Dalam konteks ini, jika tidak mempunyai perangkat/teknologi yang memadai sangat susah untuk melakukan pemantauan atau pengawasan terlebih jika belum ada perangkat aturan hukumnya. 2. The Law Of The Server • Darrel C Menthe melihat teori ini dengan memperlakukan server di mana webpages secara fisik berlokasi, yaitu di mana mereka dicatat sebagai data elektronik.. Namun teori ini akan sulit digunakan apabila uploader berada dalam jurisdiksi asing. Contoh: Sebuah webpages yang berlokasi di Stanford University maka akan tunduk pada hukum California. 3. The Theory Of International Spaces • Darrel Menthe dalam “Jurisdiction In Cyberspace: A Theory of International Spaces” menyebutkan suatu wilayah teritorial yang menggunakan hukum internasional dan disebutnya “international space”; saat ini ada tiga macam ruang internasional yaitu: Antartica, angkasa luar, dan lautan luas. Dalam dunia cyber, jurisdiksi mengesampingkan masalah konsep untuk pengadilan domestik dan pengadilan asing yang serupa. Tidak seperti jurisdiksi tradisional yang melibatkan dua, atau tiga jurisdiksi yang bertentangan satu sama lain., maka hukum yang dapat diterapkan terhadap homepage adalah hukum secara keseluruhan . • Cyberspace adalah suatu lingkungan hukum yang terpisah dengan hukum konvensional dimana setiap negara memiliki kedaulatan yang sama. Ruang cyber dianggap sebagai the fourth space. Analoginya adalah tidak terletak pada kesamaan fisik, melainkan pada sifat internasional, yakni sovereignless quality. Tidak ada ruang yang tidak tersentuh oleh teori ini. Semua tempat dapat dimasuki teori ini, karena dunia cyber mempunyai karakteristik yang maya. • Namun dalam perkembangannya teori ini banyak dipermasalahkan, terutama oleh ahli-ahli yang percaya dalam cyberspace baiknya menggunakan prinsip yurisdiksi tradisional.