Anda di halaman 1dari 3

“TINDAK PIDANA KHUSUS”

Hukum tindak pidana khusus mengatur perbuatan tertentu atau hanya berlaku pada
orang tertentu yang mampu melakukannya. Maka dari itu hukum ini dilihat dari substansi dan
berlaku siapa Hukum Tindak Pidana Khusus itu. Adapun ruang lingkup tindak pidana khusus
ini tidaklah bersifat tetap, namun dapat berubah tergantung dengan apakah ada penyimpangan
atau menetapkan sendiri ketentuan khusus dari UU pidana yang mengatur substansi tertentu.
Hukum Tindak Pidana Khusus mempunyai ketentuan khusus dan penyimpangan terhadap
hukum pidana umum, baik dibidang hukum pidana materil maupun dibidang hukum pidana
formal. Ruang lingkup Tindak Pidana Khusus antara lain :
1. Hukum Pidana Ekonomi (UU Drt. No.7 Tahun 1955)
Dikatakan Tindak Pidana Khusus karea aparat penegak hukum dan pengadilannya
adalah khusus untuk pidana ekonomi. Dimana hukum ini adalah tindak pidana yang
mempunyai motif ekonomi dan sering dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai
kemampuan intelektualdan mempunai posisi penting dalam masyarakat atau pekerjaannya.

2. Tindak Pidana Korupsi


Korupsi merupakan penyalahgunaan wewenang hanya demi meletakkan kepentingan
diri sendiri sehingga dapat merugikan orang lain. Dalam konteks hukum pidana, tidak seua
korupsi dikualifikasikan sebgai perbuatan pidana, maka perbuatan apa saja yang
dinyatakan korupsi, perlu merujuk pada UU pemberantasan Korupsi (UU No.20Tahun
2001). Dalam sistem peradilan tindak pidana korupsi, hakim dapat dapat menerapkan
sistem pembuktiaan terbalik (pembalikan Beban Pembuktian). Fungsi sistem ini adalah
mennsyaratkan adanya sifat limtatif (terbatas) dan eksepsional (khusus). Sistem
pembalikan Beban Pembuktian diterapkan secara terbatas dan khusus hanya terdapat 2
(dua) perbuatan saja, yaitu penyuapan dan perampasan harta benda terdakwa.
Sistem ini sebagai pembuktian selain merupakan kewajiban Jaksa Penuntut Umum
juga merupakan hak Terdakwa. Apabila terdakwa mempergunakan haknya dan dapat
membuktikan bahwa diri nya tidak bersalah maka hal it merupakan hal yang
menguntungkan posisinya demikiansebaliknya apabila terdakwa tidak dapat membuktikan
bahwa dirinya fitak melaukan korupsi maka hal itu akan memperlemah posisinya.
Terdakwa wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta benda baik suami/istri,
anak,serta semua harta yang diduga mempunyai hubungan dengan terdakwa (UU No.31
Tahun 1999 psl. 37 ayt 3).

3. Tindak Pidana Narkotika dan Psikotropika


Narkotika secara umum adalah sejenis zat yang dapat menimbulkan pengaruh-
pengaruh tertentu bagi orang-orang yang menggunakannya, dengan cara memaksukkan ke
dalah tubuh. Namun istilah digunakan pada sistem ini sma arti nya dengan “drug” sejenis
zat yang jika digunakan akan membawa efek dan pengaruh bagi tubuh pemakai, seperti
kehilangan kesadaran, berpengaruh bagi perilkau, halusinasi dan lain sebgainya.
Tindak Pidana Narkotika dapat diartikan suatu perbuatan yang melanggar ketentuan-
ketentuan hukum narkotika (UU No.22 Tahun 1997). Para pelaku tindak pidana ini
dibedakan sebagai pelaku utama, pelaku peserta, pelaku pembantu.
Sanksi yang dikenakan berupa pidana, diancamkan kepada pembuat tindak pidana
kejahatan dan pelanggaran (punishment) yang merupakan ciri perbedaan hukum pidana
dengan jenishukum lain. Sanksi pinada sebgai alat pemaksa agar seseorang mentaati
norma yang berlaku, sehingga bertujuan sebagai upaya pembinaan.
Adapun jenis-jenis hukum pidana ini adalah terdiri dari pidana pokok yang berupa
pidana mati, pidana penjara, kurungan sampai pada denda. Dan pidana tambahan seperti
pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu sampai pada
pengumuman putusan hakim (KUHP psl 10).

4. Tindak Pidana Perpajakan


Tindakan ini adalah suatu hal yang merugikan Negara, karena hal ini berkaitan
dengan pendapatan dan pengeluaran yang dampak nya akan mempengaruh perekonomian
secara umum, terutama sektor publik sehingga mempengaruhi seluruh aspek ekonomi.
Peran pajak sangat strategis dimana tujuan utama pajak sebagai adlah sebagai
penyeimbangantara pengeluaran dan pendapatan, dan kedua untuk membentuk adanya
suplus anggaran dan penggunaan fiskal pemerintah. Tindak pidana perpajakan sudah
diatur didalam UU perpajakan (UU No.6 Tahun 1983)

5. Tindak Pidana Kepabeanan dan Cukai


Dilihat dari pengolongan tindak pidana kepabeanan terbagi jadi 2 yaitu pelanggaran
dan tindak pidana (kejahatan) kepabeanan. Yang lebih rinci lagi merupakan tindak pidana
penyelundupan.
Aparatur penegak hkum yang berwewenang melakukan menyelidikan tindak pidana
cukai adalah pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu yang bertugas diBidang Bea dan Cukai
(PPNS) “Bukan Penyidik POLRI”.

6. Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering)


Perbuatan pencucian uang umumnya sebagai suatu proses yang dilakukan untuk
mengubah uang hasil kejahatan sehingga hasil kejahatan itumenjadi nampak seperti hasil
kegiatan yang sahsebab asal-usulnya sudah disamarkan atau disembunyikan sehingga
tidak tercium oleh para aparat, sehingga uang tersebut dapat dapat digunakan dengan
aman oleh pelaku. Sebab tindak ini masuk pada tindak pidana khusus adalah pencucian
uang ini mempunyai pengaruh buruk yang amat besar, seperti instabilitas sistem
keuangan, dan instabiltas sistem perekonomian Negara, bahkan dunia secara umum
dikarenakan aktivitasnya melintasi batas-batas negra. Regulasi perubahannya (UU No.25
Tahun 2003).

7. Tindak Pidana Anak


Pada dasarnya tindak pidana ini dilakukanoleh anak-anak sebagimana yang telah
diatur dalam ketentuan pasal 45 KUHP dan merupakan penjahat anak-anak yang menurut
hukum pidana melakukan perbuatan yang dapat dihukum belum berusia 16 tahun.
Anak tidak dapat dikenakan pertanggungjawaban pidana secara penuh, karena
seorang ana mempunyai keterbatasan kemampuan berpikir dan berada dalam pengawasan
orang tua walinya. Anak yang dapat dimasukkan dalam sistem peradilan pidana adalah
anak yang telah mencapai usia 8 tahun dan belum mencapai 18 tahun dan belum menikah
(UU No.3 Tahun 1997).

Anda mungkin juga menyukai