Anda di halaman 1dari 17

Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil

Dalam Hukum Pidana Lingkungan ISSN 2656-4041 (Media Online)

UNSUR-UNSUR DELIK MATERIEL


DAN DELIK FORMIL
DALAM HUKUM PIDANA LINGKUNGAN

Oleh :

Indah Sari
Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (UNSURYA) dan
aktif di Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum (LKBH) FH Unsurya serta
Anggota Asosiasi Dosen Indonesia (ADI)
Email : (indah.alrif@gmail.com)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Abstrak :

Tulisan ini secara umum membahas tentang Hukum Pidana Lingkungan. Hukum Pidana
Lingkungan adalah Hukum Lingkungan yang memuat aspek-aspek kepidanaan. UUPPLH
Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 97 sampai Pasal 120 mengatur tentang Tindak Pidana
Lingkungan. Tindak Pidana Lingkungan diartikan sebagai perbuatan yang di larang dalam
peraturan perundang-undang lingkungan hidup yang mana tindakan tersebut dilakukan
dengan Melawan Hukum disebabkan pencemaran dan perusakan lingkungan. Dalam Tindak
Pidana Lingkungan terdapat Delik Materiel dan Delik Formil. Delik Materiel yang dilihat
adalah akibat dari tindakan pidana tersebut sedangkan Delik Formil yang dilihat adalah
perbuatan yang dilarang dari tindak pidana tersebut. Permasalahan yang diangkat dalam
tulisan ini adalah mengkaji dan menganalisis lebih dalam mengenai unsur-unsur delik
materiel dan delik formil dalam UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009. Dimana Delik Materiel
diatur dari Pasal 98, 99 dan 112 dan Delik Formil diatur dalam Pasal 100-111 dan 113-115
UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009.

Kata kunci: Hukum Pidana Lingkungan, Tindak Pidana Lingkungan, Delik Materiel,
Delik Formil, UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009.

Abstract :

This writing is generally about Environmental Criminal Law which consists of criminal aspects of
environmental law. Enviromental Protection and Governance Act No. 32 Year 2009 article 97 to article
120 regulate about this environmental crime. It stated there that environmental crime is a forbidden deed
considered as a deed against the law for it cause an enviromental damage by polluting and contaminating
environment. There are material and formal criminal act in this environmental criminal act; a material
act consider the effect of those criminal deeds, while a formal act focus more on the illegal action. This
paper analyze both material and formal criminal act as regulated in Enviromental Protection and
Governance Act No. 32 Year 2009, specifically at articles 98, 99 and 112 for the material act, while for
formal act covered by articles 100-111 and articles 113-115.

Keywords: Environmental Criminal Law, Environmental Crime, Material Criminal Act, Formal
Criminal Act, Enviromental Protection and Governance Act No.32 Year 2009

64
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

I. Pendahuluan Lingkungan Hidup dalam Pasal 1 ayat (16)


mendefinisikan sebagai tindakan orang
Tindak pidana di bidang lingkungan
yang menimbulkan perubahan langsung
hidup sudah diatur secara khusus pada
atau tidak langsung terhadap sifat fisik,
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
sehingga melampaui kriteria baku mutu
Lingkungan Hidup (UUPPLH) yang mana
kerusakan lingkungan hidup.4
berlaku asas lex spesialis derogat legi generali
Rumusan ketentuan pidana dalam
yang mengesampingkan ketentuan pidana
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(UUPPLH) merupakan pengembangan
(KUHP) sebagai peraturan umumnya.
dan revisi terhadap rumusan ketentuan
Sebaliknya jika terjadi tindak pidana tetapi
pidana dalam UULH 1997 dan UULH
perbuatannya tidak diatur di dalam
1982.5 Jika UULH 1982 hanya memuat
ketentuan pidana UUPPLH Nomor 32
rumusan ketentuan pidana yang bersifat
Tahun 2009 maka KUHP baru
1
Delik Materiel, maka UULH 1997
diberlakukan.
memuat rumusan Delik Materiel dan juga
Ketentuan pidana lingkungan hidup
Delik Formil. Delik Materiel adalah delik
diatur pada Pasal 97 sampai dengan Pasal
atau perbuatan yang dilarang oleh hukum
120 UUPPLH.2 Semua tindak pidananya
yang dianggap sudah sempurna atau
merupakan delik kejahatan, yaitu delik
terpenuhi apabila perbuatan itu telah
yang perbuatannya bertentangan dengan
menimbulkan akibat. Delik Formil adalah
kepentingan hukum. Sebagai delik
delik atau perbuatan yang dilarang oleh
kejahatan, perbuatan pencemaran /
hukum yang sudah dianggap sempurna
perusakan lingkungan hidup dapat di
atau terpenuhi begitu perbuatan itu
lakukan secara sengaja (dolus) maupun
dilakukan tanpa mengharuskan adanya
karena kelalaian (culpa).3
akibat dari perbuatan.6
Diatas tadi sudah dijelaskan bahwa Undang-Undang Perlindungan dan
ketentuan pidana lingkungan hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32
diberlakukan jika terjadi perbuatan Tahun 2009 juga memuat dua jenis delik
pencemaran atau perusakan lingkungan. yaitu Delik Materiel dan Delik Formil.
UUPPLH Nomor 32 Tahun 2019 Pasal 1 Bahkan dibandingkan dengan UULH
ayat (14) bahwa yang dimaksud dengan
1997, UUPPLH memuat jenis Delik
Pencemaran Lingkungan Hidup adalah Formil lebih banyak, tidak saja yang
masuk atau dimasukkannya makhluk ditujukan kepada para pelaku usaha, tetapi
hidup, zat, energi, dan /atau komponen juga kepada pejabat pemerintah dan orang-
lain ke dalam lingkungan hidup oleh orang yang menjadi tenaga penyusun
kegiatan manusia sehingga melampaui Amdal. UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009
baku mutu lingkungan hidup yang telah juga memuat ancaman sanksi minimal dan
ditetapkan. Sedangkan Perusakan
maksimal dengan tujuan untuk membatasi
diskresi hakim dalam menjatuhkan
1 Gatot Supramono, 2013, Penyelesaian Sengketa
Lingkungan Hidup Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta,
hal. 144. 4 Lihat Pasal 1 ayat (14 dan 16) UUPPLH Nomor 32
2 Pasal 97 s/d 120 Undang-Undang Nomor 32 Tahun Tahun 2009 mendefinisikan tentang Pencemaran dan
2009 (UUPPLH) Tentang Perlindungan Dan Perusakan Lingkungan Hidup.
Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur Perbuatan- 5 Lihat lebih lanjut UULH 1982 dan UULH 1997

Perbuatan Pidana di bidang Lingungan Hidup 6 Takdir Rahmadi, 2015, Hukum Lingkungan di
3 Gatot Supramono, 2013, Op,Cit, hal.145 Indonesia Edisi Kedua, Rajawali Pers, Jakarta, hal.228

65
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

hukuman. Pembuat undang-undang berisikan latar belakang penulisan, tujuan


memberlakukan sistem hukuman minimal penulisan, kegunaan penulisan dan
dan maksimal tampaknya dilatarbelakangi sistematika penulisan, kedua, permasalahan
oleh pertimbangan bahwa masalah- dimana dalam penulisan ini penulisan
masalah lingkungan hidup dipandang mengangkat dua permasalahan yaitu:1.
sebagai masalah yang serius yang dapat Apa yang dimaksud dengan Delik Materiel
mengancam dan merugikan keberadaan dan Delik Formil Dalam Hukum Pidana
dan kepentingan bangsa Indonesia secara Lingkungan? 2. Bagaimana Unsur-Unsur
kolektif.7 Delik Materiel dan Delik Formil Dalam
Tujuan dari penulisan ini adalah: Hukum Pidana Lingkungan? Ketiga,
Pertama, untuk mengkaji dan menganalisis pembahasan, adapun yang dibahas dalam
lebih dalam lagi mengenai Delik Materiel penulisan ini dimulai dari hukum pidana
dan Delik Formil sebagaimana yang diatur lingkungan, tindak pidana, Delik Materiel
dalam UUPPLH Nomor 32 Tahun 2008. dan Delik Formil dalam hukum pidana,
Kedua, untuk menguraikan bagaimana tindak pidana lingkungan hidup menurut
unsur unsur dari Delik Materiel dan Delik UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009, unsur-
Formil dalam UUPPLH Nomor 32 Tahun unsur Delik Materiel dan Delik Formil
2009 sehingga pada akhirnya akan dalam hukum pidana lingkungan dan
diketahui apakah suatu perbuatan itu bentuk sanksi bagi Delik Materiel dan
masuk kategori Tindak Pidana Delik Formil dalam hukum pidana
Lingkungan. lingkungan. Keempat, kesimpulan yang
Adapun kegunaan dari penulisan ini akan menjawab dua permasalahan yang
adalah: diangkat dalam penulisan ini.
Berdasarkan uraian di atas akhirnya
1. Dapat memberikan kontribusi bagi
penulis tertarik untuk mengkaji dan
dosen, mahasiswa, praktisi hukum,
mendalami lebih dalam mengenai
civitas akademika dan pemerhati
“UNSUR-UNSUR DELIK MATERIEL
hukum khususnya Hukum Pidana
DAN DELIK FORMIL DALAM
Lingkungan tentang Delik Materiel
dan Delik Formil beserta unsur- HUKUM PIDANA LINGKUNGAN”.
unsurnya sebagaimana yang diatur Sehinggga kita dapat lebih memahami
dalam UUPPLH Nomor 32 Tahun dimana batasan Delik Materiel dan Delik
2009. Formil dalam Hukum Pidana Lingkungan
2. Tulisan ini dapat mendorong sebagaimana yang diatur dalam Undang-
penelitian lebih lanjut untuk dapat Undang Perlindungan dan Pengelolaan
mengembangkan kajian pengetahuan Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun
mengenai unsur – unsur Delik 2009.
Materiel dan Delik Formil dalam
UUPPLH Nomor 32 tahun 2009 pada II. RUMUSAN MASALAH
khususnya dan Hukum Pidana A. Apa yang dimaksud dengan Delik
Lingkungan pada umumnya. Materiel dan Delik Formil Dalam
Dalam penulisan ini penulis Hukum Pidana Lingkungan?
memaparkan sistematika penulisan sebagai B. Bagaimana Unsur-Unsur Delik
berikut: pertama, pendahuluan yang Materiel dan Delik Formil dalam
Hukum Pidana Lingkungan?
7 Ibid, hal. 229.

66
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

III. PEMBAHASAN menggunakan istilah “Hukum Lingkungan


Kepidanaan”.9
A. HUKUM PIDANA LINGKUNGAN Sehingga hukum pidana lingkungan
Di kalangan ahli hukum, sampai dapat didefinisikan adalah hukum
sekarang masih sering terjadi perbedaan lingkungan yang memuat aspek-aspek
pendapat mengenai penggunaan istilah pidana (strafrechtelijk milieurecht), bukan
“hukum pidana lingkungan” dan “hukum berbicara dalam konteks ilmu hukum
lingkungan kepidanaan”, bahkan pidana pada umumnya. Hal ini mengingat
kadangkala digunakan secara bergantian hukum lingkungan sudah merupakan
tetapi dengan maksud yang sama yaitu cabang ilmu hukum baru yang berdiri
aspek pidana dari hukum lingkungan. sendiri dan memiliki banyak segi, salah
Pakar hukum pidana Loebby Luqman, satunya adalah segi kepidanaan. Oleh
dalam suatu seminar lingkungan di karena itu, sepanjang hukum dan
Jakarta, ditegur oleh Koesnadi kelembagaan dari hukum lingkungan
Hardjasoemantri karena menggunakan belum diatur tersendiri, maka yang
istilah “hukum pidana lingkungan”. digunakan adalah pranata hukum dan
Menurut Koesnadi, tidak ada istilah kelembagaan dari hukum pidana.
hukum pidana lingkungan, yang ada segi- Misalnya, lembaga peradilan dan hukum
segi kepidanaan hukum lingkungan acara yang digunakan.10
(strafrechtelijk milieurecht). Bagi Andi Sistem pemidanaan dalam
lingkungan, pada dasarnya bertujuan
Hamzah, hal ini sesungguhnya tidaklah
keliru. Menurut beliau, apabila kita untuk mempertahankan eksistensi
lingkungan kepada fungsi
menulis judul “hukum lingkungan” maka
di dalamnya ada segi-segi kepidanaan, keberlanjutannya. Pada esensinya, hukum
pidana merupakan sarana represif, yakni
segi-segi administratif, dan segi-segi
keperdataan hukum lingkungan, tetapi jika serangkaian pengaturan yang ditujukan
untuk mengendalikan peristiwa-peristiwa
kita menulis hanya bagian kepidanaan itu
saja maka tidaklah keliru jika kita negatif, supaya pada berikutnya kembali
menyebut hukum pidana lingkungan. Andi kepada keadaan semula. Berkaitan dengan
fungsinya yang represif, hukum pidana
Hamzah tampaknya tidak mempersoalkan
hal itu, tergantung dari perspektif mana hendaknya dibantu oleh sejumlah
kebijakan pengenaan perangkat, yang
istilah tersebut digunakan. Jika dari
perspektif hukum pidana maka tidaklah berperan kepada arah perlindungan
lingkungan.11
salah menggunakan istilah hukum pidana
lingkungan. Sebaliknya jika dari perspektif Adapun Prinsip-prinsip hukum pidana
yang terkandung dalam hukum
hukum lingkungan, maka yang digunakan
lingkungan, sebagaimana menurut
adalah hukum lingkungan kepidanaan.8
Berbeda dengan pendapat diatas, pakar UUPLH 1997 adalah sebagai berikut:12
hukum lingkungan seperti Drupsteen, 1) Prinsip pemidanaan secara delik
Leenen, Koesnadi Hardjasoemantri, dan formal dan delik materil;
Siti Sundari Rangkuti lebih suka

9 Ibid, hal. 164


10 Ibid, hal.164
8 Muhammad Akib, 2014, Hukum Lingkungan 11 N.H.T. Siahaan, 2008, Hukum Lingkungan Edisi

Perfesktif Global dan Nasional. Rajawali Pers, Revisi, Pancuran Alam, Jakarta, hal-354-355
Jakarta,hal.163 12 Ibid, hal.357-358

67
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

2) Prinsip pemidanaan terhadap khusus, bukan hanya orang yang diancam


individu; pidana tetapi juga korporasi yang secara
3) Prinsip pemidanaan terhadap fisik tidak mungkin melakukan perbuatan
korporasi (delik korporasi); kriminal. Oleh karena itu Andi Zainal
4) Prinsip pembedaan atas perbuatan Abidin berpendapat bahwa istilah deliklah
kesengajaan dengan kelalaian; yang paling tepat digunakan.
5) Prinsip penyidikan dengan tenaga Rumusan Tindak Pidana dirumuskan
khusus di bidang lingkungan; oleh Teguh Presetyo (2017) sebagai
6) Prinsip pengenaan sanksi pidana berikut:15 bahwa tindak pidana adalah
secara khusus. perbuatan yang oleh aturan hukum
dilarang dan diancam dengan pidana, di
B. TINDAK PIDANA mana pengertian perbuatan di sini selain
Pemahaman yang komprehensif perbuatan yang bersifat aktif (melakukan
tentang tindak pidana dimulai dengan sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh
mengetahui arti dari kata Strafbaar feit yang hukum) juga perbuatan yang bersifat pasif
digunakan dalam Wet Boek van Strafrecht (tidak berbuat sesuatu yang sebenarnya
sebagai cikal bakal KUHP. Oleh hukum diharuskan oleh hukum).
pidana di Indonesia kata Wet Boek van Setelah mengetahui definisi dan
Strafrecht diterjemahkan dalam berbagai pengertian yang lebih mendalam dari
istilah. Moeljatno mengartikan kata tindak pidana itu sendiri, maka di dalam
Strafbaar feith sebagai perbuatan pidana, tindak pidana tersebut terdapat unsur-
Simons dan Rusli Effendy menggunakan unsur tindak pidana, yaitu:
istilah peristiwa pidana dan Andi Zainal a. Unsur Objektif
Abidin Farid lebih menyukai istilah delik.
Selain istilah tersebut juga ada ahli hukum Unsur yang terdapat di luar si pelaku.
pidana yang menggunakan istilah Unsur-unsur yang ada hubungannya
perbuatan yang dapat di hukum, dan dengan keadaan, yaitu dalam keadaan-
istilah tindak pidana. Istilah tindak pidana keadaan di mana tindakan-tindakan si
juga telah digunakan dalam RUU pelaku itu harus dilakukan. Terdiri dari:
KUHP.13 1) Sifat melanggar hukum.
Andi Zainal Abidin14 lebih menyukai 2) Kualitas dari si pelaku.
menggunakan istilah delik. Beliau tidak Misalnya keadaan sebagai pegawai
setuju pendapat yang menggunakan istilah negeri di dalam kejahatan jabatan
perbuatan pidana (stafbaar hanlung) karena menurut Pasal 415 KUHP atau
yang strafbaar ialah orang dan bukan keadaan sebagai pengurus atau
perbuatan, tetapi menyarankan komisaris dari suatu perseroan
digunakannya istilah perbuatan kriminal, terbatas di dalam kejahatan menurut
yang menunjukkan sifat kriminalnya Pasal 398 KUHP.
perbuatan itu. Namun karena dalam 3) Kausalitas
beberapa perundang-undangan pidana Yakni hubungan antara suatu
tindakan sebagai penyebab dengan
13 Ruslan Renggong, 2018, Hukum Pidana Lingkungan, suatu kenyataan sebagai akibat.
Prenada Group, Jakarta, hal. 143. Dan lihat juga RUU
KUHP title pada Buku II digunakan istilah Tindak
Pidana.
14 Andi Zainal Abidin Farid, 2007, Hukum Pidana I, 15Teguh Prasetyo, 2017, Hukum Pidana Edisi Revisi,
Sinar Grafika, Jakarta, hal.232. Rajawali Pers, Depok, hal. 50-51

68
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

b. Unsur Subjektif 3. Keadaan tambahan yang


memberatkan pidana;
Unsur yang terdapat atau melekat
4. Unsur melawan hukum yang objektif;
pada diri si pelaku, atau yang dihubungkan
5. Unsur melawan hukum yang
dengan diri si pelaku dan termasuk di 17
subjektif;
dalamnya segala sesuatu yang terkandung
di dalam hatinya. Unsur ini terdiri dari: Sejalan dengan unsur-unsur tindak
pidana, baik yang dikemukakan oleh Andi
1) Kesengajaan atau ketidaksengajaan
Zainal Abidin Farid dan Moeljatno,
(dolus atau culpa).
dalam Pasal 11 ayat (2) RUU KUHP
2) Maksud pada suatu percobaan, seperti
ditentukan bahwa untuk dinyatakan
ditentukan dalam Pasal 53 ayat (1)
sebagai tindak pidana, selain perbuatan
KUHP.
tersebut dilarang dan diancam pidana oleh
3) Macam-macam maksud seperti
peraturan perundang-undangan, harus juga
terdapat dalam kejahatan-kejahatan
bersifat melawan hukum atau
pencurian, penipuan, pemerasan, dan
bertentangan dengan hukum yang hidup
sebagainya.
dalam masyarakat. Adapun dalam Pasal
4) Merencanakan terlebih dahulu, seperti
11 ayat (3) RUU KUHP, ditentukan pula
tercantum dalam Pasal 340 KUHP,
bahwa, setiap tindak pidana selalu
yaitu pembunuhan yang direncanakan
dipandang bersifat melawan hukum,
terlebih dahulu.
kecuali ada alasan pembenar.18
5) Perasaan takut seperti terdapat di
dalam Pasal 308 KUHP. C. DELIK MATERIEL DAN DELIK
FORMIL DALAM HUKUM
Walaupun unsur-unsur tindak pidana
PIDANA
berbeda-beda, tetapi pada umumnya
mempunyai unsur-unsur yang sama yaitu: Dalam banyak literatur seringkali
sebutan ‘delik’ digunakan untuk mengganti
1. Perbuatan / kelakuan (aktif / positif /
atau pasif / negatif) istilah ‘perbuatan pidana’ sehingga ketika
2. Akibat (khusus terhadap tindak berbicara mengenai unsur-unsur delik dan
pidana yang dirumuskan secara jenis-jenis delik sama halnya kita berbicara
materiil) unsur-unsur perbuatan pidana dan jenis-
3. Melawan Hukum (melawan hukum jenis perbuatan pidana.19
formil yang berkaitan dengan asas Beberapa pendapat ahli dirumuskan
legalitas, dan melawan hukum delik sebagai berikut:20 Simons, yang
materiil/unsur-unsur diam-diam) dan merumuskan bahwa strafbaar feit (delik)
4. Tidak adanya dasar pembenar.16 ialah kelakuan yang diancam dengan
pidana, yang bersifat melawan hukum
Sejalan dengan pembagian unsur- yang berhubungan dengan kesalahan dan
unsur delik, Moeljatno menyatakan unsur
atau elemen perbuatan pidana (delik) 17 Moeljatno,1983, Asas-Asas Hukum Pidana, Bina
adalah: Akasara, hal.63
18 Ruslan Renggong, 2018, Op.Cit, hal.147

1. Kelakuan dan akibat (=perbuatan); 19 Eddy O.S, Hiariej, 2016, Prinsip-Prinsip Hukum

Pidana Edisi Revisi, Cahaya Atma Pustaka,


2. Hal ikhwal atau keadaan yang Yogyakarta, hal. 129
menyertai perbuatan; 20 Andi Hamzah, 2014, Asas-Asas Hukum Pidana
Edisi Revisi, Rineka Cipta, hal. 96 dan lihat juga Andi
Hamzah, 2019, Hukum Pidana Indonesia, Sinar
16 Andi Zainal Abidin Farid, 2007,Op.Cit, hal. 220-221 Grafika, Jakarta, hal. 88-89.

69
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

dilakukan oleh orang yang mampu terdapat perbuatan-perbuatan yang


bertanggung jawab. Jonkers dan Utrecht sebenarnya tidak di sana semestinya,
memandang rumusan Simons merupakan karena tidaklah merupakan perbuatan
rumusan yang lengkap, yang meliputi: yang tercela atau tidak dibenarkan”22
a. diancam dengan pidana oleh hukum, Rumusan delik tersebut mempunyai
b. bertentangan dengan hukum, dua fungsi. Pertama, rumusan delik sebagai
c. dilakukan oleh orang yang bersalah, pengejawantahan asas legalitas. Kedua,
d. orang itu dipandang bertanggung rumusan delik berfungsi sebagai unjuk
jawab atas perbuatannya. bukti dalam konteks hukum acara pidana.
Pertanyaan lebih lanjut, di manakah kita
Van Hamel merumuskan delik
dapat mengetahui atau menemukan
(strafbaar feit) itu sebagai berikut: eene
rumusan delik yang terdiri dari unsur-
wettelijke omschreven menschelijke gedraging,
unsur delik? Jawaban sederhana dari
onrechtmatig, strafwaardig en aan schuld te
pertanyaan tersebut adalah bahwa
wijten (kelakuan manusia yang dirumuskan
rumusan delik yang berisi unsur-unsur
dalam undang-undang, melawan hukum,
delik hanya dapat diketahui dengan
yang patut dipidana dan dilakukan dengan
membaca pasal-pasal yang berisi suatu
kesalahan).21
ketentuan pidana.23
Lebih singkat daripada itu ialah
Untuk lebih memahami unsur-unsur
rumusan Vos, yang mengatakan: “suatu
delik perhatikan ulasan berikut ini. Pasal
kelakuan manusia yang oleh peraturan
338 KUHP berbunyi, “Barangsiapa dengan
perundang-undangan diberi pidana; jadi
sengaja merampas nyawa orang lain, diancam
suatu kelakuan manusia yang pada
karena pembunuhan dengan pidana penjara
umumnya dilarang dan diancam dengan
paling lama lima belas tahun” Unsur-unsur
pidana.”
delik dari pasal tersebut adalah: 1) unsur
Dalam rumusan Vos ini tidak dirinci
barang siapa; 2) unsur dengan sengaja; 3)
dengan “melawan hukum”, “dilakukan
unsur merampas; dan 4) unsur nyawa
oleh orang yang bersalah” dan “dapat
orang lain. Keempat unsur tersebut secara
dipertanggung jawabkan.”6)
garis besar dapat dibagi menjadi unsur-
Sedangkan Delik Menurut Van
unsur subjektif dan unsur-unsur objektif.
Bemmelem dan Van Hattum:
Unsur barangsiapa dan unsur dengan
“Rumusan-rumusan delik itu sengaja adalah unsur subjektif, sedangkan
hanyalah fragmen-fragmen yang unsur merampas dan unsur nyawa orang
dipisah-pisahkan dari hubungannya. lain adalah unsur objektif. Kata-kata “.....
Pembuat undang-undang tidak dapat diancam karena pembunuhan dengan pidana
berbuat lain daripada hanya secara penjara paling lama lima belas tahun”
skematis saja. Perbuatan-perbuatan bukanlah unsur delik tetapi merupakan
konkret yang masuk dalam rumusan kualifikasi delik dan ancaman pidana yang
delik adalah merupakan sekumpulan dapat dijatuhkan jika delik tersebut
perbuatan-perbuatan yang pada terpenuhi.24
umumnya diancam dengan pidana. Pasal 362 KUHP menyatakan,
Karena rumusan yang fragmentasi “Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang
dan skematis tadi maka di dalamnya
22 Eddy O.S. Hiariej, 2016, Op.Cit, hal.130
21Andi Hamzah, 2019, Hukum Pidana Indonesia, Sinar 23 Ibid, hal.130-131
Grafika, Jakarta, hal.89. 24 Ibid, hal.131 dan lihat Pasal 338 KUHP

70
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang yang membawa akibat kematian orang lain
lain, dengan maksud untuk dimiliki secara termasuk pembunuhan, misalnya
melawan hukum, diancam karena pencurian, menikam, memukul, menembak, meracun,
dengan pidana penjara paling lama lima tahun melempar orang ke dalam jurang,
atau denda paling banyak enam puluh mengenakan ilmu hitam (black magic)
rupiah”. Unsur-unsur dari delik dari Pasal selama dapat dibuktikan. Bila perbuatan
362 KUHP. Unsur subjektif adalah 1) untuk menghilangkan nyawa orang lain
unsur barang siapa; dan 2) unsur dengan belum terjadi, tetapi sudah dilakukan
maksud memiliki. Sedangkan, unsur perbuatan pelaksanaan kesengajaan, maka
objektif adalah 1) unsur mengambil; 2) yang terjadi adalah percobaan
unsur barang yang sebagian atau pembunuhan (Pasal 53 jo, Pasal 338
seluruhnya kepunyaan orang lain; dan 3) KUHP).30 Contoh lain adalah
unsur melawan hukum. Dengan demikian penganiayaan menurut Pasal 335 KUHP,31
terdapat lima unsur dalam delik hanya Pasal 531 ayat (4) KUHP
pencurian.25 memperluas pengertian penganiayaan
Delik Formil adalah yang dengan membiarkan penafsiran autentik,
menguraikan perbuatan yang dilarang, yang menyatakan dengan penganiayaan
delik ini tidak mengatur akibat dari disamakan dengan merusak kesehatan.
perbuatan dilarang tersebut. Misalnya Menurut doktrin dan yurisprudensi bahwa
delik pencurian hanyalah mengandung tiap perbuatan yang dilakukan dengan
perbuatan yang dilarang berupa sengaja dan mengakibatkan rasa sakit atau
pengambilan barang orang lain dengan luka pada orang lain, termasuk
maksud untuk dimilikinya dengan penganiayaan. Jadi akibat ialah rasa sakit
melawan hukum. Di dalam Pasal 362 atau luka ataupun merusak kesehatan
KUHP26 tidak dijadikan unsur akibatnya, orang lain. Selama akibat tersebut belum
misalnya korban pencurian menderita terjadi maka belum terjadi delik
kerugian. Contoh lain Delik Formil dalam penganiayaan, namun percobaan untuk
KUHP adalah Pasal 285 KUHP27 hanya melakukan penganiayaan bukanlah delik
mengancam barang siapa dengan menurut Pasal 351 ayat (5) KUHP.32
kekerasan atau ancaman kekerasan Delik itu dapat dibedakan atas
memaksa perempuan yang bukan istrinya berbagai pembagian tertentu, seperti
untuk persetubuh (perbuatan aktif atau berikut ini:33
positif). Tidak disyaratkan perempuan
1. Delik kejahatan dan delik pelanggaran
hamil (akibat), karena pasal tersebut tidak
(misdrijven en over tredingen).
bertujuan untuk mencegah kehamilan,
2. Delik materiel dan delik formil
tetapi untuk melindungi dari nafsu bejat
(mateniele en formelede licten).
lelaki.28
3. Delik komisi dan delik omisi
Delik Materiel mengandung unsur
(commissiedelicten en omissiedelicten).
akibat seperti delik pembunuhan.
4. Delik yang berdiri sendiri dan delik
Perbuatan itu diuraikan dalam Pasal 538
yang diteruskan (Zelfstandige en
KUHP,29 yang berarti perbuatan apa saja
voorgezette delicten).

25 30 Lihat Pasal 53 dan 338 KUHP


Ibid, hal.131 dan lihat Pasal 362 KUHP
26 31 Baca Pasal 335 KUHP
Lihat lebih lanjut Pasal 362 KUHP
27 Baca lebih lanjut Pasal 285 KUHP 32 Ruslan Renggong, 2018, Op.Cit, hal.155
28 Ruslan Renggong, 2018, Op.Cit, hal.154
29 Lihat Pasal 538 KUHP 33 Andi Hamzah, 2014, Op.Cit, hal.104-105

71
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

5. Delik selesai dan delik berlanjut dua delik yaitu Delik Materiel dan Delik
(aflopende en voortduren de delicten). Formil. Delik Materiel diatur dalam Pasal
6. Delik tunggal dan delik berangkai 97, 98 dan 112 sedangkan Delik Formil
(enkelvoudige en samengestelde delicten). diatur dalam Pasal 100-11 dan 113-115.35
7. Delik bersahaja dan delik Disamping itu juga dalam Undang-
berkualifikasi (eenvoudige en gequali- Undang Nomor 32 Tahun 2009
ficeerde delicten). (UUPPLH), diatur larangan-larangan yang
8. Delik sengaja dan delik kelalaian atau tidak boleh dilanggar baik oleh orang
culpa (Doleuse en culpose delicten). perseorangan maupun korporasi sebagai
9. Delik politik dan delik komun atau subjek hukum lingkungan. Larangan-
umum (politieke en commune delicten). larangan tersebut diatur dalam Pasal 69
10. Delik propria dan delik komun atau UUPPLH sebagai berikut:36
umum (delicta prop ria en commune 1. Melakukan perbuatan yang
delicten). mengakibatkan pencemaran dan/atau
11. Delik dapat dibagi juga atas perusakan lingkungan hidup;
kepentingan hukum yang dilindungi, (Pencemaran lingkungan hidup adalah
seperti delik terhadap keamanan masuk atau dimasukkannya makhluk
negara, delik terhadap orang, delik hidup, zat, energi, atau komponen lain ke
kesusilaan, delik terhadap harta dalam lingkungan hidup atau kegiatan
benda, dan lain-lain. manusia sehingga melampaui baku mutu
12. Untuk Indonesia, menurut Kitab lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Undang-Undang Hukum Acara Adapun perusakan lingkungan hidup
Pidana Pasal 284, dikenal pula delik tindakan orang yang menimbulkan
umum dan delik khusus, seperti delik perubahan langsung terhadp sifat fisik,
ekonomi, korupsi, subversi, dan lain- kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup
lain. sehingga melampaui kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup);
D. TINDAK PIDANA LINGKUNGAN
HIDUP MENURUT UUPPLH NO. 32
2. Memasukan B3 yang dilarang
TAHUN 2009 menurut peraturan perundang-
undangan ke dalam wilayah Negara
Ketentuan mengenai Tindak Pidana Kesatuan Republik Indonesia;
Lingkungan Hidup diatur di Pasal 97 s/d 3. Memasukkan limbah yang berasal
Pasal 120 UUPPLH Nomor 32 Tahun dari luar wilayah Negara Kesatuan
200934. Dimana ukuran tindak pidana Republik Indonesia ke media
lingkungan tersebut adalah bila terjadi lingkungan hidup Negara Kesatuan
pencemaran lingkungan hidup atau Republik Indonesia;
kerusakan lingkungan hidup yang 4. Memasukkan limbah B3 ke dalam
dilakukan oleh orang, sekelompok orang, wilayah Negara Kesatuan Republik
organisisai, badan hukum dan pejabat Indonesia;
berwenang dimana melampau ketentuan
35
baku mutu atau kriteria baku mutu Lihat lebih lanjut pasal 97,98, 112 dan 100-111 serta
Pasal 113-115 UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009 yang
lingkungan hidup. Ketentuan tindak berisi tentang Delik Materiel dan Delik Formil Hukum
pidana lingkungan hidup ini dibagi dalam Pidana Lingkungan.
36 Ruslan Renggong, 2018, Op.Cit hal.156 dan lihat

lebih lanjut Pasal 69 UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009


34Lihat Pasal 97 s/d 120 UUPPLH Nomor 32 Tahun Tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
2009. Hidup.

72
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

5. Membuang limbah ke media


lingkungan hidup; Pengaturan Delik Materiel diatur dalam
6. Membuang B3 dan limbah B3 ke Pasal 98 dan 99 dan pasal 112 UUPPLH
media lingkungan hidup; Nomor 32 Tahun 2009.38
7. Melepaskan produk rekayasa genetik
 Pasal 98 dan 99 UUPPLH-2009
ke media lingkungan hidup yang
merumuskan Delik Lingkungan
bertentangan dengan peraturan
sebagai “perbuatan yang dilakukan
perundang-undangan atau izin
dengan sengaja atau karena
lingkungan;
kelalaiannya yang mengakibatkan
8. Melakukan pembukaan lahan dengan
dilampauinya baku mutu udara
cara membakar;
ambien, baku mutu air, baku mutu air
9. Menyusun Amdal tanpa memiliki
laut, atau kriteria baku kerusakan
sertifikat kompetensi penyusun
lingkungan hidup”. Selain itu
Amdal; dan/atau
perbuatan tersebut juga dapat
10. Memberikan informasi palsu,
mengakibatkan orang luka atau luka
menyesatkan, menghilangkan
berat dan/atau bahaya kesehatan
infromasi, merusak informasi, atau
manusia atau matinya orang.
memberikan keterangan yang tidak
 Pasal 112, merumuskan Delik
Lingkungan sebagai “kesengajaan
E. UNSUR – UNSUR DELIK
pejabat berwenang tidak melakukan
MATERIEL DAN DELIK FORMIL
pengawasan yang berakibat terjadinya
DALAM HUKUM PIDANA
pencemaran dan / atau kerusakan
LINGKUNGAN
lingkungan yang mengakibatkan
Adapun perbedaan antara Delik Materiel hilangnya nyawa manusia.
dan Delik Formil adalah sebagai berikut
Delik Formil diatur dalam Pasal 100-111
dalam Hukum Pidana Lingkungan:37
dan 113-115 UUPPLH Nomor 32 Tahun
 DELIK MATERIEL: Yang diancam 200939
pidana adalah “AKIBAT DARI A. Melanggar baku mutu air limbah,
PERBUATAN” tersebut merupakan baku mutu emisi, atau baku mutu
dilampauinya baku mutu udara gangguan (Pasal 100);
ambien, baku mutu air, baku mutu air B. Melepaskan dan/atau mengedarkan
laut, atau kriteria baku mutu produk rekayasa genetik ke media
kerusakan lingkungan yang lingkungan hidup yang bertentangan
mengakibatkan hilangnya nyawa dengan peraturan perundang-
manusia. Pelanggaran baku mutu dan undangan atau izin lingkungan (Pasal
kriteria baku mutu kerusakan 101);
lingkungan, secara yuridis dinamakan
pencemaran lingkungan dan/atau
kerusakan lingkungan.
38
 DELIK FORMAL: Menunjuk pada Lihat lebih lanjut Pasal 98 dan 99 UUPPLH Nomor
32 Tahun 1999, yang mengatur tentang Delik Materiel
“PERBUATANNYA YANG DI Dalam Hukum Pidana Lingkungan.
LARANG DAN DIANCAM 39 Muhammad Akib, 2014, Op.Cit, hal.166-167 dan

lihat lebih lanjut pasal 100-111 dan Pasal 113-115


PIDANA” UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009 yang mengatur
tentang Delik Formil Dalam Hukum Pidana
37 Muhammad Akib, 2014, Op.Cit, hal 165-166. Lingkungan.

73
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

C. Melakukan pengelolaan limbah B3 Adapun Unsur-Unsur Delik Formil


tanpa izin (Pasal 102); menurut Pasal 100-111 dan Pasal 113-115
D. Menghasilkan limbah B3 dan tidak UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009 adalah
melakukan pengelolaan (Pasal 103); sebagai berikut:40
E. Melakukan dumping limbah dan/atau
A. setiap orang;
bahan ke media lingkungan hidup
B. melanggar baku mutu air limbah,
tanpa izin (Pasal 104);
baku mutu emisi, atau baku mutu
F. Memasukan limbah atau limbah B3
gangguan;
ke dalam wilayah Indonesia (Pasal
C. melepaskan dan/atau mengedarkan
105
produk rekayasa genetik ke media
G. memasukkan limbah atau limbah B3
lingkungan hidup yang bertentangan
ke dalam wilayah Indonesia;
dengan peraturan perundang-
H. memasukkan B3 yang dilarang
undangan atau izin lingkungan;
menurut peraturan perundang-
D. melakukan pengelolaan limbah B3
undangan ke dalam wilayah
tanpa izin;
Indonesia;
E. menghasilkan limbah B3 dan tidak
I. melakukan pembakaran lahan;
melakukan pengelolaan;
J. melakukan usaha dan/atau kegiatan
F. melakukan dumping limbah dan/atau
tanpa memiliki izin lingkungan;
bahan ke media lingkungan hidup
K. menyusun AMDAL tanpa memiliki
tanpa izin;
sertifikat kompetensi penyusun
G. memasukkan limbah atau limbah B3
AMDAL;
ke dalam wilayah Indonesia;
L. pemberian izin lingkungan oleh
H. memasukkan B3 yang dilarang
pejabat tanpa dilengkapi dengan
menurut peraturan perundang-
AMDAL atau UKL-UPL atau izin
undangan ke dalam wilayah
usaha tanpa dilengkapi dengan izin
Indonesia;
lingkungan;
I. melakukan pembakaran lahan;
M. memberikan informasi palsu,
J. melakukan usaha dan/atau kegiatan
menyesatkan, mengilangkan
tanpa memiliki izin lingkungan;
informasi, merusak informasi, atau
K. menyusun AMDAL tanpa memiliki
memberikan keterangan yang tidak
sertifikat kompetensi penyusun
benar yang diperlukan dalam
AMDAL;
kaitannya dengan pengawasan dan
L. pemberian izin lingkungan oleh
penegakan hukum yang berkaitan
pejabat tanpa dilengkapi dengan
dengan perlindungan dan pengelolaan
AMDAL atau UKL-UPL atau izin
lingkungan hidup;
usaha tanpa dilengkapi dengan izin
N. penanggung jawab usaha dan/atau
lingkungan;
kegiatan yang tidak melaksanakan
M. memberikan informasi palsu,
paksaan pemerintah;
menyesatkan, mengilangkan
O. Mencegah, meghalang-halangi, atau
informasi, merusak informasi, atau
menggagalkan pelaksanaan tugas
memberikan keterangan yang tidak
pejabat pengawas lingkungan hidup
benar yang diperlukan dalam
dan/atau pejabat penyidik pegawai
kaitannya dengan pengawasan dan
negeri sipil.

40 Ibid, hal.169-170.

74
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

penegakan hukum yang berkaitan lingkungan yang mengibatkan


dengan perlindungan dan pengelolaan hilangnya nyawa manusia,
lingkungan hidup;
N. penanggung jawab usaha dan/atau F. BENTUK SANKSI BAGI DELIK
kegiatan yang tidak melaksanakan MATERIEL DAN DELIK FORMIL
paksaan pemerintah; DALAM HUKUM PIDANA
O. Mencegah, menghalang-halangi, atau LINGKUNGAN
menggagalkan pelaksanaan tugas
pejabat pengawas lingkungan hidup Sanksi – Sanksi Delik Materiel Hukum
dan/atau pejabat penyidik pegawai Pidana Lingkungan.43
negeri sipil. Sebaliknya dalam UUPPLH rumusan
delik materiil terkait dengan pencemaran
Unsur-Unsur Delik Materiel Dalam Pasal
lingkungan hidup tidak lagi menggunakan
98 dan 99 UUPLH Nomor 32 Tahun 2009
kata atau istilah “pencemaran lingkungan
Untuk kepentingan pembuktian, maka hidup” tetapi secara konseptual tidak
kedua rumusan delik tersebut harus dirinci mengubah makna dan tujuan yang
unsur-unsurnya. Berdasarkan rumusan diinginkan. Rumusan UUPPLH tidak lagi
Pasal 98 dan 99 UUPPLH-2009, maka abstrak, tetapi lebih konkret karena
unsur-unsur delik lingkungan meliputi:41 menggunakan istilah “dilampauinya baku
a. Setiap orang; mutu ambien atau baku mutu air”.
b. Dengan sengaja atau karena Dengan kata lain, pencemaran lingkungan
kelalaiannya; hidup terjadi apabila baku mutu udara
c. Melakukan perbuatan; ambien dalam hal pencemaran udara atau
d. Mengakibatkan dilampauinya baku baku mutu air dalam hal pencemaran air
mutu udara ambien, baku mutu air, permukaan dan baku air laut dalam hal
baku mutu air laut, atau kriteria baku pencemaran laut telah dilampaui.
kerusakan lingkungan hidup. Rumusan delik materiil ini dapat
ditemukan dalam Pasal 98 ayat (1) dan
Adapun Unsur-Unsur Delik Materiel Pasal 99 ayat (1). Pasal 98 ayat (1)
Menurut Pasal 112 UUPPLH Nomor 32 menyatakan:
Tahun 2009 adalah sebagai berikut:42 Setiap orang yang dengan sengaja
melakukan perbuatan yang mengakibatkan
a. Setiap Pejabat yang berwenang
dilampauinya baku mutu udara ambien,
b. Dengan sengaja
baku mutu air, baku mutu air laut, atau
c. Tidak melakukan pengawasan
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
terhadap ketaatan penanggung jawab
dipidana dengan pidana penjara paling
usaha dan/atau kegiatan terhadap
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10
peraturan perundang-undang dan
(sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
dengan izin lingkungan, sebagaimana
Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)
yang dimaksud dalam p.sal 71 dan 72.
dan paling banyak Rp 10.000.000.000,00
d. Mengakibatkan terjadinya
(sepuluh miliar rupiah).
pencemaran dan / atau kerusakan Pasal 99 ayat (1) menggunakan
rumusan delik materiil yang mirip dengan
41Ibid, hal.167.
42Lihat lebih lanjut Pasal 112 UUPPLH Nomor 32 43Baca lebih lanjut Takdir Rahmadi, 2015, Op.Cit,
Tahun 2009. hal.230-232

75
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

Pasal 98 ayat (1) tersebut. Bedanya terletak Jika delik materiil dilakukan dengan
pada unsur mental atau “mensrea” dari kealpaan mengakibatkan orang mati atau
pelaku. Jika rumusan pasal 98 ayat (1) luka berat, ancaman hukuman adalah
untuk perbuatan yang dilakukan secara penjara minimal 3 (tiga) tahun dan
sengaja, Pasal 99 ayat (1) perbuatan terjadi maksimal 9 (sembilan) tahun dan denda
akibat kelalaian si pelaku. Dengan denda minimal Rp 3.000.000.000,00 (tiga
demikian, UUPPLH juga membedakan miliar rupiah) dan maksimal Rp
delik materiil atas dasar unsur kesalahan 9.000.000.000,00 (sembilan miliar rupiah).
(mensrea, schuld) pelaku, yaitu kesengajaan UUPPLH juga memuat delik materiil
sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 91 yang diberlakukan kepada pejabat
ayat (1) dan kelalaian dirumuskan dalam pemerintah yang berwenang di bidang
Pasal 99 ayat (1). pengawasan lingkungan pemberlakuan
Selain itu, UUPPLH juga mengenal delik materiil ini dapat dipandang sebagai
delik materiil dengan dua kategori sebuah kebijakan pemidanaan yang maju
pemberatan. Pertama, pemberatan terkait dalam rangka mendorong para pejabat
dengan “mengakibatkan orang luka pemerintah untuk sungguh-sungguh
dan/atau bahaya kesehatan manusia”. melaksanakan pengelolaan lingkungan
Kedua, pemberatan berupa hidup. Delik materiil tersebut dirumuskan
“mengakibatkan orang luka berat atau dalam Pasal 112 UUPPLH, yaitu:
mati”. Jika delik materiil yang dilakukan Setiap pejabat yang berwenang yang
dengan kesengajaan mengakibatkan orang dengan sengaja tidak melakukan
luka atau bahaya kesehatan, pelaku pengawasan terhadap ketaatan
dikenai ancaman hukuman lebih berat, penanggung jawab usaha dan/atau
yaitu penjara paling singkat 4 (empat) kegiatan terhadap peraturan perundang-
tahun dan paling lama 12 (dua belas) undangan dan izin lingkungan,
tahun dan denda paling sedikit Rp sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71
4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan Pasal 72 yang mengakibatkan
dan denda paling banyak Rp terjadinya pencemaran dan/atau
12.000.000.000,00 (dua belas miliar kerusakan lingkungan yang
rupiah). Jika delik materiil dengan mengakibatkan hilangnya nyawa manusia,
kesengajaan mengakibatkan orang luka dipidana dengan pidana penjara paling
berat atau mati, ancaman pidananya lebih lama 1 (satu) tahun atau denda paling
berat lagi, yaitu minimal 5 (lima) tahun banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
penjara, dan maksimal 15 (lima belas) rupiah).
tahun penjara, denda minimal Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan Sanksi-Sanksi Delik Formal Hukum
denda maksimal Rp 15.000.000.000,00 Pidana Lingkungan44
(lima belas miliar rupiah). Jika delik
Dalam UUPPLH terdapat 16 (enam
materiil dilakukan dengan kealpaan yang
belas) jenis delik formil sebagaimana
mengakibatkan orang luka atau bahaya
dirumuskan dalam Pasal 100 hingga Pasal
kesehatan, ancaman hukumannya adalah
111, kemudian Pasal 113 hingga Pasal 115.
penjara minimal 2 (dua) tahun penjara dan
Pertama, Pasal 100 UUPPLH memuat
maksimal 6 (enam) tahun dan denda
rumusan delik formil tentang pelanggaran
minimal Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah) dan maksimal sebesar Rp
6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah). 44 Ibid, 232-235

76
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

baku mutu air limbah, baku mutu emisi, Delik formil keempat sebagaimana
baku mutu gangguan yang diancam dirumuskan dalam Pasal 103, adalah
dengan pidana penjara maksimal 3 (tiga) tentang menghasilkan limbah B3 dan tidak
tahun dan denda maksimal Rp melakukan pengolahan yang diancam
3.000.000,00 (tiga juta rupiah). Namun, dengan pidana minimal 1 (satu) tahun dan
menurut Pasal 100 ayat (2), tuntutan maksimal 3 (tiga) tahun serta denda
pidana berdasarkan Pasal 100 ayat (1) minimal Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
hanya dapat dilakukan apabila sanksi rupiah) dan maksimal Rp 3.000.000.000,00
administrasi yang telah dijatuhkan tidak (tiga miliar rupiah). Kelima, delik formil,
dipatuhi atau pelaku telah lebih dari satu sebagaimana dirumuskan pada Pasal 104
kali melakukan pelanggaran baku mutu air yaitu tentang melakukan dumping limbah
limbah atau baku mutu emisi atau baku dan/atau bahan ke media lingkungan
gangguan. Jadi tuntutan pidana tanpa izin yang diancam dengan pidana
berdasarkan ketentuan Pasal 100 ayat (1) maksimal 3 (tiga) tahun dan denda
bersifat ultimum remedium yang berarti minimal Rp 4.000.000.000,00 (empat
sebagai upaya terakhir setelah sanksi miliar rupiah). Keenam, delik formil,
administrasi tidak efektif atau tidak sebagaimana dirumuskan dalam pasal 105
dipatuhi atau pelaku pelanggaran yang yaitu memasukkan limbah ke dalam
telah lebih dari satu kali. Mengapa wilayah Negara Kesatuan Republik
tuntutan pidana diberlakukan sebagai Indonesia yang diancam dengan pidana
upaya terakhir karena pada dasarnya minimal 4 (empat) tahun dan maksimal 12
pelanggaran terhadap baku mutu air (dua belas) tahun, serta denda minimal Rp
limbah atau baku mutu emisi atau baku 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah)
gangguan merupakan pelanggaran dan maksimal Rp 12.000.000.000,00 (dua
ketentuan hukum lingkungan administrasi. belas miliar). Untuk delik ini ancaman
Delik formil kedua adalah hukumannya termasuk berat dengan
sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 101 tujuan untuk memberikan rasa takut
yaitu perbuatan “melepaskan dan/atau kepada para pelaku usaha yang potensial
mengedarkan produk rekayasa genetik ke melakukan maupun pejabat pemerintah
media lingkungan hidup yang yang terlibat dalam kegiatan terlarang
bertentangan dengan peraturan perundang- tersebut. Hal ini mengingat bahwa
undangan atau izin lingkungan” dengan Indonesia potensial dijadikan sasaran
ancaman pidana penjara minimal 1 (satu) tempat perdagangan dan pembuangan
tahun dan maksimal 3 (tiga) tahun, serta limbah.
denda minimal Rp 1.000.000.000,00 (satu Delik formil ketujuh, sebagaimana
miliar rupiah) dan denda maksimal Rp dirumuskan dalam Pasal 106, adalah
3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). tentang memasukkan limbah B3 ke dalam
Delik formil ketiga adalah sebagaimana wilayah Negara Kesatuan Republik
dirumuskan dalam Pasal 102 yaitu Indonesia yang diancam dengan pidana
“melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa penjara minimal 5 (lima) tahun dan
izin dengan ancaman pidana minimal 1 maksimal 15 (lima belas) tahun, serta
(satu) tahun dan maksimal 3 (tiga) tahun, denda minimal Rp 5.000.000.000,00 (lima
serta denda minimal Rp 1.000.000.000,00 miliar rupiah) dan maksimal Rp dan
(satu miliar rupiah) dan maksimal Rp maksimal Rp 15.000.000.000,00 (lima
3.000.000,00. belas mliar rupiah). Delik formil kedelapan,
sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 107,

77
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

adalah tentang memasukkan limbah B3 ke Amdal dipidana dengan pidana penjara


dalam wilayah Negara Kesatuan Republik maksimal 3 (tiga) tahun dan denda
Indonesia yang diancam dengan pidana maksimal Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar
penjara minimal 5 (lima) tahun dan rupiah). Delik formil kedua belas,
maksimal 15 (lima belas) tahun, serta sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 111,
denda minimal Rp 5.000.000.000,00 (lima tentang pejabat pemberi izin lingkungan
miliar rupiah) dan maksimal Rp dan tanpa dilengkapi Amdal atau UKL-UPL
maksimal Rp 15.000.000.000,00 (lima dipidana dengan pidana penjara maksimal
belas mliar rupiah). Delik formil ketujuh 3 (tiga) tahun dan denda maksimal Rp
dan kedelapan juga memuat sanksi yang 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
berat mengingat Indonesia juga potensial Delik formil ketiga belas, sebagaimana
dijadikan sasaran tempat pembuangan dirumuskan dalam Pasal 111 ayat (2),
limbah dari negara-negara lain. adalah tentang pejabat pemberi izin usaha
Delik formil kesembilan, sebagaimana tanpa dilengkapi dengan izin lingkungan
dirumuskan dalam Pasal 108, adalah dipidana dengan pidana penjara paling
tentang melakukan pembakaran lahan lama 3 (tiga) tahun dan denda maksimal
dengan ancaman pidana penjara minimal Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
3 (tiga) tahun dan maksimal 10 (sepuluh) Delik formil keempat belas,
tahun, serta denda minimal Rp sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 113,
3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan adalah tentang memberikan informasi
maksimal Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh palsu, merusak informasi, atau
miliar rupiah). Namun, penerapan delik ini memberikan keterangan yang tidak benar
harus secara sungguh-sungguh “harus yang diperlukan dalam kaitannya dengan
memperhatikan dengan sungguh-sungguh pengawasan dan penegakan hukum yang
kearifan lokal” sebagaimana dinyatakan berkaitan dengan perlindungan dan
pada Pasal 69 ayat (1) huruf h. Dengan pengelolaan lingkungan hidup diancam
demikian, para petani tradisional yang pidana penjara maksimal 1 (satu) tahun
melakukan pembakaran lahan dalam dan denda maksimal Rp 1.000.000.000,00
melakukan usaha taninya tidak serta merta (satu miliar rupiah). Delik formil kelima
dapat dituntut berdasarkan ketentuan belas, sebagaimana dirumuskan dalam
Pasal 108 UUPPLH. Delik formil pasal 114, adalah tentang penanggung
pembakaran lahan lebih diarahkan pada jawab kegiatan usaha yang tidak
usaha-usaha besar yang tidak masuk ke melaksanakan paksaan pemerintah
dalam kategori kearifan lokal. dipidana dengan pidana penjara maksimal
Delik formil kesepuluh, sebagaimana 1 (satu) tahun dan denda maksimal Rp
dirumuskan dalam Pasal 109, adalah 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
tentang kegiatan usaha tanpa memiliki izin Delik formil keenam belas, sebagaimana
lingkungan diancam dengan pidana dirumuskan dalam pasal 115, adalah
penjara minimal 1 (satu) tahun dan tentang perbuatan sengaja mencegah,
maksimal 3 (tiga) tahun serta denda menghalang-halangi atau menggagalkan
minimal Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar pelaksanaan tugas pejabat pengawas
rupiah) dan maksimal Rp 3.000.000.000,00 lingkungan hidup dan/atau pejabat
(tiga miliar rupiah). Delik formil kesebelas, penyidik pegawai negeri sipil dipidana
sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 110, dengan pidana penjara maksimal 1 (satu)
adalah tentang penyusun Amdal tanpa tahun dan denda maksimal Rp
memiliki sertifikat kompetensi penyusun 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

78
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

IV. KESIMPULAN 111 dan 113-115 UUPPLH Nomor 32


Tahun 2009.
Dalam kesimpulan ini penulis
- Adapun Sanksi Delik Materiel pada
mencoba menjawab dua rumusan masalah
Pasal 98 dan 99 adalah sebagai
di atas yaitu apa yang dimaksud dengan
berikut: pidana penjara paling singkat
Delik Materiel dan Delik Formil dalam
1 tahun dan pidana penjara paling
UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009 dan
lama 15 tahun. Sedangkan untuk
bagaimana unsur-unsurnya?
denda paling sedikit Rp.1 Milyar dan
Dalam UUPPLH Nomor 32 Tahun
paling banyak Rp.15 Milyar. Pada
2009 ketentuan Pidana Hukum
Pasal 112 pidana penjara paling lama
Lingkungan diatur dalam Pasal 97 sampai
1 tahun dan denda Rp.500 juta.
Pasal 120. Dari ketentuan tersebut secara
- Adapun Sanksi Delik Formil Pasal
umum rumusan Delik Lingkungan di
100-111 adalah pidana penjara paling
kualifikasikan dalam Delik Materiel dan
singkat 1 tahun dan paling lama 15
Delik Formal. Rumusan Delik Materiel ini
tahun. Sedangkan denda paling sedikit
terdapat dalam Pasal 98, 99 dan 112.
Rp.1 Milyar dan paling banyak Rp.15
Sementara rumusan Delik Formil terdapat
Milyar. Sanksi Delik Formil Pasal
dalam Pasal 100-111, 113-115. Adapun
113-115 pidana penjara paling singkat
perbedaan antara Delik Materiel dan Delik
1 tahun dan paling lama 1 tahun,
Formil adalah sebagai berikut:
sedangkan denda paling sedikit
- DELIK MATERIEL: Yang Diancam Rp.500 juta dan paling banyak Rp. 1
Pidana adalah “AKIBAT DARI Milyar.
PERBUATAN” tersebut merupakan
dilampauinya baku mutu udara
ambien, baku mutu air, baku mutu air DAFTAR PUSTAKA
laut, atau kriteria baku mutu
BUKU
kerusakan lingkungan yang
mengakibatkan hilangnya nyawa Akib, Muhammad, 2014, Hukum
manusia. Pelanggaran baku mutu dan Lingkungan Persfektif Global dan
kriteria baku mutu kerusakan Nasional, Rajawali Pers, Jakarta.
lingkungan, secara yuridis dinamakan Farid, Zainal Abidin, 2007, Hukum Pidana
pencemaran lingkungan dan/atau I, Sinar Grafika, Jakarta.
kerusakan lingkungan. Delik Materiel Hamzah, Andi, 2014, Asas-Asas Hukum
diatur dalam Pasal 98, 99 dam 112 Pidana Edisi Revisi, Rineka Cipta,
UUPPLH. Dan mengenai Unsur- Jakarta.
Unsur Deliknya dapat dibaca satu Hamzah, Andi, 2019, Hukum Pidana
persatu dalam Pasal 98, 99 dan 112 Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta
UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009 Hiariej, Eddy O.S, 2016 Prinsip-Prinsip
- DELIK FORMAL: Menunjuk pada Hukum Pidana Edisi Revisi, Cahaya
“PERBUATANNYA YANG Atma Pustaka, Yogyakarta.
DILARANG DAN DIANCAM Moeljatno, 1983, Asas-Asas Hukum Pidana,
PIDANA” dimana diatur dalam Pasal Bina Aksara, Jakarta.
100-111 dan Pasal 113-115. Dan Prasetyo, Teguh, 2017, Hukum Pidana Edisi
mengenai unsur-unsur deliknya bisa Revisi, Rajawali Pers, Depok.
dilihat lebih lanjut dalam Pasal 110-

79
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019
Unsur-Unsur Delik Materiel Dan Delik Formil
Dalam Hukum Pidana Lingkungan

Rahmadi, Takdir, 2015, Hukum Lingkungan


di Indonesia Edisi Revisi, Rajawali
Pers, Jakarta.
Renggong, Rulan, 2018, Hukum Pidana
Lingkungan, Prenada Media Group,
Jakarta
Siahaan, N. H, T, 2008, Hukum
Lingkungan, Pancuran Alam, Jakarta
Supramono, Gatot, 2013, Penyelesaian
Sengketa Lingkungan Hidup, Rineka
Cipta, Jakarta.

PERATURAN PERUNDANG -
UNDANGAN
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP).
Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (RKUHP).
Undang-Undang Nomor 04 Tahun 1982
Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

80
Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara–Fakultas Hukum Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma | Volume 10 No. 1, September 2019

Anda mungkin juga menyukai