Anda di halaman 1dari 66

1

ANALISIS KINERJA PERBANKAN

Kinerja Keuangan
Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi


berbagai pihak seperti investor, kreditur, analisis, konsultan
keuangan, pemerintah dan pihak manajemen sendiri. Kinerja
(performance) keuangan secara keseluruhan merupakan gambaran
prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut
aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana,
teknologi maupun sumber daya manusia (Jumingan, 2014:239).

Kinerja keuangan adalah hasil kegiatan operasi perusahaan yang


disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Kinerja yang
dihasilkan ini dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu
dilakukan kedepan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau
dipertahankan sesuai dengan target perusahaan (Kasmir, 2016 : 104).
“Kinerja keuangan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh
suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar
yang ditetapkan (Zarkasi, 2014 : 48). Dari definisi tentang kinerja
yang dipaparkan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa kinerja
keuangan adalah prestasi yang dicapai suatu organisasi yang
tertuang dalam skema strategis dan mencakup aspek keuangan, aspek
pemasaran, aspek penghimpunan dana, aspek teknologi dan aspek
sumber daya manusia.
2

Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan

Tujuan penilaian kinerja perusahaan (Munawir, 2012:31) adalah sebagai


berikut:
1. Mengetahui tingkat likuiditas. Likuiditas menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan yang harus segera di selesaikan pada saat ditagih.
2. Mengetahui tingkat solvabilitas. Solvabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik
keuangan jangka pendek maupun panjang.
3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.
4. Mengetahui tingkat stabilitas. Stabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan
stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya tepat pada
waktunya.
Tahap-tahap Dalam Menganalisis Kinerja Keuangan
Tahap dalam menganalisis kinerja keuangan yaitu (Fahmi, 2011 : 149)
1. Melakukan review terhadap laporan keuangan.
2. Melakukan perhitungan.
3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh.
4. Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap barbagai permasalahan
yang ada.
5. Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap barbagai permasalahan
yang ada.
3
6. Mencari dan memberikan pemecahanmasalah terhadap
berbagai permasalahan yang ditemukan.
4

Kesehatan Bank
Secara sederhana bank dikatakan sehat jika bank mampu
menjalankan fungsinya dengan baik. Bank yang sehat adalah bank
yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat
menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu
lintas pembayaran serta dapat dipergunakan oleh pemerintah dalam
melaksanakan berbagai kebijaksanaanya, terutama kebijakan
moneter (Budisantoso dan Triandani, 2014 : 129).
Penilaian kesehatan bank merupakan muara akhir atau hasil
dari aspek pengaturan dan pengawasan perbankan yang
menunjukkan kinerja perbankan nasional. Sebagai lembaga
intermediasi, tempat penyimpanan uang, dan tempat mencari kredit
bagi masyarakat, perbankan yang sehat akan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sebaliknya perbankan yang tidak sehat akan menghambat
pertumbuhan (Fahmi, 2015:183).
Tingkat kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan
mampu memenuhi semua kewajiban dengan baik dengan cara-cara
yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Menurut Surat Edaran Direksi Bank Indonesia
No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang tata cara penilaian
tingkat kesehatan bank umum, menyatakan bahwa tingkat kesehatan
bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kualitatif terhadap
berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi dan perkembangan
bank dalam hal ini adalah faktor
5

permodalan, kualitas asset, faktor manajemen, faktor rentabilitas, dan


faktor likuiditas. Kelima faktor ini dikenal dengan istilah CAMEL.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 10/1/PBI/2004 Pasal 1 ayat 4,
pengertian tingkat kesehatan bank hasil penilaian kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu
Bank melalui Penilaian Kuantitatif terhadap faktor-faktor
permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.
Sesuai PBI No.13/1/PBI/2011, tentang Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem penilaian
Tingkat Kesehatan Bank berbasis risiko menggantikan penilaian
CAMEL yang dulunya diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004.
Pedoman perhitungan selengkapnya diatur dalam Surat Edaran (SE)
Bank IndonesiaNo.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang
Penilaian Tingkat kesehatan Bank Umum. Menurut ketentuan Bank
Indonesia bahwa kategori predikat sehat dapat dikelompokkan dalam
empat kelompok nilai kredit CAMEL yang dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 2.1
Tingkat Kesehatan Bank Menurut CAMEL
Nilai Kredit Predikat
Camel
81% - 100 Sehat
%
66% - <81% Cukup
Sehat
55% - <66% Kurang
Sehat
0% - < 55% Tidak
Sehat
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal
31 Mei 2004

1. Ruang Lingkup CAMEL


6
CAMEL merupakan suatu metode penilaian kesehatan suatu

perbankan. Analisis CAMEL digunakan untuk menganalisis dan

mengevaluasi kinerja keuangan bank umum di Indonesia.

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia


7

Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia

“Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi

laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai

dengan Standar Bank Indonesia”. Penilaian Tingkat Kesehatan

Bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai

berikut :

Tabel 2.2
Bobot Kesehatan Camel
Permodalan 25%
(Capital)
Kualtias Aktiva 30%
Produktif
(Asset quality)
Manajemen 25%
(Management)
Rentabilitas 10%
(Earning)
Likuiditas 10%
(Liquidity)
Jumlah 100 %

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP

Adapun faktor-faktor tersebut diatas, dapat diuraikan

satu persatu sebagai berikut :

a. Faktor Permodalan (Capital)

Capital merupakan faktor pertama dalam penilaian


8
tingkat kesehatan bank dengan menggunakan rasio

keuangan modal CAMEL. Faktor ini dihubungkan dengan

kemampuan bank untuk menyediakan modal sesuai

dengan kewajiban modal minimum suatu bank. Faktor

capital atau permodalan ini sering disebut juga sebagai

solvabilitas. Capital adalah penilaian berdasarkan kepada

permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank (Kasmir,

2012: 11). Salah satu penilaian adalah dengan

menggunakan metode CAR (Capital Adequacy Ratio).

CAR merupakan rasio untuk mengukur permodalan

dan cadangan penghapusan dalam menanggung

perkreditan, terutama risiko yang terjadi karena bunga

gagal ditagih (Kasmir, 2012: 295). Penilaian CAR dengan

cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang

menurut risiko (ATMR)

Adapun rumus CAR (Sujarweni, 2017 : 97)

Modal
CAR = Bank × 100 %
ATMR

Rasio
+1
Nilai Kredit = 0,1%
9

Tabel 2. 3
Predikat Tingkat Kesehatan (CAR)
Bobot Rasio Predikat
CAR
CAR ≥ Sehat
12%
9% ≤ CAR < Sehat
12 %
25% 8% ≤ CAR < Cukup Sehat
9%
6% ≤ CAR < Kurang Sehat
8%
CAR ≤ 6% Tidak Sehat
Sumber : OJK (Surat edaran BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004)

b. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality)


Asset adalah penempatan dana dalam bentuk simpanan
dana atau kredit yang diberikan, surat berharga,
penempatan dana padabank lain, dan penyertaan dalam
rangka mendapatkan hasil pengambangan yang optimal
(Herli, 2013 : 136).
Penilaian aset didasarkan kepada kualitas aset yang
dimiliki bank. rasio yang diukur ada dua macam, yaitu
rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap
aktiva produktif dan rasio penyisihan penghapusan aktiva
produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan
(Kasmir, 2012 : 273).
Pada aspek kualitas aktiva produktif ini merupakan
suatu penilaian jenis- jenis aset yang dimiliki bank, yaitu
dengan cara membandingkan antara penyisihan
penghapusan aset lancar dengan aset tetap. Penyisihan
penghapusan aset lancar adalah cadangan yang dibentuk
dengan cara membebani perhitungan laba rugi tahun
berjalan, untuk menampung kerugian yang
memungkinkan timbul sebagai akibat dan tidak
10
diterimanya kembali sebagian atau seluruh aset lancar.
Sedangkan aset lancar adalah penyediaan dana bank
untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk kredit,
surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan atas
surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali
(Reverse Repurchase agreement), serta bentuk
penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan
dengan itu. Adapun metode penilaian kualitas aktiva
produktif (KAP) dapat dilakukan sebagai berikut:
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑙𝑎𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛
KAP = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓

15,5%−𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
Nilai Kredit = x 100%
0,15%

Tabel 2.4
Kriteria Penilaian KAP
Bobot Rasio KAP Predikat
≤ 2% Sehat
2% < CAR ≤ 3% Sehat
3% < CAR ≤ 6% Cukup Sehat
30% 6% < CAR ≤ 9% Kurang
Sehat
KAP > 9% Tidak Sehat
Sumber : OJK (Surat edaran BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004)

c. Faktor Manajemen (Management Quality)

Faktor ketiga dalam urutan rasio CAMEL adalah


manajemen. Rasio manajemen (management) adalah rasio
ini menunjukkan besar keuntungan bersih yang diperoleh
perusahaan (Dendawijaya, 2009 : 146).

Management quality menunjukkan kemampuan


manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur,
mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul
11

melalui kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya untuk


mencapai target. Keberhasilan dari manajemen bank
didasarkan pada penilaian kualitatif terhadap manajemen
yang mencakup beberapa komponen. Manajemen bank
dapat diklasifikasikan sebagai sehat apabila sekurang-
kurangnya telah memenuhi 81% dari seluruh aspek tersebut
(Karim, N.F : 2015 : 27). Bank Indonesia telah menyusun
pertanyaan untuk menilai kemampuan manajemen yang
terdiri dari:
12

Tabel 2.5
Penilaian Kemampuan Manajemen
Aspek manajemen yang
Bobot
dinilai
CAMEL
Manajemen permodalan 2,5 %
Manajemen aktiva 5,0 %
Manajemen umum 12,5 %
Manajemen rentabilitas 2,5 %
Manajemen liquiditas 2,5 %
Total bobot CAMEL 25, 0 %
Sumber : OJK (Surat edaran BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004)

Setiap pertanyaan yang dijawab “ya” (positif) oleh pihak


manajemen bank umum, bank tersebut memperoleh nilai kredit
sebesar 0,4. Hasil penjumlahan setiap jawaban “ya” akan
menentukan nilai kredit (credit point) dalam komponen
CAMEL. Selanjutnya, angka nilai kredit ini dikalikan dengan
bobot CAMEL untuk manajemen (25%) sehingga diperoleh
nilai CAMEL untuk manajemen.
Akan tetapi pengukuran tersebut sulit dilakukan karena
akan terkait dengan unsur kerahasiaan bank, maka dalam
penelitian ini aspek manajemen diproksikan dengan profit
margin dengan pertimbangan rasio ini menunjukkan
bagaimana manajemen mengelola sumber-sumber maupun
penggunaan atau alokasi dana secara efisien.
Penggunaan Net Profit Margin (NPM) juga erat
kaitannya dengan aspek- aspek manajemen yang dinilai, baik
dalam manajemen umum maupun manajemen risiko, di mana
net income dalam aspek manajemen umum mencerminkan
pengukuran hasil dari strategi keputusan yang dijalankan dan
13
dalam tekniknya dijabarkan dalam bentuk sistem pencatatan,
pengamanan, dan
14
pengawasan dari kegiatan operasional bank dalam upaya
memperoleh operating income yang optimum. Sedangkan net
income dalam manajemen risiko mencerminkan pengukuran
terhadap upaya mengeliminir risiko likuiditas, risiko kredit,
risiko operasional, risiko hukum, dan risiko pemilik dari
kegiatan operasional bank, untuk memperoleh operating
income yang optimum. Dapat juga dikatakan net profit margin
mencerminkan tingkat efektivitas yang dapat dicapai oleh
usaha operasional bank, yang terkait dengan hasil akhir dari
berbagai kebijaksanaan dan keputusan yang telah dilaksanakan
oleh bank dalam periode berjalan.
NPM merupakan rasio antara laba bersih dengan
pendapatan operasional. NPM menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Semakin
besar nilai NPM semakin optimal bank dalam membentuk laba
bersih. Laba yang besar menunjukkan berhasilnya operasional
bank yaitu melalui pendapatan, baik yang berasal dari kredit
maupun dari kegiatan yang lain. Sehingga indikator NPM ini
berpengaruh signifikan terhadap proporsi penyaluran kredit.
Rasio NPM yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba)
yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang
diterima dari kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi rasio ini
semakin baik, karena semakin tinggi laba dari bank tersebut.
Aspek manajemen yang diproksikan dengan net profit margin
yang dirumuskan sebagai berikut:
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
NPM = x 100%
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

Tabel 2.6 Kriteria Penilaian NPM


Bobot Rasio NPM Predikat
15

NPM ≥ 100% Sehat


81% ≤ NPM < 100% Sehat
66% ≤ NPM < 81% Cukup Sehat
25,0 % 51% ≤ NPM < 66% Kurang Sehat
NPM < 51% Tidak Sehat
Sumber : OJK (Surat edaran BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004)
16

d. Faktor Rentabilitas (Earning)


Urutan keempat dari rasio keuangan model CAMEL
adalah faktor rentabilitas atau disebut juga aspek earning.
Penilaian rentabilitas (earning) didasarkan pada
kemampuan bank dalam menciptakan laba. Keberhasilan
bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap
rentabilitas bank yang diukur dengan dua rasio yang
berbobot sama.

1) Return on Asset (ROA)


ROA adalah rasio yang digunakan untuk melihat
sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mempu
memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan
yang diharapkan (Fahmi, 2015 : 185).
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan
total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan (Hanafi
& Halim, 2014 : 49) Semakin besar ROA suatu bank,
maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari penggunaan aset. Semakin kecil rasio ini
mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen
bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan
pendapatan dana tau menekan biaya.
Adapun rumus ROA (Sujarweni, 2017 : 100)
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
ROA = x 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
17
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
Nilai Kredit = +1
0,015%

Tabel 2. 7 Predikat Tingkat Kesehatan ROA


Bobot Rasio ROA Predikat
ROA > 1,5% Sehat
1,25 < ROA ≤ Sehat
5% 1,5%
0,5% < ROA ≤ Cukup Sehat
1,25%
1,25 < ROA ≤ Kurang Sehat
0,5%
ROA ≤ 0 Tidak Sehat
Sumber : OJK (Surat edaran BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004)

2) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional


(Rasio BOPO)
Dalam kasus perusahaan yang bergerak dibidang perbankan,
efisiensi operasional dilakukan untuk mengetahui apakah bank
dalam operasinya yang berhubungan usaha pokok bank, dilakukan
dengan benar dalam arti sesuai yang diharapkan manajemen dan
pemegang saham. Efisiensi operasi juga berpengaruh terhadap
kinerja bank, yaitu untuk menunjukkan apakah bank telah
menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna.

Pada penelitian ini variabel BOPO diambil sebagai salah satu


variabel atau faktor yang mewakili penilai kinerja keuangan bank
dari sisi rentabilitas. BOPO merupakan perbandingan antara biaya
operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam menunjang kegiatan
18

operasional (Rivai & Arivin, 2010 : 201). Semakin kecil rasio


biaya (beban) operasionalnya akan lebih baik, karena biaya yang
dikeluarkan lebih kecil dibandingkan pendapatan yang diterima.

Adapun rumus BOPO (Sujarweni, 2017 : 102), adalah sebagai


berikut:
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
BOPO = x 100%
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

100%−𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
Nilai Kredit = +1
0,08%

Tabel 2.8
Kriteria Penilaian BOPO
Bobot Rasio BOPO Predikat
BOPO ≤ 94% Sehat
94% < BOPO ≤ Sehat
95%
95% < BOPO ≤ Cukup Sehat
5% 96%
96% < BOPO ≤ Kurang Sehat
97%
BOPO > 97% Tidak Sehat
Sumber : OJK (Surat edaran BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004)
19

e. Faktor Likuiditas
Rasio likuiditas dapat dihitung dengan
menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan
to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang
diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat
dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2014:225).
Rasio LDR digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam membayar kembali kewajiban kepada
nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-
kredit yang telah diberikan.
Pemberian kredit tanpa mempertimbangkan kualitas
kredit bisa menyebabkan kerugian besar dikemudian hari
(Darmawi, 2011 : 126). Langkah pengamanan untuk
mengurangi timbulnya kredit bermasalah adalah sistem
pengawasan yang efektif. Setiap bank harus mampu
mengelola kreditnya dengan bank dalam memberikan kredit
kepada masyarakat maupun dalam pengembalian kreditnya
sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku sehingga
tidak menimbulkan kredit bermasalah.
Likuiditas (Liquidity) suatu bank dapat dikatakan
likuid, apabila bank yang bersangkutan dapat membayar
semua utang-utangnya terutama simpanan tabungan,
giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula
memenuhi semua permohonan kredit yang layak
dibiayai. Demi menjaga kepercayaan nasabah dan
masyarakat umumnya, bank harus selalu siap
20
memenuhi/membayar kembali.
Tabel 2. 9
Kriteria Penilaian LDR
Bobot Rasio LDR Predikat
BOPO ≤ 94% Sehat
75% < LDR ≤ Sehat
85%
85% < LDR ≤ Cukup Sehat
10% 100%
100% < LDR ≤ Kurang
120% Sehat
LDR > 120% Tidak Sehat
Sumber : OJK (Surat edaran BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004)

Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin riskan


kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah LDR
menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam
menyalurkan kredit. Jika rasio LDR bank berada pada
standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka laba
yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat (dengan
asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya
dengan efektif). Bank selalu berusaha untuk menjaga
tingkat likuiditasnya dalam upaya meningkatnya laba,
sehingga kinerja keuangan bank tersebut akan baik jika
dilihat dari aspek likuiditasnya.

Adapun rumus LDR (Sujarweni, 2017 : 104)


Total
LDR = Pembiayaan × 100
Total Dana Pihak
Ketiga

(115 − Rasio)%
x1
Nilai Kredit = 1%
21

1. Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode


CAMEL

a. Faktor Permodalan / Capital Adequacy Ratio


(CAR)

Standar yang ditetapkan Bank Indonesia tentang

kewajiban penyediaan modal minimum atau Capital

Adequacy Ratio (CAR) yaitu sebesar 8% yang

digunakan untuk mengukur seberapa kuat permodalan

bank menutupi resiko yang ada pada bank. Rasio Capital

Adequacy Ratio (CAR) dapat dirumuskan sebagai

berikut:
Modal
CAR Bank × 100 %
=
ATMR

Tabel 4.1 Perhitungan Capital Adequancy Ratio


(CAR) PT. Bank Rakyat Indonesia Tahun
2016 – 2020

Total Aktiva
Tah Total Rasio
un Modal Tertimba CAR
ng
Menurut
Risiko
(ATMR)
dalam
22

jutaan
rupiah
201 142,91 623,857,72 23,7%
6 0,432 8
201 152,38 687,480.42 22,1%
7 9,444 5
201 173,61 818,608,24 21,2%
8 8,421 0
201 195,98 869,020,38 22,5%
9 6,650 8

Sumber: Hasil olahan data Laporan Keuangan PT.

Bank Rakyat Indonesia tahun 2016- 2019

Berdasarkan tabel 4.1 Rasio CAR ini digunakan

untuk mengetahui seberapa besar jumlah asset yang

memiliki resiko dalam perkembangan kinerja keuangan

PT. Bank Rakyat Indonesia yang dihitung menggunakan

rasio CAR dalam kondisi sehat selama periode penelitian

yang dimulai dari tahun 2016-2019 yaitu 23.7%, 22.1%,

21.2%, 22.5% dapat dilihat rasio CAR mengalami

peningkatan dan penurunan tiap tahunnya disebabkan

karena adanya peningkatan modal bank akan tetapi

tidak terjadi peningkatan yang signifikan


23

sehingga dapat disimpulkan PT. Bank Rakyat Indonesia

mampu mempertahankan sejumlah aset yang memiliki

resiko.

Nilai Kredit = Rasio + 1


0,1%

Tabel 4.2 Besarnya Nilai Kredit CAR PT. Bank Rakyat


Indonesia Tahun 2016
- 2019

Tah Rasio Nilai Kredit Maksi


un CAR Persen mum
201 23,7% 23,701 100
6
201 22,1% 22,101 100
7
201 21,2% 21,201 100
8
201 22,5% 22.501 100
9
Sumber: Hasil olahan data Laporan Keuangan PT.

Bank Rakyat Indonesia tahun 2016- 2019

Berdasarkan tabel 4.2 hasil perhitungan rasio CAR

dan nilai kredit yang menunjukan bahwa dalam tahun

2016-2019 mengalami peningkatan dan penurunan nilai

kredit disebabkan karena peningkatan nilai bank.

Penilaian tabel tersebut PT. Bank Rakyat Indonesia

dalam kondisi sehat.

b. Faktor Kualitas Asset


24
Penilaian kualitas asset juga diukur dengan

menggunakan bobot 30% dan didasarkan kepada

kualitas aktiva yang dimiliki bank.

KAP = Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan x


100% Total Aktiva Produktif

Tabel 4.3 Tabel Kualitas Aktiva Produktif (KAP) PT.


Bank Rakyat Indonesia Tahun 2016 - 2019

Aktiva
Tahu Total aktiva KAP
Produktif
n produktif (%)
yang
diklasifikasi
kan
2016 22,325,788 964,000,690 2,3%
2017 31,199,144 993,100,820 3,1%
2018 34,569,880 1,234,200,03 2,8%
9
2019 38,145,491 1,343,077,86 2,8%
0
Sumber: Hasil olahan data Laporan Keuangan PT.

Bank Rakyat Indonesia tahun 2016- 2019


25

Berdasarkan tabel 4. 3 rasio KAP pada tahun 2016


adalah sebesar 2.3% kepemilikan KAP mampu
menjamin seluruh kewajiban kredit apabila terjadi kredit
bermasalah. Pada tahun 2017 sampai dengan 2019 nilai
rasio KAP adalah sebesar 3,1%, 2.8%, 2.8%. 4 tahun
terakhir rasio KAP mengalami peningkatan dan
penurunan akan tetapi masih tetap berada dalam angka
yang aman semakin kecil rasio KAP disebabkan karena
jumlah Aktiva Produktif Yang Di Klasifikasikan (APYD)
yang semakin kecil dalam artian dari tahun ke tahun PT.
Bank Rakyat Indonesia semakin baik dalam mengelolah
pemberian kreditnya. Selain itu dipengaruihi oleh total
aktiva produktif yang dari tahun ke tahun semakin
meningkat dalam artian bahwa jumlah kredit yang
disalurkan PT. Bank Rakyat Indonesia dari tahun
ketahun semakin besar sehingga dapat dikatakan
semakin tinggi total aktiva produktif semakin tinggi
terjadinya kredit bermasalah.
Nilai Kredit = 15.5 %−Rasio x 100 %
0,15%

Tabel 4.4 Hasil Penilaian Rasio KAP PT. Bank


Indonesia Tahun 2016 - 2019

Tah Rasio Nilai Maksim


un KAP (%) Kredit um
(%)
201 2,3% 88 100
6
201 3,1% 82,6 100
7
201 2,8% 84,6 100
8
201 2,8% 84,6 100
9
Sumber: Hasil olahan data Laporan Keuangan PT.
26
Bank Rakyat Indonesia tahun 2016- 2019

Berdasarkan tabel 4.4 dari nilai kredit KAP pada


tahun 2016 hingga 2019 mengalami peningkatan dan
penurunan PT. Bank Rakyat Indonesia merupakan bank
dalam kategori sehat dengan batasan nilai kredit antara
81 sampai 100.
c. Faktor Manajemen
Rasio NPM sebuah bank dapat dikatakan sehat
apabila melebihi ketetapan BI pada PBI nomor 3/21/2001
yaitu 4,9%. Aspek manajemen yang diproksikan dengan
net profit margin yang dirumuskan sebagai berikut:

Laba
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 Bersih Laba × 100 %
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
Operasiona
l
27

Tabel 4.5 Perhitungan Net Profit Margin (NPM) PT.


Bank Rakyat Indonesia tahun 2016-2019
Laba bersih Laba
Tah (dalam Operasional Rasio
un jutaan Rp.) (dalam NPM
jutaan Rp.)
201 18,622,612 22,725,889 81.9%
6
201 20,119,459 24,122,191 83.4%
7
201 31,701,975 40,794,608 77.7%
8
201 34,028,685 43,035,335 79.0%
9
Sumber: Hasil olahan data Laporan Keuangan PT.
Bank Rakyat Indonesia tahun 2016- 2019

Berdasarkan tabel 4.5 PT. Bank Rakyat Indonesia


mampu menghasilkan laba bersih dan laba operasional
yang mengalami peningkatan selama tahun 2016 dan
2017 dan mengalami penurunan pada tahun 2018 dan
2019. Rasio ini untuk mengukur tingkat pengembalian
keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya,
besarnya tingkat pengembalian keuangan (return) akan
diikuti dengan tingginya harga saham. Rasio NPM yang
dimiliki PT. Bank Rakyat Indonesia sudah dapat
dikatakan sehat karena telah melebihi Standar ketetapan
BI yaitu 49% artinya Pt. Bank Rakyat Indonesia
mempunyai kinerja keuangan yang saat baik dalam
mencapai keuntungan yang sangat baik.
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Nilai Kredit NPM PT.
Bank Rakyat Indonesia Tahun 2016-2019
Tah Rasio Nilai Kredit
un NPM (%) (%)
Nilai Kredt
= NPM
201 81.9% 81.9%
28
6
201 83.4% 83.4%
7
201 77.7% 77.7%
8
201 79.0% 79.0%
8
Sumber: Hasil olahan data Laporan Keuangan PT.
Bank Rakyat Indonesia tahun 2016- 2019
Berdasarkan tabel 4.6 terdapat bahwa nilai kredit

rasio NPM dari tahun 2016-2019 sama nilainya dengan

hasil perhitungan rasio NPM. Rasio ini menunjukan

bagaimana manajemen mengelola sumber sumber

maupun alokasi dana secara efisien sehingga nilai rasio

langsung menjadi nilai kredit rasio NPM.

d. Earning

1) ROA

Return on Assets (ROA). Kredit poin yang diberikan

untuk ROA adalah sebagai berikut untuk ROA sebesar

0% nilai kredit adalah 0. Untuk setiap kenaikan sebesar

0,005% nilai kredit ditambah satu dengan maksimum 100

bobot nilai ROA adalah 5%.


Laba
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 Sebelum × 100 %
(ROA) = Pajak

Total Aktiva

Tabel 4.7 Perhitungan Return On Asset (Roa) PT.


Bank Rakyat Indonesia Tahun 2016 – 2019
29

Tah Laba Bersih Total Rasio


un Sebelum Aktiva ROA
Pajak (Rp) (Rp) (%)
201 33,441,64 964,000,6 3.4%
6 3 90
201 24,268,58 993,100,8 2.4%
7 5 20
201 40,798,06 1,234,200, 3.3%
8 4 039
201 42,949,89 1,343,077, 3.9%
9 2 860
Sumber: Hasil olahan data Laporan Keuangan PT.

Bank Rakyat Indonesia tahun 2016- 2019

Berdasarkan tabel 4.7 PT. Bank Rakyat Indonesia

mampu menghasilkan rasio ROA yang sangat baik atau

melebihi standar yang ditetapkan oleh BI yaitu > 1,5 %.

Rasio ini berpengaruh positif terhadap harga saham jadi

semakin tinggi rasio semakin tinggi juga harga saham.

Ditahun 2016-2019 total asset yang dimiliki naik

signifikan berakibat pada pendapatan Bunga yang cukup

tinggi sehingga mengalami peningkatan pada laba bersih

sebelum pajak. Semakin tinggi nilai rasio ROA yang

dicapai maka keuntungan akan semakin meningkat.


30

Nilai kredit = Rasio + 1


0,015%

Tabel 4. 8 Besarnya Nilai Kredit Rasio ROA Pt. Bank


Rakyat Indonesia Tahun 2016 – 2019
Tahun Rasio Nilai Maksi
ROA (%) Kredit mum
(%)
2016 3.4% 22,667.7 100,00
0
2017 2.4% 16.001 100,00
0
2018 3.3% 22.001 100,00
0
2019 3.9% 26.001 100,00
0
Sumber: Hasil olahan data Laporan Keuangan PT.

Bank Rakyat Indonesia tahun 2016- 2019

Berdasarkan tabel 4. 8 hasil perhitungan rasio ROA

dan nilai kredit yang dimiliki dalam tahun 2016 sampai

dengan 2019 fluktuasi disebabkan karena nilai rasio

ROA yang mengalami fluktuasi juga, hanya tahun 2017

yang memiliki rasio ROA dan nilai kredit turun dari tahun

sebelumnya.

2) BOPO

Kredit point yang diberikan untuk rasio BOPO

adalah sebagai berikut untuk rasio BOPO sebesar 100%

atau lebih nilai kredit adalah 0. Untuk penurunan sebesar

0,08% nilai kredit ditambah dengan 1 dengan maksimum


31
100 bobot nilai rasio BOPO adalah 5% dapat dirumuskan

sebagai berikut

BOPO = Beban × 100%


Operasional
Pendapatan
Operasional

Tabel 4.9 Perhitungan Beban Operasional dan


Pendapatan Operasional (BOPO) PT. Bank
Rakyat Indonesia tahun 2016-2019
Tahun Beban Pendapata Rasio
Operasional n BOPO
(Rp) Operasion
al (Rp)
2016 80,068,12 114,032,6 70,2%
6 68
2017 88,973,49 125,779,3 70,7%
0 24
2018 67,545,82 139,436,2 48,4%
1 08
2019 112,205,9 155,651,0 72%
23 60
Sumber: Hasil olahan data Laporan Keuangan PT.

Bank Rakyat Indonesia tahun 2016- 2019


32

Berdasarkan tabel 4.9 PT. Bank Rakyat Indonesia

mengalami peningkatan dan penurunan. Rasio BOPO

pada tahun 2016 sampai 2019 yaitu 70,2%, 70,7%,

48,4%, dan 72%. Dalam hal ini jika semakin kecil rasio

berarti semakin efisien biaya operasional yang

dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan sehingga

kemungkinan suatu lembaga dalam kondisi bermasalah

semakin kecil. Hasil perhitungan rasio BOPO terendah

terdapat pada tahun 2018 dengan rasio 48,4% dan

mengalami peningkatan yang signifikan ditahun 2019

hingga mencapai 72% hal ini berarti efisiensi biaya

operasional ditahun 2018 dalam keadaan baik.

Nilai Kredit = 100%−Rasio + 1


0,08%

Tabel 4. 10 Besarnya Nilai Kredit Untuk Rasio


BOPO PT. Bank Rakyat Indonesia Tahun 2016 -
2019
Tah Rasio Nilai Maksi
un BOPO (%) Kredit mum
(%)
201 70,2% 37,251 100
6
201 70,7% 36,626 100
7
201 48,4% 64,501 100
8
33
201 72% 35,001 100
9
Sumber: Hasil olahan data Laporan Keuangan PT.

Bank Rakyat Indonesia tahun 2016- 2019

Berdasarkan tabel 4. 10 hasil perhitungan rasio

BOPO menghasilkan nilai kredit yang menunjukan

bahwa dalam tahun 2016 sampai dengan 2019

mengalami peningkatan dan penurunan.

e. Faktor Liquiditas

Kredit yang diberikan × 100%


LDR =Dana Pihak Ketiga

Tabel 4. 11 Perhitungan Loan To Deposit Ratio (LDR)


PT. Bank Rakyat Indonesia Tahun 2016 – 2019
Jumlah Dana
Tah Kredit Pihak Rasio
un Yang Ketiga LDR (%)
Diberikan (Rp)
201 635,290,0 723,850, 87,7 %
6 00 000
201 708,000,0 803,333, 88,1 %
7 00 000
201 804,673,4 872,700, 92,2 %
8 35 000
34

201 864,088,5 959,240, 90,0 %


9 21 000
Sumber: Hasil olahan data Laporan Keuangan PT.

Bank Rakyat Indonesia tahun 2016- 2019

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa pada

tahun 2016 sampai 2019 rasio LDR tertinggi ada pada

tahun 2018 yaitu 92,9% dan rasio terendah pada tahun

2016 yaitu 87,7%. Pada rasio ini jika semakin tinggi rasio

yang didapat maka semakin rendahnya kemampuan

liquiditas bank yang bersangkutan sehingga

kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah

akan semakin besar. Nilai rasio dalam 4 tahun ini

mengalami peningkatan dan penurunan akan tetapi bank

BRI masih diberi predikat sehat karena nilai standar yang

ditetapkan BI dibawa 95%.

Nilai Kredit = (115 − Rasio)% x 1


1%

Tabel 4. 12 Besarnya Nilai Kredit Untuk Rasio LDR


PT. Bank Rakyat Indonesia Tahun 2016 – 2019
Tah Rasio Nilai Maksi
un LDR (%) Kredit mum
(%)
201 87,7 % 273,000 100
6
35
201 88,1 % 269,000 100
7
201 92,2 % 228,000 100
8
201 90,0 % 250,000 100
9
Sumber: Hasil olahan data Laporan Keuangan PT.

Bank Rakyat Indonesia tahun 2016- 2019

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa pada

tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 PT. Bank Rakyat

Indonesia masih dapat mempertahankan nilai Kredit

rasio LDR nya pada nilai maksimal, yaitu 100 untuk tetap

dikategorikan sebagai bank sehat yang berarti bahwa

PT. Bank Rakyat Indonesia mampu memberikan

jaminan atas setiap simpanan yang diberikan

nasabahnya dan memiliki kemampuan dalam membayar

semua utang utangnya serta dapat memenuhi semua

permohonan kredit yang layak untuk disetujui.


36

B. Pembahasan

Setelah dilakukan perhitungan rasio kinerja

keuangan pada PT. Bank Rakyat Indonesia maka

selanjutnya akan dirangkumkan seluruh rasio CAMEL

yang telah dihitung. Hal ini dimaksudkan untuk dapat

melihat dan menilai apakah kinerja keuangan PT. Bank

Rakyat Indonesia dapat dikategorikan sehat.

Menurut ketentuan Bank Indonesia (BI) bahwa

kategori sehat dapat dikelompokan dalam 4 kelompok

nilai Kredit CAMEL yang dapat dilihat dalam tabel di

bawah ini

Tabel 4. 13 Tingkat Kesehatan Bank Menurut Camel


Nilai Kredit Predik
CAMEL at
81% - Sehat
100%
66% - Cukup
<81% Sehat
55% - Kurang
<66% Sehat
0% - < Tidak
55% Sehat
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor :
6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
37
Tabel 4. 14 Hasil Evaluasi Kinerja Keuangan Dengan
Menggunakan Metode Camel PT. Bank Rakyat
Indonesia Tahun 2016 – 2017
Tahu Nilai Nil Bo Nil
n
RASIO Rasio ai bo ai
CAMEL (%) Kre t Bo
dit (% bot
)
2016 Permoda CA
lan R 23, 10 2 25
(Capital) 7% 0 5
Asset KA 2,3 88 3 26,4
P % 0
0
Manajem NP
en M 81, 81 2 20,4
(Manage 9% ,9 5 75
ment)
Rentabilit ROA 3.4% 10 5 5
as BOP 70,2 0 5
(Earning) 10 5
O %
0
Likuidita LD 10
s R 90, 10 1
(Liquidit 0% 0 0
y)
JUMLAH NILAI CAMEL 91,8
75
2017 Permoda CA 22, 10 2 25
lan R 1% 0 5
(Capital)
Asset KA 3,1 82 3 24,7
P % ,6 0
8
Manajem NP
en M 83, 83 2 20,8
(Manage 4% ,4 5 5
ment)
38

Rentabilit ROA 2.4% 10 5 5


as BOP 70,7 0 5
(Earning) 10 5
O %
0
Likuidita LD
s R 88, 100 1 10
(Liquidit 1 0
y)
JUMLAH NILAI CAMEL 90,6
3
2018 Permoda CA 21, 100 2 25
lan R 1% 5
(Capital)
Asset KA 2,8 84,6 3 25,3
P % 0 8
Manajem NP 77, 77,7 2 19,4
en M 7% 5 25
(Manage
ment)
Rentabilit ROA 3.3% 10 5 5
as BOP 48,4 0 5 5
(Earning) O % 10
0
Likuidita LD 92, 100 1 10
s R 2% 0
(Liquidit
y)
JUMLAH NILAI CAMEL 89,8
05
2019 Permoda CA 22, 100 2 25
lan R 5% 5
(Capital)
Asset KA 2,8 84,6 3 25,3
P % 0 8
Manajem NP 79, 79,0 2 19,7
en M 0% 5 5
(Manage
ment)
Rentabilit ROA 3.9% 10 5 5
as BOP 72% 0 5 5
(Earning) O 10
0
Likuidita LD 90, 100 1 10
s R 0% 0
39
(Liquidit
y)
JUMLAH NILAI CAMEL 90,1
3
Sumber: Hasil olahan data Laporan Keuangan PT.

Bank Rakyat Indonesia tahun 2016- 2019

Berdasarkan tabel 4.14 setelah melakukan

perhitungan dengan menggunakan aspek-aspek

CAMEL maka dari aspek permodalan pada tahun 2016

di peroleh nilai CAR sebesar 23,7%, dimana rasio ini

berada pada rentan angka >12% yang menunjukkan

predikat sangat sehat, sehingga dapat dikatakan bahwa

pada tahun 2016 dari segi aspek permodalan PT. Bank

Rakyat Indonesia memiliki kinerja yang sangat baik.

Artinya bank memiliki kemampuan yang memadai dalam

menyediakan dana untuk menutupi kemungkinan

kerugian akibat aset yang mengandung risiko. Pada

tahun 2017, terjadi penurunan rasio CAR sebesar 22,1

% dimana rasio ini berada pada rentang angka >12%

yang
40

menunjukkan predikat sangat sehat, sehingga dapat

dikatakan bahwa pada tahun 2017 dari segi aspek

permodalan PT. Bank Rakyat Indonesia memiliki kinerja

yang sangat baik. Akan tetapi penurunan yang terjadi

menunjukan sesuatu yang kurang baik karena dapat

mengindikasi adanya penurunan kemampuan bank

dalam menyediakan dana untuk menutupi kemungkinan

kerugian akibat aset yang mengandung risiko. Pada

tahun 2018 terjadi penurunan rasio CAR sebesar 21,1%,

rasio ini masih berada pada rentang angka >12% yang

menunjukkan predikat sangat sehat. Selanjutnya pada

tahun 2019 terjadi peningkatan pada rasio CAR sebesar

22,5%, dimana rasio ini berada pada rentang angka

>12% yang menunjukkan predikat sangat sehat.

Sehingga dapat dinyatakan bahwa pada aspek

permodalan tahun 2019 memiliki kinerja yang sangat

baik. Dari segi kualitas asset yang diukur dengan rasio

KAP pada tahun 2016 diperoleh nilai KAP 2,3 % dimana

rasio ini berada pada rentang angka 2% - 3% yang


41
menunjukkan predikat sehat, sehingga dapat dinyatakan

bahwa bank BRI memiliki kinerja yang sangat baik

artinya aktiva produktif yang bermasalah (APYD) pada

bank memiliki persentasi yang cukup kecil. Pada tahun

2017 terjadi peningkatan nilai KAP sebesar 3,1% dimana

rasio ini berada pada rentan angka 3% - 6% yang

menunjukan predikat sangat sehat, akan tetapi

peningkatan nilai KAP merupakan suatu hal yang kurang

baik karena menunjukkan semakin bertambahnya aktiva

produktif yang bermasalah (APYD) pada bank. Lalu di

tahun 2018 terjadi penurunan sebesar 2,8% dimana

rasio ini masih berada pada rentang angka < 2% yang

menunjukkan predikat sangat sehat, sehingga dapat

dinyatakan pada tahun 2018 bank BRI memiliki kinerja

yang sangat baik. Penurunan yang terjadi

menggambarkan hal yang baik karena menunjukkan

semakin berkurangnya aktiva produktif yang bermasalah

(APYD) pada bank. Dan pada tahun 2019 diperoleh


42

nilai KAP 2,8% dimana pada tahun ini tidak mengalami

peningkatan dan tidak mengalami penurunan diamana

rasio ini masih berada pada rentan angka 2% - 3% yang

menunjukkan predikat sehat, sehingga dapat dikatakan

pada tahun 2019 Bank BRI memiliki kinerja yang sangat

baik.

Dari aspek manajemen, menunjukan Bank BRI

mempunyai kinerja keuangan yang sangat baik dalam

melakukan manajemen untuk mencapai target. Rasio

NPM pada tahun 2016 diperoleh nilai NPM diperoleh

nilai NPM sebesar 81,9% dimana rasio ini berada pada

rentang angka 81% - 100% yang menunjukkan predikat

sehat, sehingga dapat dikatakan bahwa pada tahun

2016 dari segi aspek manajemen Bank BRI memiliki

kinerja yang baik. Artinya bank memiliki kemampuan

yang cukup baik dalam menghasilkan laba bersih dari

total pendapatan operasional bersihnya (laba

operasional). Pada tahun 2017 terjadi peningkatan nilai

NPM sebesar 83,4%, dimana rasio ini masih berada


43
pada rentang angka 81% - 100% yang menunjukkan

predikat sangat sehat, sehingga dapat dikatakan bahwa

pada tahun 2017 dari segi aspek manajemen PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memiliki kinerja yang

cukup baik. Peningkatan yang terjadi mengambarkan

suatu yang baik karena dapat mengindikasikan

peningkatan kemampuan bank dalam menghasilkan

laba bersih dari total pendapatan operasional bersihnya

(laba operasional). Pada tahun 2018 terjadi penurunan

nilai NPM sebesar 77,7%, dimana rasio ini masih berada

pada rentang angka 66% - 81% yang menunjukkan

predikat cukup sehat, sehingga dapat dikatakan bahwa

pada tahun 2018 dari segi aspek manajemen Bank BRI

memiliki kinerja yang cukup baik. Namun penurunan

yang terjadi mengambarkan suatu yang kurang baik

karena dapat mengindikasikan penurunan kemampuan

bank dalam menghasilkan laba bersih dari total

pendapatan operasional bersihnya (laba


44

operasional). Dan pada tahun 2019 Berikutnya, dari segi

manajemen, terjadi peningkatan nilai NPM sebesar

79,0%, dimana rasio ini masih berada pada rentang

angka 66% - 81% yang menunjukkan predikat cukup

sehat, sehingga dapat dikatakan bahwa pada tahun

2019 dari segi aspek manajemen Bank BRI memiliki

kinerja yang baik. Peningkatan yang terjadi

mengambarkan suatu yang baik karena dapat

mengindikasikan peningkatan kemampuan bank dalam

menghasilkan laba bersih dari total pendapatan

operasional bersihnya (laba operasional).

Dari aspek rentabilitas yang dihitungan dengan rasio

ROA dan BOPO pada tahun 2016 diperoleh nilai ROA

3,4% dan BOPO sebesar 70,2%, dimana rasio ROA

berada pada rentang angka >1,5% dan rasio BOPO

berada pada rentang angka < 94%, yang mana keduanya

menunjukkan predikat sangat sehat, sehingga dapat

dikatakan bahwa pada tahun 2016 dari segi aspek

rentabilitas Bank BRI memiliki kinerja yang sangat baik.


45
Artinya, dari segi ROA, bank memiliki kemampuan yang

cukup baik dalam menghasilkan laba sebelum pajak dari

keseluruhan aktiva yang dimilikinya dan dari segi BOPO,

bank mampu melakukan efisiensi dari segi biaya dalam

menjalankan kegiatan operasionalnya. Pada tahun 2017

terjadi penurunan pada nilai ROA sebesar 2,4% dan

peningkatan pada rasio BOPO sebesar 70,7%, dimana

rasio ROA masih berada pada rentang angka

>1,5% dan rasio BOPO juga masih berada pada rentang

angka < 94%, yang mana keduanya menunjukkan

predikat sangat sehat, sehingga dapat dikatakan bahwa

pada tahun 2017 dari segi aspek rentabilitas Bank BRI

memiliki kinerja yang sangat baik. Namun perlu

diperhatikan bahwa penurunan yang terjadi pada rasio

ROA dan peningkatan yang terjadi pada rasio BOPO

menggambarkan sesuatu yang kurang baik karena

penurunan dari segi ROA, dapat mengindikasikan


46

menurunnya kemampuan bank dalam menghasilkan

laba sebelum pajak dari keseluruhan aktiva yang

dimilikinya dan peningkatan dari segi BOPO, dapat

mengindikasikan berkurangnya kemampuan bank dalam

melakukan efisiensi biaya untuk menjalankan kegiatan

operasionalnya. Pada tahun 2018 terjadi penurunan

pada nilai ROA sebesar 3,22% dan juga penurunan pada

rasio BOPO sebesar 70,02%, dimana rasio ROA masih

berada pada rentang angka >1,5% dan rasio BOPO juga

masih berada pada rentang angka < 94%, yang mana

keduanya menunjukkan predikat sangat sehat, sehingga

dapat dikatakan bahwa pada tahun 2018 dari segi aspek

rentabilitas PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

memiliki kinerja yang sangat baik. Dan pada trahun 2019

terjadi penurunan pada nilai ROA sebesar 3,28% dan

peningkatan pada rasio BOPO sebesar 72%, dimana

rasio ROA masih berada pada rentang angka >1,5% dan

rasio BOPO juga masih berada pada rentang angka <

94%, yang mana keduanya menunjukkan predikat


47
sangat sehat, sehingga dapat dikatakan bahwa pada

tahun 2019 dari segi aspek rentabilitas Bank BRI memiliki

kinerja yang sangat baik.

Dari aspek Liquiditas yang diukur mengggunakan

Rasio LDR pada tahun 2016 diperoleh nilai LDR sebesar

90,0%, dimana rasio ini berada pada rentang angka 85%

- 100% yang menunjukkan predikat sangat sehat,

sehingga dapat dikatakan bahwa pada tahun 2016 dari

segi aspek likuiditas Bank BRI memiliki kinerja yang

cukup baik. Artinya bank memiliki kemampuan dalam

membayar kembali dana yang dilakukan deposan (DPK)

dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai

sumber likuiditasnya. Pada tahun 2017 terjadi

penurunan nilai LDR sebesar 88,1%, dimana rasio ini

masih berada pada rentang angka 85% - 100% yang

menunjukkan predikat sangat sehat, sehingga dapat

dinyatakan bahwa pada tahun 2017 dari aspek likuiditas

Bank BRI memiliki kinerja yang baik.


48

Pada tahun 2018 terjadi peningkatan nilai LDR sebesar

92,2%, dimana rasio ini masih berada pada rentang

angka 85% - 100% yang menunjukkan predikat sangat

sehat, sehingga dapat dikatakan bahwa pada tahun 2018

dari segi aspek likuiditas Bank BRI memiliki kinerja yang

cukup baik. Namun peningkatan yang terjadi

menggambarkan sesuatu yang kurang baik karena

dapat mengindikasikan penurunan kemampuan bank

dalam membayar kembali dana yang dilakukan deposan

(DPK) dengan mengandalkan kredit yang diberikan

sebagai sumber likuiditasnya. Dan pada tahun 2019

terjadi penurunan nilai LDR sebesar 90,0%, dimana rasio

ini masih berada pada rentang angka 85% - 100% yang

menunjukkan predikat sangat sehat, sehingga dapat

dikatakan bahwa pada tahun 2019 dari segi aspek

likuiditas Bank BRI memiliki kinerja yang cukup baik.

Peningkatan yang terjadi menggambarkan sesuatu yang

baik.

Pada hasil perhitungan rasio CAMEL yang telah


49
diperoleh, maka dapat dilihat hasil penilaian kesehatan

keuangan dengan rasio CAMEL yang dapat dilihat 4

tahun terakhir yaitu tahun 2016 sampai dengan tahun

2019 pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

menunjukan nilai CAMEL yang berada pada rentan

angka 81 – 100 sehingga dapat dinyatakan semua

berada pada predikat sehat karena telah memenuhi

standar Bank Indonesia.

Tabel 4.15 Predikat Penilaian Tingkat Kesehatan PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2016

- 2019

Tah Nilai Predik


un CAMEL at
(%)
201 91,875 Sehat
6
201 90,63 Sehat
7
201 89,805 Sehat
8
201 90,13 Sehat
9
Sumber: Hasil olahan data Laporan Keuangan PT.

Bank Rakyat Indonesia tahun 2016- 2019


50

Dari tabel 4. 15 yaitu hasil perhitungan nilai bersih

masing-masing rasio yang tertera dalam tabel diatas

terlihat penjumlahan nilai bersih keseluruhan aspek

CAMEL pada tahun 2016 sebesar sebesar 91.875,

ditahun 2017 sebesar 90.63,

lalu di tahun 2018 sebesar 89.805 dan di tahun 2019

sebesar 90.13 semuanya menunjukkan nilai CAMEL

yang berada pada rentang 81 – 100 sehingga dapat

dinyatakan bahwa kinerja keuangan PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dengan metode CAMEL tahun 2016-2019

berada pada predikat/kategori sehat.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Assaff, R., & Suryati, S. yang juga

menemukan hasil penelitian bahwa kinerja keuangan

bank BRI pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2018

berada pada predikat sehat. Sedangkan peneliti

Raturandang, I. F., Rogahang, J., dan Keles, D. (2018)


51
yang melakukan penelitian di PT.Bank Sulut-Go pada

tahun 2015-2017 juga menyatakan bahwa PT. Bank

Sulut-Go tergolong perusahaan perbankan yang

berpredikat cukup sehat. Peneliti Tandilimbong, M. D.

(2020) yang melakukan penelitian di PT. Bank Mandiri

tahun 2011-2015 juga seluruhnya mendapat predikat

sehat karena nilai kredit CAMEL yang diperoleh berada di

atas 81. Peneliti Munadi, M. M., Saerang, I. S., dan

Mandagie, Y. (2017) yang melakukan penelitian pada

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan Dan Bank

Mandiri (Persero) menyatakan bahwa kedua bank

tersebut berada pada predikat SEHAT, namun bank BRI

lebih unggul dalam menunjukkan prestasi peningkatan

pada rasio CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO dibanding

dengan bank BNI yang unggul hanya pada rasio LDR.

Dengan demikian kedua bank ini dinyatakan memiliki

ketahanan yang baik dalam menghadapi gejolak

perekonomian saat ini. Dan peneliti Jafar, R.,

Basalamah, S., dan Rahim, S. (2020) yang melakukan

penelitian pada bank


52

syariah yang ada di Indonesia menyatakan bahwa

semua bank dominan berpredikat Sangat Sehat

diantaranya bank Panin Syariah, Mandiri Syariah,

Maybank Syariah, Bukopin Syariah, BRI Syariah, BCA

Syariah dan BNI Syariah itu itu berarti berdampak positif

untuk bank tersebut.


53

LAMPIRAN

1. Laporan Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia


(PERSERO) Tbk
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66

Anda mungkin juga menyukai