Kinerja Keuangan
Pengertian Kinerja Keuangan
Kesehatan Bank
Secara sederhana bank dikatakan sehat jika bank mampu
menjalankan fungsinya dengan baik. Bank yang sehat adalah bank
yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat
menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu
lintas pembayaran serta dapat dipergunakan oleh pemerintah dalam
melaksanakan berbagai kebijaksanaanya, terutama kebijakan
moneter (Budisantoso dan Triandani, 2014 : 129).
Penilaian kesehatan bank merupakan muara akhir atau hasil
dari aspek pengaturan dan pengawasan perbankan yang
menunjukkan kinerja perbankan nasional. Sebagai lembaga
intermediasi, tempat penyimpanan uang, dan tempat mencari kredit
bagi masyarakat, perbankan yang sehat akan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sebaliknya perbankan yang tidak sehat akan menghambat
pertumbuhan (Fahmi, 2015:183).
Tingkat kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan
mampu memenuhi semua kewajiban dengan baik dengan cara-cara
yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Menurut Surat Edaran Direksi Bank Indonesia
No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang tata cara penilaian
tingkat kesehatan bank umum, menyatakan bahwa tingkat kesehatan
bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kualitatif terhadap
berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi dan perkembangan
bank dalam hal ini adalah faktor
5
berikut :
Tabel 2.2
Bobot Kesehatan Camel
Permodalan 25%
(Capital)
Kualtias Aktiva 30%
Produktif
(Asset quality)
Manajemen 25%
(Management)
Rentabilitas 10%
(Earning)
Likuiditas 10%
(Liquidity)
Jumlah 100 %
Modal
CAR = Bank × 100 %
ATMR
Rasio
+1
Nilai Kredit = 0,1%
9
Tabel 2. 3
Predikat Tingkat Kesehatan (CAR)
Bobot Rasio Predikat
CAR
CAR ≥ Sehat
12%
9% ≤ CAR < Sehat
12 %
25% 8% ≤ CAR < Cukup Sehat
9%
6% ≤ CAR < Kurang Sehat
8%
CAR ≤ 6% Tidak Sehat
Sumber : OJK (Surat edaran BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004)
15,5%−𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
Nilai Kredit = x 100%
0,15%
Tabel 2.4
Kriteria Penilaian KAP
Bobot Rasio KAP Predikat
≤ 2% Sehat
2% < CAR ≤ 3% Sehat
3% < CAR ≤ 6% Cukup Sehat
30% 6% < CAR ≤ 9% Kurang
Sehat
KAP > 9% Tidak Sehat
Sumber : OJK (Surat edaran BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004)
Tabel 2.5
Penilaian Kemampuan Manajemen
Aspek manajemen yang
Bobot
dinilai
CAMEL
Manajemen permodalan 2,5 %
Manajemen aktiva 5,0 %
Manajemen umum 12,5 %
Manajemen rentabilitas 2,5 %
Manajemen liquiditas 2,5 %
Total bobot CAMEL 25, 0 %
Sumber : OJK (Surat edaran BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004)
100%−𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜
Nilai Kredit = +1
0,08%
Tabel 2.8
Kriteria Penilaian BOPO
Bobot Rasio BOPO Predikat
BOPO ≤ 94% Sehat
94% < BOPO ≤ Sehat
95%
95% < BOPO ≤ Cukup Sehat
5% 96%
96% < BOPO ≤ Kurang Sehat
97%
BOPO > 97% Tidak Sehat
Sumber : OJK (Surat edaran BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004)
19
e. Faktor Likuiditas
Rasio likuiditas dapat dihitung dengan
menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan
to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang
diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat
dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2014:225).
Rasio LDR digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam membayar kembali kewajiban kepada
nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-
kredit yang telah diberikan.
Pemberian kredit tanpa mempertimbangkan kualitas
kredit bisa menyebabkan kerugian besar dikemudian hari
(Darmawi, 2011 : 126). Langkah pengamanan untuk
mengurangi timbulnya kredit bermasalah adalah sistem
pengawasan yang efektif. Setiap bank harus mampu
mengelola kreditnya dengan bank dalam memberikan kredit
kepada masyarakat maupun dalam pengembalian kreditnya
sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku sehingga
tidak menimbulkan kredit bermasalah.
Likuiditas (Liquidity) suatu bank dapat dikatakan
likuid, apabila bank yang bersangkutan dapat membayar
semua utang-utangnya terutama simpanan tabungan,
giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula
memenuhi semua permohonan kredit yang layak
dibiayai. Demi menjaga kepercayaan nasabah dan
masyarakat umumnya, bank harus selalu siap
20
memenuhi/membayar kembali.
Tabel 2. 9
Kriteria Penilaian LDR
Bobot Rasio LDR Predikat
BOPO ≤ 94% Sehat
75% < LDR ≤ Sehat
85%
85% < LDR ≤ Cukup Sehat
10% 100%
100% < LDR ≤ Kurang
120% Sehat
LDR > 120% Tidak Sehat
Sumber : OJK (Surat edaran BI No. 6/23/DPNP Tahun 2004)
(115 − Rasio)%
x1
Nilai Kredit = 1%
21
berikut:
Modal
CAR Bank × 100 %
=
ATMR
Total Aktiva
Tah Total Rasio
un Modal Tertimba CAR
ng
Menurut
Risiko
(ATMR)
dalam
22
jutaan
rupiah
201 142,91 623,857,72 23,7%
6 0,432 8
201 152,38 687,480.42 22,1%
7 9,444 5
201 173,61 818,608,24 21,2%
8 8,421 0
201 195,98 869,020,38 22,5%
9 6,650 8
resiko.
Aktiva
Tahu Total aktiva KAP
Produktif
n produktif (%)
yang
diklasifikasi
kan
2016 22,325,788 964,000,690 2,3%
2017 31,199,144 993,100,820 3,1%
2018 34,569,880 1,234,200,03 2,8%
9
2019 38,145,491 1,343,077,86 2,8%
0
Sumber: Hasil olahan data Laporan Keuangan PT.
Laba
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 Bersih Laba × 100 %
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
Operasiona
l
27
d. Earning
1) ROA
Total Aktiva
yang memiliki rasio ROA dan nilai kredit turun dari tahun
sebelumnya.
2) BOPO
sebagai berikut
48,4%, dan 72%. Dalam hal ini jika semakin kecil rasio
e. Faktor Liquiditas
2016 yaitu 87,7%. Pada rasio ini jika semakin tinggi rasio
rasio LDR nya pada nilai maksimal, yaitu 100 untuk tetap
B. Pembahasan
bawah ini
yang
40
baik.
baik.
- 2019
LAMPIRAN