Anda di halaman 1dari 22

Sifat Bukti

Bukti audit telah didefinisikan dalam Bab 1 sebagai setiap informasi yang digunakan oleh
auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan. Informasi ini sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam
meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan Bukti audit mencakup informasi
yang sangat persuasif, seperti perhitungan auditor atas sekuritas yang dapat diperjualbelikan,
dan informasi yang kurang persuasif, seperti respons atas pertanyaan-pertanyaan dari para
karyawan klien.

Perbedaan bukti audit dengan bukti hukum dan ilmiah

Penggunaan bukti bukan hal yang aneh bagi auditor. Bukti juga digunakan secara ekstensif
oleh para ilmuwan, pengacara, dan ahli sejarah. Sebagai contoh, sebagian besar orang sudah
biasa menonton drama bertema hukum di televisi di mana bukti dikumpulkan dan digunakan
untuk memutuskan bersalah atau tidak bersalahnya pihak yang dituduh melakukan kejahatan.

Dalam kasus-kasus hukum, ada aturan tentang bukti yang tertata rapi yang digunakan oleh
hakim untuk melindungi pihak yang tidak bersalah. Dalam eksperimen ilmiah, para periset
memperoleh bukti untuk menguji hipotesis dengan menggunakan eksperimen yang
terkendall, seperti uji-coba suatu jenis obat untuk menguji keampuhan pengobatan medis
baru. Meskipun para profesional ini mengandalkan jenis bukti yang berbeda, dan
menggunakan bukti pada lingkungan yang berbeda serta dalam cara yang berbeda, para ahli
hukum, ilmuwan, dan auditor semuanya menggunakan bukti guna membantu mereka menarik
kesimpulan. Tabel 7-1 mengilustrasikan enam karakteristik kunci bukti dari perspektif
seorang ilmuwan yang mengadakan eksperimen, pengacara yang menuntut seorang terdakwa
pencurian, dan auditor laporan keuangan. Ada enam dasar perbandingan. Perhatikan
kemiripan dan perbedaan di antara ketiga profesi tersebut.

Keputusan Bahan Bukti Audit

Keputusan auditor mengenai bukti pendukung audit dapat dipisahkan menjadi empat
golongan, yaitu sebagai berikut;[4]
1. Prosedur audit mana yang akan digunakan.
2. Jumlah sampel yang akan dipilih untuk suatu prosedur tertentu.
3. Item (transaksi) mana yang akan dipilih dari keseluruhan data/populasi.
4. Kapan prosedur-prosedur itu akan dilaksanakan.
Prosedur audit. Prosedur audit adalah petunjuk terinci mengenai pengumpulan jenis
bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada suatu saat selama proses audit. Contoh, bukti
seperti penghitungan fisik pesediaan, perbandingan antara cek-cek yang telah diuangkan
dengan pengeluaran kas, ayat-ayat jurnal dan perincian dikumen pengiriman yang semuanya
dikumpulkan dengan menggunakan prosedur audit.Dalam merancang prosedur audit,
biasanya perlu perumusan dengan menggunakan istilah-istilah yang cukup jelas agar prosedur
tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk dalam pelaksanaan audit.
Ukuran sampel. Setelah prosedur audit dipilih, adalah mungkin bagi auditor untuk
mengubah ukuran sampel dari satu sampai seluruh bagian populasi yang sedang diuji. Dalam
prosedur audit, misalkan terdapat 6.000 cek yang tercatat dalam jurnal pengeluaran kas.
Auditor dapat memilih ukuran sampel sebanyak 200 untuk dibandingkan dengan jurnal
pengeluaran kas. Kemudian, auditor harus membuat keputusan tentang berapa banyak item
yang harus diuji untuk setiap prosedur audit. Adapun ukuran sampel untuk suatu prosedur
dapat berubah-ubah dari satu audit ke audit lainnya.
Item-item yang dipilih. Sesudah ukursn sampel ditentukan untuk suatu prosedur audit
tertentu, maka masih perlu diputuskan item-item tertentu yang harus diperiksa. Misalnya, jika
auditor memilih 200 cek yang dibatalkan dari populasi 6.600 sebagai perbandingan dengan
jurnal pengeluaran kas, berbagai metode yang berbeda dapat digunakan untuk memilih cek-
cek tertentu yang akan diperiksa. Auditor dapat (1) memilih satu minggu dan memilih 200
cek pertama; (2) memilih 200 cek dengan jumlah yang terbesar; (3) memilih cek-cek secara
acak; atau (4) memilih cek-cek yang menurut pendapat auditor mengandung kekeliruan. Atau
menggunakan kombinas dari metode-metode yang sudah dijelaskan di atas.
Pengaturan waktu (timing). Audit laporan keuangan biasanya meliputi jangka waktu
misalnya satu tahun, dan audit tersebut biasanya akan diselesaikan sampai lewat beberapa
minggu atau beberapa bulan setelah akhit periode. Pengaturan waktu peosedur audit dapat
berkisar dari awal periode akuntan yang panjang sampai periode itu berakhir. Dalam
mengaudit laporan keuangan, biasanya klien menginginkan agar audit diselesaikan satu
samapai tiga bulan setelah akhir tahun.
Program audit. Uraian terperinci mengenai hasil-hasil dari keempat golongan
keputusan dengan bukti audit tertentu disebut program audit. Program audit selalu memuat
daftar prosedut audit. Biasanya dinyatakan juga ukuran sampel, item-item tertentu yang
dipilih dan pengaturan waktu pengujian. Lazimnya, terdapat bagian program audit untuk
setiap komponen audit. Oleh sebab itu, akan terdapat bagian program audit untuk piutang
usaha, untuk penjualan dan lainnya.
PERSUASIVITAS BUKTI
Bisa dikatakan sebagai tingkat kepercayaan auditor bahwa auditor yakin pendapatnya
sudah benar atau layak. Persuasivitas bukti ada 2 yaitu:

1. Ketepatan Bukti (Appropriateness of Evidence)


Ukuran mutu bukti, yang berarti relevansi dan reabilitas nya memenuhi tujuan audit
untuk kelas transaksi, saldo akun, pengungkapan yang berkaitan.

2. Relevansi Bukti
Bukti audit harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit yang akan di uji oleh
auditor sebelum bukti auditor tersebat di anggap tepat

3. Realibilitas Bukti (Realibility of Evidence)


Mengacu pada tingkat dimana bukti tersebut d ianggap dapat di percaya atau layak di
percaya.

RELIABILITAS DAN KETEPATAN MEMILIKI 6 KARATERISTIK

1. INDEPENDENCE OF EVIDENCE
Bukti dari sumber luar entitas dapat lebih di percaya atau di andalkan ketimbang dai
dalam entitas.
2. EFFECTIVENESS OF CLIENT INTERNAL CONTROL
Jika pengandalian internal klien efektif maka bukti dapat di andalkan ketimbang jika
pengendalian lemah.
3. AUDITOR’S DIRECT KNOWLEDGE
Pemeriksaan fisik, observasi dan inspeksi lebih di andalkan ketimbang informasi yang
di peroleh secara tidak langsung.
4. INDIVIDUAL QUALIFIQATIONS THAT PROVIDE INFORMATION
Bukti yang di peroleh secara langsung oleh auditor juga tidak dapat di andalkan jika
auditor tidak memenuhi kualifikasi untuk mengevaluasi bukti tersebut.
5. LEVEL OF OBJECTIVITY
Bukti yang objektiv lebih dapat di andalkan ketimbang bukti yang memerlukan
pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut benar.
6. KETEPATAN WAKTU (PUNCUALITY)
Bukti yang di peroleh akan lebih dapat di andalkan jika ada sample dari keseluruhan
periode yang di audit.

PERSUASIVITAS DAN BIAYA

Dalam membuat keputusan tentang bukti audit, Persuasivitas dan Biaya harus di
pertimbangkan sebelum memilih jenis bukti terbaik, disini tujuan auditor adalah memperoleh
sejumlah bukti audit yang tepat dan mencukupi dengan total biaya, namun biaya alasan untuk
menghilangkan prosedur yang di perlukan.

JENIS-JENIS BUKTI AUDIT

Dalam memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat memilihnya
dari 8 kategori bukti, jenis-jenis bukti yaitu:

1. Pemeriksaan fisik (physical examination)

Pemeriksaan fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan auditor atas aktiva atau
aset berwujud. Jenis bukti audit ini sering berhubungan dengan persediaan, kas dan juga
termasuk verifikasi sekuritas, wesel tagih, dan aset tetap berwujud. Disini ada perbedaan
dalam auditing antara pemeriksaan fisik aset, seperti sekuritas dan kas, dan pemeriksaan
dokumen, seperti cek-cek yang dibatalkan dan dokumen penjualan. Jika objek yang diperiksa,
seperti faktur penjualan, tidak memiliki nilai inheren, bukti itu disebut sebagai dokumentasi.
Sebagai contoh, sebelum cek ditandatangani, cek terseut adalah sebuah dokumen; setelah cek
itu ditandatangani, cek tersebut berubah menjadi aset; dan ketika cek tersebut dibatalkan, cek
itu kembali berubah menjadi dokumen. Untuk terminologi auditing yang benar, pemeriksaan
fisik atas cek hanya dapat terjadi jika cek tersebut merupakan aset/aktiva.
Hubungan antara standar auditing untuk audit atas laporan keuangan, jenis bukti audit dan 4
(empat) keputusan bukti audit yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya. Hubungan ini
dapat dilihat dalam gambar berikut:

2. Konfirmasi (confirmation)

Konfirmasi adalah penerimaan tanggapan dari pihak ketiga yang independen baik dalam
bentuk wawancara maupun tertulis untuk memverifikasi ketepatan dari informasi yang
dinyatakan oleh auditor. Permintaan ini ditujukan kepada klien, dan klien meminta pihak
ketiga untuk memberikan tanggapannya secara langsung kepada auditor. Karena berasal dari
sumber yang independen (pihak ketiga), konfirmasi sangat penting dan merupakan bukti audit
yang sering digunakan. Akan tetapi, konfirmasi membutuhkan biaya yang relatif besar dan
dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pihak yang dimintakan tanggapan. Oleh sebab itu
konfirmasi tidak digunakan dalam semua keadaan yang memungkinkan. Karena tingkat
keandalan yang tinggi dari konfirmasi, auditor sering meminta tanggapan tertulis daripada
tanggapan wawancara apalagi ketika tanggapan tertulis lebih praktis. Hal ini dikarenakan
konfirmasi tertulis lebih mudah untuk diperiksa dan pada saat dibutuhkan, konfirmasi tertulis
dapat menunjukkan bahwa konfirmasi itu sudah diterima atau belum.
SA-IAI mendefinisikan konfirmasi sebagai proses pemerolehan dan penilaian suatu
komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan informasi
tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Proses konfirmasi
mencakup:

1. Pemilihan unsur yang dimintakan konfirmasi


2. Perancangan permintaan konfirmasi
3. Pemberitahuan permintaan konfirmasi kepada auditan
4. Pemberitahuan permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga yang bersangkutan
5. Penerimaan jawaban dari pihak ketiga
6. Penilaian terhadap informasi, atau tidak adanya informasi, yang disediakan oleh
pihak ketiga mengenai tujuan audit, termasuk keandalan informasi tersebut

SA-IAI menjelaskan bahwa terdapat 2 (dua) bentuk permintaan konfirmasi yaitu bentuk
positif dan bentuk negatif. Konfirmasi positif adalah konfirmasi yang membutuhkan jawaban
dari pihak yang dimintai konfirmasi. Beberapa konfirmasi positif meminta responden untuk
menunjukkan apakah ia setuju dengan informasi yang dicantumkan dalam permintaan
konfirmasi. Konfirmasi negatif adalah konfirmasi yang tidak membutuhkan jawaban
langsung dari pihak yang dimintai konfirmasi. Konfirmasi negatif meminta penerima
konfirmasi untuk memberikan jawaban hanya jika ia tidak setuju dengan informasi yang
disebutkan dalam permintaan konfirmasi. Karena konfirmasi merupakan bukti audit yang
penting hanya jika konfirmasi itu dikirim kembali kepada auditor, maka konfirmasi positif
lebih kompeten bila dibandingkan dengan konfirmasi negatif.

Agar dapat dikategorikan sebagai bukti yang andal, konfirmasi harus dikendalikan oleh
auditor sejak konfirmasi tersebut disiapkan hingga dikembalikan. Jika klien yang
mengendalikan penyiapan konfirmasi, mengirimkannya, atau menerima respons, auditor telah
kehilangan kendali dan independensinya, sehingga mengurangi reliabilitas bukti itu. Auditor
sering kali berupaya memvalidasi identitas responden konfirmasi, terutama untuk respons via
faksimili atau konfirmasi elektronik.
3. Dokumentasi (Documentation)

Dokumentasi adalah pemeriksaan yang dilakukan auditor atas catatan dan dokumen auditan
untuk membuktikan informasi dalam laporan keuangan atau yang seharusnya disajikan
dalam laporan keuangan. Dokumen-dokumen yang diperiksa oleh auditor adalah catatan-
catatan yang digunakan auditan untuk menyediakan informasi dalam menjalankan operasi
dengan cara yang terorganisir. Karena setiap transaksi yang dilakukan oleh auditan biasanya
didukung oleh paling kurang satu dokumen, maka terdapat banyak sekali jenis bukti ini
yang tersedia. Sebagai contoh, auditan sering menyimpan order pembelian pelanggan,
dokumen pengiriman, dan salinan faktur penjualan untuk setiap transaksi penjualan.
Dokumen-dokumen ini adalah bukti yang bermanfaat bagi auditor untuk memverifikasi
ketepatan dari pencatatan auditan untuk transaksi penjualan. Dokumentasi adalah bentuk
bukti audit yang digunakan secara luas dalam audit karena tersedia bagi auditor dengan biaya
yang relatif kecil. Bahkan kadang-kadang dokumentasi adalah bukti audit yang cukup
memadai yang tersedia.

Dokumentasi mengambil peranan penting dalam proses audit karena merupakan bagian
integral dari suatu jejak audit (audit trail). Jejak audit terdiri dari dokumen yang berkaitan
yang memungkinkan auditor untuk melakukan tracing dan vouching atas transaksi atau
kejadian dari dokumen sumber ke buku besar (ledger) atau sebaliknya. Tracing mendukung
tujuan kelengkapan dengan melacak transaksi atau kejadian ke depan sejak pencatatannya
ke akun buku besarnya. Sedangkan vouching mendukung tujuan eksistensi dengan melakukan
penelusuran ke belakang dari akun di buku besar ke pencatatan transaksi atau kejadian.
Proses vouching dan tracing atas transaksi dan kejadian adalah tahap yang sangat penting
dalam setiap program audit

Dokumen-dokumen dapat diklasifikasikan menjadi dokumen internal dan dokumen eksternal.


Dokumen internal adalah dokumen yang disusun dan digunakan oleh auditan dan tidak
digunakan oleh pihak luar seperti pelanggan atau penyedia. Contoh dokumen internal adalah
salinan faktur penjualan, laporan jam kerja pegawai, dan laporan penerimaan barang.
Dokumen eksternal adalah dokumen yang bersumber dari pihak di luar auditan yang terkait
dengan suatu transaksi yang dicatat, yang sekarang berada di auditan atau dapat diakses oleh
auditan. Pada beberapa kasus, dokumen eksternal berasal dari organisasi di luar auditan yang
memang harus berakhir di auditan. Contoh dari dokumen eksternal tipe ini adalah faktur
pembelian, cancelled notes payable, dan polis asuransi. Dokumen-dokumen lain seperti
cancelled checks, awalnya berasal dari auditan, dikirim ke pihak luar, akhirnya kembali lagi
kepada auditan.

4. Prosedur analitis (analytical procedures)

Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan-hubungan (korelasi) untuk


memperkirakan apakah saldo akun atau data yang lain telah disajikan dengan layak. Contoh
dari prosedur analitis adalah membandingkan persentase gross margin pada tahun ini
dengan tahun yang lalu. Prosedur analitis digunakan secara luas dalam praktik dan
kegunaanya meningkat sejak adanya komputer yang membantu melakukan penghitungan-
penghitungan ini. Dalam audit atas laporan keuangan, Prosedur analitis menjadi bukti audit
yang sangat penting karena dilakukan pada 3 (tiga) tahapan audit yaitu pada waktu
perencanaan, pengujian substantif dan pada waktu penyelesaian audit.

Tujuan dari prosedur analitis dalam audit atas laporan keuangan adalah:

1. Memahami sifat industri dan usaha auditan.


2. Memperkirakan kemampuan auditan untuk melanjutkan usahanya (going concern)
3. Mengindikasikan terjadinya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.
4. Mengurangi pengujian terinci.

5. Wawancara (inquiries)

Wawancara adalah proses untuk mendapatkan informasi baik tertulis maupun lewat kalimat
langsung sebagai tanggapan atas pertanyaan auditor. Meskipun banyak bukti yang dapat
diperoleh dari auditan melalui wawancara, bukti-bukti ini tidak dapat memberikan
kesimpulan karena berasal dari sumber yang tidak independen dan mungkin cenderung
untuk menguntungkan auditan. Karena itu, ketika auditor mendapatkan bukti melalui
wawancara, biasanya auditor akan berusaha untuk mendapatkan bukti-bukti pendukung
melalui prosedur audit yang lain. Sebagai contoh, ketika auditor ingin mendapatkan
informasi mengenai metode yang digunakan auditan dalam mencatat dan mengendalikan
transaksi akuntansi, auditor biasanya memulai dengan menanyakan auditan tentang
bagaimana pengendalian intern dijalankan. Selanjutnya, auditor akan melakukan pengujian
dengan menggunakan dokumentasi dan pengamatan untuk menentukan apakah semua
transaksi telah dicatat (tujuan kelengkapan) dan telah diotorisasi (tujuan keberadaan) dengan
cara yang telah dinyatakan tadi.
6. Rekalkulasi (recalculation)

Rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan oleh klien.
Pengecekan ulang kalkulasi klien ini terdiri dari pengujian atas keakuratan perhitungan klien
dan mencakup prosedur seperti perkalian faktur penjualan dan persediaan, penjumlahan
jurnal dan buku tambahan, serta pengecakan kalkulasi beban penyusutan dan beban dibayar
dimuka. Sebagian besar rekalkulasi auditor dilakukan oleh perangkat lunak audit dengan
bantuan komputer.

7. Pelaksanaan ulang (reperformance)

Pelaksanaan kembali mencakup pengecekan kembali terhadap sampel dari penghitungan dan
informasi yang diberikan oleh auditan selama periode audit. Pengecekan kembali perhitungan
yang dilakukan adalah berupa pengujian ketepatan matematis dari penghitungan auditan.
Pengujian ini mencakup prosedur audit seperti menghitung faktur pembelian, menjumlah
jurnal dan buku pembantu, serta menguji penghitungan depresiasi. Pelaksanaan kembali atas
pemberian informasi terdiri dari pelacakan atas jumlah untuk meyakini bahwa untuk
informasi yang sama jika dimasukkan dalam lebih dari satu tempat, maka informasi ini akan
dicatat pada jumlah yang sama setiap kali diberikan. Pelaksanaan kembali yang dilakukan
auditor sebagian besar dilakukan dengan perangkat lunak audit berbantuan komputer.

Pengamatan adalah penggunaan panca indera untuk memperkirakan kegiatan-kegiatan


tertentu. Contoh, auditor dapat melakukan perjalanan mengamati auditan untuk mendapatkan
pemahaman umum mengenai fasilitas auditan, menentukan apakah peralatan sulit untuk
dievaluasi keusangannya, dan mengamati pegawai dalam melakukan tugas pencatatan untuk
menentukan apakah pegawai yang diberikan tanggung jawab itu melaksanakan tanggung
jawabnya atau tidak. Bukti hasil pengamatan jarang menjadi bukti audit yang cukup karena
pegawai auditan yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang diamati tahu bahwa mereka
sedang diamati oleh auditor. Karena itu, mereka mungkin melakukan tanggung jawab mereka
sesuai kebijakan auditan ketika diamati dan kembali melakukan kegiatan normal ketika
pengamatnya telah pergi. Maka, menjadi hal yang penting untuk mendukung hasil
pengamatan awal dengan bukti-bukti pendukung.
8. Observasi (observation)

Observasi terdiri dari mengamati proses atau prosedur yang sedang dilaksanakan oleh pihak
lain. Auditor dapat mengunjungi lokasi pabrik untuk memperoleh kesan umum atas fasilitas
klien, atau mengamati para individu yang melaksanakan tugas-tugas akuntansi untuk
menentukan apakah orang yang diserahi tanggung jawab telah melaksanakan tugasnya
dengan baik. Observasi memberikan bukti tentang pelaksanaan proses atau prosedur tetapi
terbatas pada poin-poin ketika observasi dilakukan. Observasi kurang dapat diandalkan
karena resiko personil klien akan mengubah perilakunya akibat kehadiran auditor. Mereka
mungkin melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan kebijakan perusahaan dihadapan
auditor, tetapi kembali melakukan hal yang biasa dilakukan setelah auditor tidak ada. Karena
itu, perlu untuk menindaklanjuti kesan pertama yang diperoleh dengan jenis bukti pendukung
lainnya. Namun demikian, observasi berguna dalam pelaksanaan sebagian besar audit.

KETETAPAN JENIS BUKTI

Hubungan dari karakteristik-karakteristik dalam menentukan tingkat kompetensi bukti audit


dan ketujuh jenis bukti audit di atas disajikan dalam tabel dibawah ini. Dalam tabel ini, 2
(dua) karakteristik yaitu tingkat relevansi dan ketepatan waktu tidak diikutsertakan karena
setiap jenis bukti audit memiliki kemungkinan untuk relevan dan tepat waktu tergantung
pada sumbernya dan kapan bukti audit itu diperoleh. Dari tabel ini ada beberapa hal yang
dapat dilihat:

Pertama, tingkat efektifitas pengendalian intern auditan memiliki dampak yang besar
terhadap tingkat kompetensi dari sebagian besar jenis bukti audit.

Kedua, baik pemeriksaan fisik maupun pelaksanaan kembali adalah sangat dapat diandalkan
apabila pengendalian intern auditan efektif meskipun penggunaan keduanya berbeda. Ketiga,
satu jenis bukti audit yang khusus jarang dianggap cukup untuk menyediakan bukti audit
yang dapat diandalkan dalam memenuhi tujuan audit.
Kriteria untuk menentukan ketetapan
Keefektifan Pengetahuan
Jenis bukti Independensi Kualifikasi Objektivitas
pengendalian langsung
penyedia penyedia bukti
internal klien auditor
Umumnya
Pemeriksaan Tinggi (auditor tinggi (auditor
Bervariasi Tinggi Tinggi
fisik memilikinya) sebagai
penyedia)
Tidak Bervariasi-
Konfirmasi Tinggi Rendah Tinggi
tersedia umumnya tinggi
Bervariasi-
dokumen
eksternal lebih
Inspeksi independen Bervariasi Rendah Bervariasi Tinggi
ketimbang
dokumen
internal
Tinggi/rendah Umumnya
Bervariasi-
Prsedur (auditor tinggi (auditor
Bervariasi Rendah umumnya
analitis melakukan/klien melakukan/klien
rendah
menanggapi) menanggapi)
Bervariasi-
Rendah (klien Tidak rendah
Wawancara Rendah Bervariasi
menyediakan) berlaku sampai
tinggi
Tinggi (auditor Tinggi (auditor
Rekalkulasi Bervariasi Tinggi Tinggi
melakukan) melakukan)
Pelaksanaan Tinggi (auditor Tinggi (auditor
Bervariasi Tinggi Tinggi
ulang melakukan) melakukan)
Umumnya
Tinggi (auditor
Observasi Bervariasi Tinggi tinggi (auditor Sedang
melakukan)
melakukan)
Dari delapan jenis bukti audit yang dicantumkan dalam tabel itu berpotensi relevan dan tepat
waktu, tergantung pada sumbernya serta kapan bukti tersebut diperoleh. Beberapa observasi
lainnya, yaitu:

Pertama, keefektifan pengendalian internal klien memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
reliabilitas sebagian besar jenis bukti audit. Jadi, dokumentasi internal dari suatu perusahaan
yang memiliki pengendalian internal yang efektif akan lebih dapat diandalkan, karena
dokumen tersebut cenderung lebih akurat. Sebaliknya, prosedur analitis tidak akan menjadi
bukti yang dapat diandalkan jika pengendalian yang menghasilkan data tersebut memberikan
informasi yang tidak akurat.

Kedua, baik pemeriksaan fisik maupun rekalkulasi mungkin lebih dapat diandalkan jika
pengendalian internalnya efektif, tetapi pengunaan kedua jenis bukti itu sangat berbeda. Ini
mengilustrasikan secara efektif bahwa kedua jenis bukti yang sama sekali berbeda itu sama-
sama dapat diandalkan.

Ketiga, jenis bukti yang spesifik jarang mencukupi untuk memberikan bukti audit yang tepat
dalam memenuhi setiap tujuan audit.

BIAYA JENIS-JENIS AUDIT

Dua jenis bukti audit yang paling mahal adalah pemeriksaan fisik dan konfirmasi.
Pemeriksaan fisik memerlukan biaya yang besar karena umumnya mewajibkan kehadiran
auditor ketika klien sedang menghitung aset, yang sering kali dilakukan pada tanggal neraca.
Sebagai contoh, pemeriksaan fisik atas persediaan dapat mengakibatkan auditor harus
mengunjungi beberapa lokasi yang berjauhan. Konfirmasi membutuhkan biaya yang besar
karena auditor harus mengikuti prosedur dengan seksama dalam penyiapan, pengiriman, dan
penerimaan konfirmasi, serta dalam menindaklanjuti konfirmasi yang tidak menerima respon
atau pengecualian.

Inspeksi, prosedur analitis, dan pelaksanaan ulang tidak begitu mahal. Jika karyawan klien
menyediakan dokumen dan file elektronik kepada auditor serta menyusunnya dengan baik
pada suatu lokasi yang mudah ditemukan auditor, biasanya inspeksi hanya memerlukan biaya
yang cukup rendah, begitupun sebaliknya. Sebagai contoh akan jauh lebih murah menghitung
dan mereview rasio penjualan dan piutang usaha ketimbang konfirmasi piutang usaha. Jika
dimungkinkan untuk mengurangi atau mengganti konfirmasi dengan melaksanakan prosedur
analitis, penghematan biaya yang besar dapat dicapai. Biaya pengujian pelaksanaan ulang
tergantung pada sifat prosedur yang sedang diuji. Secara kompratif, pengujian yang
sederhana seperti melaksanakan ulang perbandingan faktur dengan daftar harga mungkin
membutuhkan waktu yang sedikit. Akan tetapi, prosedur pelaksanaan ulang seperti
rekonsiliasi bank klien mungkin membutuhkan waktuyang cukup lama.

Tiga jenis audit yang palong murah adalah observasi,wawancara dan rekalkulasi. Observasi
biasanya dilakukan bersamaan dengan prosedur audit lainnya. Auditor dengan mudah dapat
mengganti apakah karyawan klien telah mengikuti prosedur perhitungan persediaan yang
tepat pada waktu yang sama dengan saat ia menghitung sampel persediaan (pemeriksaan
fisik). Wawancara dengan klien dilakukan secara ekstensif dalam setiap audit dan umumnya
memerlukan biaya yang rendah, meskipun beberapa diantaranya mungkin cukup mahal,
seperti memperoleh pernyataan tertulis dari klien yang mendokumentasikan diskusi selama
audit berlangsung. Rekalkulasi biasanya memerlukan biaya yang rendah karena hanya
melibatkan perhitungan dan penelusuran yang sederhana, yang dapat dilakukan sesuai dengan
keperluan auditor. Sering kali, perangkat lunak komputer auditor digunakan untuk melakukan
berbagai jenis pengujian tersebut.

APLIKASI JENIS BUKTI PADA EMPAT KEPUTUSAN BUKTI

Auditor harus memutuskan:

1. Prosedur audit apa yang akan digunakan untuk memenuhi setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo
2. Berapa ukuran sampel yang tepat untuk setiap prosedur
3. Item-item mana dari populasi yang harus dimasukan dalam sampel
4. Kapan melaksanakan setiap prosedur
Jenis bukti dan empat keputusan bukti bagi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo untuk
persediaan:

Keputusan bukti audit


Jenis bukti Ukuran Penetapan
Prosedur audit Item yang dipilih
sampel waktu
Mengamati perhitungan
persediaan yang
dilakukan oleh karyawan
Semua tim Tanggal
Observasi klien untuk menentukan Tidak berlaku
penghitung neraca
apakah mereka telah
mematuhi semua
instruksi dengan tepat
Menghitung sampel
40 item dengan
persediaan dan
nilai dolar yang
Pemeriksaan membandingkan Tanggal
120 item besar, ditambah 80
fisik kuantitas serta deskripsi neraca
item yang dipilih
dengan hasil perhitungan
secara acak
klien
Membanndingkan 30 item dengan
kuantitas pada catatan nilai dolar yang
Tanggal
Inspeksi perpetual klien dengan 70 item besar, ditambah 40
neraca
kuantitas yang dihitung item yang dipilih
oleh klien secara acak
DOKUMENTASI AUDIT

Dokumentasi audit adalah catatan utama tentang prosedur auditing yang diterapkan,
bukti yang di peroleh, dan kesimpulan yang dicapai auditor dalam melaksanakan penugasan.
Dokumtansi audit harus mencakup semua informasi yang perlu dipertimbangkan oleh auditor
untuk melakukan audit secara memadai dan untuk mendukung laporan audit.

Tujuan dokumentasi audit secara keseluruhan untuk membantu auditor dalam memberikan
kepastian yang layak bahwa audit yang memadai telah dilakukan sesuia dengan standar audit.

Istilah dan definisi Prosedur audit ilustratif Jenis bukti


audit
Memeriksa, yang cukup terinci atas Memeriksa semple faktur pemasok inspeksi
dokumen atau catatan untuk untuk menentukan apakah barang
menentukan fakta-fakta spesifik atau jasa yang diterima layak dan
tentang catatan itu. sesuia dengan jenis, yang umumnya
digunakan dalam bisnis klien.

Scan, pemeriksaan kurang terinci atas Menscan jurnal pemjualan, dengan Prosedur
catatan atau dokumen untuk mencari transaksi tidak biasa dan analisis
menentukan apakah terdapat hal yang bernilai besar.
tidak biasa yang memerlukan
investigasi lanjutan.

Membaca, pemeriksaan atas Membaca notulen rapat dewan inspeksi


informasi tertulis untuk menentukan direksi dan mengikhtisarkan semua
fakta yang di berikan dengan audit. informasi yang berkaitan dengan
laporan keuangan dalam file audit.

Menghitung, perhitungan yang Menghitung rasio perputaran Prosedur


dilakukan oleh auditor independen persedianan dan membandingkan analisis
terhadap klien. dengan rasio tahun sebelumnya
sebagai pengujian atas keusangan
persediaan.

Menghitung ulang, perhitungan yang Menghitung ulang harga jual per Rekalkulasi
dilakukan untuk menentukan apakah unit dikali jumlah unit sampel
perhitungan klien sudah benar. senilai faktur penjualan dan
membandingkan total dengan
perhitungan klien.

Menjumlah,penjumlahan kolom Menjumlah jurnal penjualan selama Rekalkulasi


angka untuk menentukan apakah periode satu bulan dan
totalnya sama dengan nilai yang membandingkan dengan semua
diperoleh klien total dengan buku besar.

Menelusuri, instruksi apa yang harus Menelusuri sampel transaksi inspeksi ,


ditelusuri auditor dan dari mana serta penjualan dari jurnal penjualan ke Pelaksaan
menuju kemana penulusuran tersebut, faltur penjualan dan ulang
seperti membandingkan atau membandingkan, menelusuri
rekalkulasi. postingan dari jurnal

Membandingkan, informasi dari dua Memilih sampel faktur penjualan, Inspeksi


lokasi yang berbeda. dan membandingkan harga jual per
unit yang tercantum dalam faktur
dengan daftar harga.

Menghitung,penentuan aset yang Menghitung sampel dari 100 item Pemeriksaan


dimiliki pada waktu tertentu. persediaan dan membandingkan fisik
kuantitas serta deskripsi dengan
perhitungan klien.
Mengamati, tindakan observasi yang Mengamati apakah dua tim yang Observasi
harus dikaitkan dengan jenis bukti melakukan perhitungan persediaan
audit yang didefinisikan sebagai telah menghitung dan mencatat
observasi. biaya persediaan secara independen

Tanya-jawab, tindakan tanya jawab Tayanya jawab dengan manajemen Tanya-jawab


harus berkaitan dengan jenis bukti tentang apakah ada persediaan yang dengan klien
audit yang didefinisikan sebagai telah usang pada tanggal neraca
observasi.

Vouch, pengunaan dokumen untuk Memvouch sampel catatan transaksi Inspeksi


memverifikasi transaksi atau jumlah akuisisi dengan faktur, yang
yang tercatat. diperoleh dari pemasok dan laporan
penerimaan

1. Dasar bagi perencanaan audit


Merencakan audit yang memadai, referensi yang diperlukan harus
tersedia,dalam file audit. File itu meliputi bermacam informasi perencanaan sebagai
informasi deskriptif tentang pengendalian internal, anggaran waktu untuk masing-masing
area audit, program audit,dan hasil audit tahun sebelumnya.
2. Catatan bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian

Mendokumentasikan bahwa audit yang memadai telah dilaksanakan sesuai


dengan standar auditing. Apabila prosedur audit melibatkan sampling transaksi atau
saldo, dokumentasi audit harrus mengidentifikasi item-item yang diuji. Sebagai contoh,
auditor harus mendokumentasikan transaksi khusus pada akhir tahun untuk menentukan
apakah transaksi telah dicatat pada periode tepat. Jika salah saji dideteksi selama
pengujian cutoff, auditor harus mendokumentasikan prosedur tambahan yang
dilaksanakan untuk menentukan luas salah saji cutoff.
3. Data untuk menentukan jenis laporan audit yang tepat
Dokumentasi audit menyediakan sumber informasi yang penting untuk
membantu auditor dalam memutuskan apakah bukti yang tepat dan mencukupi telah
dikumpulkan guna menjustifikasi laporan audit berdasarkan situasi tertentu.
4. Dasar bagi review oleh supervisor da partner
File audit adalah kerangka utama yang digunakan oleh supervisor untuk
meriview pekerjaan asisten.review yang cermat oleh supervisor memberikan bukti bahwa
audit telah diawasi secara memadai.

Di samping tujuan yang berkaitan secara langsung dengan laporan audit, sering kali file audit
juga berlaku sebagai dasar untuk menyiapkan SPT pajak, pengajuan kepada SEC, dan laporan
lainya.

A. Kepemilikan file audit

Properti auditor dokumentasi audit yang disiapkan selama penugasan,termasuk skedul yang
disiapkan oleh klienuntuk auditor. Klien memiliki hak hukum untuk memeriksa file itu ketika
mereka dipanggil oleh pengadilan sebagai bukti hukum.

B. Kerahasiaan file audit

Kebutuhan untuk membina hubungan rahasia dengan klien dinyatakan dalam aturan
301 dari kode perilaku profesional, yang menyatakan

• Seorang anggota tidak boleh mengungkapkan setiap informasi rahasia yang


diperoleh selama penugasaan profesional kecuali dengan persetujuan klien.

Selama pelaksanaan audit, auditor memperoleh sejumlah besar informasi yang bersifat
rahasia, termasuk gaji pejabat, penetapan harga pokok, dan rencana periklanan, serta data
biaya produk.

C. Persyaratan untuk retensi dokumentansi audit

Standar auditing mengharuskan agar catatan untuk auditor perusahaan swasta


disimpan nimal lima tahun. Sarbanes-Oxley Act mensyaratkan auditor perusahaan publik
untuk menyiapkan dan menjaga file audit serta informasi lainnya yang berkaitan dengan
setiap laporan audit dengan cukup rinci guna mendukung kesimpulan auditor, selama periode
yang tidak kurang dari tujuh tahun.
Peraturan SEC mewajibkan auditor perusahaan publik untuk menyelenggarakan dokumentasi
berikut :

a. Kertas kerja atau dokumen lain yang membentuk dasar bagi auit atas laporan
keunagan tahunan perusahaan atau review atas laporan keuangan kuartalan
perusahaan.
b. Memo, korespondensi, komunikasi, dokumen, dan catatan lain termasuk catatan
elektronik, yang berkaitan dengan audit atau review.

Peraturan ini meningkatkan secara signifikan dokumentansi audit yang harus disimpan untuk
audit atas perusahaan publik.

D. Isi dari organisasi

Serangkaian file audit yang tipikal, yang berisi semua hal penting benar-benar terlibat
dalam audit. Ada dasar pemikirian mengenai jenis dokumentasi audit yang disiapkan untuk
suatu audit dan cara dokumentasi itu diatur dalam file, walaupun perusahaan yang berbeda
dapat mengikuti pendekatan yang agak berbeda.

E. File permanen

Berisi data yang bersifat historis atau berlanjt yang bersangkutan dengan audit saat
ini. File permanen umumnya meliputi hal-hal berikut:

a. Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan


Seperti akte pendirian, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi, dan konrak
b. Analisi akun tahun-tahun sebelumnya
Mencakup akun seperti utang jangka panjang, akun ekuitas pemegang saham,
goodwill, dan aktiva tetap.
c. Informasi yang berhubungan dengan pemahaman atas pengendalian internal dan
penilaian risiko pengendalian. Informasi ini mencakup bagan organisasi, bagan
arus, kuesioer, dan informas tentang pengenalian intrnal lainya, termasuk
indentifikasi pengendalian dan kelemahan sistem tersebut.
d. Hasil prosedur analitis dari audit tahun sebelumnya. Data ini terdapat rasio dan
persentase yang dihitung oleh auditor dan total saldo atau saldo per bulan untuk
akun tertentu.
F. File tahunan berjalan

File tahun berjalan

Mencakup semua dokumentasi audit yang dpat diterapkan pada tahun yang di audit.
Ada satu set file permanen untuk klien dan satu set file tahunan berjalan untuk audit stiap
tahun.

G. Program audit

Program audit biasanya dicatat dalam file terpisah untuk memperbaiki


koordinasidan integrasi semua bagian audit, meskipun beberapa kantor akuntan juga
menyertakan salinan program audit untuk setiap bagian audit pada dokumentasi audit.

H. Informasi umum

File audit mencakup informasi periode berjalan yang bersifat umum, bukannya bukti
yang dirancang untuk mendukung jumlah laporan keuangan tertentu.

I. Neraca saldo berjalan

Untuk menyiapkan laporan keuangan adalah buku besar, jumlah yang di cantumkan
dalam catatan tersebut akan menjadi pusat perhatian audit. Setelah tanggal neraca, auditor
harus memperoleh atau menyiapkan daftar akun buku besar umum dan saldo akhir-tahunnya.

Teknik yang digunakan oleh banyak perusahaan memformat neraca saldo berjalan auditor
dalam format yang sama dalam laporan keuangan. Setiap baris pos pada neraca saldo
didukung oleh skedul utama, yang berisi rincian akun-akun dari buku besar yang membentuk
total baris pos.

J. Ayat jurnal penyesuaian dan reklasifikasi

Apabila auditor menemukan salah saji yang material dalam catatan akuntansi, laporan
keuangan harus di koreksi. Jika klien lalai untuk menurunkan nilai persediaan bahan baku
yang usang, auditor dapat mengusulkan untuk membuat ayat jurnal penyesuaian guna
mencerminkan nilai persediaan yang dapat direalisasikan.

Hanya ayat jurnal penyesuaian dsn reklasifikasi tersebut yang mempengaruhi secara
signifikan kewajaran penyajian laporan keuangan yang harus dicatat.
K. Skedul pendukung

Disiapkan oleh klien atau auditor untuk mendukung jumlah yang spesifik pada
laporan keuangan. Auditor harus memilih jenis skedul yang tepat bagi aspek audit tertentu
untuk mendokumentasikan kecukupan audit dan memenuhi tujuan lain dari dokumentasi
audit.

Jenis utama skedul pendukung :

 Analisis. Memperlihatkan aktivitas dalam akun buku besar umum selama


keseluruhan periode audit, yaitu menghubungkan saldo awal dan akhir.
 Neraca saldo atau daftar. Rincian yang membentuk saldo akhir tahun dari akun buku
besar umum.
 Rekonsiliasi jumlah. Rekonsiliasi yang mendukung jumlah tertentu dan biasanya
diharapkan akan mengaitkan jumlah yang dicatat dalam catatan klien dengan sumber
informasi lainnya.
 Pengujian kelayakan. Informasi yang memungkinkan auditor untuk mengevaluasi
apakah saldo klien tampak mengandung salah saji dengan mempertimbangkan situasi
penugasan.
 Ikhtisar prosedur. Mengikhtisarkan hasil dari prosedur audit khusus.
 Pemeriksaan dokumen pendukung. Untuk memperlihatkan pengujian terinci yang
dilaksanakan, seperti dokumen yang diperiksa selama pengujian pengendalian dan
pengujian substansi atas transaksi.
 Informasi. Berisi informasi yang berlawanan dengan bukti audit. Skedul ini
mencantumkan informasi tentang SPT pajak dan data formulir.
 Dokumentasi dari luar. Dokumen yang di kumpulkan oleh auditor, seperti jawaban
konfirmasi dan salinan perjanjian dengan klien.
L. Penyusunan dokumentasi audit

Dokumentasi harus disiapkan secara cukup rinci untuk memberikan auditor yang
berpengalaman, yang tidak memiliki hubungan dengan audit itu, pemahaman atas pekerjaan
yang dilaksanakan, bukti yang diperoleh dan sumbernya, serta kesimpulan yang dicapai.

Dokumentasi audit harus memiliki karakteristik tertentu


 Setiap file audit harus didefinisikan secara wajar dengan informasi seperti nama klien,
periode yang dicakup, gambaran tentang isi, tanda tangan orang yang menyiapkan,
tanggal persiapan, dan kode index.
 Dokumentasi audit harus memiliki index dan referensi silang untuk membantu
pengaturan dan pengarsipan.
 Dokumentasi audit yang lengkap harus dengan jelas menunjukkan pekerjaan audit
yang dilakukan, yang dapat dicapai dengan tiga cara : dengan pernyataan tertulis
dalam bentuk memorandum, dengan menandatangani prosedur audit dalam program
audit, dan dengan notasi langsung pada skedul.
 Dokumentasi audit harus meliputi informasi yang cukup untuk memenuhi tujuan yang
telah dirancang.
 Kesimpulan yang dicapai tentang segmen audit yang dipertimbangkan harus
dinyatakan dengan jelas.
M. Pengaruh teknologi terhadap bukti audit dan dokumentasi audit

Semakin banyak bukti audit yang disajikan dan disimpan dalam bentuk elektronik dan
auditor harus mengevaluasi bagaimana informasi elektronik itu mempengaruhi
kemampuannya untuk mengumpulkan bukti yang layak dan mencukupi. Apabila bukti hanya
dapat diperiksa dalam bentuk yang bisa dibaca mesin, auditor menggunakan komputer untuk
membaca dan memeriksa bukti itu.

Anda mungkin juga menyukai