Pendahuluan
Reformasi yang bergulir sejak tahun 1998 merupakan dampak domino dari krisis
moneter 1997 yang munculnya suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara
konstitusional yang tujuan sucinya adanya perubahan kehidupan dengan meningkatnya
taraf kehidupan, salah satunya perubahan dalam bidang politik yang lebih baik,
demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan dan persaudaraan, serta
meningkatnya taraf hidup perekonomian rakyat. Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban
atas krisis yang melanda berbagai segi kehidupan. Krisis politik, ekonomi, hukum, dan
2
Ia menjadi alat represi ideologi politik dan memberangus lawan politik di pentas publik.
Skrining ideologi mulai dari partai politik, organisasi massa, hingga ke urusan pribadi
menjadi fenomena yang mencolok selama kekuasaan Orde Baru, terlebih lagi setelah
pada tahun 1978 Majelis Permusyawaratan Rakyat mengeluarkan ketetapan tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Di zaman reformasi ini, kita
perlu mengetahui kembali betapa besar peranan ideologi Pancasila bagi negara kita. Kita
tidak boleh melupakan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, karena nilai-nilai ideologi
Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 secara yuridis memiliki
kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental. Adapun pembukaan UUD
1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai ideology Pancasila mengandung empat pokok
pikiran yang bilamana dianalisis yang terkandung di dalamnya tidak lain adalah
merupakan derivasi atau penjabaran dan nilai-nilai ideologi Pancasila.
Nilai guna pembahasan tulisan ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang
implikasi perkembangan ideologi bangsa Indonesia sebelum dan setelah reformasi tahun
1998 yang berimbas pada HANKAM. Sedangkan maksud dan tujuan penulisan adalah
sebagai sumbang saran dan pemikiran tentang implikasi perkembangan Ideologi Bangsa
Indonesia sebelum dan setelah reformasi tahun 1998 yang berimbas HANKAM. Adapun
ruang lingkup dalam penulisan ini meliputi implikasi perkembangan Ideologi bangsa
Indonesia sebelum dan setelah reformasi tahun 1998, dengan tata urut sebagai berikut :
Pendahuluan, Pokok Pembahasan dan Penutup. Tulisan ini menggunakan pendekatan
Historis dan Pendekatan Yuridis, sedangkan pembatasan yang dilaksanakan adalah
dalam rangka menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai.
Analisa Pembahasan
akibat sistem pemerintahan sentralistik (cari pengertian sentralistik) dan otoritarian (cari
pengertian otoritarian). Ideologi Pancasila ketika orde baru (dan bahkan hingga sekarang
/mungkin) ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi
tafsiran lain. Demokratisasi (proses memanusiakan manusia) akhirnya tidak berjalan di
Indonesia, dan pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) terjadi di berbagai tempat yang
dilakukan oleh aparat pemerintah atau negara. Ideologi Pancasila seringkali digunakan
sebagai legitimator atau pembenaran atas berbagai tindakan yang menyimpang. Ideologi
Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral serta digunakan sebagai alasan untuk
stabilitas nasional daripada sebagai ideologi yang memberikan ruang kebebasan untuk
berkreasi. Hasilnya, Ideologi Pancasila selama Orde Baru diarahkan menjadi Ideologi
yang hanya menguntungkan satu golongan, yaitu loyalitas tunggal pada pemerintah dan
atas nama persatuan dan kesatuan, akhirnya hak-hak demokrasi terpenjara.
struktural tertentu (dalam hal ini Undang Undang Dasar 1945) sebagai kerangka acuan
reformasi. 4) Gerakan Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi serta
keadaan yang lebih baik dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, yakni antara lain tatanan politik, ekonomi Indonesia, sosial, budaya, serta
kehidupan keagamaan. 5) Gerakan reformasi pada hakikatnya dilakukan dengan
semangat mendekatkan dari kondisi ideal nilai-nilai ideologi Pancasila yang memiliki
prinsip sesuai ke-5 silanya.
aspek. Namun reformasi juga berdampak positif bagi bangsa Indonesia. Pertama,
masyarakat yang sebelum era reformasi dikekang kebebasannya dalam menyampaikan
aspirasi, apalagi mengkritik pemerintahan, kini dapat menyampaikan aspirasi dan
kritiknya tersebut dengan bebas. Kedua, derajat bangsa Indonesia di mata dunia
semakin terangkat, karena berhasil melepaskan diri dari pemerintahan yang kurang
demokratis dan membentuk pemerintahan yang lebih demokratis. Ketiga, Indonesia
menjadi lebih terbuka terhadap dunia internasional, sehingga mobilitas terhadap berbagai
bidang semakin berkembang.
Namun di era reformasi ini maka semuanya bisa melakukan gugatan hukum
terhadap persoalan politik. Yang terakhir, pasca pilpres tentunya adalah gugatan
terhadap keputusan KPU tentang penetapan daftar anggota legislatif terpilih. Ketika
Mahkamah Agung membatalkan keputusan KPU tersebut maka pro-kontra pun terjadi.
Bahkan juga sudah sampai tahapan saling mengancam akan mengerahkan
massanya.Negeri ini memang penuh paradoks. Anggota legislatif yang memiliki
wewenang untuk melakukan legislasi, membuat aturan, kebijakan dan hal-hal lain yang
terkait dengan perencanaan program pemerintah justru menjadi lembaga yang paling
banyak disorot karena banyaknya kasus korupsi. Pengawasan anggaran menjadi
8
sangat penting. Jika seperti ini, maka memberdayakan masyarakat untuk melek
anggaran dan pentingnya transparansi anggaran dirasakan sebagai sesuatu yang sangat
mendesak. Oleh karena itu, agar didapati trust yang membudaya di masyarakat, maka
semuanya harus bersia-sekata untuk melawan berbagai penyimpangan terutama yang
terkait dengan program pemberdayaan masyarakat.
Kondisi nyata saat ini yang dihadapi adalah munculnya ego kedaerahan dan
primordialisme sempit, munculnya indikasi tersebut sebagai salah satu gambaran
menurunnya pemahaman tentang Pancasila sebagai suatu ideologi, dasar filsafati
negara, azas, paham negara. Padahal seperti diketahui Pancasila sebagai sistem yang
terdiri dari lima sila (sikap/ prinsip/pandangan hidup) dan merupakan suatu keutuhan
yang saling menjiwai dan dijiwai itu digali dari kepribadian bangsa Indonesia yang
majemuk bermacam etnis/suku bangsa, agama dan budaya yang bersumpah menjadi
satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa persatuan, sesuai dengan sesanti Bhineka
Tunggal Ika.
Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini
adalah yang ditandai dengan adanya konflik dibeberapa daerah, baik konflik horizontal
maupun konflik vertikal, seperti halnya yang masih terjadi di Papua,Maluku. Berbagai
konflik yang terjadi dan telah banyak menelan korban jiwa antar sesama warga bangsa
dalam kehidupan masyarakat, seolah-olah wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh
nilai-nilai Pancasila yang lebih mengutamakan kerukunan telah hilang dari kehidupan
masyarakat Indonesia.
Secara harfiah reformasi memiliki makna: suatu gerakan untuk memformat ulang,
menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada
format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Oleh
karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat agar dapat
menanggulangi dampak buruk Reformasi dapat berjalan sesuai yang diharapkan
oleh rakyat Indonesia dan raktar Indonesia tetap berpegang teguh terhadap
Pancasila sebagai berikut :
Pertama, suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-
penyimpangan. Masa pemerintahan Orde banyak terjadi suatu penyimpangan misalnya
asas kekeluargaan menjadi “nepotisme”, kolusi dan korupsi yang tidak sesuai dengan
makna dan semangat Pembukaan UUD 1945 serta batang tubuh UUD 1945.
Kedua, suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas
(landasan ideologis) tertentu, dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara Indonesia, dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
Indonesia. Jadi reformasi pada prinsip-prinsipnya suatu gerakan untuk mengembalikan
kepada dasar nilai-nilai sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Tanpa
landasan ideologis yang jelas maka gerakan reformasi akan mengarah kepada
anarkisme, disentegrasi bangsa dan akhirnya jatuh pada suatu kehancuran bangsa dan
negara Indonesia, sebagaimana yang telah terjadi di Uni Soviet dan Yugoslavia.
10
Penutup.
11
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dalam perspektif ideologi
Pancasila, gerakan reformasi merupakan suatu upaya untuk menata ulang dengan
melakukan perubahan-perubahan sebagai realisasi kedinamisan dan keterbukaan
Ideologi Pancasila dalam kebijaksanaan dan penyelenggaraan negara. Sebagai suatu
ideologi yang bersifat terbuka dan dinamis, Ideologi Pancasila harus mampu
mengantisipasi perkembangan zaman, terutama perkembangan dinamika aspirasi rakyat.
Nilai-nilai Ideologi Pancasila adalah ada pada filsafat hidup bangsa Indonesia, dan
sebagai bangsa, maka akan senantiasa memiliki perkembangan aspirasi sesuai tuntutan
zaman. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sumber nilai, memiliki sifat yang reformatif,
artinya memiliki aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu menyesuaikan dengan
dinamika aspirasi rakyat, yang nilai-nilai esensialnya bersifat tetap, yaitu Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Eksistensi ideologi Pancasila di era reformasi ini mestinya menjadi dasar, acuan
atau paradigma baru. Ideology Pancasila adalah dasar negara yang sesuai dengan
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam UUD 1945. Tetapi sekarang bangsa ini sering
mengenyampingkan Pancasila. Padahal reformasi yang benar justru melaksanakan atau
mengamalkan Pancasila untuk kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Dengan jiwa Pancasila seharusnya gerakan reformasi harus mampu menggalang
persatuan demi pembenahan krisis multidimensional dewasa ini. Tidak satu golonganpun
bisa memenangkan reformasi tanpa persatuan dengan golongan-golongan lainnya.
Pengalaman kegagalan dan kemacetan gerakan reformasi selama ini telah membuktikan
hal itu. Dengan persatuan setapak demi setapak gerakan reformasi akan diharapkan
membawa Indonesia menjadi negara yang demokratik, kuat sentosa, aman tenteram dan
adil makmur. Harap dicamkan: ”Persatuanlah yang membawa kita ke arah kebesaran dan
kemerdekaan..”
Disarankan dalam pembahasan ini, pimpinan TNI dan stakeholder terkait untuk
melakukan pendekatan dan upaya-upaya nyata dalam menyikapi implikasi perkembangan
Ideologi Indonesia sebelum dan setelah reformasi tahun 1998 diharapkan mampu
memahami serta dapat mengaplikasikan Ideologi Pancasila sebagai upaya dalam
penegakan kehidupan pasca reformasi kita dapat menyikapi segala sesuatu dengan
penuh pertimbangan dan bertindak secara dewasa.
Penulis
Ir. Asrul