Anda di halaman 1dari 11

1

IMPLIKASI PERKEMBANGAN IDEOLOGI PANCASILA BANGSA INDONESIA


SEBELUM DAN SETELAH REFORMASI TAHUN 1998
YANG BERIMBAS PADA HANKAM

Pendahuluan

Dinamika lingkungan strategis Global selalu membawa implikasi baik positif


maupun negatif pada sisi lain secara bersamaan, yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi perkembangan nasional. Implikasi positif membawa manfaat
dalam mendukung cita-cita, tujuan nasional dan kepentingan nasional, sedangkan
implikasi negatif menyebabkan meningkatkan potensi ancaman bagi kelangsungan hidup
negara. Situasi dan kecenderungan lingkungan strategis pada awal abad 21 sangat jauh
berbeda bila dibandingkan dengan periode satu dekade terakhir dalam abad 20. Situasi
politik internasional saat ini selain masih diwarnai oleh permasalahan lama yang belum
berhasil diatasi, dan semakin bertambah kompleks dengan hadirnya serangkaian
masalah baru. Di samping itu, kecenderungan lingkungan strategis semakin sulit
diperkirakan karena ketidakteraturan dan ketidakstabilan semakin menjadi corak
dominan. Indonesia, sebagai negara berdaulat adalah bagian dari komunitas
Internasional. Dalam menjalankan kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara,
selain memiliki tanggung jawab internasional, Bangsa Indonesia juga dihadapkan dan
dipengaruhi oleh konstelasi politik dan keamanan global. Konstelasi tersebut harus
diantisipasi dan direspon dengan kewaspadaan nasional sehingga konsepsi dalam
bentuk kebijakan, strategi dan upaya yang ditempuh dapat diterapkan secara
proporsional sejalan dengan kepentingan dan tujuan nasional. Beberapa isu global politik
dewasa ini adalah peranan non state actor, perubahan tatanan ekonomi, terorisme,
money laundering, korupsi, hak asasi dan lain-lain.

Reformasi yang bergulir sejak tahun 1998 merupakan dampak domino dari krisis
moneter 1997 yang munculnya suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara
konstitusional yang tujuan sucinya adanya perubahan kehidupan dengan meningkatnya
taraf kehidupan, salah satunya perubahan dalam bidang politik yang lebih baik,
demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan dan persaudaraan, serta
meningkatnya taraf hidup perekonomian rakyat. Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban
atas krisis yang melanda berbagai segi kehidupan. Krisis politik, ekonomi, hukum, dan
2

krisis sosial merupakan faktor-faktor yang mendorong lahirnya gerakan reformasi.


Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah satu indikator yang menentukan.
Sehingga Reformasi dipandang sebagai gerakan untuk menjawab permasalahan
tersebut. Namun demikian sejak Reformasi tahun 1998 sampai dengan sekarang,
dengan bergulirnya eforia kebebasan berpendapat dan lain sebagainya, mengakibatkan
terabaikan ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa. Munculnya paham-paham Islam
garis keras yang bisa digolongkan kearah radikalisme dan munculnya kembali paham
komunisme dikalangan anak muda. Sejak tahun 2000 sampai dengan sekarang sudah
banyak bermunculan paham-paham kanan dan kiri yang bahkan sudah tidak takut dan
ragu untuk menunjukan dirinya kepermukaan, dengan dalih hak asasi manusia, semua
orang bebas memilih ideologinya. Yang lebih berani lagi adalah paham radikalisme yang
dibungkus dengan ajaran agama tertentu. Untuk hal tersebutlah dipandang perlu untuk
menyikapi implikasi perkembangan Ideologi bangsa indonesia sebelum dan setelah
reformasi tahun 1998 yang berimbas pada HANKAM, dapat diidentifikasi persoalan
yaitu : 1) Berakhirnya pemerintahan Orde Baru disebabkan adanya desakan rakyat
untuk melakukan reformasi total pada tahun 1998. Bagaimana perkembangan ideologi
bangsa Indonesia sebelum Reformasi tahun 1998. 2) Bagaimana perkembangan
ideologi bangsa Indonesia setelah reformasi sampai dengan saat ini. 3) Apa dampak
buruknya dari Reformasi terhadap ideologi bangsa dan bagaimana caranya untuk
menanggulangi dampak buruknya agar Reformasi dapat berjalan sesuai yang diharapkan
oleh rakyat Indonesia dan rakyat Indonesia tetap berpegang teguh terhadap Ideologi
Pancasila. Berdasarkan identifikasi persoalan tersebut diatas, perumusan masalah yang
perlu untuk dikaji dan dianalisis pada bahasan ini adalah; ”Mengapa perkembangan
ideologi bangsa indonesia sebelum dan setelah reformasi tahun 1998 krisis
moneter 1997 yang berimbas pada Hankam terutama keamanan bangsa yang
berimplikasi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara

Sejak bergulirnya reformasi pada tahun 1998. kehidupan politik di Indonesia


berubah drastis. Gerakan reformasi 1998 tidak saja berhasil menumbangkan penguasa
Orde Baru, tetapi juga telah menghancurkan peranan Ideologi Pancasila terhadap nilai-
nilai sosial-budaya bangsa Indonesia. Selain itu, Ideologi Pancasila tampak meredup dari
wacana publik, seiring kebebasan politik dalam orde reformasi. Kebangkitan dan
maraknya ideologi lain yang dikembangkan oleh partai ataupun organisasi massa
membuat posisi Ideologi Pancasila seolah terbenam jauh dari ambang ingatan. Di masa
Orde Baru, ideology Pancasila tidak saja sebagai dasar negara, sebagai falsafah hidup
berbangsa, tetapi lebih jauh dipertandingkan dan digunakan untuk menekan perbedaan.
3

Ia menjadi alat represi ideologi politik dan memberangus lawan politik di pentas publik.
Skrining ideologi mulai dari partai politik, organisasi massa, hingga ke urusan pribadi
menjadi fenomena yang mencolok selama kekuasaan Orde Baru, terlebih lagi setelah
pada tahun 1978 Majelis Permusyawaratan Rakyat mengeluarkan ketetapan tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Di zaman reformasi ini, kita
perlu mengetahui kembali betapa besar peranan ideologi Pancasila bagi negara kita. Kita
tidak boleh melupakan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, karena nilai-nilai ideologi
Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 secara yuridis memiliki
kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental. Adapun pembukaan UUD
1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai ideology Pancasila mengandung empat pokok
pikiran yang bilamana dianalisis yang terkandung di dalamnya tidak lain adalah
merupakan derivasi atau penjabaran dan nilai-nilai ideologi Pancasila.

Nilai guna pembahasan tulisan ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang
implikasi perkembangan ideologi bangsa Indonesia sebelum dan setelah reformasi tahun
1998 yang berimbas pada HANKAM. Sedangkan maksud dan tujuan penulisan adalah
sebagai sumbang saran dan pemikiran tentang implikasi perkembangan Ideologi Bangsa
Indonesia sebelum dan setelah reformasi tahun 1998 yang berimbas HANKAM. Adapun
ruang lingkup dalam penulisan ini meliputi implikasi perkembangan Ideologi bangsa
Indonesia sebelum dan setelah reformasi tahun 1998, dengan tata urut sebagai berikut :
Pendahuluan, Pokok Pembahasan dan Penutup. Tulisan ini menggunakan pendekatan
Historis dan Pendekatan Yuridis, sedangkan pembatasan yang dilaksanakan adalah
dalam rangka menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai.

Analisa Pembahasan

Setelah bangsa Indonesia berhasil merebut kedaulatan dan berhasil mendirikan


negara merdeka, perjuangan belum selesai. Perjuangan malah bisa dikatakan baru
mulai, yaitu upaya menciptakan masyarakat yang sejahtera lahir batin, sebagaimana
diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945. Para pendiri Negara (the founding father)
telah sepakat bahwa kemerdekaan bangsa akan diisi nilai-nilai yang telah ada dalam
budaya bangsa, kemudian disebut nilai-nilai ideologi Pancasila.Pancasila mulai
dibicarakan sebagai dasar negara mulai tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang BPPK oleh Ir.
Soekarno dan pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila resmi dan sah menurut hukum
menjadi dasar negara Republik Indonesia. Penetapan Pancasila sebagai dasar negara
dapat dikatakan mulai pada masa orde lama, tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah
4

Indonesia baru memproklamirkan diri kemerdekaannya. Apalagi Soekarno akhirnya


menjadi presiden yang pertama Republik Indonesia. Walaupun baru ditetapkan pada
tahun 1945, sesungguhnya nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila disarikan dan
digali dari nilai-nilai budaya yang telah ada dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Pencetus dan penggali Pancasila yang pertama adalah Soekarno sendiri. Sebagai tokoh
nasional yang paling berpengaruh pada saat itu, memilih sila-sila yang berjumlah 5 (lima)
yang kemudian dinamakan Pancasila dengan pertimbangan utama demi persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Berakhirnya pemerintahan Orde Baru disebabkan adanya desakan rakyat


untuk melakukan reformasi total pada tahun 1998. Bagaimana perkembangan
ideologi bangsa Indonesia sebelum Reformasi tahun 1998. Pelaksanaan Ideologi
Pancasila dan UUD 1945 memiliki kehendak untuk dilaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen terhadap kritik kritik yang ada pada orde lama yang
pelaksanaannya kita ketahui, terlalu banyak penyimpangan dari Pancasila. Sejarah
mencatat bahwa ketika itu terjadi situasi politik dan kaemanan yang sungguh kacau.
Ketika itu, Negara ini, Indonesia dihadapkan pada pilihan yang berat, yaitu memberikan
makanan dan sandang kepada rakyat Indonesia atau melakukan kepentingan strategi
dan politik di wilayah internasional seperti yang dilakukan oleh Presiden Soekarno.
Berkaca dari zaman itu, upaya Presiden Soeharto tentang Ideologi Pancasila, diliputi oleh
paradigma yang esensinya adalah bagaimana menegakkan stabilitas guna mendukung
rehabilitasi dan pembangunan ekonomi Indonesia. Istilah terkenal pada saat itu adalah
stabilitas politik yang dinamis diikuti dengan trilogi pembangunan. Perincian pemahaman
ideologi Pancasila itu sebagaimana yang kita lihat dalam konsep P4 dengan isi berupa
selaras, serasi, I dan seimbang. Presdiden Soeharto melakukan rekonstruksi dan
pemahaman yang menyeluruh terhadap Pancasila sebagai dasar Negara dalam politik
bernegara melalui P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) atau
Ekaprasetia Pancakarsa guna menanamkan dokrin ideology Pancasila pada rakyat
Indonesia khususnya yang berada dalam pejabat negara. Hal ini tentu didasari atas
pengalaman era sebelumnya dan situasi baru yang dihadapi bangsa Indonesia.

Penerapan awal P4 dalam pengamalan Ideologi Pancasila memang baik akan


tetapi seiring berlalunya waktu, pengamalan Ideologi Pancasila melenceng dari
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan yang tidak sesuai dengan jiwa Pancasila.
Walaupun terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat dan penghormatan dari dunia
Internasional, tetapi kondisi politik dan keamanan dalam negeri Indonesia tetap rentan,
5

akibat sistem pemerintahan sentralistik (cari pengertian sentralistik) dan otoritarian (cari
pengertian otoritarian). Ideologi Pancasila ketika orde baru (dan bahkan hingga sekarang
/mungkin) ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi
tafsiran lain. Demokratisasi (proses memanusiakan manusia) akhirnya tidak berjalan di
Indonesia, dan pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) terjadi di berbagai tempat yang
dilakukan oleh aparat pemerintah atau negara. Ideologi Pancasila seringkali digunakan
sebagai legitimator atau pembenaran atas berbagai tindakan yang menyimpang. Ideologi
Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral serta digunakan sebagai alasan untuk
stabilitas nasional daripada sebagai ideologi yang memberikan ruang kebebasan untuk
berkreasi. Hasilnya, Ideologi Pancasila selama Orde Baru diarahkan menjadi Ideologi
yang hanya menguntungkan satu golongan, yaitu loyalitas tunggal pada pemerintah dan
atas nama persatuan dan kesatuan, akhirnya hak-hak demokrasi terpenjara.

Bagaimana perkembangan ideologi bangsa Indonesia setelah reformasi


sampai dengan saat ini. Sejarah Ideologi Pancasila pada Masa Reformasi Pancasila
lahir dari banyak macamnya (pluralitas) keinginan masyarakat yang ingin memiliki
tatanan sosial yang lebih menjamin setiap sila yang ada didalam Ideologi Pancasila yaitu
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang ditopang oleh keyakinan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam satu wadah bangsa dan negara Indonesia. Oleh
karena itu, untuk mengembalikan suasana masyarakat yang memiliki cita ideal dan
semangat yang sama ketika hari kemerdekaan Indonesia, digalakkanlah gerakan
reformasi pada hari kamis, 21 Oktober 1998. Pengertian reformasi secara umum adalah
suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang
menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula, sesuai dengan nilai-
nilai ideal yang dicita-citakan rakyat, yakni Ideologi Pancasila sebagai konsensus
nasional. Atas dasar pengertian reformasi diatas, suatu gerakan reformasi memiliki
kondisi atau syarat syarat sebagai berikut : 1) Gerakan reformasi terjadi akibat terjadinya
penyimpangan pada era sebelumnya yaitu orde baru dan orde lama. Berbagai sebab
tersebut, bisa berupa distorsi kebijakan (ketidaksesuaian atau ketidakcocokan kebijakan)
maupun hukum. Hal tersebut terjadi pada masa orde baru, di mana rezim pemerintahan
dalam mengelola negara menggunakan pendekatan kekeluargaan sehingga semakin
menguatkan pola-pola nepotisme, kolusi, dan korupsi (KKN) yang tidak sesuai dengan
makna dan semangat ideologi Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. 2) Gerakan
reformasi harus dilakukan dengan semangat dan cita-cita yang (berlandasan ideologis)
tertentu, yakni Pancasila sebagai ideologi, dasar, dan filsafat bangsa dan negara
Indonesia. 3) Gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka
6

struktural tertentu (dalam hal ini Undang Undang Dasar 1945) sebagai kerangka acuan
reformasi. 4) Gerakan Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi serta
keadaan yang lebih baik dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, yakni antara lain tatanan politik, ekonomi Indonesia, sosial, budaya, serta
kehidupan keagamaan. 5) Gerakan reformasi pada hakikatnya dilakukan dengan
semangat mendekatkan dari kondisi ideal nilai-nilai ideologi Pancasila yang memiliki
prinsip sesuai ke-5 silanya.

Pengertian gerakan reformasi secara praksis dan aplikatif berarti mengembalikan


tatanan kenegaraan ke arah sumber nilai yang merupakan platform kehidupan bersama
bangsa Indonesia, yang selama diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang, baik
pada masa Orde Lama maupun Orde Baru. Negara Indonesia ingin mengadakan suatu
perubahan, yakni merekonstruksi kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar terwujud
masyarakat madani (cari pengertian masyarakat madani) yang sejahtera, masyarakat
yang bermartabat kemanusiaan yang menghargai hak-hak asasi manusia, masyarakat
yang demokratis yang bermoral religius serta masyarakat yang bermoral kemanusiaan
dan beradab. Bila berbicara sebab akibat atau kausalitas, melihat dari sejarah terjadinya
gerakan reformasi, sesungguhnya reformasi ada sebagai aksi atau bentuk perlawanan
terhadap penerapan dan penggunaan GBHN 1998 pada Pembangunan jangka Panjang
II Pelita ke-7 di Negara Indonesia sehingga memunculkan krisis ekonomi Indonesia dan
Asia terutama Asia Tenggara sehingga menyebabkan stabilitas politik menjadi semakin
rapuh dan goyah. Sistem politik dikembangkan ke arah sistem “Birokratik Otoritarian”
dan suatu sistem “Korporatik”. Sistem tersebut ditandai dengan konsentrasi kekuasaan
dan partisipasi di dalam pembuatan keputusan-keputusan nasional yang berada hampir
seluruhnya pada tangan penguasa negara, kelompok militer, kelompok cerdik
cendikiawan dan kelompok pengusaha oligopolistik yang bekerjasama dengan
masyarakat bisnis internasional.

Dampak buruknya dari Reformasi terhadap ideologi bangsa Indonesia,


Dampak buruk dari reformasi 1998. Pertama, iklim politik yang semrawut karena banyak
yang menyalah artikan makna dari demokrasi. Kedua, kebebasan dalam menyampaikan
pendapat semakin tidak beretika. Ketiga, banyak demonnstrasi yang harusnya sebagai
sarana menyampaikan aspirasi, justru malah mengganggu kenyamanan dan keamanan
masyarakat. Keempat , meningkatnya kerusuhan di masyarakat. Itu semua karena
pemerintahan pasca reformasi masih belum mampu melaksanakan undang-undang
sebagai mestinya sehingga belum dapat mengangkat kehidupan bangsa dalam berbagai
7

aspek. Namun reformasi juga berdampak positif bagi bangsa Indonesia. Pertama,
masyarakat yang sebelum era reformasi dikekang kebebasannya dalam menyampaikan
aspirasi, apalagi mengkritik pemerintahan, kini dapat menyampaikan aspirasi dan
kritiknya tersebut dengan bebas. Kedua, derajat bangsa Indonesia di mata dunia
semakin terangkat, karena berhasil melepaskan diri dari pemerintahan yang kurang
demokratis dan membentuk pemerintahan yang lebih demokratis. Ketiga, Indonesia
menjadi lebih terbuka terhadap dunia internasional, sehingga mobilitas terhadap berbagai
bidang semakin berkembang.

Dampak Positif yaitu reformasi telah menghasilkan mobilitas vertical, misalnya


para politisi yang dapat memasuki kancah politik pasca reformasi. Kyai, ustadz, aktivis
organisasi, dan kaum terpelajar kemudian memasuki kancah politik. Andaikan tidak ada
reformasi, maka sangat tidak mungkin seorang aktivis organisasi, pengusaha, dan
bahkan kyai dapat menjadi bupati, gebernur apalagi menteri. yaitu reformasi telah
menghasilkan banyak orang yang kemudian memasuki rumah tahanan (rutan), karena
kesalahan yang dilakukannya. Rutan pun kemudian dimasuki oleh para terpelajar, kaum
terdidik, para aktivis partai dan juga kaum birokrat. Seandainya tidak ada reformasi,
maka juga kecil kemungkinan kyai, aktivis organisasi atau lainnya terjerat kasus politik
seperti sekarang. Jadi reformasi bermata dua: positif dan negatif. Reformasi memang
menjadi arena berbagai tarikan kepentingan. Tarikan politik adalah yang paling menarik.
Hingga saat ini pertarungan kepentingan begitu tampak menonjol. Dalam masa reformasi
maka sudah terdapat beberapa kali pilihan umum. Benturan aturan pun juga tidak
terhindarkan. Sebagai akibat reformasi di bidang hukum, maka berbagai gugatan tentang
produk politik juga muncul luar biasa. Hal ini hampir tidak dijumpai di era Orde baru.
Dalam sistem otoriter, maka nyaris tidak dimungkinkan adanya gugatan politik oleh partai
politik yang kalah.

Namun di era reformasi ini maka semuanya bisa melakukan gugatan hukum
terhadap persoalan politik. Yang terakhir, pasca pilpres tentunya adalah gugatan
terhadap keputusan KPU tentang penetapan daftar anggota legislatif terpilih. Ketika
Mahkamah Agung membatalkan keputusan KPU tersebut maka pro-kontra pun terjadi.
Bahkan juga sudah sampai tahapan saling mengancam akan mengerahkan
massanya.Negeri ini memang penuh paradoks. Anggota legislatif yang memiliki
wewenang untuk melakukan legislasi, membuat aturan, kebijakan dan hal-hal lain yang
terkait dengan perencanaan program pemerintah justru menjadi lembaga yang paling
banyak disorot karena banyaknya kasus korupsi. Pengawasan anggaran menjadi
8

sangat penting. Jika seperti ini, maka memberdayakan masyarakat untuk melek
anggaran dan pentingnya transparansi anggaran dirasakan sebagai sesuatu yang sangat
mendesak. Oleh karena itu, agar didapati trust yang membudaya di masyarakat, maka
semuanya harus bersia-sekata untuk melawan berbagai penyimpangan terutama yang
terkait dengan program pemberdayaan masyarakat.

Bagaimana caranya untuk menanggulangi dampak buruknya agar Reformasi


dapat berjalan sesuai yang diharapkan oleh rakyat Indonesia dan rakyat Indonesia
tetap berpegang teguh terhadap Ideologi Pancasila. Rumusan Ideologi Pancasila
sebagai dasar filosofi dan sekaligus sumber ideologi negara Indonesia sebenarnya cukup
mantap secara teoretik konstitusional. Kemasan formulasi ideology Pancasila yang
singkat, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan, adalah sebuah kreasi agung yang
pernah diciptakan pendiri negara ini. Namun dasar filosofi yang dahsyat ini gagal
diterjemahkan untuk mencapai tujuan kemerdekaan, berupa keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Kondisi nyata saat ini yang dihadapi adalah munculnya ego kedaerahan dan
primordialisme sempit, munculnya indikasi tersebut sebagai salah satu gambaran
menurunnya pemahaman tentang Pancasila sebagai suatu ideologi, dasar filsafati
negara, azas, paham negara. Padahal seperti diketahui Pancasila sebagai sistem yang
terdiri dari lima sila (sikap/ prinsip/pandangan hidup) dan merupakan suatu keutuhan
yang saling menjiwai dan dijiwai itu digali dari kepribadian bangsa Indonesia yang
majemuk bermacam etnis/suku bangsa, agama dan budaya yang bersumpah menjadi
satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa persatuan, sesuai dengan sesanti Bhineka
Tunggal Ika.

Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan diantara sesama warga bangsa saat ini
adalah yang ditandai dengan adanya konflik dibeberapa daerah, baik konflik horizontal
maupun konflik vertikal, seperti halnya yang masih terjadi di Papua,Maluku. Berbagai
konflik yang terjadi dan telah banyak menelan korban jiwa antar sesama warga bangsa
dalam kehidupan masyarakat, seolah-olah wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh
nilai-nilai Pancasila yang lebih mengutamakan kerukunan telah hilang dari kehidupan
masyarakat Indonesia.

Dalam perjalanan sejarah ideologi Pancasila sebagai dasar filsafat negara


Indonesia, sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, nampaknya tidak diletakkan
dalam kedudukan dan fungsi yang sebenarnya. Pada masa Orde Lama, terjadi
pelaksanaan negara yang secara jelas menyimpang bahkan bertentangan, misalnya
9

Manipol Usdek dan Nasakom yang bertentangan dengan Pancasila, pengangkatan


Presiden seumur hidup, serta praktek-praktek kekuasaan diktator. Pada masa Orde Baru,
Pancasila digunakan sebagai alat legitimasi politik oleh penguasa, sehingga kedudukan
Pancasila sebagai sumber nilai dikaburkan dengan praktek kebijaksanaan pelaksana
penguasa negara. Misalnya, setiap kebijaksanaan penguasa negara senantiasa
berlindung di balik ideologi Pancasila, sehingga mengakibatkan setiap warga negara
yang tidak mendukung kebijaksanaan tersebut dianggap bertentangan dengan
Pancasila. Asas kekeluargaan sebagaimana terkandung dalam nilai ideology Pancasila
disalahgunakan menjadi praktek nepotisme sehingga merajalela kolusi dan korupsi.
Sudah hitungan tahun Indonesia memasuki era reformasi. Berbagai perubahan dilakukan
untuk memperbaiki sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di bawah payung
ideologi Pancasila. Namun, faktanya masih banyak masalah sosial-ekonomi yang belum
terjawab. Eksistensi dan peranan Pancasila dalam reformasi pun dipertanyakan.
Mampukah Pancasila memberikan pengharapan lebih baik untuk negeri ini? Dilihat dari
faktanya sungguh memprihatinkan. Reformasi belum berlansung dengan baik karena
Pancasila belum difungsikan secara maksimal sebagaimana mestinya.

Secara harfiah reformasi memiliki makna: suatu gerakan untuk memformat ulang,
menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada
format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Oleh
karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat agar dapat
menanggulangi dampak buruk Reformasi dapat berjalan sesuai yang diharapkan
oleh rakyat Indonesia dan raktar Indonesia tetap berpegang teguh terhadap
Pancasila sebagai berikut :
Pertama, suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-
penyimpangan. Masa pemerintahan Orde banyak terjadi suatu penyimpangan misalnya
asas kekeluargaan menjadi “nepotisme”, kolusi dan korupsi yang tidak sesuai dengan
makna dan semangat Pembukaan UUD 1945 serta batang tubuh UUD 1945.
Kedua, suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas
(landasan ideologis) tertentu, dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara Indonesia, dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
Indonesia. Jadi reformasi pada prinsip-prinsipnya suatu gerakan untuk mengembalikan
kepada dasar nilai-nilai sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Tanpa
landasan ideologis yang jelas maka gerakan reformasi akan mengarah kepada
anarkisme, disentegrasi bangsa dan akhirnya jatuh pada suatu kehancuran bangsa dan
negara Indonesia, sebagaimana yang telah terjadi di Uni Soviet dan Yugoslavia.
10

Ketiga, suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan pada suatu


kerangka struktural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan reformas.
Reformasi pada prinsipnya gerakan untuk mengadakan suatu perubahan untuk
mengembalikan pada suatu tatanan struktural yang ada karena adanya suatu
penyimpangan. Maka reformasi akan mengembalikan pada dasar serta sistem negara
demokrasi, bahwa kedaulatan adalah di tanga rakyat sebagaimana terkandung dalam
pasal 1 ayat (2). Reformasi harus mengembalikan dan melakukan perubahan ke arah
sistem negara hukum dalam arti yang sebenarnya sebagaimana terkandung dalam
penjelasan UUD 1945, yaitu harus adanya perlindungan hak-hak asasi manusia,
peradilan yang bebas dari penguasa, serta legalitas dalam arti hukum. Oleh karena itu
reformasi itu sendiri harus berdasarkan pada kerangka hukum yang jelas. Selain itu
reformasi harus diarahkan pada suatu perubahan ke arah transparansi dalam setiap
kebijaksanaan dalam penyelenggaraan negara karena hal ini sebagai manifestasi bahwa
rakyatlah sebagai asal mula kekuasaan negara dan untuk rakyatlah segala aske kegiatan
negara.
Keempat, refomasi dilakukan kearah suatu perubahan ke arah kondisi serta
keadaan yang lebih baik. Perubahan yang dilakukan dengan reformasi harus mengarah
pada suatu kondisi kehidupan rakyat yang lebih baik dalam segala aspek antara lain
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, serta kehidupan keagamaan. Dengan lain
perkataan reformasi harus dilakukan ke arah peningkatan harkat dan martabat rakyat
Indonesia sebagai manusia.
Kelima, Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia
yang Berketuhanan Yang Maha Esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Keenam, Ideologi Pancasila sebagai Dasar Cita-Cita Reformasi. Gerakan
reformasi harus tetap diletakkan dalam kerangka perspektif ideology Pancasila sebagai
landasan cita-cita dan ideologi sebab tanpa adanya suatu dasar nilai yang jelas maka
suatu reformasi akan mengarah pada suatu disintegrasi, anarkisme, brutalisme, serta
pada akhirnya menuju pada kehancuran bangsa dan negara Indonesia. Maka reformasi
dalam perspektif Pancasila pada hakikatnya harus berdasarkan pada nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Penutup.
11

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dalam perspektif ideologi
Pancasila, gerakan reformasi merupakan suatu upaya untuk menata ulang dengan
melakukan perubahan-perubahan sebagai realisasi kedinamisan dan keterbukaan
Ideologi Pancasila dalam kebijaksanaan dan penyelenggaraan negara. Sebagai suatu
ideologi yang bersifat terbuka dan dinamis, Ideologi Pancasila harus mampu
mengantisipasi perkembangan zaman, terutama perkembangan dinamika aspirasi rakyat.
Nilai-nilai Ideologi Pancasila adalah ada pada filsafat hidup bangsa Indonesia, dan
sebagai bangsa, maka akan senantiasa memiliki perkembangan aspirasi sesuai tuntutan
zaman. Oleh karena itu, Pancasila sebagai sumber nilai, memiliki sifat yang reformatif,
artinya memiliki aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu menyesuaikan dengan
dinamika aspirasi rakyat, yang nilai-nilai esensialnya bersifat tetap, yaitu Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Eksistensi ideologi Pancasila di era reformasi ini mestinya menjadi dasar, acuan
atau paradigma baru. Ideology Pancasila adalah dasar negara yang sesuai dengan
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam UUD 1945. Tetapi sekarang bangsa ini sering
mengenyampingkan Pancasila. Padahal reformasi yang benar justru melaksanakan atau
mengamalkan Pancasila untuk kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Dengan jiwa Pancasila seharusnya gerakan reformasi harus mampu menggalang
persatuan demi pembenahan krisis multidimensional dewasa ini. Tidak satu golonganpun
bisa memenangkan reformasi tanpa persatuan dengan golongan-golongan lainnya.
Pengalaman kegagalan dan kemacetan gerakan reformasi selama ini telah membuktikan
hal itu. Dengan persatuan setapak demi setapak gerakan reformasi akan diharapkan
membawa Indonesia menjadi negara yang demokratik, kuat sentosa, aman tenteram dan
adil makmur. Harap dicamkan: ”Persatuanlah yang membawa kita ke arah kebesaran dan
kemerdekaan..”
Disarankan dalam pembahasan ini, pimpinan TNI dan stakeholder terkait untuk
melakukan pendekatan dan upaya-upaya nyata dalam menyikapi implikasi perkembangan
Ideologi Indonesia sebelum dan setelah reformasi tahun 1998 diharapkan mampu
memahami serta dapat mengaplikasikan Ideologi Pancasila sebagai upaya dalam
penegakan kehidupan pasca reformasi kita dapat menyikapi segala sesuatu dengan
penuh pertimbangan dan bertindak secara dewasa.

Penulis
Ir. Asrul

Anda mungkin juga menyukai