BAB 3
BUKTI AUDITING
Nama Kelompok:
Vivi Verlian Nilawati (150810068)
Elysabet Anjani Br. Nainggolan (150810149)
Septian Ambriana (150810169)
Lisa Gusnita (140810403)
1. Bahan Bukti Dibedakan Dengan Bahan Bukti Yuridis Formal dan Ilmiah
Penggunaan bahan bukti tidak hanya khusus dilakukan oleh auditor. Bahan
bukti juga digunakan oleh ilmuwan, dan pengacara. Dalam kasus yuridis formal,
terdapat aturan mengenai bahan bukti yang sudah tersusun dengan baik yang
digunakan oleh hakim untuk melindungi orang yang tak bersalah. Merupakan hal
yang biasa, sebuah bahan bukti pengadilan diputuskan sebagai tidak bijaksana
karena tidak relevan, merupakan purbasangka atau didasarkan kepada desas
desus.
Demikian pula, dalam percobaan ilmiah, ilmuwan memperoleh bahan bukti
untuk menyimpulkan suatu teori. Diasumsikan, ilmuwan medis mengevaluasi
obat baru yang akan menolong penderita asma. Ilmuwan tersebut akan
menyimpulkan bahan bukti dari sejumlah besar percobaan yang terkendali dlam
kurun waktu tertentu untuk menentukan efektifitas obat tersebut.
Auditor juga mengumpulkan bahan bukti untuk mengambil keputusan.
Bahan bukti yang digunakan oleh auditor berbeda daripada yang digunakan oleh
ilmuwan dalam kasus yuridis formal tersebut, dengan menggunakan cara yang
berbeda, tetapi bahan bukti dalam ketiga kasus tersebut digunakan untuk
mengambil kesimpulan. Kasus yuridis formal yang mencakup tertuduh pencurian,
dan auditing atas laporan keuangan.
2. Keputusan Bahan Bukti Audit
Keputusan utama yang dihadapi setiap auditor adalah penentuan jumlah
bahan bukti yang harus dikumpulkan untuk memastikan bahwa komponen
laporan keuangan klien, dan keseluruhan laporan yang telah disajikan dengan
wajar. Keputusan auditor dalam pengumpulan bahan bukti dapat dipecah menjadi
empat bagian sebagai berikut :
1) Prosedur auditing mana yang digunakan ?
Prosedur auditing adalah petunjuk rinci untuk pengumpulan jenis bahan bukti
audit tertentu yang diperoleh pada waktu tertentu selama auditing. Misalkan,
bahan bukti seperti perhitungan persediaan fisik, buku harian, dan rincian
dokumen pengiriman dikumpulkan dengan menggunakan prosedur auditing.
Dalam merancang prosedur auditing, sudah umum untuk menyajikan suatu
prosedur dalam istilah khusus yang memungkinkan penggunaannya sebagai
petunjuk selama audit.
2) Berapa ukuran sampel yang dipilih untuk prosedur tertentu ?
Manakala prosedur auditing dipilih, dimungkinkan untuk menentukan ukuran
sampel dan satu sampai keseluruhan pos dalam populasi yang diuji. Dalam
prosedur auditing diatas, misalkan ada 6.600 cek yang dicatat dalam jurnal
pengeluaran kas. Auditor mungkin memilih besar sampel sebesar 200 cek untuk
dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas. Keputusan mengenai berapa
banyak pos yang harus diuji akan dibuat oleh auditor untuk setiap prosedur
auditing. Ukuran sampel untuk satu prosedur tertentu akan bervariasi dari satu
auditing ke auditing lainnya.
3) Pos atau unsur tertentu mana yang dipiih dari populasi ?
Setelah besar sampel ditentukan bagi prosedur auditing tertentu , tetap perlu
untuk memutuskan pos atau unsur mana yang akan dipilih. Kalau auditor
memutuskan, misalnya, untuk memilih 200 cek dari populasi sebesar 6.000
populasi untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas, maka beberapa
metode yang berbeda dapat digunakan untuk memilih cek tertentu yang akan
diperiksa. Auditor dapat (1) memilih dan memeriksa 200 cek pertamadalam
satu minggu (2) memilih 200 cek yang berjumlah terbesar, (3) memilih cek
secara acak,atau (4) memilih cek yang oleh auditor diperkirakan akan
memiliki kemungkinan kesalahan . Dapat juga digunakan kombinasi dari
metode-metode ini.
4) Kapan prosedur-prosedur tersebut dilaksanakan?
Auditing atas laporan keuangan biasanya mencakup suatu periode seperti satu
tahun, dan memeriksa biasanya belum selesai sampai beberapa minggu atau
beberapa bulan setelah akhir periode. Saat pelaksanaan prosedur auditing
dengan demikian bervariasi dari permulaan periode akuntansi sampai lama
setelah periode tersebut berakhir. Dalam auditing atas laporan keuangan, klien
biasanya menginginkan auditing selesai saru aau tiga bulan setelah akhir
tahun.
1. Relevansi
Bukti harus berkaitan atau relevan terhadap tujuan pengujian auditing sebelum
dikatakan bersifat dapat menyimpulkan misalkan, auditor berkepentingan bahwa
klien tidak membuat faktur penjualan kepada pelanggan untuk pengiriman yang telah
dilakukan (tujuan kelengkapan). Kalau auditor memilih suatu sampel salinan faktur
penjualan dan menelusuri masing-masing ke dokumen pengiriman yang
berhubungan, bahan bukti menjadi tidak relevan untuk tujuan kelengkapan prosedur
yang relevan adalah membandingkan satu sampel dokumen pengiriman dengan alinan
faktur penjualan terkait untuk menentukan apakah tiap pengiriman telah dibuatkan
fakturnya.
2. Kompetensi
e. Tingkat Objektivitas
Bahan bukti yang objektif akan lebih andal daripada bahan bukti yang
memerlukan pertimbangan untuk menentukan apakah ia benar. Contoh dari bahan
bukti yang objektif adalah konfirmasi piutang usaha dan saldo bank, perhitungan
fisik efek-efek dan uang tunai, dan menjumlahkan ke bawah daftar utang usaha
untuk menentukan apakah cocok dengan saldo buku besar. Contoh bahan bukti
yang subjektif adalah konfirmasi dari pengacara klien mengenai kemungkinan
hasil tuntutan yang sedang dihadapi, dan pengamatan persediaan yang usang
selama auditing fisik, dan tanya jawab dengan manajer kredit mengenai
kolektibilitas piutang usaha yang tidak lancar. Dalam mengevaluasi keandalan
bahan bukti yang subjektif, kualifikasi orang yang menyediakan data menjadi
faktor yang penting.
3. Kecukupan
Jumlah diukur terutama dengan besar sampel yang dipilih auditor. Dua hal yang
paling penting dalam menentukan kecukupan adalah perkiraan auditor atas terjadinya
kekeliruan dan efektifitas struktur pengendalian intern.
4. Ketepatan waktu
Ketepatan waktu dari bahan bukti audit mengacu kepada kapan bahan bukti
dikumpulkan atau periode yang dicakup oleh audit. Bahan bukti biasanya lebih
membantu dalam memberikan kesimpulan bagi perkiraan neraca kalau diperoleh
sedekat mungkin dari tanggal neraca. Misalkan perhitungan efek-efek pada tanggal
neraca lebih dapat memberikan kesimpulan daripada menghitung dua bulan
sebelumnya. Bagi perkiraan rugi laba, bahan bukti akan lebih menyimpulkan kalau
dilakukan uji petik untuk seluruh periode daripada hanya sebagian periode. Misalkan,
uji petik acak rias transaksi selama setahun akan lebih dapat menyimpulkan daripada
uji petik hanya enam bulan pertama
C. Jenis-jenis Bukti
D kategori bahan bukti yang dapat dipilih auditor. Kategori ini, dikenal
sebagai jenis bahan bukti , akan disebutkan di bawah ini dan dibahas
dalam bagian ini.
1. Auditing Fisik
2. Konfirmasi
3. Dokumentasi
penjualan. Dokumen yang sejenis ini merupakan bahan bukti yang bermanfaat
untuk verifikasi oleh auditor atas akurasi pencataran transaksi penjualan oleh
klien. Dokumentasi merupakan bentuk bahan bukti yang digunakan Secara luas,
dalam setiap audit karena biasanya sudah tersedia bagi auditor dengan biaya
yang relative rendah.
4. Pengamatan
6. Akurasi Mekanis
Pembahasan:
1. jenis-jenis bukti:
a. Auditing Fisik
b. Konfirmasi
c. Dokumentasi
d. Pengamatan
e. Tanya Jawab dengan Klien
f. Akurasi Mekanis
g. Prosedur Analitis
2. Bukti yang kompeten, berarti mengacu kepada derajat dapat dipercayanya suatu
bahan bukti, kalau dari bukti dianggap sangat kompeten, akan sangat membantu
meyakinkan auditor bahwa laporan keuangan disajikan dengan wajar.