Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AUDIT KEUANGAN

Bukti Kerja dan Kertas Audit


Dosen: I Wayan Diana Putra Adnyana, S.E., M.Si., Ak., CA., ASEAN CPA

Disusun Oleh:
Jasmine Priscilla Kho 1901030036

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK)


PRIMAKARA
TAHUN AJARAN 2022/2023
A. BUKTI AUDIT
Bukti audit merupakan hal yang sangat diperlukan sebagai bahan evaluasi auditor. Auditor
harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk mengumpulkan bukti audit yang tepat
dan mencukupi dalam setiap audit untuk memenuhi standar profesi.

B. SIFAT BUKTI AUDIT


Bukti audit merupakan setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan
apakah informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Informasi ini sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam meyakinkan auditor bahwa
laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Bukti audit mencakup informasi yang sangat
persuasif, seperti perhitungan auditor atas sekuritas yang dapat diperjualbelikan, dan informasi
yang kurang persuasif, seperti respons atas pertanyaan-pertanyaan dari para karyawan klien.
Bukti audit sangat diperlukan guna membantu auditor dalam mengambil keputusan.

C. 4 KEPUTUSAN TENTANG BUKTI YANG DIPERLUKAN UNTUK MEMBUAT


PROGRAM AUDIT
Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit
yang tepat, yang diperlukan untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara
wajar. Ada empat keputusan mengenai bukti apa yang harus dikumpulkan dan berapa banyak:

1. Prosedur audit yang akan digunakan


Prosedur audit adalah rincian instruksi yang menjelaskan bukti audit yang harus diperoleh
selama audit.

2. Berapa ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur tersebut


Setelah memilih prosedur audit, auditor dapat mengubah ukuran sampel dari hanya satu
hingga semua item dalam populasi yang sedang diuji. Keputusan tentang berapa banyak
item yang akan diuji harus dibuat oleh auditor pada setiap prosedur audit. Ukuran sampel
untuk setiap prosedur mungkin akan berbeda antara satu audit dengan lainnya, tergantung
pada karakteristik klien seperti luas pengendalian yang terotomasi dan tingkat assurance
yang diperlukan dari prosedur.
3. Item-item mana yang akan dipilih dari populasi
Setelah menentukan ukuran sampel untuk suatu prosedur audit, auditor harus memutuskan
item-item mana dalam populasi yang akan diuji. Sebagai contoh, jika auditor memutuskan
memilih 50 cek yang dibatalkan dari populasi sebesar 5.000 untuk dibandingkan dengan
jurnal pengeluaran kas, beberapa metode berbeda dapat digunakan untuk memilih cek-cek
tertentu yang akan diperiksa. Auditor dapat memilih suatu minggu dan memeriksa 50 cek
pertama, memilih 50 cek yang bernilai besar, memilih cek-cek tersebut secara acak,
memilih cek-cek yang menurut auditor paling mungkin mengandung kekeliruan, atau dapat
menggunakan kombinasi dari berbagai metode tersebut.

4. Kapan melaksanakan prosedur tersebut


Lamanya audit atas laporan keuangan biasanya mencakup suatu periode seperti satu tahun.
Waktu pelaksanaan prosedur audit dapat bervariasi dari awal periode akuntansi hingga
berakhirnya periode akuntansi itu. Keputusan penetapan waktu audit, sebagian,
dipengaruhi oleh kapan klien menginginkan agar audit itu diselesaikan. Dalam audit atas
laporan keuangan, biasanya klien menginginkan agar audit diselesaikan antara satu hingga
tiga bulan setelah akhir tahun. Saat ini SEC mengharuskan semua perusahaan publik untuk
menyerahkan laporan keuangan yang telah diaudit kepada SEC dalam waktu 60 sampai 90
hari sesudah akhir tahun fiskal perusahaan, tergantung pada ukuran perusahaan itu. Namun
demikian, penetapan waktu juga dipengaruhi oleh kapan auditor merasa yakin bukti audit
akan paling efektif dan kapan staf audit tersedia.

D. KARAKTERISTIK YANG MENENTUKAN PERSUASIVE BUKTI


Persuasivitas bukti merupakan tingkat dimana auditor merasa yakin bukti audit dapat
mendukung pendapat audit, dan penentunya adalah ketepatan dan kecukupan bukti.
1. Ketepatan Bukti
Merupakan ukuran mutu bukti, yang berarti relevansi dan reliabilitasnya memenuhi tujuan
audit untuk kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang berkaitan. Ketepatan suatu
bukti audit hanya dapat diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang lebih relevan atau
yang memberikan bukti yang lebih andal.
● Relevansi bukti berarti bukti audit harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit
yang akan diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dianggap benar. Relevansi bukti
dapat diperimbangkan dalam tujuan audit khusus. Karena bukti audit mungkin
relevan untuk satu tujuan audit, tetapi tidak relevan untuk tujuan audit lainnya.
● Reliabilitas bukti ini mengacu pada tingkat dimana bukti tersebut dianggap dapat
dipercaya atau layak dipercaya. Terdapat 6 karakteristik reliabilitas dari bukti audit,
yaitu:
a. Independensi penyedia bukti, Bukti yang diperoleh dari luar entitas lebih
dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari dalam
entitas. Seperti komunikasi dari Bank, pengacara, atau para pelanggan,
dokumen yang berasal dari luar organisasi seperti polis asuransi akan lebih
dipercaya dibandingkan komunikasi atau hasil wawancara yang diperoleh
dari klien dan dokumen yang berasal dari internal perusahaan bahkan yang
tidak pernah dikirim ke luar organisasi seperti permintaan pembelian.
b. Efektivitas pengendalian internal klien, bukti audit lebih dapat diandalkan
jika pengendalian intern klien efektif, bukan lemah.
c. Pengetahuan langsung auditor, bukti yang diperoleh langsung oleh auditor
melalui pemeriksaan fisik, observasi, penghitungan ulang, dan inspeksi
akan lebih dapat diandalkan ketimbang informasi yang diperoleh secara
tidak langsung.
d. Kualifikasi individu yang menyediakan informasi, meskipun sumber
informasi bersifat independen, bukti audit tidak dapat diandalkan kecuali
individu yang menyediakan informasi tersebut memenuhi kualifikasi untuk
itu. Selain itu, bukti yang diperoleh langsung oleh auditor tidak dapat
diandalkan jika auditor tidak memenuhi kualifikasi untuk mengevaluasi
bukti tersebut.
e. Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan dibandingkan bukti subjektif.
Contoh bukti objektif adalah konfirmasi piutang usaha dan saldo bank,
perhitungan fisik sekuritas dan kas, sedangkan contoh bukti subjektif adalah
surat yang ditulis oleh pengacara klien yang membahas hasil yang mungkin
akan diperoleh dari gugatan hukum yang sedang dihadapi oleh kliennya
jawab dengan manajer, observasi atas persediaan yang usang selama
pemeriksaan fisik.
f. Ketepatan waktu, bukti yang terkumpul tepat pada waktunya dapat
diandalkan untuk akun-akun neraca apabila diperoleh sedekat mungkin
dengan tanggal neraca. Sedangkan untuk akun-akun laba rugi, bukti yang
diperoleh dapat diandalkan jika ada sampel dari keseluruhan periode yang
diaudit seperti sampel acak transaksi penjualan dari setahun penuh, bukan
hanya dari sebagian periode.

2. Kecukupan Bukti
Jumlah bukti yang diperoleh menentukan cukup tidaknya bukti tersebut. Jumlah ini diukur
melalui ukuran sampel yang diambil oleh auditor. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai cukup atau tidaknya suatu bukti yang
diperlukan, seperti tingkat materialitas dan risiko, faktor-faktor ekonomi, ukuran dan
karakteristik populasi.

3. Persuasivitas dan Biaya


Dalam membuat berbagai keputusan tentang bukti audit pada suatu proses audit, baik
persuasivitas maupun biaya harus turut dipertimbangkan. Sangatlah jarang terjadi ketika
hanya satu jenis bukti audit saja yang tersedia untuk memverifikasi informasi. Persuasivitas
dan biaya dari semua alternative harus masuk dalam pertimbangan auditor sebelum ia
memilih suatu atau beberapa jenis bukti audit yang terbaik. Tujuan auditor adalah
memperoleh sejumlah bukti audit yang cukup kompeten pada tingkat biaya terendah yang
paling mungkin dicapai.

E. MENGIDENTIFIKASI DAN MENERAPKAN 9 JENIS BUKTI YANG DIGUNAKAN


DALAM PENGAUDITAN
1. Pengujian Fisik
Merupakan inspeksi atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas aktiva yang
berwujud (tangible asset). Jenis bukti ini sering berkaitan dengan persediaan dan kas, tetapi
dapat pula diterapkan untuk berbagai verifikasi atas surat berharga, surat piutang, serta
aktiva tetap yang berwujud.

2. Konfirmasi
Menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis maupun lisan dari pihak ketiga
yang independen yang memverifikasi keakuratan informasi sebagaimana yang diminta
oleh auditor. Permintaan ini ditujukan bagi klien, dan klien meminta pihak ketiga yang
independen untuk memberikan tanggapannya secara langsung kepada auditor. karena
konfirmasi-konfirmasi ini datang dari berbagai sumber yang independen terhadap klien,
maka jenis bukti audit ini sangatlah dihargai dan merupakan jenis bukti yang paling sering
dipergunakan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien untuk
mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan.
Berbagai dokumen yang diuji auditor adalah catatan-catatan yang dipergunakan oleh klien
untuk menyediakan informasi bagi pelaksana bisnis yang terorganisasi. Karena pada
umumnya setiap transaksi dalam organisasi klien ini minimal didukung oleh selembar
dokumen, maka jenis audit ini tersedia dalam jumlah besar. Sebagai contoh, klien sering
kali menyimpan bukti pemesanan pelanan, dokumen pengapalan, serta salinan faktur
penjualan masing-masing transaksi penjualan yang terjadi. Ketiga dokumen ini merupakan
bukti yang berguna untuk verifikasi oleh auditor dalam menilai keakuratan catatan-catatan
klien untuk berbagai transaksi penjualan. Dokumentasi adalah suatu bentuk bukti yang
dipergunakan secara luas dalam setiap penugasan audit karena pada umumnya jenis bukti
ini telah tersedia bagi auditor dengan biaya perolehan bukti yang relative rendah. Sering
kali jenis bukti ini merupakan satu-satunya jenis bukti audit yang layak dan siap pakai.

4. Prosedur Analitis
Prosedur analitis menggunakan berbagai perbandingan dan hubungan-hubungan untuk
menilai apakah saldo-salfdo akun atau data lainnya nampak wajar. Prosedur analistis
digunakan untuk tujuan berbeda atas sebuah audit.
Tujuannya adalah sebagai berikut:
a. Memahami industri dan bisnis klien
b. Menilai kemampuan keberlanjutan bisnis entitas
c. Menunjukkan munculnya kemungkinan kesalahan penyajian dalam laporan
keuangan
d. Mengurangi ujian audit rinci

5. Wawancara kepada Klien


Wawancara adalah upaya untuk memperoleh informasi baik secara lisan maupun tertulis
dari klien sebagai tanggapannya atas berbagai tanggapannya atas berbagai pertanyaan yang
diajukan oleh auditor. Saat auditor memperoleh bukti dari hasil wawancara ini, pada
umumnya merupakan suatu keharusan bagi auditor untuk memperoleh bukti audit liannya
yang lebih meyakinkan melalui berbagai prosedure lainnya.

6. Rekalkulasi
Rekalkulasi melibatkan pengujian kembali berbagai perhitungan dan transfer informasi
yang dibuat oleh klien pada suatu periode yang berada dalam periode audit pada sejumlah
sampel yang diambil auditor. Pengujian kembali atas berbagai perhitungan ini terdiri dari
pengujian atas keakuratan aritmatis klien. Hal ini mencakup sejumlah prosedur seperti
pengujian perkalian dalam faktur-faktur penjualan dan persediaan, penjumlahan dalam
jurnal-jurnal dan catatan-catatan pendukung, serta menguji perhitungan atas beban
depresiasi dan beban dibayar di muka. Pengujian kembali atas berbagai transfer informasi
mencakup penelusuran nilai-nilai untuk memperoleh kayakinan bahwa pada saat informasi
tersebut dicantumkan pada lebih dari satu tempat, maka informasi tersebut selalu dicatat
dalam nilai yang sama pada setiap saat.

7. Observasi
Observasi adalah penggunaan indera perasa untuk menilai aktivitas-aktivitas tertentu.
Sepanjang proses audit, terdapat banyak kesempatan bagi auditor untuk mempergunakan
indera penglihatan, pendengar, perasa, dan penciumannyadalam mengevaluasi berbagai
item yang sangat beraneka ragam. Kewajiban auditor untuk menindaklanjuti berbagai
kesan pertama yang didapatnya dengan berbagai bentuk bukti audit lainnnya yang bersifat
nyata.

8. Kompetensi Jenis-Jenis Bukti


Pertama, efektivitas pengendalian internal klien memiliki pengaruh yang signifikan atas
kompetensi sebagian besar jenis audit. Sebagai contoh, dokumentasi atas kompetensi
sebagian besar jenis audit. Sebagai contoh, dokumentasi internal suatu perusahaan yang
memiliki pengendalian internal yang efektif akan lebih terpercaya karena dokumen-
dokumen tersebut memiliki persentase keakuratan yang lebih tinggi. Serupa dnegan hal
tersebut, prosedur analitis tidak akan menjadi bukti audit yang kompeten bila pengendalian
yang bertugas menghasilkan data ternyata menyediakan informasi yang tidak akurat.

Kedua, baik pengujian fisik maupun hitung uji kemungkinan besar akan memberikan
tingkat kepercayaan yang tinggi jika pengendalian internnya berjalan efektif, tetapi
penggunaaan kedua jenis bukti itu cukup besar perbedaannya. Kedua jenis bukti audit ini
secara efektif berhasil mengilustrasikan bahwa bukti-bukti audit yang memiliki tingkat
kepercayaan yang sama boleh jadi benar-benar jauh berbeda.

Ketiga, jenis bukti audit yang spesifik jarang sekali mampu memberikan bukti audit yang
kompeten hanya dengan jenis bukti itu saja untuk memuaskan beberapa tujuan audit.
9. Biaya Atas Jenis-Jenis Bukti
Dua jenis bukti audit yang paling mahal biayanya adalah pengujian fisik dan konfirmasi.
Pengujian fisik mengeluarkan biaya yanga besar karena pada umumnya, pengujian fisik
mewajibkan kehadiran auditor pada saat klien melakukan perhitungan aktivanya, sering
sekali dilakukan pada tanggal neraca. Konfirmasi membutuhkan biaya yang besar karena
auditor harus melaksanakan sejumlah prosedur secara berhati-hati dalam rangka
mempersiapkan konfirmasi, pengiriman dan penerimaan kembali, serta upaya untuk
menindaklanjuti berbagai konfirmasi yang tidak menerima tanggapan atau sejumlah
pengecualian konfirmasi.
Dokumentasi

F. MEMAHAMI TUJUAN PENDOKUMENTASIAN AUDIT


Menurut standar audit, dokumentasi audit adalah catatan yang disimpan oleh auditor dari
prosedur yang diterapkan, ujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan
yang berhubungan yang dicapai dalam perjanjian. Dokumentasi audit juga biasa dianggap
sebagai kertas kerja pemeriksa (KPP), kertas kerja audit (KKA), atau audit working paper
(AWP).

1. Tujuan Dokumentasi Audit


Tujuan dokumentasi audit secara umum adalah membantu auditor menyediakan jaminan
wajar bahwa audit yang memadai telah dilakukan sesuai dengan standar audit yang umum
diterima. Secara khusus, dokumentasi audit (KKP) bertujuan sebagai pendukung dalam
memberikan opini, memberikan sebuah dasar untuk merencanakan audit, sebuah catatan
bukti yang diakumulasikan dan hasil dari ujian, sebagai bahan supervisi oleh supervisor
dan rekan, sebagai acuan untuk audit tahun berikutnya, sebagai referensi bila ada
pertanyaan oleh pihak lain. Dokumentasi audit adalah cara utama mendokumentasikan
dimana sebuah audit yang memadai telah dilakukan. Dokumentasi audit memberikan
sumber informasi penting untuk membantu auditor dalam menentukan laporan audit yang
tepat untuk dibuat dalam keadaan tertentu.
Arsip audit adalah rangka referensi utama yang digunakan oleh orang yang mengawasi
untuk mengevaluasi apakah bukti kompeten yang cukup telah diakumulasikan untuk
mendukung laporan audit. Saat prosedur audit melibatkan penyelidikan dokumen tau
konfirmasi saldo, dokumentasi audit harus meliputi sebuah identifikasi dari item yang diuji,
arsip audit juga harus meliputi dokumentasi tentang temuan audit atau masalah yang
penting, tindakan yang diambil untuk mengatasinya dan dasar untuk kesimpulan yang
dicapai.

2. Kepemilikan file audit


Dokumentasi audit disiapkan selama waktu pekerjaan termasuk jadwal yang dipersiapkan
oleh klien untuk auditor, adalah pemilikan auditor.Satu-satunya waktu dimana orang lain
termasuk klien, memiliki hak untuk menguji arsip adalah saat mereka dipanggil oleh
pengadilan sebagai bukti hukum. Pada penyelesaian waktu pekerjaan, arsip audit
dipertahankan pada kantor akuntan publik untuk referensi masa mendatang.

3. Kerahasiaan file audit


Kerahasiaan hubungan dengan klien diperlihatkan dalam aturan 301 dari Kode Perilaku
Profesional,yang menyatakan:
"Seorang anggota tidak boleh mengungkapkan suatu informasi rahasia yang diperoleh
dalam rangkaian perjanjian profesional kecuali dengan persetujuan klien".
Bila auditor membuka rahasia informasi kepada pihak luar atau karyawan klien yang tidak
memiliki akses, hubungan mereka dengan manajemen akan sangat terganggu sehingga
memberikan karyawan sebuah kesempatan untuk mengubah informasi dan merupakan
sebuah kasus jika seorang akuntan publik menjual prakteknya ke perusahaan akuntan
publik lainnya. Namun tidak dibutuhkan izin dari klien bila dokumentasi audit dipanggil
oleh pengadilan atau digunakan untuk keperluan legal lainnya.
1. Persyaratan untuk menyimpan file audit
2. Isi dan Organisasi
Setiap perusahaan akuntan publik membuat pendekatannya sendiri untuk menyiapkan dan
mengatur arsip audit. Biasanya arsip audit dimulai dengan informasi yang lebih umum,
seperti data perusahaan dalam arsip permanen dan diakhiri dengan laporan keuangan dan
laporan audit. Ditengahnya adalah arsip audit yang mendukung ujian auditor.
1. File permanen
Disengaja untuk mengandung data yang sifatnya historis atau berlanjut. Arsip ini
menjadi sumber informasi yang memudahkan audit yang terus diminati dari tahun
ketahun. Arsip permanen pada umumnya meliputi:
a. Kutipan atau salinan dari dokumen perusahaan yang terus menerus penting sebagai
artikel korporasi, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi, dan kontrak. Kontrak
adalah rencana pensiun, penyewaan, pilihan saham dan lainnya.
b. Analisis, dari tahun sebelumnya dari akun yang senantiasa penting bagi auditor.
Termasuk seperti utang jangka panjang, akun ekuitas pemegang saham, niat baik,
dan aktiva tetap.
c. Informasi yang berhubungan dengan pemahaman akan kontrol(pengendalian)internal
dan penilaian risiko kontrol.
d. Hasil dari prosedur analitis atas audit tahun-tahun sebelumnya. Diantara data ini adalah
rasio dan persentase yang hitungoleh auditor dan total saldo atau saldo perbulan untuk
akun tertentu.

2. File tahun berjalan


Mencakup semua dokumentasi audit yang bisa diterapkan ke dalam audit. Ada kumpulan
arsip permanen untuk klien dan sekumpulan file tahun berjalan untuk masing-masing tahun
audit. Jenis informasi yang disertakan dalam arsip sekarang akan dibahas singkat dibawah
ini:
a. Program Audit
Standar audit membutuhkan program audit tertulis untuk setiap audit. Program audit
biasanya dipelihara dalam arsip terpisah untuk memperbaiki koordinasi dan
mengintegrasikan semua bagian audit. Saat audit berjalan, setiap auditor memulai
program itu untuk prosedur audit yang dilakukan dan menunjukkan tanggal
penyelesaian.

b. Informasi umum
Sebagian arsip audit mencakup informasi periode sekarang yang sifatnya umum
bukannya dirancang untuk mendukung jumlah laporan keuangan tertentu. Ini termasuk
item seperti memo perencanaan audit, abstrak atau salinan pertemuan dewan direksi,
abstrak kontrak dan lain-lain.
c. Neraca Saldo Berjalan
Karena dasar untuk menyiapkan laporan keuangan adalah buku besar umum, jumlah
yang disertakan dalam catatan adalah titik utama dari audit. Seawal mungkin setelah
tanggal neraca saldo, auditor memperoleh atau menyiapkan daftar akun buku besar
umum dan saldo akhir tahun mereka. Jadwal ini adalah neraca saldo berjalan.
d. Menyesuaikan dan Reklasifikasi Ayat Jurnal
Saat auditor menemukan kesalahan penyajian material dalam catatan akuntansi,
laporan keuangan harus diperbaiki. Sebagai Contoh, jika klien gagal untuk mengurangi
persediaan dengan tepat untuk bahan mentah yang tidak terpakai, maka bisa dibuat
penyesuaian ayat jurnal oleh auditor untuk mencerminkan nilai yang bisa diwujudkan
dari persediaan itu.
e. Reklasifikasi ayat jurnal
Reklasifikasi ayat jurnal seringkali dibuat dalam laporan untuk memberikan informasi
akuntansi yang benar bahkan saat saldo buku besar umum itu benar.
f. Jadwal Pendukung
Bagian terbesar dari dokumentasi audit meliputi jadwal pendukung yang rinci yang
disiapkan oleh klien atau auditor untuk mendukung jumlah tertentu pada laporan
keuangan. Banyak jenis jadwal yang digunakan dan penggunaan jenis yang tepat
adalah perlu untuk mendokumentasikan memadainya audit dan memenuhi tujuan lain
dari dokumentasi audit. Berikut jenis utama dari jadwal pendukung:
● Analisis, Dirancang untuk memperlihatkan aktivitas dalam akun buku besar umum
selama seluruh periode audit, menghubungkan awal dan akhir saldo.
● Neraca Saldo atau Daftar, Jenis jadwal ini terdiri dari rincian yang membuat saldo
akhir tahun dari akun buku besar umum. Ini berbeda dari sebuah analisis dimana
hanya meliputi item yang merupakan saldo akhir periode.
● Rekonsiliasi Jumlah, rekonsiliasi yang mendukung jumlah tertentu dan biasanya
diharapkan akan meningkatkan jumlah yang dicatat pada catatan klien dengan
sumber informasi lainnya.
● Ujian Kewajaran, bersifat informasi yang memungkinkan auditor untuk
mengevaluasi apakah saldo tampak mengandung salah saji dengan
mempertimbangkan situasi penugasan.
● Ringkasan prosedur, Jenis jadwal lain meringkaskan hasil dari prosedur audit
khusus yang dilakukan. Contohnya ringkasan hasil konfirmasi piutang dagang dan
ringkasan observasi persediaan.
● Penyelidikan dokumen pendukung, Sejumlah jadwal tujuan khusus dirancang
untuk memperlihatkan ujian rinci yang dilaksanakan, seperti ujian dokumen
selama ujian kontrol dan uji substantif transaksi atau cut off.
● Informasional, Berisi informasi yang berlawanan dengan bukti audit meliputi
informasi untuk pajak penghasilan data anggaran waktu, dan jam kerja klien yang
berguna dalam administrasi perjanjian.
● Dokumentasi Luar, Seperti jawaban konfirmasi dan salinan perjanjian klien.
Walaupun bukan "jadwal" dalam arti sebenarnya, mereka berindeks dan saling
diarsipkan prosedur ditunjukkan pada mereka dalam cara yang sama seperti pada
jadwal lainnya.

G. MENYUSUN DOKUMENTASI AUDIT TERORGANISIR


Walaupun rancangannya bergantung pada tujuan ynag terlibat, dokkumentasi harus memiliki
karakteristik tertentu:
a. Setiap arsip harus diidentifikasikan secara benar dengan informasi seperti nama klien,
periode yang dicakup, gambaran tentang isi, inisial yang menyiapkan, tanggal persiapan,
dan kode indeks.
b. Dokumentasi audit harus diberi indeks dan direferensi silang untuk membantu dalam
mengatur dan mengarsip.
c. Dokumentasi audit lengkap harus dengan jelas menunjukkan pekerjaan audit yang
dilakukan. Ini dicapai dengan tiga cara: dengan pernyataan dalam bentuk memorandum
dengan mengawali prosedur audit dalam program audit, dan dengan notasi langusng pada
jadwal.
d. Dokumentasi audit harus meliputi informasi yang cukup untuk memenuhi tujuan yang
dirancang.
e. Kesimpulan yang dicapai tentang bagian dari audit yang dipertimbangkan harus dinyatakan
dengan jelas.
REFERENSI

https://www.slideshare.net/sudybrt/sifat-bukti-audit
https://www.academia.edu/37753381/BUKTI_AUDIT_Makalah_ini_disusun_untuk_memenuhi_
tugas_dalam_mata_kuliah_Auditing_1

Anda mungkin juga menyukai