Anda di halaman 1dari 3

Auditing II EKSI4310

1 Bukti audit digunakan sebagai dasar bagi auditor dalam memberikan opini. Bukti audit
diperoleh auditor salah satunya dari pengujian subtanstif (Substantive test). Jelaskan
dimaksud dengan substantive test dan berikan tiga contoh prosedur pemeriksaan Substantive
test!
Jawab:
Pengujian substantif (Substantive Test) adalah prosedur yang digunakan untuk menguji
kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi kebenaran
saldo laporan keuangan. Kekeliruan tersebut sering disebut dengan salah saji moneter (dalam
satuan mata uang) yang merupakan indikasi yang jelas terjadinya salah saji dalam saldo
laporan keuangan. Tujuan pengujian substantive atas transaksi adalah untuk menentukan
apakah transaksi akuntansi klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan diiktisarkan
dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku tambahan dengan benar.
Karakteristik uji substantif merujuk pada jenis dan efektivitas prosedur audit yang dilakukan.
Jika risiko deteksi yang dapat diterima berlevel rendah,auditor harus menggunakan prosedur
yang lebih efektif. Jika risiko deteksi yang dapat diterima berlevel tinggi, dapat digunakan
prosedur yang kurang efektif dan murah.
Contohnya:
Program Pengujian Substantif Terhadap Piutang Usaha
Program audit untuk pengujian substantif terhadap piutang usaha berisi prosedur audit yang
dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan di atas. Berbagai prosedur
audit dilaksanakan dalam lima tahap, yaitu:
1. Prosedur audit awal
2. Prosedur analitik
3. Pengujian terhadap transaksi rinci
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci
5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan
Pada tahap awal, auditor menempuh prosedur audit yang memperoleh keyakinan bahwa
informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangn didukung dengan catatan
akuntansi. Pada tahap berikutnya, auditor mengumpulkan berbagai ratio dan perbandingan
untuk memfokuskan kemana pengujian terhadap transaksi dan saldo akun rinci diarahkan.
Pada tahap-tahap akhir, auditor melaksanakan pengujian terhadap transksi dan saldo akun
rinci, serta verivikasi tehadap penyajian dan pengungkapan dan pengungkapan saldo akun
dalam laporan keuangan.
2 Auditor Hendrian dan Rekan melakukan pengujian substantif atas utang usaha di perusahan
XYZ. Dalam melakukan pemeriksaan auditor menemukan bahwa risiko deteksi rendah atas
utang usaha rendah dan terdapat beberapa pemasok dengan nilai saldo besar terhadap
perusahaan XYZ. Ketika auditor mengumpulkan bukti audit atas utang klien apakah auditor
memiliki tanggung jawab untuk melakukan konfirmasi utang? Dalam kondisi apa auditor
perlu melakukan konfirmasi utang dan tidak perlu melakukan konfirmasi utang? Jelaskan
pendapat saudara.
Jawab:
Konfirmasi Hutang Usaha
Tidak seperti konfirmasi piutang usaha, tidak ada anggapan yang dibuat mengenai konfirmasi
hutang usaha. Prosedur ini bersifat oposional karena (1) konfirmasi ini tidak dapat menjamin
bahwa hutang yang belum dicatat akan dapat ditemukan, dan (2) bukti eksternal berupa faktur
dan laporan bulanan penjual harus tersedia untuk mendukung saldonya. Konfirmasi hutang
usaha direkomendasikan apabila risiko deteksi rendah, terdapat kreditor individual dengan
saldo yang relatif besar, atau perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi
kewajibannya. Seperti dalam kasus konfirmasi piutang usaha, auditor harus mengendalikan
pembuatan dan pengiriman permintaan konfirmasi serta harus meminta jwaban langsung dari
respondensi. Apabila konfirmasi akan dilakukan, maka akun dengan saldo nol atau kecil
harus ada di antara pilihan untuk konfirmasi karena saldo yang mungkin ditetapkan terlalu
rendah daripada akun dengan saldo yang besar. Selain itu, konfirmasi juga harus dikirimkan
kepada pemasok utama yang (1) telah digunakan pada tahun sebelumnya, tetapi tidak dalam
tahun berjalan, dan (2) tidak mengirimkan laporan bulanan. Dapat diobservasi bahwa firmasi
tidak menyebutkan jumlah hutang yang harus dibayar. Dalam mengkonfirmasi hutang
usaha,auditor menghendaki agar kreditor menyebutkan jumlah yang terutang karena jumlah
itu akan direkonsiliasi dengan catatn klien. Perhatikan bahwa informasi juga diminta
mengenai komitmen pembelian dari klien dan setiap jaminan atas hutang tersebut. Pengujian
ini dapat memberikan bukti untuk semua asersi hutang usaha. Akan tetapi, bukti yang
tersedia untuk asersi kelengkapan bersifat dan mengirim permintaan konfirmasi kepada
pemasok yang tidak mencatat kewajiban klien.
3 Dalam audit atas saldo kas, auditor menemukan bahwa efek keseluruhan dari cek yang
tidak dicairkan adalah material dan mengindikasikan terjadinya penyimpangan atau window
dressing. Apa yang dimaksud dengan window dressing? Menurut saudara, apa yang
sebaiknya auditor lakukan untuk mengatasi hal tersebut?
Jawab:
Window dressing adalah strategi yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk menarik hati
investor dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnis yang
dimilikinya. Tujuannya tentu saja untuk meyakinkan investor dalam menanamkan modal
investasi yang menguntungkan bagi perusahaan tersebut.

Penerapan standar akuntansi baru untuk laporan keuangan perbankan atau PSAK 50/55
diyakini akan menutup celah bagi para bankir melakukan window dressing atau merekayasa
laporan keuangan bank untuk tujuan tertentu. Contoh, 'memainkan' pencadangan untuk
mengatur laba. Konsep PSAK 50/55 menuntut bank menentukan cadangan berdasarkan data
historis kerugian kredit yang sudah terjadi atau incurred loss. Data yang menjadi patokan
harus berusia minimal tiga tahun, meski idealnya antara tiga sampai lima tahun.
Selama ini, penentuan cada ngan memakai konsep ekspektasi kerugian kredit (expectation
loss). Dus, bank bisa menumpuk cadangan besar-besaran kalau bankir merasa default kredit-
nya besar. Celah ini yang banyak dimanfaatkan bank untuk memoles laporan keuangannya.

TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai