Anda di halaman 1dari 6

AUDIT SIKLUS AKUISISI DAN PEMBAYARAN : PENGUJIAN PENGENDALIAN,

PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI, DAN UTANG USAHA

DOSEN PENGAMPU :

DWI ASIH SURJANDARI, Dr. Akt, MM

DI SUSUN OLEH :

ALIFTIKA CIPTA DEWI ( 43218010022 )

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

S1 AKUNTANSI

2018/2019
Metodologi untuk merancang pengujian rincian neraca untuk hutang
menggunakan audit risk model

Karena semua transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran umumnya mengalir melalui

utang usaha, akun ini penting bagi audit atas siklus akuisisi dan pembayaran. Utang usaha adalah

kewajiban yang belum dibayar atas barang dan jasa yang diterima dalam peristiwa bisnis yang

biasa.

Metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo utang usaha terdiri dari berikut:

1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Utang Usaha (Tahap I)

Focus yang diberikan banyak perusahaan pada perbaikan aktivitas manajemen mata

rantai suplainya telah menimbulkan banyak perubahan dalam rancangan system yang

digunakan untuk mengawali serta mencatat aktifitas akuisisi dan pembayaran. Usaha untuk

merampingkan proses pembelian barang dan jasa telah mengubah semua aspek siklus

akuntansi dan pembayaran bagi banyak perusahaan. Pengaturan system tersebut dapat

menjadi kompleks. Auditor harus memahami sifat perubahan system tersebut utuk

mengidentifikasi apakah risiko bisnis klien dan pengendalian manajemen yang terkait

mempengaruhi kemungkinan salah saji yang material dalam utang usaha.

2. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)

Seperti halnya Piutang usaha, utang usaha seringkali saldonya berjumlah besar dan terdiri

dari sejumlah besar saldo vendor serta relative mahal untuk mengaudit akun tersebut. Karena

alasan itu auditor umumnya menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi yang relative tinggi

untuk utang usaha. Auditor sering menilai risiko inheren sebagai sedang atau tinggi. Mereka

peduli dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo pisah batas dan kelengkapan karena

berpotensi menimbulkan kurang saji saldo akun.


3. Menilai Risiko Pengendalian dan Merancang serta Melaksanakan Pengujian

pengendalian dan pengujian Substantif atas Transaksi (tahap I dan II)

Setelah menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan risiko inheren , auditor menilai

risiko pengendalian berdasarkan pemahaman terhadap pengendalian internal. Pengujian

sustantif bergantung pada keefektifan relative pengendalian internal yang berhubungan 

dengan utang usaha. Setelah menilai risiko pengendalian, auditor merancang dan

melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substrantif atas transaksi akuisisis dan

pengeluaran kas.

4. Merancang dan Melaksanakan Prosedur analitis (tahap III)

Tujuan audit atas utang usaha secara keseluruhan adalah untuk menentukan apakah saldo

utang usaha telah dinyatakan secara wajar dan diungkapkan secaraa layak. Nilai realisasi tidak

dapat diterapkan pada kewajiban. Penekanan yang penting dalam audit atas kewajiban dan

aktiva. ketika memverifikasi aktiva auditor menekankan lebih saji melalui verifikasi dengan

konfirmasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan dokumen pendukung.auditor tidak boleh

mengabaikan kemungkinan aktiva mengalami kurang saji tetapi lebih memperhatikan lebih

saji. Karena lebih saji ekuitas pemilik dapat terjadi baik dari lebih saji aktiva atau kurang saji

kewajiban, merupakan hal yang alami bagi akuntan public untuk menekankan kedua salah saji

tersebut.

Penggunaan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo sama dengan yang diterapkan untuk

memverifikasi piutang usaha, karena tujuan itu juga dapat diterapkan pada kewajiban dengan

tiga modifikasi kecil:

1) Tujuan nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada kewajiban. Nilai realisasi hanya dapat

diterapkan pada aktiva.


2) Aspek hak dalam tujuan hak dan kewajiban tidak dapat diterpkan pada kewajiban. Untuk

aktiva auditor menggunakan hak klien atas penggunaan dan pelepasan aktiva. untuk

kewajiban auditor memperhatikan kewajiban klien atas pembayaran kewajiban.

3) Untuk kewajiban, penekanan diberikan pada pencarian kurang saji dan bukan lebih saji.

Pengujian Kewajiban Setelah Periode

1. Memeriksa dokumentasi yang mendasari pengeluaran kas selanjutnya.

Auditor memeriksa dokumen pendukung menyangkut pengeluaran kas setelah tanggal

neraca guna menentukan apakah pengeluaran kas dilakukan untuk kewajiban periode berjalan.

Jika memang untuk kewajiban periode berjalan, auditor harus menelusurinya ke neraca saldo

utang usaha untuk memastikan bahwa pembayaran tersebut telah dilakukan.

2. Memeriksa dokumentasi yang mendasari untuk tagihan yang belum dibayar beberapa

minggu setelah akhir tahun.

Auditor melaksanakan prosedur ini dengan cara yang sama seperti sebelumnya dan untuk

tujuan yang sama.prosedur ini berbeda karena dilakukan untuk kewajiban yang belum dibayar

mendekati akhir pekerjaan lapangan audit bukan untuk kewajiban yang telah dibayar.

3. Menelusuri laporan penerimaan yang dikeluarkan sebelum akhir tahun ke vaktur vendor

terkait.

Semua barang dagang yang diterima sebelum akhir taun periode akuntansi harus dicantumkan

sebagai utang usaha.


4. Menelusuri laporan vendor yang menunjukan saldo yang jatuh tempo ke neraca saldo

utang usaha.

Jika klien menyimpan file laporan vendor, auditor dapat menelusuri setiap laporan yang

memiliki saldo yang jatuh tempo pada tanggal neraca ke listing untuk memastikan bahwa hal itu

telah dicantumkan sebagai utang usaha.

5. Mengirim konfirmasi ke vendor dengan siapa klien melakukan bisnis.

Walaupun penggunaan konfirmasi untuk utang usaha kurang begitu umum ketimbang

untuk piutang usaha, auditor kadang-kadang menggunakannya untuk menguji vendor yang

dihapus dari daftar utang usaha, transaksi yang dihilangkan dan saldo akun yang salah saji.

6. Pengujian pisah batas (cutoff tests).

Utang usaha dilakukan untuk menentukan apakah transaksi yang dicatat bebrapa hari 

sebelum dan setelah tanggal neraca dicantumkan pada periode yang benar. Lima pengujian audit

kewajiban setelah periode yang baru saja kita bahas semuanya ,merupakan pengujian pisah batas

untuk akuisisi tapi menekankan pada kurang saji.

7. Hubungan pisah batas dengan observasi fisik persediaan.

Dalam menentukan apakah pisah batas utang usaha sudah benar, sangatlah penting jika

pengujian pisah batas dikoordinasikan  dengan observasi fisik persediaan.

8. Perbedaan dalam perjalanan

Menyangkut utang usaha, auditor harus membedakan antara akuisisi persediaan atas

dasar FOB destination dan atas dasar FOB origin. Untuk FOB destination, hak akan berpindah ke

pembeli ketika persediaan diterima, sehingga hanya persediaan yang diterima pada atau sebelum

tanggal neraca yang harus dimasukan dalam persediaan  dan utang usaha pada akhir tahun. Jika
akuisisi dilakukan atas dasar  FOB origin,perusahaan harus mencatat persediaan dan utang yang

terkait pada periode berjalan jika pengiriman dilakukan pada atau setelah tanggal neraca.

9. Perbedaan antara faktur vendor dan laporan vendor.

Auditor harus membedakan antara faktur vendor dengan laporan keuangan ketika

memverivikasi jumlah yang terutang kepada vendor. Auditor akan memperoleh bukti yang

sangat handal mengenai setiap transaksi ketika mereka memeriksa faktur faktur vendor dan

dokumen pendukung terkait setiap laporan  penerimaan dan pesanan pembelian.

10. Perbedaan antara laporan vendor dan konfirmasi.

Perbedaan yang paling penting terletak pada sumber informasinya. Laporan vendor

disiapkan oleh vendor (pihak ketiga yang independen) tetapi berada ditangan klien pada saat

auditor memeriksanya. Hal ini memberikan klien kesempatan untuk mengubah laporan vendor

untuk menyimpan laporan tertentu dari auditor.

Anda mungkin juga menyukai