Anda di halaman 1dari 5

NAMA : HENY CAHYANI

NIM : 43218010126

ASIGNMENT TATAP MUKA 5

AUDITING 2

Metodologi untuk merancang pengujian rincian neraca untuk hutang menggunakan audit risk
model.

Dalam merancang pengujian atas rincian saldo untuk piutang usaha, auditor harus memenuhi
masing-masing tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang. Tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo piutang usaha :

Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait,dan totalnya telah
ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum.

Keberadaan ( Piutang usaha dicatat ada)

Kelengkapan (Piutang usaha yang ada telah dicantumkan)

Keakuratan (Piutang usaha sudah akurat)

Klasifikasi (Piutang usaha sudah diklasifikasikan dengan benar)

Pisah Batas (Pisah batas piutang sudah benar)

Nilai Realisasi ( Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi)

Hak. Klien (memiliki hak atas piutang usaha)

Semua transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran umumnya mengalir melalui utang usaha,
akun ini penting bagi audit atas siklus akuisisi dan pembayaran. Utang usaha adalah kewajiban yang
belum dibayar atas barang dan jasa yang diterima dalam peristiwa bisnis yang biasa.

Utang usaha harus dibedakan dari kewajiban akrual dan kewajiban berbunga. Kewajiban akan
dianggap utang usaha hanya jika total kewajiban itu diketahui dan terhutang pada tanggal neraca.
Jika kewajiban mencakup pembayaran bunga, hal tersebut harus dicatat sebagai wesel bayar, utang
kontrak, utang hipotik, atau utang obligasi.

Jika pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi terkait menunjukkan bahwa
pengendalian telah beroperasi secara efektif, dan jika hasil prosedur analitis memuaskan, auditor
mungkin akan mengurangi pengujian atas rincian saldo utang usaha. Akan tetapi, karena utang
usaha cenderung material bagi sebagaian besar perusahaan, auditor hampir selalu melaksanakan
sejumlah pengujian atas rincian saldo.

Metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo utang usaha terdiri dari berikut:
A. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I)

Auditor mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi tujuan manajemen
dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan yang dapat memengaruhi
laporan keuangan, termasuk piutang usaha. Untuk mendapatkan pemahaman tersebut, auditor juga
melaksanakan prosedur analitis pendahuluan yang dapat menunjukkan kenaikan risiko salah saji
piutang usaha.

Focus yang diberikan banyak perusahaan pada perbaikan aktivitas manajemen mata rantai suplainya
telah menimbulkan banyak perubahan dalam rancangan system yang digunakan untuk mengawali
serta mencatat aktifitas akuisisi dan pembayaran. Usaha untuk merampingkan proses pembelian
barang dan jasa telah mengubah semua aspek siklus akuntansi dan pembayaran bagi banyak
perusahaan. Pengaturan system tersebut dapat menjadi kompleks. Auditor harus memahami sifat
perubahan system tersebut utuk mengidentifikasi apakah risiko bisnis klien dan pengendalian
manajemen yang terkait mempengaruhi kemungkinan salah saji yang material dalam utang usaha.

Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)

Dalam melakukan tugasnya, auditor pertama-tama akan memutuskan pertimbangan pendahuluan


mengenai materialitas laporan keuangan secara keseluruhan, dan kemudian mengalokasikan jumlah
pertimbangan pendahuluan ke setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Alokasi
ini disebut sebagai penetapan salah saji yang dapat ditoleransi.

Seperti halnya Piutang usaha, utang usaha seringkali saldonya berjumlah besar dan terdiri dari
sejumlah besar saldo vendor serta relative mahal untuk mengaudit akun tersebut. Karena alasan itu
auditor umumnya menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi yang relative tinggi untuk utang
usaha. Auditor sering menilai risiko inheren sebagai sedang atau tinggi. Mereka peduli dengan
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo pisah batas dan kelengkapan karena berpotensi
menimbulkan kurang saji saldo akun.

B. Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)

Aspek utama yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengendalian internal :

Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan.

Pengendalian terhadap pisah batas.

Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih.

C. Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas


Transaksi (Tahap II)

Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko pengendalian untuk
penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Sedangkan, auditor menggunakan hasil pengujian
substantif atas transaksi untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi yang direncanakan akan
dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha.
D. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)

a. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis untuk Utang Usaha

Sebagian prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian yang terinci dilakukan setelah
tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor melaksanakan prosedur analitis
untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya pada piutang usaha. Hal ini
memang harus demikian karena hubungan yang erat antara akun-akun laporan laba-rugi dan neraca.
Jika auditor mengidentifikasi salah saji yang mungkin terjadi dalam retur dan pengurangan penjualan
dengan menggunakan prosedur analitis, piutang usaha mungkin akan mengoffset salah saji itu.

Tujuan audit atas utang usaha secara keseluruhan adalah untuk menentukan apakah saldo utang
usaha telah dinyatakan secara wajar dan diungkapkan secaraa layak.

Penggunaan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo sama dengan yang diterapkan untuk
memverifikasi piutang usaha, karena tujuan itu juga dapat diterapkan pada kewajiban dengan tiga
modifikasi kecil:

1. Tujuan nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada kewajiban. Nilai realisasi hanya dapat
diterapkan pada aktiva.
2. Aspek hak dalam tujuan hak dan kewajiban tidak dapat diterpkan pada kewajiban. Untuk
aktiva auditor menggunakan hak klien atas penggunaan dan pelepasan aktiva. untuk
kewajiban auditor memperhatikan kewajiban klien atas pembayaran kewajiban.
3. Untuk kewajiban, penekanan diberikan pada pencarian kurang saji dan bukan lebih saji.

b. Merancang dan Melaksanakan Pengujian atas Rincian Saldo Utang Usaha


Termasuk Pengujian kewajiban Setelah Periode

Terdapat hal perlu diperhatikan pengujian atas rincian saldo utang usaha termasuk pengujian
kewajiban sebagai tiga modifikasi kecil antara lain: tujuan nilai realisasi tidak dapat diterapkan dalam
kewajiban, aspek hak dalam tujuan hak dan kewajiban tidak dapat diterapkan pada kewajiban,
kewajiban, penekanan diberikan pada pencarian kurang saji dan bukan lebih saji.

Pengujian Kewajiban Setelah Periode

Prosedur audit yang sama digunakan untuk mengungkapkan utang yang belum tercatat dapat
diterapkan pada tujuan keakuratan. Berikut adalah prosedur audit yang umum:

1. Memeriksa dokumentasi yang mendasari pengeluaran kas selanjutnya.

Auditor memeriksa dokumen pendukung menyangkut pengeluaran kas setelah tanggal neraca
guna menentukan apakah pengeluaran kas dilakukan untuk kewajiban periode berjalan. Jika
memang untuk kewajiban periode berjalan, auditor harus menelusurinya ke neraca saldo utang
usaha untuk memastikan bahwa pembayaran tersebut telah dilakukan.
2. Memeriksa dokumentasi yang mendasari untuk tagihan yang belum dibayar beberapa
minggu setelah akhir tahun.

Auditor melaksanakan prosedur ini dengan cara yang sama seperti sebelumnya dan untuk tujuan
yang sama.prosedur ini berbeda karena dilakukan untuk kewajiban yang belum dibayar
mendekati akhir pekerjaan lapangan audit bukan untuk kewajiban yang telah dibayar.

3. Menelusuri laporan penerimaan yang dikeluarkan sebelum akhir tahun ke vaktur vendor
terkait.

Semua barang dagang yang diterima sebelum akhir taun periode akuntansi harus dicantumkan
sebagai utang usaha.

4. Menelusuri laporan vendor yang menunjukan saldo yang jatuh tempo ke neraca saldo utang
usaha.

Jika klien menyimpan file laporan vendor, auditor dapat menelusuri setiap laporan yang memiliki
saldo yang jatuh tempo pada tanggal neraca ke listing untuk memastikan bahwa hal itu telah
dicantumkan sebagai utang usaha.

5. Mengirim konfirmasi ke vendor dengan siapa klien melakukan bisnis.

Walaupun penggunaan konfirmasi untuk utang usaha kurang begitu umum ketimbang untuk
piutang usaha, auditor kadang-kadang menggunakannya untuk menguji vendor yang dihapus
dari daftar utang usaha, transaksi yang dihilangkan dan saldo akun yang salah saji.

6. Pengujian pisah batas (cutoff tests).

Utang usaha dilakukan untuk menentukan apakah transaksi yang dicatat bebrapa hari  sebelum
dan setelah tanggal neraca dicantumkan pada periode yang benar. Lima pengujian audit
kewajiban setelah periode yang baru saja kita bahas semuanya ,merupakan pengujian pisah
batas untuk akuisisi tapi menekankan pada kurang saji.

7. Hubungan pisah batas dengan observasi fisik persediaan.

Dalam menentukan apakah pisah batas utang usaha sudah benar, sangatlah penting jika
pengujian pisah batas dikoordinasikan  dengan observasi fisik persediaan.

8. Perbedaan dalam perjalanan

Menyangkut utang usaha, auditor harus membedakan antara akuisisi persediaan atas dasar FOB
destination dan atas dasar FOB origin. Untuk FOB destination, hak akan berpindah ke pembeli
ketika persediaan diterima, sehingga hanya persediaan yang diterima pada atau sebelum tanggal
neraca yang harus dimasukan dalam persediaan  dan utang usaha pada akhir tahun. Jika akuisisi
dilakukan atas dasar  FOB origin,perusahaan harus mencatat persediaan dan utang yang terkait
pada periode berjalan jika pengiriman dilakukan pada atau setelah tanggal neraca.

9. Perbedaan antara faktur vendor dan laporan vendor.

Auditor harus membedakan antara faktur vendor dengan laporan keuangan ketika
memverivikasi jumlah yang terutang kepada vendor. Auditor akan memperoleh bukti yang
sangat handal mengenai setiap transaksi ketika mereka memeriksa faktur faktur vendor dan
dokumen pendukung terkait setiap laporan  penerimaan dan pesanan pembelian.

10. Perbedaan antara laporan vendor dan konfirmasi.


Perbedaan yang paling penting terletak pada sumber informasinya. Laporan vendor disiapkan
oleh vendor (pihak ketiga yang independen) tetapi berada ditangan klien pada saat auditor
memeriksanya. Hal ini memberikan klien kesempatan untuk mengubah laporan vendor untuk
menyimpan laporan tertentu dari auditor

Anda mungkin juga menyukai