Anda di halaman 1dari 9

RPS 5

PENYELESAIAN PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENGUMPULAN


PIUTANG

PENGAUDITAN II

A4

Dosen Pengampu: Dr. Ni Made Dwi Ratnadi.,S.E.,M.Si.,Ak.CA

Oleh:

Kelompok 7

I Komang Adi suryananda; 2107531288; 19

Ni Komang Devi Triyanti; 2107531289; 20

Made Pandith Bagus Pratistha; 2107531290; 21

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022/2023
PEMBAHASAN

1.1 Metodelogi Untuk Perancangan Pengujian Rinci Saldo


Dari semua transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran umumnyamengalir
melalui utang usaha, akun ini penting bagi audit atas siklus akuisisi dan pembayaran. Utang
usaha adalah kewajiban yang belum dibayar atas barang dan jasa yang diterima dalam
peristiwa bisnis yang biasa.Utang usaha harus dibedakan dari kewajiban akrual dan
kewajiban berbunga.
Kewajiban akan dianggap utang usaha hanya jika total kewajiban itudiketahui dan
terhutang pada tanggal neraca. Jika kewajiban mencakup pembayaran bunga, hal tersebut
harus dicatat sebagai wesel bayar, utang kontrak,utang hipotik, atau utang obligasi. Jika
pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi terkait menunjukkan
bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif, dan jika hasil prosedur analitis
memuaskan, auditor mungkin akan mengurangi pengujian atasrincian saldo utang usaha.
Akan tetapi, karena utang usaha cenderung material bagi sebagaian besar perusahaan,
auditor hampir selalu melaksanakan sejumlah pengujian atas rincian saldo. Metodologi
untuk merancang pengujian atas rincian saldo utang usaha terdiri dari berikut:
1.1.1 Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Utang Usaha (Tahap I)
Focus yang diberikan banyak perusahaan pada perbaikan aktivitas
manajemen mata rantai suplainya telah menimbulkan banyak perubahan dalam
rancangan system yang digunakan untuk mengawali serta mencatat aktifitas
akuisisi dan pembayaran. Usaha untuk merampingkan proses pembelian barang dan
jasatelah mengubah semua aspek siklus akuntansi dan pembayaran bagi banyak
perusahaan. Pengaturan system tersebut dapat menjadi kompleks. Auditor harus
memahami sifat perubahan system tersebut utuk mengidentifikasi apakahrisiko
bisnis klien dan pengendalian manajemen yang terkait mempengaruhikemungkinan
salah saji yang material dalam utang usaha
1.1.2 Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Resiko Inherent (Tahap
I)
Seperti halnya Piutang usaha, utang usaha seringkali saldonya berjumlah
besar dan terdiri dari sejumlah besar saldo vendor serta relative mahal untuk
mengaudit akun tersebut. Karena alasan itu auditor umumnya menetapkansalah saji
yang dapat ditoleransi yang relative tinggi untuk utang usaha. Auditor sering
menilai risiko inheren sebagai sedang atau tinggi. Mereka peduli dengantujuan
audit yang berkaitan dengan saldo pisah batas dan kelengkapan karena berpotensi
menimbulkan kurang saji saldo akun.
1.1.3 Menilai Risiko Pengendalian dan Merancang serta Melaksanakan Pengujian
Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi (Tahap I dan Tahap II)
Setelah menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan risiko inheren
,auditor menilai risiko pengendalian berdasarkan pemahaman terhadap
pengendalian internal. Pengujian sustantif bergantung pada keefektifan relative
pengendalian internal yang berhubungan dengan utang usaha. Setelah menilai risiko
pengendalian, auditor merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta
pengujian substrantif atas transaksi akuisisis dan pengeluaran kas.
1.1.4 Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Tujuan audit atas utang usaha secara keseluruhan adalah untuk menentukan
apakah saldo utang usaha telah dinyatakan secara wajar dan diungkapkansecaraa
layak. Nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada kewajiban. Penekanan yang
penting dalam audit atas kewajiban dan aktiva. ketika memverifikasi aktiva auditor
menekankan lebih saji melalui verifikasi dengan konfirmasi, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan dokumen pendukung.auditor tidak boleh mengabaikan kemungkinan
aktiva mengalami kurang saji tetapi lebihmemperhatikan lebih saji.
1.2 Perancangan Pengujian Rinci Saldo
Meskipun pada pengujian rinci saldo, auditor lebih menekankan pada akun-akun
neraca, namun tidak berarti bahwa auditor mengabaikan akun-akun nominal (akun-akun
laba/rugi) karena akun-akun laba/rugi diuji sebagai hasil sampingan dari pengujian atas
akun- akun neraca. Konfirmasi piutang usaha adalah pengujian rinci saldo piutang usaha
yang paling penting. Konfirmasi akan kit abaca lebih rinci pada saat kita melakukan
pengujian untuk setiap tujuan audit yang sesuai dibagian lain bab ini. Untuk pembahasan
rinci saldo atas piutang usaha, kita akan focus pada tujuan-tujuan audit saldo, kita juga
mengasumsikan dua hal: 1. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencaan bukti. 2.
Auditor telah menetapkan risiko deteksi direncanakan untuk pengujian rinci untuk setiap
tujuan audit. Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya akan sangat tergantung
pada apakah bukti untuk suatu tujuan ditetapkan rendah, medium atau tinggi.

1.2.1 Kecocokan Saldo Dalam Catatan


Sebagian besar pengujian atas akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian
piutang akandidasarkan pada daftar umur piutang. Daftar umur piutang adalah suata
daftar yang berisi saldo-saldo setiap akun yang terdapat dalam master file piutang
usaha pertanggal neraca. Biasanya auditor menguji kecocokan informasi dalam
daftar piutang sebelum melakukan pengujian lain untuk memastika bhawa populasi
yang akan diuji cocok dengan buku besar dan master file piutang usaha.
1.2.2 Keberadaan - Piutang Usaha
Konfirmasi saldo piutang merupakan pengujian rinci saldo terpenting menentukan
keberadaan piutang usaha sebagai mana tercantum dalam pembukuan. Apabila
pelanggan tidak memberi jawaban atas konfirmasi, auditor juga memeriksa
dokumen pendukung untuk memastikan bahwa barang sungguh-sungguh telah
dikirimkan dan bukti bahwa adanya penerimaan kas untuk menentukan bahwa
piutang telah diterima pembayarannya setelah tanggalneraca.
1.2.3 Kelengkapan – Piutang Usaha
Auditor mengalami kesulitan untuk menguji akun piutang yang dengan sengaja
dihilangkan(tidak dicantumkan) dari daftar umum piutang dan hanya mengandalkan
pada sifat keseimbangan yang dimiliki oleh master file piutang. Apabila semua
penjualan kepada seorang pelanggan dihilangkan dari jurnal penjualan, kurang saji
piutang usaha hampir tidak mungkin terungkap melalui pengujian rinci saldo.
1.2.4 Ketelitian – Piutang Usaha
Konfirmasi akun-akun piutang usaha yang dipilih dari daftar umur piutang adalah
pengujianrinci saldo yang paling sering dilakukan untuk menguji ketelitian piutang
usaha. Apabila pelanggan tidak menjawab permintaan konfirmasi, auditor
memeriksa dokumen pendukung dengan cara yang sama seperti telah dijelaskan
pada waktu auditor melakukan audit tujuan keberadaan.
1.2.5 Penggolongan – Piutang Usaha
Pada umumnya auditor dapa mengevaluasi penggolongan piutang dengan mudah.
Dengan cara mereview dafatr umur piutang dapat diketahui ada tidaknya piutang
kepada perusahaan afiliasi, piutang kepada pejabat dan staf perusahaan, atau
piutang kepada pihak- pihak berelasi yang material.
1.2.6 Pisah Batas – Piutang Usaha
Kesalahan penyajian pisah batas terjadi apabila transaksi tahun ini dicatat pada
tahun berikutnya atau sebaliknya. Tujuan pengujian pisah batas (cutoff test), apapun
jenis transaksinya,adalah untuk memeriksa apakah transaksi menjelang akhir tahun
buku telah dicatat pada periodeyang tepat. Tujuan pisah batas adalah salah satu yang
paling penting dalam siklus ini karena kesalahan penyajian pisah batas bisa
berpengaruh signifikan terhadap laba bersih periode ini. Kesalahan penyajian pisah
batas bisa terjadi pada penjualan, retur penjualan, dan penerima kas.
1.2.7 Pisah batas penjualan.
Pada kebanyakan perusahaan dagang dan manufaktur, pencatatan suatu penjualan
biasanya didasarkan pada kriteria pengiriman barang. Namun ada pula sejumlah
perusahaan lain yang mencatat faktur penjualan pada saat berpindahnya hak
kepemilikan yang bisa terjadi sebelum barang dikirimkan, pada saat barang dikirim,
atau seteahbarang dikirimkan. Pisah Batas Retur Penjualan.
1.2.8 Nilai Bersih Yang Bisa Direalisasi – Piutang Usaha
Standar akuntasi keuangan (SAK) mensyaratkan perusahaan menyatakan piutang
usaha sebesar jumlah akhirnya akan bisa diterima pembayarannya. Nilai piutang
yang bisa direalisasi sama dengan piutang bruto dikurangi dengan cadangan
kerugian piutang. Untuk menghitung besarnya cadangan, klien menaksir jumlah
total piutang yang diperkirakan tidak akan bisa ditagih. Untuk mulai mereview
cadangan kerugian piutang, auditor mereview hasil pengujian pengendalian yang
berkaitan dengan kewajiban pemberian kredit pada perusaha klien.
1.3 Konfirmasi Piutang Usaha
Konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang telah berulang-ulang disinggung
dalam pembahasan tentang perancangan pengujian rinci saldo untuk piutang usaha. Tujuan
utama konfirmasi piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan keberadaan, ketelitian, dan
pisahbatas.
1.3.1 Ketentuan dalam standar audit
SA 500 mengindikasikan bahwa keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber
dan sifatnya, dan ini tergantung pada kondisi individual yang dari situ bukti audit
tersebut diperoleh. SA jugamencakup generalisasi berikut yang relevan terhadap
bukti audit:
1) Bukti audit lebih andal ketika diperoleh dari sumber independen di luar
entitas.
2) Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor andal daripada bukti
audit yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui penarikan
kesimpulan.
3) Bukti audit lebih andal dalam bentuk format dokumen, baik dalam bentuk
kertas, elektronik, atau media lainnya.
1.3.2 Jenis-jenis konfirmasi
1) Konfirmasi Positif
Konfirmasi positif adalah suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga
untuk merespons secara langsung kepada auditor yang menunjukkan apakah
pihak yang dikonfirmasi setuju atau tidak setuju dengan informasi yang
terdapat dalam permintaan konfirmasi, atau menyediakan informasi yang
diminta (SA 505.6b). Konfirmasi bentuk kosong (blank) adalah sejenis
konfirmasi positif tetapi konfirmasi tersebut tidak menyebutkan jumlah rupiah
melainkan meminta si penerima untuk menyebutkan jumlah saldo atau
menyampaikan informasi lainnya. Konfirmasi faktur adalah jenis lain dari
konfirmasi positif yang hanya minta konfirmasi atas suatu faktur tertentu,
tidak mengenai saldo piutang secara keseluruhan.
2) Konfirmasi Negatif
Konfirmasi negatif adalah permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk
merespons secara langsung kepada auditor hanya jika pihak yang
dikonfirmasi tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan
konfirmasi. Konfirmasi negatif sering digunakan dalam audit pada rumah
sakit, perusahaan pengecer, bank, dan bidang usaha lain yang piutangnya
kepada masyarakat umum. Auditor bisa menggunakan kombinasi konfirmasi
positif dan negatif pada piutang- piutang bersaldo besar dan konfirmasi
negatif piutang-piutang bersaldo kecil. Konfirmasi tidak tepat digunakan
dalam keadaan sebagai berikut:
a) Auditor memandang konfirmasi tidak akan menjadi bukti yang
efektif karena tingkat jawaban diperkirakan tidak akan cukup atau
tidak bisa dipercaya.
b) Tingkat risiko bawaan ditambah dengan risiko pengendalian adalah
rendah dan bukti substantif lain bisa dikumpulkan untuk
memperoleh bukti yang cukup.
1.3.3 Saat pengiriman konfirmasi
Bukti paling bisa dipercaya dari konfirmasi diperoleh apabila konfirmasi
dikirimkan sedekat mungkin dengan akhir tahun buku. Apabila auditor
memutuskan untuk mengirim konfirmasi sebelum akhir tahun buku, auditor harus
membuat rekonsiliasi untuk transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi
dengan tanggal neraca.
1.3.4 Ukuran sampel untuk konfirmasi ukuran sampel
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi ukuran sampel piutang yang akan
dikirimi konfirmasi meliputi: Kesalahan penyajian bisa ditoleransi, Risiko
bawaan (ukuran relatif total piutang, jumlah akun, hasil tahun lalu, dan kesalahan
penyajian yang diperkirakan), Risiko pengendalian. Risiko deteksi yang dicapai
dari pengujian substantif lain (luas dan hasil pengujian substantif transaksi,
prosedur analitis, dan pengujian detil lainnya), Jenis konfirmasi (konfirmasi
negatif biasanya memerlukan ukuran sampel yang lebih besar).
1.3.5 Pemeriksaan alamat dan pengawasan atas konfirmasi
Auditor harus melaksanakan prosedur untuk memeriksa alamat atau alamat e-mail
yang digunakan dalam konfirmasi. Sebagai contoh, audior harus
mempertimbangkan untuk melakukan prosedur tambahan apabila alamat hanya
berupa kotak pos, atau apabila alamat e-mail tidak sama dengan alamat Web site
pelanggan. Untuk konfirmasi yang dikirim melalui pos, auditor harus
melaksanakan pengawasan atas konfirmasi sampai jawaban diterima dari debitur
untuk memastikan bahwa semua jawaban dikirim langsung ke kantor akuntan.

1.3.6 Tindak lanjut atas konfirmasi tak berjawab

Konfirmasi yang dikirim tetapi tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak boleh
dianggap sebagai bukti audit yang signifikan. Jika konfirmasi positif digunakan,
SAS 67 mensyaratkan prosedur tindak lanjut untuk konfirmasi yang tidak
dikembalikan oleh pelanggan.

1) Peneriman Kas Kemudian.

2) Duplikat Faktur Penjualan.

3) Dokumen Pengiriman Barang.

4) Korespondensi dengan Klien.


1.3.7 Analisis selisih
Apabila konfirmasi dikembalikan oleh debitur, auditor harus menentukan
apa yang menyebabkan terjadi selisih (jika ada). Jenis-jenis penyebab perbedaan
dalam konfirmasi yang sering dijumpai adalah:
1) Pembayaran telah Dilakukan Debitur. Selisih atau perbedaan antara catatan
klien dengan catatan debitur seringkali timbul apabila debitur telah melakukan
pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, tetapi klien belum menerima
pembayaran tersebut sampai tanggal konfirmasi.
2) Barang Belum Diterima Debitur. Timbulnya perbedaan ini biasanya
disebabkan karena klien mencatat penjualan pada tanggal pengiriman barang,
sedangkan pembeli mencatat pembelian barang ketika barang tersebut
diterima.
3) Barang Telah Dikembalikan (Retur). Apabila kilien lupa mencatat suatu
kredit memo (yang dibuat sebagai dasar pengembalian barang/retur penjualan)
bisa menjadi salahsatu penyebab perbedaan.
4) Kesalahan Pencatatan atau Kerancuan Jumlah. Jenis penyebab selisih yang
paling sering terjadi dalam pembukuan klien adalah kesalahan klien dalam
mencatat harga barang, barang rusak, barang yang diterima pembeli tidak
sesuai dengan jumlah yang diterima pembeli tidak sesuai dengan jumlah yang
tertulis dalam dokumen dan sebagainya.

1.3.8 Menarik kesimpulan

Apabila semua selisih telah dipecahkan, termasuk yang dijumpai dalam


pelaksanaan prosedur alternatif, auditor harus mengevaluasi ulang pengendalian
internal. Keputusan akhir tentang piutang usaha dan penjualan adalah apakah
bukti kompeten cukup telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, prosedur pisah batas,
konfirmasi, dan pengujian substantif lain untuk mendukung penarikan
kesimpulan tentang kebenaran saldo.
1.4 Pengembangan Program Audit Untuk Pengujian Rinci Saldo
1. Review daftar umur piutang, perhatikan kemungkinan adanya piutang bersaldo besar
dan tidak biasa.
2. Lakukan prosedur analitis dan lakukan tindak lanjut atas setiap perubahan dari tahun
lalu yang siginifikan signifikan.
3. Review piutang yang tercantum dalam daftar umur piutang, perhatikan kemungkinan
adanya piutang wesel dan piutang kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa.
4. Tanyakan kepada manajemen apakah dalam daftar umur piutang terdapat piutang
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa, piutang wesel atau piutang
berjangka panjang.
5. Review notulen rapat dewan komisaris dan tanyakan kepada manajemen apakah ada
piutang yang digadaikan, dialihkan, atau dijual.
6. Telusur 10 akun dari daftar umur piutang kea kun piutang dalam master file untuk
memeriksa kebenaran saldo dan penentuan umurnya.
7. Periksa kebenaran jumlah vertikal dalam kolom-kolom rupiah dalam daftar umur
piutang dan jumlahkan seluruh halaman.
8. Telusur saldo ke buku besar.
9. Telusur 5 akun dari master file piutang ke daftar umur piutang.
10. Konfirmasi piutang usaha, gunakan konfirmasi positif. Konfirmasi semua piutang
bersaldo di atas Rp 100.000,- dan sisanya dipilih secara acak dengan sampling
nonstatistik.
11. Lakukan prosedur alternatif untuk debitur yang tidak menjawab konfirmasi setelah
dikirimi konfirmasi kedua kalinya.
12. Diskusikan dengan manajer kredit kemungkinan bisa ditagihnya piutang-piutang
yang telah lama tak tertagih. Periksa penerimaan kas kemudian dan evaluasi
koletibilitas piutang.
13. Evaluasi apakah cadangan mencukupi setelah dilakukan prosedur audit lain tentang
kolektibilitas piutang.
14. Pilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan tahun ini dan 20 transaksi
penjualan pertama dari tahun berikutnya dan telusur setiap ayat jurnal tersebut ke
bukti pengiriman barang, periksa tanggal pengiriman sesungguhnya, dan kebenaran
jumlahnya.
15. Periksa retur penjualan berjumlah besar sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk
menentukan bahwa retur telah dicatat pada periode yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al. Haryono. 2011. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Edisi 2. Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi:Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai