PENGAUDITAN II EKA446 / B2 PENYELESAIAN PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENGUMPULAN PIUTANG
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA 2023 PENYELESAIAN PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENGUMPULAN PIUTANG
A. Metodologi Untuk Perancangan Pengujian Rinci Saldo
Bukti yang tepat harus diperoleh dari pengujian rinci saldo harus diputuskan atas dasar tujuan-demi-tujuan. Sebagai contoh auditor harus mengevaluasi potensi terjadinya penyelewengan dan juga harus mempertimbangkan risiko bawaan, dengan berbagai macam tujuan, disamping harus mempertimbangkan hasil pengujian pengendalian dan penetapan risiko pengendalian yang bersangkutan. Berikut merupakan metodologi untuk merancang pengujian rinci saldo- piutang usaha: Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Berhubungan Dengan Piutang Usaha (Tahap I) Pengujian piutang usaha didasarkan pada prosedur penetapan risiko oleh auditor yang memberi pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien. Menetapkan Kesalahan Penyajian Bisa Ditoleransi dan Risiko Bawaan Auditor pertama-tama harus menetapkan pertimbangan materialitas dalam laporan keuangan kemudian dialokasikan ke setiap akun neraca yang signifikan dimana pengalokasian ini disebut menetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi. Auditor menetapkan risiko bawaan untuk setiap tujuan audit untuk suatu akun seperti halnya piutang usaha, dengan mempertimbangkan risiko bisnis klien dan sifat klien serta bidang usahanya. Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk transaksi dengan tujuan audit saldo dalam menetapkan risiko deteksi direncanakan dan bukti yang direncanakan untuk pengujian detil saldo. Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi (Tahap II) Hasil pengujian pengendalian menentukan apakah penetapan risiko pengendalian untuk penjualan dan pengumpulan piutang harus direvisi atau tidak. Auditor menggunakan hasil pengujian substantif transaksi untuk menentukan seberapa besar risiko deteksi untuk memenuhi setiap tujuan audit sado piutang usaha. Merancang dan Melaksanakan Prosedir Analitis (Tahap III) Auditor melakukan prosedur analitis unuk keseluruhan siklus penjualan dan pengumpulan piutang, tidak hanya piutang usaha. Hal ini penting karena adanya hubungan yang erat antara akun-akun laba-rugi dengan akun-akun neraca. Merancang dan Melaksanakan Pengujian Detil Saldo Piutang Usaha (Tahap III) Pengujian detil saldo tergantung pada factor-faktor yang tercantum dalam kertas kerja perencanaan bukti. Tugas untuk memadukan factor-faktor yang menentukan risiko deteksi direncanakan cukup kompleks karena pengukur setiap factor tidak bisa dipresisi dan bobot yang diberikan pada setiap factor sangat subyektif. Sebaliknya, hubungan antara setiap factor dan risiko deteksi direncanakan ditetapkan dengan baik. B. Perancangan Pengujian Rinci Saldo Pengujian rinci saldo merupakan pengujian yang berfokus pada saldo akhir buku besar, baik akun laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi. 1. Kecocokan Saldo dalam Catatan Sebagian besar pengujian atas akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian piutang akan didasarkan pada daftar umur piutang. Daftar umur piutang adalah daftar pengelompokan piutang usaha sesuai dengan tenggat waktu pembayaran piutang untuk keperluan audit dan lain sebagainya. Daftar ini berisi saldo-saldo setiap akun yang terdapat dalam master file piutang usaha per tanggal neraca. Master file piutang usaha yaitu file computer yang digunakan untuk mencatat penjualan individual, penerimaan kas, serta retur dan penguragan penjualan bagi setiap pelanggandan untuk mempertahankan saldo akun pelanggan. Auditor menguji kecocokan informasi dalam daftar piutang sebelum melakukan pengujian lain untuk memastikan bahwa populasi yang akan diuji cocok dengan buku besar dan master file piutang usaha. 2. Keberadaan – Piutang Usaha Konfirmasi saldo piutang adalah pengujian rinci saldo terpenting untuk menentukan keberadaan piutang usaha sebagaimana tercantum dalam pembukuan. Apabila pelanggan tidak memberi jawaban atas konfirmasi, auditor juga memeriksa dokumen pendukung untuk memastikan bahwa barang sungguh-sungguh telah dikirimkan dan bukti adanya penerimaan kas untuk menentukan bahwa piutang telah diterima pembayarannya setelah tanggal neraca.. 3. Kelengkapan – Piutang Usaha Auditor mengalami kesulitan untuk menguji akun piutang yang dengan sengaja dihilangkan dari daftar umur piutang dan hanya mengandalkan pada sifat keseimbangan yang dimiliki oleh master file piutang. Ketelitian – Piutang Usaha Konfirmasi akun-akun piutang usaha yang dipilih dari daftar umur piutang adalah pengujian rinci saldo yang paling sering dilakukan untuk menguji ketelitian piutang usaha. 4. Penggolongan – Piutang Usaha Auditor dapat mengevaluasi penggolongan piutang dengan cara mereview daftar umur piutang, dapat diketahui ada tidaknya piutang kepada perusahaan afiliasi, piutang kepada pejabat, staf perusahaan atau piutang kepada pihak-pihak berelasi yang material. 5. Pisah Batas – Piutang Usaha Kesalahan penyajian pisah batas terjadi apabila transaksi tahun ini dicatat pada tahun berikutnya atau sebaliknya. Tujuan pengujian pisah batas (cutoff test) apapun jenis transaksinya, adalah untuk memeriksa apakah transaksi menjelang akhir tahun buku telah dicatat pada periode yang tepat.Tujuan pisah batas adalah salah satu yang paling penting dalam siklus ini karena kesalahan penyajian pisah batas bisa dimasukkannya penjualan berjumlah rupiah besar yang sebenarnya terjadi pada periode berikutnya menjadi penjualan tahun ini bisa membuat lebih saji secara material. Kesalahan penyajian pisah batas bisa terjadi pada penjualan, retur penjualan, dan penerimaan kas. ● Pisah Batas Penjualan Pada kebanyakan perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur, pencatatan suatu penjualan biasanya didasarkan pada kriteria pengiriman barang. Namun ada pula sejumlah perusahaan lain yang mencatat faktur penjualan saat berpindahnya hak kepemilikan yang bisa terjadi sebelum barang dikirimkan, pada saat barang dikirimkan atau setelah barang dikirimkan. Untuk kepentingan pengukuran laba periodik yang benar, metoda hendaknya sesuai dengan standar akuntansi dan diterapkan secara konsisten. • Pisah Batas Retur Penjualan Standar akuntansi mensyaratkan retur penjualan bisa ditandingkan dengan penjualan yang bersangkutan pada periode yang sama, apabila jumlahnya material. Sebagai contoh, apabila barang yang dikirim pada tahun ini ternyata dikembalikan (retur) pada periode berikutnya, maka retur penjualan tersebut harus dilaporkan sebagai retur pada tahun ini. (barang yang diretur harus diperlakukan sebagai persediaan tahun ini). • Pisah Batas Penerimaan Kas Pisah batas yang tepat untuk penerimaan kas biasanya dipandang kurang penting dibandingkan dengan pisah batas untuk penjualan dan retur penjualan karena pisah batas kas yang tidak tepat hanya akan berpengaruh terhadap saldo kas dan piutang usaha, bukan pada laba perusahaan. 6. Nilai Bersih yang Bisa Direalisasi – Piutang Usaha Standar akuntansi keuangan (SAK) mensyaratkan perusahaan menyatakan piutang usaha sebesar jumlah yang akhirnya bisa diterima pembayarannya. Nilai piutang yang bisa direalisasi sama dengan piutang bruto dikurangi dengan cadangan kerugian piutang. Untuk menghitung besarnya cadangan, klien menaksir jumlah total piutang yang diperkirakan tidak akan bisa ditagih. Sudah barang tertentu klien tidak akan bisa menaksir secara tepat, tapi bagi auditor sudah dipandang memadai apabila taksiran masuk akal setelah mempertimbangkan berbagai data terkait. Untuk mulai mereview cadangan kerugian piutang, auditor mereview hasil pengujian pengendalian yang berkaitan dengan kebijakan pemberian kredit pada perusahaan klien. Apabila kebijakan pemberian kredit tidak berubah dan hasil pengujian kebijakan kredit serta pemberian persetujuan kredit dilaksanakan secara konsisten dengan tahun sebelumnya, perubahan yang terjadi pada saldo akun cadangan kerugian piutang hanya akan merupakan pencerminan dari perubahan kondisi ekonomi dari volume penjualan. Namun demikian, apabila kebijakan pembelian kredit pada perusahaan klien atau tingkat ketaatan pada kebijakan tersebut berubah, auditor harus lebih mempertimbangkan pengaruh perubahan tersebut. 7. Beban Kerugian Piutang Auditor memeriksa beban kerugian piutang dengan asumsi bahwa: • Saldo awal dalam akun cadangan telah diperiksa sebagai bagian dari audit tahun lalu. • Piutang tak tertagih yang telah dihapus telah diperiksa sebagai bagian dari pengujian substantive transaksi. • Saldo akhir dalam akun cadangan telah diperiksa dengan berbagai cara. Beban kerugian piutang selanjutnya akan dapat ditentukan dari selisihnya yang dapat diperiksa dengan rekalkulasi. 8. Hak Klien atas Piutang Usaha Hak klien atas piutang usaha umumnya tidak merupakan masalah dalam audit, karena piutang biasanya memang merupakan milik klien. Namun dalam hal tertentu, sebagian dari piutang mungkin saja dijadikan jaminan atau digadaikan, atau dijual kepada seseorang, atau dijual dengan discount. Pada umumnya para debitur klien tidak mengetahui adanya hal tersebut, sehingga konfirmasi tidak akan menunjukkan hal demikian. Untuk mengungkapkan situasi di mana klien telah dibatasi haknya atas piutang, auditor bisa mereview notulen rapat, membicarakannya dengan klien, mengirimkan konfirmasi ke bank, memeriksa perjanjian pinjaman untuk mencari informasi tentang penggadaian atau penjamin piutang, serta memeriksa arsip kerepondensi. 9. Penyajian dan Pengungkapan – Piutang Usaha Pengujian atas keempat tujuan penyajian dan pengungkapan dilakukan sebagai bagian dari tahap penyelesaian audit. Namun, sejumlah penyajian dan pengungkapan sering dilakukan dengan pengujian untuk memenuhi tujuan audit saldo sebagai contoh, pada saat melakukan pengujian atas penjualan dan piutang usaha, auditor harus memahami dan menilai ketetapan kebijakan klien tentang pengakuan pendapatan untuk menentukan apakah hal itu telah diungkapkan dengan tepat dalam laporan keuagan, auditor juga harus memastikan apakah klien telah menggabungkan dengan tepat dan mengungkapkan informasi tentang transaksi dengan pihak berelasi dalam laporan keuangan. C. Konfirmasi Piutang Usaha Konfirmasi piutang usaha bertujuan untuk memenuhi tujuan keberadaan, ketelitian, dan pisah batas. Konfirmasi eksternal adalah bukti audit yang telah diperoleh sebagai suatu respons tertulis langsung kepada auditor dari pihak ketiga (pihak yang dikonfirmasi), baik dalam bentuk kertas, atau secara elektronik, atau media lainnya. Meskipun jawaban lisan merupakan bukti audit, namun tidak bisa disebut sebagai konfirmasi. 1. Ketentuan Dalam Standar Audit Standar audit (SA) 505 berhubungan dengan penggunaan prosedur konfirmasi eksternal oleh auditor untuk memperoleh bukti audit berdasarkan ketentuan SA 330 (Respons Auditor terhadap Resiko yang Telah Dinilai) dan SA 500 (Bukti Audit). SA 500 mengindikasikan bahwa keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, dan ini tergantung pada kondisi individual yang dari sanalah bukti audit tersebut diperoleh. Oleh karena itu, tergantung pada kondisi audit, bukti audit dalam bentuk konfirmasi eksternal yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak yang dikonfirmasi dapat lebih andal dibandingkan dengan bukti audit dari pihak internal entitas. SA 505 bertujuan untuk membantu auditor dalam mendesain dan melakukan prosedur konfirmasi eksternal untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan andal. 2. Jenis-Jenis Konfirmasi 1. Konfirmasi Positif Konfirmasi Positif adalah suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk merespons secara langsung kepada auditor yang menunjukkan apakah pihak yang dikonfirmasi setuju atau tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi, atau menyediakan informasi yang diminta (SA505 6b). ● Konfirmasi Bentuk Kosong (blank) adalah sejenis konfirmasi positif tetapi konfirmasi tersebut tidak menyebutkan jumlah rupiah melainkan meminta si penerima untuk menyebutkan jumlah saldo atau menyampaikan informasi lainnya. ● Konfirmasi Faktur adalah jenis lain dari konfirmasi positif yang hanya minta konfirmasi atas suatu faktur tertentu, tidak mengenai saldo piutang secara keseluruhan. 2. Konfirmasi Negatif Adalah permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk merespons secara langsung kepada auditor hanya jika pihak yang dikonfirmasi tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi. 3. Saat Pengiriman Konfirmasi Bukti paling bisa dipercaya dari konfirmasi diperoleh apabila konfirmasi dikirimkan sedekat mungkin dengan akhir tahun buku. Hal ini memungkinkan auditor untuk secara langsung menguji saldo piutang usaha yang tercantum di neraca tanpa harus memutahirkan saldo dengan transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca. Namun demikian, agar audit bisa selesai tepat waktu, kadang-kadang diperlukan untuk mengirim konfirmasi pada tanggal interim (sebelum tanggal akhir tahun buku). Hal semacam ini dimungkinkan apabila pengendalian internal memadai dan bisa memberi keyakinan memadai bahwa penjualan, penerimaan kas, dan pengkreditan lainnya dicatat dengan benar antara tanggal konfimasi dengan tanggal akhir periode. 4. Ukuran Sampel Untuk Konfirmasi Faktor-faktor penting yang mempengaruhi sampel piutang akan dikirimi konfirmasi adalah sebagai berikut : 1. Kesalahan penyajian bisa ditoleransi 2. Risiko bawaan (Uk. relatif total piutang, jumlah akun, hasil tahun lalu, dan kesalahan penyajian yang diperkirakan). 3. Risiko pengendalian 4. Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lain (luas dan hasil pengujian substantif transaksi, prosedur analitis dan pengujian detil lainnya) 5. Jenis konfirmasi (konfirmasi negatif biasanya memerlukan ukuran sampel yang lebih besar) 5. Pemilihan Unsur-Unsur untuk Diuji Pada pelaksanaan prosedur konfirmasi, seringkali diperlukan stratifikasi piutang, dalam pendekatan yang biasa dilakukan untuk melakukan stratifikasi untuk memilih saldo yang akan dikonfirmasi, auditor mempertimbangkan baik besarnya jumlah rupiah saldo, maupun jangka waktu atau umur piutang. Pada kebanyakan audit, tekanan biasanya diberikan pada akun berjumlah besar dan telah lama lewat waktu karena akun yang demikian berpotensi termasuk dalam kesalahan penyajian. Selain itu perlu juga dipertimbangkan untuk diikutsertakan dalam sampel beberapa unsur dari setiap segmen material dari populasi. Dalam banyak hal, auditor memilih semua akun yang bersaldo di atas suatu jumlah tertentu sedangkan sisanya dipilih secara acak. Manajemen kadang-kadang meminta auditor untuk tidak mengirim konfirmasi kepada debitur-debitur tertentu. Auditor perlu menanyakan alasan penolakan klien tersebut yang seringkali disebabkan karena adanya tuntutan hukum atau sedang terjadi negosiasi antara klien dengan pelanggan. Auditor harus mendapat bukti untuk menilai kewajaran permintaan klien tersebut dan mengevaluasi apakah permintaan tersebut merupakan indikasi adanya potensi risiko kecurangan atau naiknya risiko kesalahan penyajian material. 6. Pemeriksaan Alamat Dan Pengawasan Atas Konfirmasi Auditor harus melaksanakan prosedur untuk memeriksa alamat atau alamat e-mail yang digunakan dalam konfirmasi. Sebagai contoh auditor harus mempertimbangkan untuk melakukan prosedur tambahan apabila alamat hanya berupa kotak pos, atau apabila alamat e-mail tidak sama dengan alamat Web site pelanggan. Untuk konfirmasi yang dikirim melalui pos auditor harus melaksanakan pengawasan atas konfirmasi sampai jawaban diterima dari debitur. Klien boleh membantu dalam penyiapan konfirmasi, tetapi auditor bertanggungjawab untuk memastikan bahwa konfirmasi sudah dikirim melalui pos di luar kantor klien. Alamat pengembalian surat jawaban (dalam hal ini alamat kantor akuntan) sebaiknya sudah tertulis pada semua amplop jawaban agar surat yang tidak sampai ke tujuan akhirnya dikirim kembali ke kantor akuntan dan untuk memastikan bahwa semua jawaban dikirim langsung ke kantor akuntan. 7. Tindak Lanjut Atas Konfirmasi Tak Berjawab Tidak tepat untuk memandang konfirmasi yang telah dikirim tetapi tidak dikembalikan debitur sebagai bukti audit yang signifikan, sebagai contoh, konfirmasi positif tidak berjawab tidak boleh diperlakukan sebagai bukti audit. Begitu pula untuk konfirmasi negatif, auditor jangan berkesimpulan bahwa debitur telah menerima permintaan konfirmasi dan mencermati informasi yang diminta, namun demikian, konfirmasi negatif masih bisa dipandang sebagai bukti untuk asersi keadaan. Apabila digunakan konfirmasi positif, standar auditing mengharuskan dilakukannya prosedur tindak lanjut atas konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh konsumen. Dalam situasi demikian auditor sering mengirim ulang konfirmasi kedua atau bahkan sampai tiga kali. Jika setelah diupayakan hal-hal tersebut debitur tetap tidak memberi jawaban, maka auditor perlu melakukan tindak lanjut dengan melaksanakan prosedur alternatif yang bertujuan untuk menentukan dengan cara tertentu yang bukan berupa pengiriman konfirmasi, apakah akun tidak berjawab benar-benar ada dan dinyatakan dengan benar pada tanggal neraca. Untuk konfirmasi tidak terjawab, auditor bisa memeriksa dokumen-dokumen berikut untuk memeriksa keberadaan dan ketelitian transaksi penjualan individual yang membentuk saldo akhir piutang usaha. 1. Penerimaan Kas Kemudian Setelah lewat tanggal konfirmasi, meliputi pemeriksaan atas surat pengantar pembayaran, ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas, dan barangkali juga pengkreditan kemudian atas piutang dalam master file piutang usaha. Di satu sisi penerimaan kas kemudian merupakan prosedur alternatif yang sangat berguna karena sangat masuk akal untuk berasumsi bahwa seorang pelanggan tidak akan mau melakukan pembayaran apabila ia tidak merasa meiliki kewajiban untuk membayar kepada klien. Di lain pihak, pembayaran tidak menetapkan apakah kewajiban sudah ada pada tanggal konfirmasi. Oleh karena itu, auditor harus benarbenar cermat dalam mencocokkan setiap transaksi penjualan yang belum diterima pembayarannya dengan bukti pembayaran yang terjadi kemudian untuk menguji ketidakjelasan atau ketidakcocokan atas faktur-faktur yang diterbitkan. 2. Duplikat Faktur Penjualan Berguna untuk pemeriksaan faktur penjualan yang sesungguhnya diterbitkan dengan tanggal sesungguhnya yang dilakukan untuk penagihan 3. Dokumen Pengiriman Barang Berguna dalam menetapkan apakah pengiriman sungguh-sungguh telah dilakukan dan untuk pengujian pisah batas 4. Kosepondensi dengan Klien Untuk mengungkapkan ketidakjelasan dan piutang yang dipertanyakan yang tidak terungkap oleh cara lain 8. Analisis Selisih Apabila konfirmasi dikembalikan oleh debitur, auditor harus menentukan apa yang menyebabkan terjadi selisih (jika ada). Dalam banyak hal, perbedaan sering disebabkan karena perbedaan waktu pencatatan klien dengan debiturnya. Hendaknya dibedakan antara prbedaan waktu dengan penyimpangan yang merupakan kesalahan penyajian saldo piutang usaha, jenis-jenis penyebab perbedaan dalam konfirmasi yang sering dijumpai yaitu: 1. Pembayaran telah Dilakukan Debitur Timbul apabila debitur telah melakukan pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, tetapi klien belum menerima pembayaran tersebut sampai tanggal konfirmasi. Keadaan seperti itu harus diselidiki dengan cermat untuk memastikan kemungkinan adanya kesalahan penyajian pisah batas penerimaan kas, lapping, atau pencurian kas 2. Barang Belum Diterima Debitur Disebabkan karena klien mencatat penjualan pada tanggal pengiriman barang, sedangkan pembeli mencatat pembelian barang ketika barang tersebut diterima. Waktu ketika barang masih dalam perjalanan sering menjadi penyebab terjadinya selisih 3. Barang Telah Dikembalikan (Retur) Apabila klien lupa mncatat suatu kredit memo (yang dibuat sebagai dasar pengembalan barang/retur penjualan) bisa menjadi salah satu penyebab perbedaa. Seperti halnya penyebab yang lain, hal semacam ini harus diselidiki 4. Kesalahan Pencatatan atau Kerancuan Jumlah Yakni kesalahan klien dalam mencatat harga barang, barang rusak, barang yang diterima pembeli tidak sesuai dengan jumlah tertulis dalam dokumen dan sebagainya. Biasanya auditor akan minta klien untuk merekonsiliasi selisih yang dijumpai dan apabila perlu berkomunikasi dengan pembeli untuk memecahkan ketidakcocokan. 8. Menarik Kesimpulan Auditor harus selalu mengevaluasi kesalahan penyajian dalam sampel yang bersifat kualitatif, berapapun besarnya jumlah rupiah taksiran kesalahan penyajian dalam populasi. Bahkan apabila taksiran kesalahan penyajian lebih kecil daripada kesalahan penyajian bisa ditoleransi untuk piutang usaha, kesalahan penyajian yang dijumpai dalam sampel bisa menjadi bibit untuk masalah yang lebih serius. Keputusan akhir tentang piutang usaha dan penjualan adalah bukti kompeten yang cukup telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, prosdur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian substantif lain untuk mendukung penarikan kesimpulan tentang kebenaran saldo. D. Pengembangan Program Audit untuk Pengujian Rinci Saldo Auditor senior yang bertugas dalam pengauditan pada PT ABC telah menyusun kertas kerja perencanaan-bukti sebagai alat untuk membantunya dalam menentukan luasnya pengujian rinci saldo yang direncanakan. Sumber dari setiap baris dalam kertas kerja ini adalah sebagai berikut: • Kesalahan penyajian bisa ditoleransi. Pertimbangan materialitas pendahuluan ditetapkan Rp442.000,- (kira-kira 6% dari laba operasi sebesar Rp7.370.000,-). Auditor mengalokasikan sebesar Rp265.000,- untuk audit atas piutang usaha. • Risiko audit bisa diterima. Auditor menetapkan risiko audit bisa diterima pada tingkat medium karena perusahaan adalah perusahaan publik, tetapi dalam kondisi keuangan baik, dengan integritas manajemen yang tinggi. • Risiko bawaan. Auditor menetapkan risiko bawaan pada tingkat medium untuk keberadaan dan pisah batas karena khawatir dengan pengakuan pendapatan sebagaimana yang ditetapkan dalam standar auditing. Auditor juga menetapkan risiko bawaan pada tingkat medium untuk nilai bisa direalisasi. Di masa lalu, klien mernbuat penyesuaian audit untuk akun cadangan kerugian piutang karena ternyata kurang saji. Risiko bawaan ditetapkan rendah untuk tujuan-tujuan lainnya. ➢ Risiko pengendalian. Penetapan risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit sama dengan yang tercantum . (Ingat, hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi konsisten dengan penetapan awal risiko pengendalian yang ditetapkan auditor, kecuali untuk tujuan ketelitian dan nilai bisa direalisasi untuk penjualan) ➢ Risiko deteksi direncanakan dan bukti audit direncanakan. Kedua baris ini ditetapkan untuk tiap tujuan berdasarkan kesimpulan pada baris lainnya. Program Audit untuk Pengujian Rinci Saldo Siklus Penjualan dan Pengumpulan Piutang pada PT ABC (Format untuk Dilaksanakan) 1. Review daftar umur piutang, perhatikan kemungkinan adanya piutang bersaldo besar dan tidak biasa. 2. Lakukan prosedur analitis dan lakukan tindak lanjut atas setiap perubahan dari tahun lalu yang signifikan signifikan. 3. Review piutang yang tercantum dalam daftar umur piutang, perhatikan kemungkinan adanya piutang wesel dan piutang keoada pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 4. Tanyakan kepada manajemen apakah dalam daftar umur piutang terdapat piutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa, piutang wesel, atau piutang berjangka panjang. 5. Review notulen rapat dewan komisaris dan tanyakan kepada manajemen apakah ada piutang yang digadaikan, dialihkan, atau dijual. 6. Telusur 10 akun dari daftar umur piutang ke akun piutang dalam master file untuk memeriksa kebenaran saldo dan penentuan umurnya. 7. Periksa kebenaran jumlah vertikal dalam kolom-kolom rupiah dalam daftar umur piutang dan jumlahkan seluruh halaman . 8. Telusur saldo ke buku besar. 9. Telusur 5 akun dari master file piutang ke daftar umur piutang. 10. Konfirmasi piutang usaha, gunakan konfirmasi positif. Konfirmasi semua piutang bersaldo di atas Rp100.000,- dan sisanya dipilih secara acak dengan sampling nonstatistik. 11. Lakukan prosedur alternatif untuk debitur yang tidak menjawab konfirmasi setelah dikirimi konfirmasi kedua kalinya. 12. Diskusikan dengan manajer kredit kemungkinan bisa ditagihnya piutang- piutang yang telah lama tak tertagih. Periksa penerimaan kas kemudian dan evaluasi kolektibilitas piutang. 13. Evaluasi apakah cadangan mencukupi setelah dilakukan prosedur audit lain tentang kolektibilitas piutang. 14. Pilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan tahun ini dan 20 transaksi penjualan pertama dad tahun berikutnya dan telusur setiap ayat jurnal tersebut ke bukti pengiriman barang, periksa tanggal pengiriman sesungguhnya, dan kebenaran jumlahnya. 15. Periksa retur penjualan berjumlah besar sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk menentukan bahwa retur telah dicatat pada periode yang benar. DAFTAR REFERENSI
Jusup, A. (2014). Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta: STIE YKPN.