PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Masjid dalam catatan sejarah peradaban Islam, merupakan institusi
pusat perjuangan yang memiliki peran strategis dalam membangun
peradaban. Risalah (track record ) masjid pada awal masa perkembangan
Islam (qurȗn al-ȗla), tidaklah dapat disangkal bahwa fenomena masjid
1
dalam Islam mencakup semua segi kehidupan . Kabah sebagai rumah
ibadah pertama di muka bumi menjadi bukti kehadiran manusia untuk
mengabdi kepada Allah. Keberadaan masjid al-Haram di Makkah dan
masjid al-Aqsha di Yerussalem merupakan bukti kehadiran para utusan
Allah yang mengajarkan agama, yang menyeru kepada ketundukan dan
ketaatan kepada Allah, yakni nabi Ibrahim AS. dan keturunannya, nabi
Ya‟qub AS., nabi Sulaiman AS. hingga nabi Muhammad SAW.
Masjid adalah tempat ibadah kaum muslimin. Di dalamnya dihuni
oleh orang-orang yang bersih secara fisik dan psikis serta pikirannya,
karena nilai-nilai ibadah sebagai ketundukan diri kepada Allah yang
2
terinternalisasi dalam diri yang mewujud dalam perilaku . Masjid dan
shalat adalah dua hal yang berkelindan. Orang yang menunaikan salat
3
menjadi salah satu yang dinyatakan layak untuk memakmurkan masjid ,
perintah shalatpun diterima Rasulullah SAW. melalui perjalanan isra dan
mikraj nabi Muhammad SAW. Perjalanannya dari masjid ke masjid yang
dibangun oleh Rasulullah pendahulunya. Start dari masjid al-Haram
menuju masjid al-Aqsha (isra) dan dari masjid al-Aqsha ke
Sidratulmuntaha (mikraj).
Masjid merupakan langkah awal Rasulullah memulai
pembangunan peradaban Islam di Madinah, disusul langkah berikutnya
dengan Piagam Madinah. Pada masa Rasulullah, masjid sebagai tempat
1 Ibrâhîm Ibn Shâlih al-Khudhairy, Ahkâm al-Masjid, al-Mujallid 1 (Riyâd: Dâr al-
Fadhîlah, 2001), 8.
2 Lihat Q.S. al-Taubah, 9: 108.
3Lihat Q.S. al-Taubah, 9: 18.
1
2
) ُخجناٛ ,٨٩: ٥(
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (Q.S. al-Bayyinah, 98:
5).
7
Menurut Ibn Katsîr , perilaku keimanan seseorang berdasar ayat
tersebut adalah salih secara individu yang mengabdikan dirinya kepada
Allah secara ikhlas, disiplin menunaikan shalat, dan berderma sebagai
bentuk kesalihan sosial. Takmir masjid, berdasarkan Q.S. al-Taubah, 9:
8
18 , hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang mendapat tuntunan
Allah, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah, beriman kepada hari
akhir, menunaikan zakat, dan hanya takut kepada Alah. Ibn Katsîr
menyebutnya sebagai Ahli Allah, berdasarkan hadits yang diriwayatkan
oleh al-Hâfizh Abû Bakr al-Bazzâr, bahwa “hanya ahli Allah yang dapat
memakmurkan masjid”. Kaum akademisi yang menjadi jamaah masjid
7 Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur‟an al-„Adzîm, juz 4 (al-Qâhirah: Dâr al-Thayyibah, 1999),
62.
٩
ؼ بًَئٚ ٕونٔا للهبث ٍيأ ٍي هللا ذعبغي ًشٛ ىن ٕحكضنا ٗرٔأ ٕحهقنا وبقٔأ شخألا
ٔ خٚ كئنٔأ ٗغؼك هللا الئ ؼ
)۱ك ٌأٚ ذزنا ٍي َٕٕاٚ
ًٓ ٍ ( خ ٕثزنا, ٨: ٩
5
9
Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya dan Politik dalam
Bingkai Strukturalisme Transendental (Bandung: Mizan, 2001), 46.
10 Kuntowijoyo, Muslim, 51.
11 Kuntowijoyo, Muslim, 51.
6
12
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012, Tentang Pendidikan Tinggi,
Pasal 35 (1) Kurikulum pendidikan tinggi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan ajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan Tinggi. (2) Kurikulum Pendidikan Tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh setiap Perguruan Tinggi dengan mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap Program Studi yang mencakup pengembangan
kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan keterampilan. (3) Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memuat mata kuliah: a. agama; b. Pancasila; c. kewarganegaraan; dan d.
bahasa Indonesia. (4) Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui kegiatan kurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
(5) Mata kuliah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Dilaksanakan untuk program sarjana dan
program diploma.
8
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoretis (Signifikansi Akademik)
1) Hasil penelitian ini, yakni formula tentang model program
pemakmuran masjid kampus yang dianggap mampu
membangun peranan yang optimal dan efektif dalam
mengembangkan kepribadian Islami mahasiswa, secara ilmiah
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat
dalam khazanah ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu
pendidikan. Mengembangkan kepribadian Islami mahasiswa
tidak cukup dilakukan dalam pembelajaran kelas, tetapi perlu
ada penguatan melalui kegiatan takmir masjid.
2) Dapat dijadikan sebagai alternatif strategi manajerial takmir
masjid kampus secara optimal.
E. Kerangka Pemikiran
Memahami permasalahan-permasalahan pada penelitian ini
berdasar pada teori-teori yang dijadikan sebagai bangunan perspektif
peneliti dalam menjelaskan tentang objek yang diteliti. Pertama: grand
Theory, dan kedua: middle range theory .
Grand theory yang digunakan adalah teori kepribadian, bahwa
kepribadian adalah integrasi dari keseluruhan kecenderungan seseorang
untuk berperasaan, berkehendak, berpikir, bersikap, dan berbuat menurut
16
13
pola tingkah pekerti tertentu . Pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh
14
faktor genetika, bawaan, dan lingkungan . Peneliti berasumsi bahwa
mahasiswa dengan kepribadiannya masing-masing yang terbentuk
sebelumnya melalui lingkungan, baik di rumah, masyarakat maupun di
sekolah, dapat dikembangkan menjadi lebih baik sebagai mahasiswa yang
berkepribadian Islami melalui masjid. Masjid sebagai institusi berfungsi
15
untuk membina umat, membangun kesadaran spiritual dan sosial .
Mahasiswa adalah bagian dari umat, bagian dari masyarakat kampus yang
menjadi jamaah masjid kampus. Terbangunnya kesadaran spiritual yang
termanifestasikan dalam perilaku sosial sebagai pribadi yang Islami,
menjadi prasyarat dalam mengabdikan disiplin keilmuannya di tengah-
16
tengah masyarakat. Menurut Hasan al-Bannâ , karakteristik
berkebribadian muslim, yaitu
1) „Aqîdah al-Salîmah (Akidah yang lurus/selamat)
2) Shahîhah al-„Ibâdah (ibadah yang benar)
3) Matîn al-Khuluq (akhalak yang kokoh)
4) Mutsaqqaf al-Fikr (wawasan yang luas)
5) Qawiyy al-Jism (jasmani yang kuat)
6) Mujâhadah al-Linafsih (berjuang melawan hawa nafsu, mampu
mengontrol diri)
7) Hâris „Alâ Waqtih (disiplin menggunakan waktu)
8) Munazhzham fî Syu‟ȗnih (teratur dalam suatu urusan)
9) Qâdir Ala al-Kasb (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
10) Nâfi‟ Li Ghairih (bermanfaat bagi orang lain)
Middle range theory yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori institusional (institutional theory) atau teori kelembagaan. Dalam
ََ َ ُ ْ ُُْْ ََ َ َ َْ َ َ ُ َْ ََ َ
Artinya: “Rumah Allah di bumi adalah masjid. Memakmurkannya ialah
dengan mengunjunginya, memulyakan dan mensucikannya berarti
menyenangkan Allah”.
Memakmurkan masjid berarti menjadikan diri sebagai jamaah
masjid, mengelola dan mendayagunakan fungsi dan peran masjid. Hal itu
17
Syukur Abdullah, “Study Imlementasi Latar Belakang Konsep Pendekatan dan
Relevansinya Dalam Pembangunan", Kumpulan Makalah (Ujung Pandang: Persadi, 1987), 40.
18 Ibn Ajîbah, al-Bahr al-Madîd fî Tafsîr al-Qur‟an al-Majîd `1224 H. dalam
aplikasi off line “Majmȗ‟ Tafâsir
19
kepada yang hak dan bathil, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al-
Syams, 91: 8.
)٨: ٩۸ ,(ظًؾنا
Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya“. (Q.S. al-Syams, 91: 8)
Dalam ajaran Islam, Allah menghendaki manusia baik laki-laki
mapun perempuan sebagai pribadi yang salih (atau salihah). Pribadi yang
salih mencerminkan perilaku (sikap, ucapan dan tindakan) yang baik
(tidak bertentangan dengan syariah). Firman Allah:
20
A. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al-Ma'arif, 1989),
68.
21 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media,
1994), 192.
24
22 Abdul Majid, dkk., Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam (Bandung: Insan
Cita Utama, 2010), 102-106.
23 Hasan al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin 2, terj. Rafi‟ Munawwar.
(Surakarta: Era Intermedia, 1999), 170-180.
24 Aam Amiruddin, Bedah Masalah Kontemporer (Bandung: Khazanah Intelektual,
2012), 45.
25
)۸۳ :فبقؽالا,٤٦(
)۸۰ :۰,(حشقجنا
Artinya: “Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”.
3) Memenuhi amanah dan berbuat adil (Q.S. al-Nisa, 4‟:58)
:ءب ُغنا,٤(
)٥٩
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat”.
4) Kreatif dan tawakal (Q.S. Ali Imron, 3:160)
..
)۳ - ۸ :۸۲۳,(شقؼنا
Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.
6) Melakukan sesuatu secara proposinal dan harmonis (Q.S. al- A‟raf,
7: 31)
)۳۸ :فاشػالا,٧(
25
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar)
(Bandung: Diponegoro, 1983), 144.
27
:۰۳ ,ٌُٕ(يًإنا.
)۰ -۸
Artinya: “Beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)
orang-orang yang khusyu‟ dalam shalatnya”. (Q.S. al-
Mukminun, 23: 1-2)
d) Tasyakkur (bersyukur), yaitu berterimakasih kepada Allah atas
segala pemberian dan merasakan kecukupan atas karunia-Nya.
:۰ ,(حشقجنا
)۸٦۰
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara
rizki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-
Nya kamu beribadah.” (Q.S. al-Baqarah, 2: 162) Dan firman-
Nya lagi dalam surah Ibrahim, 14: 7,
)٧ :۸ىاشثاْٛ ,٤(
..
)٧۸ - ٦٨ :۰ٌبقشلنا,٥(
28
Koesteor Partowisastro, Dinamika Psikologi Sosial (Jakarta: Erlangga, 1983), 67.
29
Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan) (Bandung: Mandar Maju,
1995), 73.
30 Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), 17.
31
Ahmad Tafsir, Epistimologi Untuk Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Fakultas Tarbiyah
IAIN SGD Bandung, 1995), 91.
31
32 M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum (Jakarta: Bumi Aksara,
1996),
123.
33 Muhammad Islmail Yusanto, Menggagas Pendidikan Islami (Bogor: Al Azhar Press,
2004), 53.
32
Bagan 1
Paradigma Penelitian
PTUN: PTKIN
1. ‘Aqîdah al-salîmah (akidah
Masjid UNTIRTA MASJID UIN SMH yang lurus/selamat)
Banten BANTEN 2. Shahîhah al-‘Ibâdah
(ibadah yang benar)
3. Matîn al-Khuluq (akhalak
Program Memakmurkan Program Memakmurkan yang kokoh)
Masjid: Masjid: 4. Mutsaqqaf al-Fikr (wawasan
yang luas)
Pelayanan Jamaah Pelayanan Jamaah Masjid; 5. Qawiyy al-Jism (jasmani
Masjid, Tahsin Al- Kajian Keislaman; Semarak yang kuat)
Qur’an, Tahfidz, Kajian Ramadhan: Kajian Tafsir, 6. Mujâhadahal-Linafsih
Keislaman, Leadership Berkepribadian (berjuang melawan hawa
Raw Input Haqdits, Tauhid, Fikih,
Training, ZISWAF Kajian Islami nafsu, mampu mengontrol
Ilmu Falak, Nahwu dan
Ramadhan, Beasiswa, diri)
Sharf; Leadership Training,
Pengabdian Masyarakat 7. Hâris ‘Ala Waqtih (disiplin
Pengembangan Keahlian:
menggunakan waktu)
Tilawah/Qiroah, Turots, 8. Munazhzham fî Syu’ȗnih
Astronomi; Pengabdian (teratur dalam suatu
Masyarakat urusan)
9. Qâdir Ala al-Kasb (memiliki
kemampuan usaha
sendiri/mandiri)
10. Nâfi’ Li ghairih
Pendukung EVALUASI
PRODUK PENELITIAN:
MODEL PROGRAM MEMAKMURKAN MASJID KAMPUS