Pembahasan
Sebagaimana tertulis dalam sejarah bahwa setelah Nabi Muhammad Saw. hijrah
dari Mekah ke Madinah, yang pertama dilakukan Nabi adalah membangun masjid
Quba. Lalu tidak lama setelah itu dibangun pula masjid Nabawi. Bangunan fisik
masjid di zaman itu masih sangat sederhana, lantainya tanah, dinding dan atapnya
pelepah kurma. Namun demikian, masjid tersebut memainkan peranan yang sangat
siknifikan dan menjalankan multi fungsi dalam pembinaan umat.
Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadat, seperti shalat dan zikir,
tetapi masjid juga sebagai tempat pendidikan, tempat pemberian santunan sosial,
tempat latihan militer dan persiapan perang, tempat pengobatan para korban perang,
tempat mendamaikan dan menyelesaikan sengketa, tempat menerima utusan
delegasi/tamu, sebagai pusat penerangan dan pembelaan agama. Dari pembinaan
yang dilakukan Rasulullah di masjid itu lahirlah tokoh-tokoh yang berjasa dalam
pengembangan Islam ke seantero dunia, seperti Abu Bakar shiddiq, Umar bin al-
Khatab, Usman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Pada mulanya, daerah Eropa Timur yang disebut Byzantium adalah koloni
bangsa Yunani sejak tahun 660 SM, yang kemudaian menjadi bagian wilayah
kekaisaran Romawi. Konstantin agung mengundang banyak seniman ke Byzantium
untuk membangun kota yang terletak di persimpangan antara selat Bosphorus
dengan laut Mamora. Kota ini kemudian dinamakan atas namanya, yaitu
Konstantinopel, kemudian pada tahun 330 diresmikan sebagai ibukota Romawi
Timur. Gaya arsitektur Byzantium yang bermula pada abad VI ini tumbuh dari
berbagai dasar dan akar kebudayaan. Cita-cita arsitektur Byzantium adalah
mengkonstruksi atap gereja dengan atap kubah, karena kubah dianggap simbol dari
kekuasaan yang Maha Esa. Meskipun kata ‘cupola’ (kubah) itu berasal dari Bahasa
Arab, akan tetapi pembuatan kubah ini tidak dapat dianggap berasal dari orang-
orang Islam. Kubah telah digunakan pada istana Raja Sassanid (Persia) dan oleh
orang-orang Byzantium jauh sebelum dibuat oleh orang-orang Islam. Para arsitek
Arab tampaknya tidak suka dengan bentuk permukaan kubah, sudut kubah dan
bagian empat persegi panjang kubah yang kaku, sebaliknya orang Yunani kuno
justru suka dengan bentuk-bentuk tersebut. Agar sudut dinding dapat terbentuk
dengan tepat dan agar bagian kubah dan bagian kamar itu menjadi tepat, mereka
menggunakan bagian serambi dalam bentuk tiga sudut bidang lengkung. Karena
kubah yang kecil ini terlalu geometris, maka mereka secara bertahap membuat
kubah agar berbentuk stalaktit yang menggantung atau seperti bentuk sarang lebah.
Gaya ini ditemukan di Sisilia dari abad 10 dan 11 Masehi. Orang-orang Arab
Spanyol merubah bentuk kubah itu dengan memberikan bentuk prisma vertikal di
bagian lengkungnya.
Selama hampir 500 tahun bangunan bekas Gereja Hagia Sophia berfungsi
sebagai masjid. Akibat adanya kontak budaya antara orang-orang Turki yang
beragama Islam dengan budaya Nasrani Eropa, akhirnya arsitektur masjid yang
semula mengenal atap rata dan bentuk kubah, kemudian mulai mengenal atap
meruncing. Setelah mengenal bentuk atap meruncing inilah merupakan titik awal
dari pengembangan bangunan masjid yang bersifat megah, berkesan perkasa dan
vertikal. Hal ini pula yang menyebabkan timbulnya gaya baru dalam penampilan
masjid, yaitu pengembangan lengkunganlengkungan pada pintu-pintu masuk, untuk
memperoleh kesan ruang yang lebih luas dan tinggi.
2.4 Peran Masjid di Era Modern sebagai Pusat Peradaban dan Kebudayaan
1. Sebagai tempat beribadah Sesuai dengan namanya
Masjid adalah tempat sujud, maka fungsi utamanya adalah sebagai
tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui bahwa makna ibadah di
dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas kehidupan yang
ditujukan untuk memperoleh ridla Allah, maka fungsi Masjid disamping
sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai
dengan ajaran Islam.
2. Sebagai tempat menuntut ilmu
Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya
ilmu agama yang merupakan fardlu ‘ain bagi umat Islam. Disamping itu
juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan dan
lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.
3. Sebagai tempat pembinaan jama’ah
Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan dalam
mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan kepemimpinan
umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi
Ta’mir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan
da’wah islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang
kokoh.
4. Sebagai pusat da’wah dan kebudayaan Islam
Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu
berdenyut untuk menyebarluaskan da’wah islamiyah dan budaya islami.
Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan
dikembangkan da’wah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan
masyarakat. Karena itu Masjid, berperan sebagai sentra aktivitas da’wah
dan kebudayaan.
5. Sebagai pusat kaderisasi umat
Sebagai tempat pembinaan jama’ah dan kepemimpinan umat, Masjid
memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah
dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu
pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak
mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman
Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Ta’mir Masjid
beserta kegiatannya.
6. Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam
Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam
sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur
dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit
dengan berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari
berbagai aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial
dan lain sebagainya. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan
dikembangkan dalam kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini
dengan nilai-nilai Islam. Proses islamisasi dalam segala aspek kehidupan
secara arif bijaksana digulirkan.
Suryo AB (AlTasamuh-2003) mengatakan Di era kebangkitan umat saat ini.
fungsi dan peran masjid mulai diperhitungkan. Setidaknya ada empat fungsi
dan peran masjid dalam memanajemen potensi umat.
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan.
Saat ini sumber daya manusia menjadi salah satu ikon penting dari proses
peletakan batu pertama pembangunan umat. Proses menuju kearah
pemberdayaan umat dimulai dengan pendidikan dan pemberian pelatihan-
pelatihan.
2. Pusat Perekonomian Umat.
Koperasi dikenal sebagai soko guru perekonomian Indonesia. Namun
dalam kenyataannya justru koperasi menjadi barang yang tidak laku.
Terlepas dari berbagai macam alasan mengenai koperasi, tak ada salahnya
bila masjid mengambil alih peran sebagai koperasi yang membawa
dampak positif bagi umat dilingkungannya.
3. Pusat Penjaringan Potensi Umat.
Masjid dengan jamaah yang selalu hadir sekedar untuk menggugurkan
kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan,
bahkan ribuan orangjumlah-nya.
4. Pusat Kepustakaan.
Perintah pertama Allah kepada Nabi Muhammad adalah "membaca".
Dan sudah sepatutnya kaum muslim gemar membaca, dalam pengertian
konseptual maupun kontekstual. Saat ini sedikit sekali dijumpai dari
kalangan yang dikategorisasikan sebagai golongan menengah pada
tataran intelektualnya (siswa, mahasiswa, bahkan dosen dan ustadz)
mempunyai hobi membaca
BAB 3
Kesimpulan
Perkembangan arsitektur masjid abad pertengahan ditandai dengan penggunaan
lengkungan bulat atau sedikit runcing, tiang-tiang penopang yang mendukung
kubah, menampilkan struktur batu dengan hamparan kaca besar, jendela berisi.
Akibat adanya kontak budaya antara orang-orang Turki yang beragama Islam
dengan budaya Nasrani Eropa, akhirnya arsitektur masjid yang semula mengenal
atap rata dan bentuk kubah, kemudian mulai mengenal atap meruncing. Setelah
mengenal bentuk atap meruncing inilah merupakan titik awal dari pengembangan
bangunan masjid yang bersifat megah, berkesan perkasa dan vertikal. Hal ini pula
yang menyebabkan timbulnya gaya baru dalam penampilan masjid, yaitu
pengembangan lengkunganlengkungan pada pintu-pintu masuk, untuk memperoleh
kesan ruang yang lebih luas dan tinggi. Pada masa modern seperti saat ini, masjid
memiliki fungsi penting sebagai pusat peradaban dan kebudayaan. Fungsi tersebut
meliputi sebagai tempat beribadah, tempat menuntut ilmu, tempat pembinaan
jama’ah, dan pusat da’wah.
Daftar Pustaka
Rosadi, B. (2014). Masjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam. Jurnal An Nûr,, 134-
138.
https://almanhaj.or.id/2524-pengertian-masjid.html