PENDAHULUAN
dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat dipengaruhi oleh
anak sebaiknya dilakukan sedini mungkin agar kualitas anak yang berakhlak mulia
sebagai bekal khusus bagi dirinya, umumnya bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan
agama.
dapat menyeret mereka pada moral dan pendidikan yang buruk dalam masyarakat,
dan kenyataan kehidupan yang pahit penuh dengan “kegilaan”, betapa banyak
sumber kejahatan dan kerusakan yang menyeret mereka dari berbagai sudut dan
tempat berpijak.
Ahklak mulia dalam pergaulan adalah akhlak yang sesuai dengan ketentuan
yang ada dalam dalam alqur’an dan hadist. Akhlak dalam pergaulan yang baik telah
diajarkan oleh rasullullah kepada setiap umat khususnya umat islam. Setiap aturan
dalam islam tentang akhlak dalam pergaulan bertujuan tentang cara bagaimana
kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat sesuai dengan yang diingankan
Akhlak yang baik adalah fondasi agama dan merupakan hasil dari usaha
orang-orang yang bertakwa. Memiliki akhlak yang baik, seseorang akan diangkat
derajatnya kederajat yang lebih tinggi oleh tuhan. Aklhak mulia tersebut menyangkut
tentang etika, budi-pekerti dan moral sebagai manifestasi dari pendidikan agama.
Tegaknya aktivitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itu yang
dapat menerangkan bahwa orang itu telah memiliki akhlak yang baik. Semua
bermuara pada realisasi tanggung jawab kepada Allah SWT. Jika seseorang telah
memahami tentang akhlak maka akan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik yang
Berdasarkan permasalahan diatas, jika orang tua atau pendidik tidak dapat
memikul tanggung jawab dan amanat yang diberikan pada anak, dan pula tidak
upaya penanggulangannya maka akan terlihat suatu generasi yang bergiliran dosa
dan penderitaan dalam masyarakat. Oleh karena itu, dapat dilakukan dengan
mengetahui atau memahami bagaimana kita mendidik dengan cara yang benar
kepada anak, ataupun sesama muslim dari berbagai sumber buku, membuka internet,
maupun bertanya kepada orang yang lebih tahu, sehingga kita tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
2. Mahasiswa harus mengetahui apa saja adab sopan santun kepada ALLAH
SWT
3. Mahasiswa harus mengetahui apa saja adab sopan santun kepada rasulullah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Adab Sopan Santun
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas
aturan agama, Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antarmanusia,
orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan dalam
agama Islam. Sedangkan Norma sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul
dari hasil pergaulan sekelompok itu. Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa
Secara bahasa sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil
pergaulan sekelompok itu. Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang
atau waktu.
Sopan santun adalah suatu sikap atau tingkah laku yang ramah terhadap orang
lain, sopansantun juga dapat di pandang oleh suatu masyarakat mungkin sebaliknya
adalah suatu etika/norma terhadap tingkah laku kita dalam kehidupan sehari – hari.
Menurut Erislan (2005) menyatakan Sopan Santun adalah suatu norma hidup
yang timbul dari sebuah hasil pergaulan sekelompok manusia di dalam masyarakat
melaluisikap, perbuatan atau tingkah laku, budi pekerti yang baik, sesuai dengan tata
krama, peradaban dan kesusilaan. Hadits dari para Imam Ma’sumin yang berkaitan
ٌٌَخ ْمسٌٌ َم ْنٌٌلَ ْمٌٌتَك ُْنٌٌفِ ْي ِهٌٌلَ ْمٌٌيَك ُْنٌٌ َكثِ ْيرٌٌفِ ْي ِه
ِ األَ َد
ٌب
Artinya: “Lima hal yang jika tidak ada dalam diri seseorang maka ia tidak akan
memiliki banyak peminat: agama, akal, rasa malu, budi pekerti dan kesopanan.”
sangat banyak, tidak terhitung jumlahnya. Kemana saja seorang hamba mengarahkan
pandangannya, dia akan melihat nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dihadapannya.
berupa setetes air mani yang bercampur dengan sel telur yang bergantung di dalam
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya),
dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu
Bahkan jika manusia hendak menghitung nikmat-Nya, maka dia tidak akan
َ ٌَّللاٌَلَغَفُور
ٌٌر ِحيم ِ َّ ََو ِإ ْنٌتَعُدُّواٌ ِن ْع َمة
ُ ٌَّللا ٌََلٌت ُ ْح
َّ صو َهاٌٌۗ ِإ َّن
Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki hak yang menjadi
kewajiban para hamba-Nya. Hak kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut harus
diutamakan daripada hak-hak sesama makhluk. Diantara yang menjadi hak Allah
Azza wa Jalla dan menjadi kewajiban para hamba yaitu memiliki adab yang baik
kepada Allah Azza wa Jalla . Maka wajib bagi seorang hamba memiliki adab-adab
sebagai berikut:
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
Ta’ala, meyakini kebenaran firman-Nya dan tunduk terhadap perintah dan larangan-
Nya. Sungguh tidak beradab ketika ada seorang hamba yang ingkar dan menentang-
Nya. Allah Azza wa Jalla mencela orang-orang yang ingkar kepada-Nya dengan
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
Demikian juga termasuk syarat iman adalah menjauhi syirik, karena syirik itu
karena itu kewajiban seorang hamba untuk mensyukurinya adalah dengan mengakui
bahwa nikmat itu datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala , memuji-Nya dengan
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu,
Baqarah/2:152]
Sungguh tidak beradab, perbuatan mengingkari kenikmatan dan keutaman dari Rabb
pemberi kebaikan.
Ta’ala dengan kecintaan yang paling tinggi. Seseorang yang mencintai sesuatu, dia
akan selalu mengingat dan menyebutnya serta tidak melupakannya. Orang yang
ِ ا ْلفَا
َ ُسق
ٌون
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang
fasik.” [al-Hasyr/59:19].
ٌ س ُنٌتَأ ْ ِوي
َ َُلا ٌت ُ ْؤ ِمن
ٌون َ ٌوأَ ْح
َ ُُ ٌوا ْل َي ْو ِمٌاْألَ ِخ ِرٌذَ ِلكَ ٌ َخ ْي ُر
َ ِِباهلل
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya),
dan ulil amri (ulama dam umarâ’) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” [an-Nisâ’
/ 4:59].
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala
pemberitahuan bahwa mentaati Rasul-Nya wajib secara mutlak, yaitu dengan tanpa
meninjau apa yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan terhadap Al-
secara mutlak, baik apakah yang beliau perintahkan itu ada dalam Al-Qur’an atau
Oleh karena itulah seorang mukmin akan selalu tunduk terhadap keputusan
ُّم ِبيناا
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mu’min, jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) dari urusan mereka. Barang
siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Ayat ini umum, mencakup semua
perkara, yaitu jika Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya telah menetapkan
sesuatu, maka tidak ada hak bagi siapapun untuk menyelisihinya, dan di sini tidak
ada pilihan bagi siapapun, tidak ada juga pendapat dan perkataan (yang menyelisihi
ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya)”. [Tafsîr Ibnu Katsîr, Surat al-
Ahzâb /33:36]
Sungguh tidak beradab, jika ada seorang hamba yang lemah berani menentang
Penguasanya Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa dengan perbuatan maksiat dan
kezhaliman.
ٌٌَۚواٌَّللا
َّ ٌُۖواتَّق
َ ٌسو ِل ِه
ُ ٌو َر َّ ِ واٌَلٌتُقَ ِد ُمواٌبَ ْي َنٌيَ َدي
َ ٌَِّللا َ يَاٌأَيُّ َهاٌالَّذ
َ ُِينٌآ َمن
“Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-
Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit.” [al-
Mâidah/5: 44]
pengagungan, dan ketundukan. Inilah yang dinamakan khauf sirr. Ini tidak pantas
Subhanahu wa Ta’ala bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala (dengan takut ini-pen) dia
adalah orang yang melakukan syirik akbar. Contoh : Orang yang takut kepada
patung, orang yang telah mati, atau orang-orang yang mereka sangka sebagai wali
dan mereka yakini bisa mendatangkan manfaat dan bahaya bagi mereka,
sebagaimana dilakukan oleh sebagian penyembah kubur, dia takut kepada penghuni
7. Malu Kepada-Nya
Seorang muslim akan selalu menyadari bahwa ilmu Allah Subhanahu wa
keadaannya. Oleh karena itu hatinya penuh dengan rasa hormat dan pengagungan
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala . Dia malu berbuat maksiat dan menyelisihi
ْ َقٌ ٌن
ستَ ْح ِيي َّ ٌم َن
َّ ٌَّللاٌِ َح ِ س ِت ْح َيا َء
ْ ٌاَل َ َسٌذَاك
ِ ٌولَ ِك َّن َ ٌَُّللٌِقَا َلٌلَ ْي
َّ ِ َوا ْل َح ْمد
ٌاءٌأَ ْن
ِ َىٌو ْلتَ ْذك ُِرٌ ٌا ْل َحي َ َىٌوا ْلبَ ْط َن
َ ٌو َماٌ َح َو َ اٌوع
َ ٌو َم
َ سَ ٌْالرأ
َّ تَ ْحفَ َظ
َ ٌََاآل ِخ َرةٌَتَ َركَ ٌِزينَةٌَال ُّد ْنيَاٌفَ َم ْنٌفَعَ ٌَلٌذَ ِلكَ ٌفَقَدٌْ ٌا ْل َم ْوت
ٌوا ْلبِلَى ْ َو َم ْنٌأَ َراد
benarnya adalah engkau menjaga kepala dan apa yang dikumpulkannya, menjaga
perut dan apa yang dikandungnya, serta mengingat kematian dan kebinasaan. Dan
Barangsiapa telah melakukan ini, maka dia telah malu terhadap Allah Subhanahu wa
Ta’ala dengan sebenar-benarnya” [HR. Tirmidzi, no. 2458; Ahmad, no. 3662; Syaikh
Al-Albâni menyatakan ‘Hasan lighairihi, dalam kitab Shahîh at-Targhîb, 3/6, no.
hadits ini: “Maksudnya adalah menjaga kepala dari penggunaannya untuk selain
ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala , yaitu engkau tidak sujud kepada
selain-Nya, tidak shalat karena riya’, engkau tidak menundukkan kepala untuk selain
Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan engkau tidak mengangkatnya karena sombong. Dan
menjaga apa yang dikumpulkan oleh kepala maksudnya adalah menjaga lidah, mata
menjaga apa yang berhubungan dengannya maksudnya yaitu kemaluan, kedua kaki,
kedua tangan, dan hati. Karena semua anggota badan ini berhubungan dengan rongga
perut. Adapun cara menjaganya adalah dengan tidak menggunakannya untuk berbuat
keadaanmu dalam kubur yang sudah menjadi tulang dalam kehidupanmu. Dan
barangsiapa menghendaki akhirat, dia akan meninggalkan perhiasan dunia. Karena
keduanya tidak akan berkumpul dalam bentuk yang sempurna, walaupun bagi orang-
mengatakan: “Karena keduanya seperti dua madu, jika salah satunya dijadikan ridha,
8. Bertaubat Kepada-Nya
manusia adalah banyak berbuat dosa dan kesalahan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
َ ُينٌالت َّ َّواب
ٌون َّ ٌو َخ ْي ُرٌا ْل َخ
َ طا ِئ َّ ُك ُّلٌا ْب ِنٌآ َد َمٌ َخ
َ طاء
yang banyak berbuat kesalahan adalah orang-orang yang banyak bertaubat.” [HR.
Tirmidzi, no. 2499; Ibnu Mâjah; Ahmad; ad-Dârimi. Dihasankan oleh Syaikh al-
Albâni]
taubat dan tidak putus asa dari rahmat dan ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Nya:
َ واٌم ْن
ٌٌر ْح َم ِة ِ ط ُ َعلَىٌأَ ْنفُس ِِه ْم ٌََلٌتَ ْقن ْ َِينٌأ
َ ٌس َرفُوا َ قُلٌْيَاٌ ِعبَاد
َ ِيٌالَّذ
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala
Zumar/39:53]
kepada-Nya. Karena merupakan adab dan prasangka yang buruk, ketika seseorang
bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dia menyangka bahwa Allah
ٌٌو ََل
َ ار ُك ْم
ُ صَ ٌو ََلٌأَ ْب َ ٌعلَ ْي ُك ْم
َ س ْمعُ ُك ْم ْ َونٌأَ ْنٌي
َ ٌَش َهد ْ ٌَو َماٌ ُك ْنت ُ ْمٌت
َ ستَتِ ُر َ
penglihatan dan kulitmu kepadamu, namun kamu mengira bahwa Allah tidak
mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah
prasangkamu yang telah kamu sangka kepada Rabbmu, prasangka itu telah
[Fushshilat/41: 22-23].
Salah satu adab yang paling ditekankan adalah untuk tidak memutuskan
sesuatu sebelum keputusan Rasulullah saw. Dan tidak pula merubah keputusan yang
ٌَواٌَّللا
َّ ٌُواتَّق
َ سو ِل ِه
ُ ٌو َر َّ ِ واٌَلٌتُقَ ِد ُمواٌبَ ْي َنٌيَ َدي
َ ٌَِّللا َ يَاٌأَيُّ َهاٌالَّذ
َ ُِينٌآ َمن
ٌع ِليم
َ ٌس ِميع َّ ِإ َّن
َ ٌٌََّللا
ٌسولُهٌُأَ ْمرااٌأَن
ُ ٌو َر
َ ُىٌَّللا
َّ ض َ ٌَو ََلٌ ُم ْؤ ِمنَةٌٍ ِإذَاٌق
َ َانٌ ِل ُم ْؤ ِم ٍن
َ َو َماٌك
Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah Menetapkan suatu ketetapan, akan ada
Jangan samakan posisi Rasulullah dengan orang lain disekitar kita. Berilah
penghormatan yang tinggi dengan tidak memanggil nama beliau dengan kurang
sopan.
سو ِلٌبَ ْينَ ُك ْمٌ َك ُدعَاءٌ َب ْع ِضكُمٌبَ ْعضٌا ا ََلٌتَ ْجعَلُواٌ ُدع
ُ َاءٌالر
َّ
Hati-hati untuk tidak meninggikan suara dihadapan beliau. Ayat ini turun
ketika ada segerombolan orang yang berteriak dan meninggikan suaranya dihadapan
ٌ ص ْوتٌِالنَّ ِب
ِي َ واٌَلٌتَ ْرفَعُواٌأَص َْواتَ ُك ْمٌفَ ْو
َ ٌق َ يَاٌأَيُّ َهاٌالَّذ
َ ُِينٌآ َمن
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu
Tentu tidak, bentuk meninggikan suara itu tetap berlaku walaupun beliau
telah tiada. Ayat ini juga mengajarkan kepada kita untuk tidak meninggikan suara di
pusara suci beliau. Hati-hati untuk tidak berteriak-teriak di makam Nabi Muhammad
saw.
Selain itu, ayat ini juga mengajarkan untuk tidak mengangkat pendapat diatas
pendapat Nabi sepeninggal beliau. Namun sayangnya, makam Nabi tak lagi
dihormati. Bahkan ada orang-orang khusus yang dibayar untuk berteriak dan
tidak sopan dihadapan Nabi dengan menghapus semua amal perbuatannya dan tidak
menyisakannya sedikit pun. Puluhan tahun amal yang telah dikumpulkan akan habis
jika kita berlaku tidak sopan dan meninggikan suara dihadapan Rasulullah saw.
Allah Berfirman,
ْ ٌَوأَنت ُ ْم ٌََلٌت
َ شعُ ُر
ٌون َ أَنٌتَ ْح َب َطٌأَ ْع َمالُ ُك ْم
menyadari.” (QS.Al-Hujurat:2).
sallam
Seruan Beliau, dan Langsung Mentaati Perintahnya Allah berfirman di dalam al-
Qur’an:
‘alaihi wa sallam, maka katakanlah “Kami dengar dan kami taati wahai Rasulullah.”
Kalau ada yang mengatakan kepadamu: “Demi Allah saya mencintaimu”, dan dia
selalu mengulangi perkataan tersebut siang malam, akan tetapi ketika engkau
membutuhkan bantuannya, sedikit pun dia tidak mau membantu, apakah engkau
akan katakan bahwa dia sungguh-sungguh di dalam ucapannya atau justru engkau
akan mengatakan orang ini pembohong? Tidak diragukan lagi kamu pasti akan
Mari kita berkelana sejenak untuk melihat bagaimana ketaatan para salafus
mimbar dan berkata kepada para sahabat: “duduklah kalian.” Pada waktu itu
Abdullah bin Mas’ud datang terlambat ke masjid, namun ketika beliau hendak masuk
sallam tersebut, lantas beliau pun duduk di luar masjid dan tidak melangkah masuk
semoga Allah azza wa jalla menambahkan ketaatanmu kepada Allah dan kepada
Rasul.”
Dalamnya
pasti akan meyakini bahwa tidak ada satu pun jalan yang dapat mendekatkan kita
kepada Allah azza wa jalla, melainkan telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, maka kenapa kita harus menambah-nambah? Kenapa kita harus
berbuat bid’ah? Coba kita renungkan kisah berikut ini! Pada suatu hari Said bin
Musayyib (seorang tokoh dari kalangan tabi’in) -sesudah adzan subuh- melihat
seorang laki-laki shalat dua rakaat kemudian salam, lalu dia kembali mengulangi
shalat dua rakaat kemudian salam, dan begitu seterusnya, maka Said bin Musayyib
pun berkata kepadanya: “Jangan engkau lakukan hal yang demikian!” Maka orang
tersebut pun berkata: “Wahai Abu Muhammad! Apakah Allah azza wa jalla akan
mengazabku karena aku shalat?” Ketika kita menegur seseorang ketika ia melakukan
suatu perkara bid’ah, seperti dzikir berjamaah, dan maulid Nabi, mereka justru
berkata: “Apakah Allah azza wa jallaakan mengazabku karena ibadah ini?” Coba
“Tidak, Allah azza wa jalla tidak akan mengazabmu karena shalat, akan tetapi
sahnya iman. Barangsiapa dalam hatinya tidak ada rasa cinta dan penghormatan
salam, niscaya keimanannya semakin kuat pula. Dan keimanan tersebut akan
‘alaihi wa salam daripada rasa cintanya kepada ayah, ibu, anak, istri, saudara dan
الَ يُؤْ ِم ُن أَ َحدُ ُك ْم َحتهى أَ ُكونَ أَ َح ه، «فَ َوالهذِي نَ ْفسِي ِب َي ِد ِه:قَا َل
ب ِإ َل ْي ِه ِم ْن
salam bersabda: “Demi Allah Yang nyawaku berada di tangan-Nya. Salah seorang di
antara kalian tidak beriman sehingga aku lebih ia cintai daripada bapaknya dan
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam
bersabda: “Salah seorang di antara kalian tidak beriman sehingga aku lebih ia cintai
daripada bapaknya sendiri, anaknya sendiri dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari
sallam
sunah.
makruh.
negara.
7. Memanjatkan shalawat kepada beliau dan memohon kepada Allah agar kelak
‘alaihiٌwaٌsalam
Islam memandang penghinaan, pelecehan dan caci makian kepada Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa salam sama artinya dengan penghinaan, pelecehan dan caci
makian kepada Allah Ta’ala dan agama Islam. Sebab, Allah Ta’ala-lah Yang telah
mengutus beliau sebagai penutup seluruh nabi dan rasul dengan membawa agama
Islam.
Demikian pula penghinaan, pelecehan dan caci makian kepada agama Islam
sama artinya dengan penghinaan, pelecehan dan caci makian kepada Allah Ta’ala
dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam. Tentu saja, penghinaan, pelecehan dan
caci makian kepada Allah Ta’ala juga merupakan penghinaan, pelecehan dan caci
Allah Ta’ala, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam dan agama Islam adalah
tiga hal yang saling berkait erat dan tidak bisa dipisahkan. Ketiganya wajib
diagungkan oleh seorang muslim. Penghinaan, pelecehan dan caci makian kepada
salah satunya berarti penghinaan, pelecehan dan caci makian kepada dua perkara
lainnya.