Anda di halaman 1dari 2

Meringankan Penderitaan dan Beban Orang Lain 2.1 Teks Hadits dan Terjemahan : . . . .

: . . . . Artinya: Dari Abu Hurairah r.a katanya: Bersabda Rasulullah SAW: Barang siapa yang menolong orang mumin dari kesusahan dunia, niscaya Tuhan akan menolongnya dari kesusahankesusahan hari kiamat, dan barang siapa yang menyokong orang mumin, Tuhan akan menyokongnya pula di dunia dan akhirat, dan barang siapa yang menutupi cela orang Islam, Tuhan akan menutupi pula celanya di dunia dan akhirat, dan Allah senantiasa menolong hambanya selama hamba itu suka menolong saudaranya...(H.R. Shahih Muslim) 2.2 Syarah Hadits Ini adalah hadits yang agung, merupakan kumpulan dari bermacam-macam ilmu, kaidah dan adab-adab yang berkaitan dengan keutamaan mencukupi kebutuhan kaum muslimin dan memberikan kemanfaatan bagi mereka dengan apa yang dapat memudahkan untuk mendapatkan ilmu, harta, pertolongan atau menunjukkan sesuatu yang mengandung kemaslahatan, nasehat dan lain-lain. 1. Barang siapa yang menolong orang mumin dari kesusahan dunia, miscaya Tuhan akan menolongnya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat Makna dari melepaskan kesusahan adalah menghilangkan kesusahan. Ibnu Rajab berkata bahwa meringankan kesusahan seseorang dapat diwujudkan dengan menghilangkan segala hal yang membuatnya sedih. Hal ini dapat dilakukan dengan banyak cara, karena ia mencakup segala sesuatu yang melepaskan seseorang dari kesulitan hidup. Dalam hadits ini tidak disebutkan balasan dari suatu kebaikan di dunia adalah sebuah kebaikan pula di akhirat. Tetapi kesusahan akhirat mencakup berbagai keadaan-keadaaan sulit dan ketakutan yang amat dahsyat. Menurut Imam An-Nawawi, hadits ini juga menjanjikan orang yang meringankan kesusahan saudaranya, bahwa ia diwafatkan dalam keadaan islam. Ini merupakan janji pahala di akhirat, dan kaum mukminin harus percaya sepenuh hati dengan janji tersebut. 2. Barang siapa yang menyokong orang mumin, Tuhan akan menyokongnya pula di dunia dan akhirat. Menyokong yang dimaksud di sini yakni memberikan kemudahan kepada orang lain. Menurut Ibnu Rajab, kemudahan yang diberikan kepada orang yang berhutang, dapat diwujudkan dengan salah satu (dari 2) cara, yakni : a. Mungkin memberinya tenggang waktu dan hal ini adalah sesuatu yang wajib b. Atau mungkin pula memutihkan utang tersebut atau dengan memberikan sesuatu yang meringankan ia dari beban utangnya.

Dalam al-Quran telah disebutkan firman Allah Taala : , , Artinya: Dan jika orang yang berhutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan sebagian atau semua utang itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.(Q.S. Albaqarah: 280) Jadi, pemberian tenggang waktu terhadap seorang yang berhutang (atau membebaskan ia dari utangnya) merupakan sebab utama tercapainya janji Allah Taala, yaitu kemudahan urusan di dunia dan di akhirat. 3. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Sabda Nabi Muhammad SAW Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim maksudnya menutupi aib orang yang baik, bukan orang-orang yang telah dikenal suka berbuat kerusakan. Hal ini berlaku dalam kaitannya dengan dosa yang telah terjadi dan telah berlalu. Namun apabila kita melihat suatu kemaksiatan dan sesorang sedang mengerjakannya maka wajib bersegera untuk mencegahnya dan menahannya. Jika dia tidak mampu, boleh baginya melaporkannya kepada penguasa jika tidak dikhawatirkan muncul mafsadah (yang lebih besar). Terhadap orang yang telah terang-terangan melakukan maksiat tidaklah perlu ditutuptutupi karena menutup-nutupinya menyebabkan ia melakukan kerusakan dan bebas menganggu serta melanggar hal-hal yang ham dan akhirnya dapat menarik orang lain untuk melakukan sebagaimana yang ia lakukan. Bahkan hendaknya ia melaporkannya kepada penguasa jika tidak dikhawatirkan timbulnya mafsadah. 4. Allah senantiasa menolong hambanya selama hamba itu suka menolong saudaranya Sabda Nabi Muhammad SAW: Artinya: Dan Allah selalu menolong hamba-Nya selagi hamba-Nya mau menolong saudaranya Hadits ini sangat global untuk ditafsirkan hanya saja di antara pengertiannya adalah apabila seorang hamba bertekad untuk menolong saudaranta maka sudah selayaknya untuk tidak bakhil dalam memberikan bantuan berupa perkataan ataupun membela dalam kebenaran disertai keimanan bahwa Allah akan menolongnya. Hadits pada point ini menunjukkan bahwa Allah taala mebantu siapa saja yang menolong saudaranya; baik dalam menyelesaikan hajat-hajat mereka ataupun hajatnya sendiri. Mereka mendapatkan pertolongan Allah yang tidak mereka dapatkan kecuali dengan menolong saudaranya tersebut. Meskipun Allah merupakan penolong hakiki bagi seorang hamba pada setiap urusannya; tetapi jika dia (sesama muslim) menolong saudaranya, maka niscaya perbuatannya itu menjadi sebab bertambahnya pertolongan Allah kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai