Anda di halaman 1dari 10

OTORITAS HADITS SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

Kedudukan Hadits di dalam Islam adalah merupakan sumber ajaran dan sumber hukum
Islam, sebagaimana halnya Al-Qur'an al-Karim. Oleh karenanya, untuk memahami ajaran
dan hukum Islam, pengetahuan dan pemahaman terhadap Hadits merupakan suatu
kemestian. Argumen dan dalil atas kesimpulan di atas dapat diru-muskan dalam empat Hal 1
yaitu:

1. Iman
Beriman kepada Rasul SAW adalah bahagian dari rukun iman. Adalah merupakan
kemestian dalam pembuktian iman kepada Rasul SAW, menerima seluruh yang
datang dari beliau berupa hal-hal yang berhubungan dengan agama atau masalah-
masalah yang diatur oleh
agama. Pada dasarnya di antara tugas Rasul SAW itu adalah menyampaikan wahyu
yang datang dari Allah SWT. Firman Allah SWT:
‫فَهَ ۡل َعلَى الرُّ ُس ِل اِاَّل ۡالبَ ٰل ُغ ۡال ُمبِ ۡي‬
... Maka tidak ada kewajiban atas para Rasul selain dari mengampaikan (amanah)
Allah dengan jelas. (QS An Nahl: 35).
Seiring dengan itu, Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk beriman kepada
para Rasul, yang perintah tersebut sejalan dan bersamaan dengan perintah untuk
beriman kepada Allah SWT:
‫هّٰلل‬
ِ ‫فَ ٰا ِمنُوْ ا بِا ِ َو ُر ُسلِ ٖه ۚ َواِ ْن تُْؤ ِمنُوْ ا َوتَتَّقُوْ ا فَلَ ُك ْم اَجْ ٌر ع‬
‫َظ ْي‬
... Maka berimanlah kamu kepada Allah dan kepada Rasul-Rasul-Nya, dan jika
kamu beriman dan bertalanta, maka bagimu pahala yang besar. (QS Ali Imran: 179).
Perintah untuk beriman secara khusus kepada Rasulullah Muhammad SAW,
dinyatakan Allah di dalam beberapa ayat Al-Qur'an, yang di antaranya terdapat pada
surat An-Nisa': 136:
‫هّٰلل‬
ِ ‫ب الَّ ِذيْ نَ َّز َل ع َٰلى َر ُس`وْ لِ ٖه َو ْال ِك ٰت‬
‫ب الَّ ِذيْٓ اَ ْن` َز َل ِم ْن قَ ْب` ُل‬ ِ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا ٰا ِمنُوْ ا بِا ِ َو َرسُوْ لِ ٖه َو ْال ِك ٰت‬
ۤ ‫هّٰلل‬
‫ض ٰلاًل ۢ بَ ِع ْيدًا‬ َ ‫ۗ َو َم ْن يَّ ْكفُرْ بِا ِ َو َم ٰل ِٕى َكتِ ٖه َو ُكتُبِ ٖه َو ُر ُسلِ ٖه َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ِر فَقَ ْد‬
َ ‫ض َّل‬
Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya,

1
M 'A.ijaj al-Khathib, Ushul al-Hadirs, h. 36
1
serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh. Dan firman Allah pada surat A1-
A'raf:158:
َ‫فَ ٰا ِمنُوْ ا بِاهّٰلل ِ َو َرسُوْ لِ ِه النَّبِ ِّي ااْل ُ ِّم ِّي الَّ ِذيْ يُْؤ ِمنُ بِاهّٰلل ِ َو َكلِمٰ تِ ٖه َواتَّبِعُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُدوْ ن‬
... Maka beimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi, Yang
beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya, dan ikutilah dia supaga
kamu
Mendapat petunjuk. ( QS. Al Araf 158)
Imam Syafii mengemukakan kesimpulannya tentang ayat-ayat di atas,
bahwa Allah SWT telah menjadikan awal (permulaan) dari iman itu adalah beriman
kepada Allah dan beriman kepada Rasul-Nya2.
Rasulullah SAW adalah orang yang diberi amanah oleh Allah SWT untuk
menyampaikan syariat yang diturunkan-Nya untuk umat manusia, dan beliau tidak
menyampaikan sesuatu, terutama dalam bidang agama, kecuali bersumber dari
wahyu. Oleh karenanya, kerasulan beliau dan kemaksumannya3 menghendaki
wajibnya setiap umat Islam untuk berpegang teguh kepada Hadits atau Sunnah
beliau dan ber-hujjah dengannya.
2. Nash-nash Al-Qur'an
Di dalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang secara eksplisit memerintahkan umat
yang beriman untuk menaati Rasul SAW. Di antaranya adalah:

a. QS An Nisa Ayat 59
‫`ر ِم ْن ُك ۚ ْم فَ`اِ ْن تَنَ`ازَ ْعتُ ْم فِ ْي َش` ْي ٍء‬
ِ ‫َّس`وْ َ`ل َواُولِى ااْل َ ْم‬ ُ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْيعُ`و̀ا هّٰللا َ َواَ ِط ْيعُ`وا الر‬
ࣖ ‫فَ ُر ُّدوْ هُ اِلَى هّٰللا ِ َوال َّرسُوْ ِل اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِ`م ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذلِكَ خَ ْي ٌر َّواَحْ َسنُ تَْأ ِو ْياًل‬
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian,
jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah

2
" Muhammad ibn ldris al-Syali'i. Al-Risalah (Mesir. al-Babi al-Halabi, 1940), h.75
3
Para Ulama telah ijma' tentang kemaksuman para Rasul Allah. Lihat Muhammad ibn 'Ali
al-Syaukani, lrsyad al-Fuhul (Mesir, 1327 H). h. 33
2
(Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

b. QS An Nisa ayat 65
َ ْ‫ِّك اَل يُْؤ ِمنُوْ نَ َح ٰتّى ي َُح ِّك ُم`و‬
‫ك فِ ْي َم`ا َش` َج َر بَ ْينَهُ ْم ثُ َّم اَل يَ ِج` ُدوْ ̀ا فِ ْٓي اَ ْنفُ ِس` ِه ْم َح َرجً`ا ِّم َّما‬ `َ ‫فَاَل َو َرب‬
‫ضيْتَ َويُ َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‬ َ َ‫ق‬
Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan
engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan,
(sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap
putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

c. QS An Nisa ayat 80
َ ‫َم ْن يُّ ِط ِع ال َّرسُوْ َل فَقَ ْد اَطَا َع هّٰللا َ ۚ َو َم ْن تَ َو ٰلّى فَ َمٓا اَرْ َس ْل ٰن‬
ۗ ‫ك َعلَ ْي ِه ْم َحفِ ْيظًا‬
Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati
Allah. Dan barangsiapa berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) Kami
tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka.
d. QS Al Maidah ayat 92
ُ‫َواَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ْيعُو̀ا ال َّرسُوْ َل َواحْ َذرُوْ ̀ا ۚفَاِ ْن تَ َولَّ ْيتُ ْم فَا ْعلَ ُم ْٓوا اَنَّ َما ع َٰلى َرسُوْ لِنَا ْالبَ ٰل ُغ ْال ُمبِيْن‬
Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-
hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami
hanyalah menyampaikan (amanat) dengan jelas.
e. QS Al Fath ayat 10
‫ث ع َٰلى نَ ْف ِس`` ٖ ۚه َو َم ْن‬
ُ ‫ث فَاِنَّ َما يَ ْن ُك‬ `َ ْ‫َك اِنَّ َما يُبَايِعُوْ نَ هّٰللا َ ۗيَ ُد هّٰللا ِ فَو‬
َ ‫ق اَ ْي ِد ْي ِه ْم ۚ فَ َم ْن نَّ َك‬ `َ ‫اِ َّن الَّ ِذ ْينَ يُبَايِعُوْ ن‬
ࣖ ‫اَوْ ٰفى` بِ َما ٰعهَ َد َعلَ ْيهُ هّٰللا َ فَ َسيُْؤ تِ ْي ِه اَجْ رًا َع ِظ ْي ًما‬
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad),
sesungguhnya mereka hanya berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas
tangan mereka, maka barangsiapa melanggar janji, maka sesungguhnya dia
melanggar atas (janji) sendiri; dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah
maka Dia akan memberinya pahala yang besar.
f. QS Al Hasyr Ayat 7

3
‫َّس`وْ ِل َولِ` ِذى ْالقُ``رْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس` ِكي ِْن‬ ُ ‫`ل ْالقُ` ٰ`رى فَلِ ٰلّ` ِه َولِلر‬ ‫هّٰللا‬
ِ `‫َمٓا اَفَ ۤا َء ُ ع َٰلى َرسُوْ لِ ٖه ِم ْن اَ ْه‬
ُ‫َواب ِْن ال َّسبِي ۙ ِْل َك ْي اَل يَ ُكوْ نَ ُدوْ لَةً ۢ بَ ْينَ ااْل َ ْغنِيَ ۤا ِء ِم ْن ُك ۗ ْم َو َمٓا ٰا ٰتى ُك ُم ال َّرسُوْ ُ`ل فَ ُخ ُذوْ هُ َو َما ن َٰهى ُك ْم َع ْنه‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ۘ ‫فَا ْنتَهُوْ ۚا َواتَّقُوا َ ۗاِ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬
Harta rampasan (fai') dari mereka yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang
berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat
(Rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin dan untuk orang-orang yang
dalam perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang
kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.
Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya.
Keseluruhan ayat di atas menunjukkan kewajiban taat kepada Rasul SAW.
Perwujudan taat kepada Rasul SAW adalah dengan.mematuhi beliau ketika
beliau masih hidup, dan mengamalkan serta mempedomani Sunnah (Hadits)
beliau sesudah beliau tiada. Di dalam beberapa ayat yang lain, Al-Qur'an
menyebut Sunnah (Hadits Nabi SAW) dengan sebutan Hikmah. Hal tersebut
dijumpai pada Surat Ali Imran: 164:
‫ث فِ ْي ِه ْم َرسُوْ اًل ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ِه ْم يَ ْتلُوْ ا َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتِ ٖه َويُ`زَ ِّك ْي ِه ْ`م َويُ َعلِّ ُمهُ ُم‬ َ ‫قَ ْد َم َّن هّٰللا ُ َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ اِ ْذ بَ َع‬
َ ‫ب َو ْال ِح ْك َم ۚةَ َواِ ْن َكانُوْ ا ِم ْن قَ ْب ُل لَفِ ْي‬
‫ض ٰل ٍل ُّمبِ ْي ٍن‬ َ ‫ْال ِك ٰت‬
Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika
(Allah) mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari
kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur'an)
dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam
kesesatan yang nyata.
Sebutan yang serupa juga dijumpai pada surat An Nisa ayat 113
ِ ‫ت طَّ ۤا ِٕىفَةٌ ِّم ْنهُ ْم اَ ْن ي‬
ِ ‫ُّض ُّلوْ ۗكَ َو َم``ا ي‬
‫ُض` ُّلوْ نَ آِاَّل اَ ْنفُ َس`هُ ْم َو َم``ا‬ َ ‫َولَوْ اَل فَضْ ُل هّٰللا ِ َعلَ ْي‬
ْ ‫ك َو َرحْ َمتُهٗ لَهَ َّم‬
ْ َ‫ك َم``ا لَ ْم تَ ُك ْن تَ ْعلَ ۗ ُم َو َك``انَ ف‬َ `‫ب َو ْال ِح ْك َمةَ َو َعلَّ َم‬ ‫هّٰللا‬
‫ض` ُل‬ َ ‫ك ِم ْن َش ْي ٍء ۗ َواَ ْن َز َل ُ َعلَ ْيكَ ْال ِك ٰت‬ َ َ‫يَضُرُّ وْ ن‬
‫ك َع ِظ ْي ًما‬َ ‫هّٰللا ِ َعلَ ْي‬
Dan kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu
(Muhammad), tentulah segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk

4
menyesatkanmu. Tetapi mereka hanya menyesatkan dirinya sendiri, dan tidak
membahayakanmu sedikit pun. Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab
(Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah) kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu
apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu
sangat besar.
Pada kedua ayat di atas, Allah menyebut kata hikmah berurutan dengan
kata Kitab. SehubungErn dengan hal tersebut, Imam Syafii berkomentar, bahwa
sesungguhnya yang dimaksudkan Allah dengan Al-Kitab di dalam ayat tersebut
adalah Al-Qur'an Al-Karim, sedangkan yang dimaksud dengan Al-Hikmah
adalah Sunnah (Hadits) Rasul SAW4
Melalui ayat-ayat Al-Qur'an yang disebutkan di atas, jelas terlihat
bahwa Allah SWT telah menyatakan kewajiban bagi umat Islam untuk menaati
Rasul SAW dan mempedomani Hadits-Hadits beliau. Keterangan di atas
sekaligus adalah dasar yang kuat terhadap kedudukan Hadits Nabi SAW sebagai
sumber qiaran Islam dan dalil dalam penetapan hukum Islam sesudah A1-
Qur'an al-Karim.

3. Hadits Nabi
‫َاب هللاِ َو ُسنَّةَ َرسُوْ لِ ِه‬ ِ َ‫ت فِ ْي ُك ْم َأ ْم َر ْي ِن لَ ْن ت‬
َ ‫ ِكت‬: ‫ضلُّوْ ا َما تَ َم َّس ْكتُْ`م بِ ِه َما‬ ُ ‫تَ َر ْك‬
“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama
berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya5.”

‫ض`ي ِإ َذا‬ َ `َ‫ث ُم َع``ا ًذا ِإلَى ْاليَ َم ِن ق‬


ِ ‫`ال " َك ْي``فَ تَ ْق‬ َ ‫ُول هَّللا ِ صلى هللا علي``ه وس``لم لَ َّما َأ َرا َد َأ ْن يَ ْب َع‬ َ ‫َأ َّن َرس‬
َ `َ‫ب هَّللا ِ" ق‬
‫`ال فَبِ ُس`نَّ ِة‬ ِ ‫ قَ``ا َل " فَ`ِإ ْن لَ ْم ت َِج` ْد فِي ِكتَ``ا‬. ِ ‫ب هَّللا‬ِ ‫ض`ي بِ ِكتَ``ا‬ ِ ‫ قَ``ا َل َأ ْق‬. " ‫ض`ا ٌء‬ َ َ‫ض ل‬
َ َ‫ك ق‬ َ ‫َع َر‬
َ‫ُول هَّللا ِ ص``لى هللا علي``ه وس``لم َوال‬
`ِ ‫ُول هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم قَا َل " فَِإ ْن لَ ْم تَ ِج ْد فِي ُسنَّ ِة َرس‬ ِ ‫َرس‬
‫`ال‬ َ ‫ب َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم‬
َ َ‫ص` ْد َرهُ َوق‬ َ ‫ض َر‬ َ َ‫ ف‬.‫ب هَّللا ِ " قَا َل َأجْ تَ ِه ُد َرْأيِي َوالَ آلُو‬
ِ ‫فِي ِكتَا‬
" ِ ‫ضي َرسُو َ`ل هَّللا‬ َ َّ‫" ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي َوف‬
ِ ْ‫ق َرسُو َل َرسُو ِ`ل هَّللا ِ لِ َما يُر‬

4
Al-Syaf i, Al-Risalah, h. 78.
5
Malik. Al-Muwattha ', h. 602. Di dalam beberapa riwayat lain digunakan redaksi yang
bervariasi, seperti lafaz inni tashamtumbihi digunakan oleh lbn Majah dan Abu Dawud; lafaz
ini'tamassaktumDifii digunakan oleh Al-Tirmidzi. Lebih lanjut lihat: Ibn Majah, Sunan lbn Majah,iuz 2,h.220:
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, juz 2, h.133; Al Tirmidzi, Sunan Al Tirmidzi. juz 5, h. 434.
5
"Bagaimana kamu memutuskan perkara jika diajukan perkara kepadamu dalam
urusan hukum? Muaz menjawab, saya akan putuskan dengan kitab Allah," jawab
Muadz dengan lugas. Nabi SAW bertanya kembali, “Bagaimana jika tidak engkau
temukan dalam kitab Allah? “Saya akan putuskan dengan sunnah Rasulullah, jawab
Muaz. Rasulullah bertanya kembali, jika tidak engkau dapatkan dalam sunnah
Rasulullah dan tidak pula dalam Kitab Allah? Muaz menjawab, saya akan berijtihad
dengan pemikiran saya dan saya tidak akan berlebih-lebihan. Maka Rasulullah
SAW menepuk dadanya seraya bersabda, "Segala puji bagi Allah yang telah
menyamakan utusan dari utusan Allah sesuai dengan yang diridhai Rasulullah.” 6

Argumen di atas menjelaskan bahwa kedudukan Hadits Nabi SAW berada pada
peringkat kedua setelah Al-Qur'an. Meskipun.demikian, hal tersebut tidaklah mengurangi
nilai Hadits, karena keduanya, Al-Qur'an dan Hadits, pada hakikatnya sama-sarna berasal
dari wahyu Allah SWT. Karenanya, keduanya adalah seiring dan sejalan. Banyak ayat Al-
Qur'an yang menjelaskan dan memerintahkan agar kita bersikap patuh dan taat kepada
Allah dan Rasul-Nya, dan kepatuhan kita kepada RasulNya adalah bukti atas kepatuhan kita
kepada Allah SWT

4. Ijma
Para Ulama telah ijma' dalam menerima dan mengamalkan Hadits Nabi
SAW, sebagaimana penerimaan mereka terhadap Al-Qur'an. Penerimaan tersebut
adalah karena Hadits merupakan sumber hukum syara' berdasarkan pengakuan dan
kesaksian Allah SWT. Sejumlah ayat Al-Qur'an telah mengukuhkan kedudukan
Hadits sebagai sumber ajaran dan sumber penetapan hukum syara'.
Para Sahabat Nabi, para Tabiin dan Tabiut al-Tabitn telah sepakat untuk
memelihara dan mempedomani Hadits Nabi SAW dalam beramal dan merumuskan
suatu hukum. Mereka berpegang teguh dengan Sunnah (Hadits) sebagaimana
mereka berpegang teguh dengan A1- Qur'an'7

6
Abu Dawud Sulaiman ibn al-Asy'ats al-Sijistani, Sunan Abu Daud (Beirut: Dar al-Fikr, l4l4 Hll994 M),
juz 3. h. 295; Al.tirmidzi. Sunan al-Tirmidzi, juz 3, h. 62; Al-Nasa'i, Sunan al-Nasa'i, juz 8, h. 244; Al-Darimi,
Sunan al-Darimi, juz l, h. 60.
7
'Ajjaj al-Khathib. Ushul al-Hadits, h. 45
6
HADITS MUATAWATTIR DAN HADITS AHAD

A. Mutawattir
1. Pengertian
Mutawatir secara kebahasaan adalah isim fa'il dari kata At Tawaatur , yang
berarti al-tatabu' yaitu berturut- turut. Menurut istilah Ulama Hadits,
Mutawatir berarti
‫ما رواه عدد كثير تحيل العادة تواطؤهم على الكذب‬
Hadits yang diriwayatkan orang banyak yang mustahil menurut adat bahwa
mereka bersepakat unhtk berbuat dusta. Ibn al-Shalah mendefinisikan Hadits
Mutawati4 sebagai berikut
Sesungguhnya Mutawatir itu adalah ungkapan tentang kabar yang
dinukilkan (diriwayatkan) oleh orang yang menghasilkan ilmu dengan
kebenaran secara pasti' Dan persyaratan ini harus terdapat secara
berkelanjutanpada setiap tingkatan perawi dari awal sampai akhir
Imam Nawawi mengemukakan definisi yang hampir senada dengan
Ibn al Shalah, yaitu:
Mutawatir adalah Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang
menghasilkan ilmu dengan kebenaran mereka secara pasti dari orang yang
sama keadaannya dengan mereka mulai dari awal sanadnya sampai ke
akhirnya
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Hadits Mutawatir
adalah Hadits yang memiliki sanad yang pada setiap tingkatannya terdiri
atas perawi yang banyak dengan jumlah yang menurut hukum adat atau akal
tidak mungkin bersepakat untuk melakukan kebohongan terhadap Hadits
yang mereka riwayatkan tersebut
7
2. Kriteria Hadits Mutawatir
Jadi untuk dapat dikatakan suatu hadits itu mutawatir, harus memenuhi tiga
syarat:
a. Diperoleh dari Nabi atas dasar panca indera yang yakin. Maksudnya
bahwa periwayat dalam memperoleh hadits Nabi harus benar-benar
dari hasil pendengaran atau penglihatan sendiri. Bukan atas dasar
pemikiran, perkiraan atau hasil istimbat dari suatu dalil dengan dalil
lain.
b. Jumlah periwayatnya banyak, sehingga mencapai jumlah yang
menurut adat mustahil mereka bersepakat terlebih dahulu untuk
berdusta.
c. Jumlah periwayatnya banyak dan seimbang pada semua generasi,
baik pada generasi sahabat, generasi tabi’in, sampai generasi
pembukuan hadits.
3. Macam-macam hadits Mutawattir
a. Mutawatir Lafdziy, yaitu hadis mutawatir yang lafadz dan maknanya
sama, serta kandungan hukum yang sama pula. Contoh:
‫ي متع ِّمدًا فليتب َّوأ مقعدَه منَ النَّار‬ َ ‫ فمن ك َذ‬، .
َّ ‫ب عل‬
“Rasulullah saw., bersabda : barangsiapa yang berdusta terhadap saya
secara sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempatnya di dalam
api neraka.”
Menurut al-Bazzar, hadis ini diriwayatkan oleh 40 orang sahabat. Al-
Nawawiy mengatakan diriwayatkan oleh 200 orang sahabat.
b. Mutawatir Ma’nawiy, yaitu hadis mutawatir yang berasal dari
berbagai hadis yang diriwayatkan dengan lafadz yang berbeda-beda,
tetapi apabila dikumpulkan mempunyai makna atau pengertian
umum yang sama. Misalnya hadis tentang mengangkat tangan waktu
berdo’a di luar shalat, Hadis tentang syafa’at Rasulullah, tentang
bermimpi melihat Rasulullah dan lain-lainnya.
c. Mutawatir Amaliy, yaitu amalan agama (ibadah) yang dikerjakan
oleh Rasulullah saw kemudian diikuti oleh para sahabat, tabi’in dan
seterusnya diikuti oleh generasi demi generasi sampai saat sekarang.
8
Misalnya, hadis-hadis tentang waktu shalat, jumlah rakaat shalat
wajib, adanya shalat Ied, shalat jenazah dan lain-lainnya.

B. Ahad
1. Pengertian
Kata ‫ اح``اد‬berarti satuan, yakni angka bilangan dari satu sampai sembilan.
Menurut istilah, hadis ahaad adalah hadis yang diriwayatkan oleh orang seorang,
atau dua orang, atau lebih, akan tetapi belum cukup syarat padanya untuk
dimasukkan sebagai mutawatir. Dengan kata lain, hadis ahad adalah hadis yang
jumlah periwayatnya tidak sampai kepada tingkat jumlah mutawatir.
2. Macam-macam hadits Ahad
1. Hadis Masyhur
Masyhur menurut bahasa berarti sesuatu yang tersebar atau populer.
Menurut istilah, hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang
periwayat atau lebih tetapi tidak mencapai derajat mutawatir.Sebagian ulama
menyamakan hadis masyhur dengan hadis mustafid dan sebagian
membedakannya. Kata mustafidl juga berarti tersebar atau tersiar. Ulama yang
membedakan antara hadis masyhur dengan hadis mustafid beralasan bahwa pada
hadis mustafid, jumlah periwayat tiap thabaqatnya sama, dari permulaan sampai
akhir, sedangkan hadis masyhur menurut mereka, lebih umum dari itu. Artinya,
walaupun sebagian dari thabaqat itu jumlah periwayatnya kurang dari tiga
orang, masih dapat disebut masyhur.
2. Hadis Aziz
Menurut bahasa, kata ‫ عزيز‬dapat berarti yang mulia, yang jarang, yang kuat.
Adapun pengertian istilahnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang
dari dua orang. Maksudnya, sanad hadis tersebut pada thabaqat pertama
sampai thabaqat terakhir, masing-masing terdiri dari dua orang. Menurut
Ibnu Hibban, hadis dengan definisi tersebut diatas, sangat sulit ditemukan.
Hal ini dibenarkan oleh Ibnu Hajar yang kemudian memberikan pengertian
hadis aziz sebagai hadis yang diriwayatkan tidak kurang dari dua orang dari

9
dua orang. Dengan definisi ini berarti bahwa di antara thabaqatnya dapat
lebih dari dua orang, umpamanya tiga orang.
Dengan demikian, hadis aziz dapat berpadu dengan hadis masyhur. Apabila
ada suatu hadis yang periwayatnya pada salah satu thabaqat terdiri dari dua
orang, sedang pada thabaqat yang lain, terdiri dari periwayat yang banyak
jumlahnya.
3. Hadits Gharib
Menurut bahasa gharib berarti yang jauh dari tanah air atau yang sukar
dipahami. Menurut pengertian istilah, Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadis
gharib ialah hadis yang diriwayatkan oleh orang seorang, di mana saja satu
orang periwayat tersebut berada, di thabaqat pertama ataukah pada thabaqat
lainnya. Hadis gharib biasa pula disebut hadis fard.Keghariban suatu hadis
dapat terjadi pada matan, atau pada sanad, atau pada matan dan sanad.
Apabila keghariban itu terdapat pada matan, maka bisa terjadi pada seluruh
matannya, atau sebagian matannya disebabkan karena lafadz itu tidak
populer digunakan dalam masyarakat atau tidak termuat dalam matan hadis
lain yang semakna dari jalur sanad-sanad lainnya. Hadis yang gharib pada
sanadnya, ulama hadis membaginya kepada dua macam, yaitu:
a. Hadis gharib mutlaq, yakni apabila keghariban perawi yang seorang
itu terjadi pada asal sanad (tabi’i) atau pada tabi’it tabi’in walaupun
setelah itu banyak yang meriwayatkannya.
b. Hadis gharib nisbi, yakni hadis yang perawinya memiliki sifat-sifat
atau keadaan tertentu. Jadi keghariban disini bukanlah karena
kesendirian dalam jumlah, tetapi dalam sifat atau keadaan.
Misalnya, dari segi keadilan dan kedhabitan, atau dari segi tempat
tinggal.

10

Anda mungkin juga menyukai