Anda di halaman 1dari 5

A.

Bunyi Surah An-Nisa’ Ayat 59

ْ ‫سو َل َوأُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم ۖ فَإِنْ تَنَازَ ْعتُ ْم ِفي ش‬


ِ ‫َي ٍء فَ ُردُّوهُ إِلَى هَّللا‬ ُ ‫يَا أَ ُّي َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ ِطي ُعوا هَّللا َ َوأَ ِطي ُعوا ال َّر‬
‫سنُ تَأْ ِوياًل‬ ٰ
َ ‫سو ِل إِنْ ُك ْنتُ ْم تُؤْ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َوا ْليَ ْو ِم اآْل ِخ ِر ۚ َذلِ َك َخ ْي ٌر َوأَ ْح‬
ُ ‫َوال َّر‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.” (Q.S An-Nisa’:59)

B. Makna Mufrodat

wahai

orang-orang yang

beriman

taatlah kamu

Allah

dan taatlah

Rasul

dan ulil

Amri

diantara kamu

maka jika

kamu berselisih

dalam/tentang

sesuatu

maka kembalikanlah ia
Kepada

Allah

dan Rasul

Jika

kamu adalah

(kamu) beriman

kepada Allah

dan hari

akhirat/akhir

dmikian itu

lebih baik/utama

dan sebaik-baik

kesudahan/akibatnya

C. Tajwid Surah An-Nisa’ ayat 59

1. َ ‫ ٰۤيـا‬Bacaan mad jaiz munfasil, karna huruf mad bertemu dengan hamzah dalam satu
kalimat, adapun cara bacanya dipanjangan 4-6
2. َ‫ الَّ ِذيْن‬Bacaan alif qamariyah, karna huruf alif lam bertemu dengan salah satu huruf
qamariyah yaitu ‫ذ‬.
3. َ ‫ ٰا َمنُ ۤ ْوا اَ ِط ْيـ ُعوا هّٰللا‬Pertama bacaan mad thabi’i, karna huruf alif berharakat panjang. Kedua
bacaan bacaan mad haiz munfasil, karna huruf mad ‫ و‬bertemu dengan hamsah dalam
dua kalimat. Adapun cara bacanya sama kayak yang di atas. Sedangkan yang ketiga
bacaan Tafkhim, karna lafad Allah didahului oleh huruf berharakat dhammad, cara
bacanya dibaca tebal.
4. ‫س ْو َل‬ ُ ‫ َواَ ِط ْيـ ُعوا ال َّر‬Bacaan mad thabi’i, karna huruf ‫ ي‬sukun didahului oleh harakat kasrah,
cara bacanya dibaca panjang 2 harakat. Kedua bacaan Alif syamsiyah, karna alif lam
bertemu dengan ‫ر‬.
5. ‫ واُ ولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم‬ َ Bacaan idhar syafawi, karna huruf ‫ م‬bertemu dengan ‫ر‬, cara bacanya
harus jelas. Kedua bacaan ikhfa’ haqiqi, karna nun mati bertemu dengan ‫ك‬, cara
bacanya dengan menyamarkan bunyi nun mati serta mendengung.
6. ‫ فَا ِ نْ تَنَا زَ ْعتُ ْم‬Bacaan ikhfa’ haqiqi, karna huruf nun mati‫ ن‬bertemu dengan ‫ت‬. Cara
bacanya sama dengan yang di atas. Kedua bacaan mad thabi’i, karna huruf nun
bertemu dengan hamsah sukun, cara bacannya sama 2 harakat.
7. ‫ فِ ْي ش َْي ٍء‬Bacaan mat thabi’i. Kedua bacaan mad layyin, karna ya mati ‫ ي‬didahului oleh
huruf berharakat fathah, cara bacanya dibaca panjang dua harakat.
‫هّٰللا‬
8. ‫س ْو ِل‬ ُ ‫ فَ ُرد ُّْوهُ اِلَى ِ َوا ل َّر‬Bacaan mad thabi’i. Kedua bacaan tafkhim, karna lafad Allah
didahului oleh huruf fathah, cara bacanya dibaca tebal. Kedua bacaan al syamsiyah,
karna huruf ‫ ال‬bertemu dengan ‫ر‬.
9. ‫ اِنْ ُك ْنـتُ ْم‬Bacaan ikhfa’ haqiqi, cara bacanya dibaca samar serta mendengung.
10. ِ‫ـو ِم ااْل ٰ ِخر‬ ‫هّٰلل‬
ْ َ‫ تُؤْ ِمنُ ْونَ بِا ِ َوا ْلي‬Bacaan mad thabi’i karna huruf ‫ و‬didahului oleh harakat
dhammah. Kedua bacaan tarqiq karna lafad Allah didahului harakat kasrah, cara
bacanya dibaca tipis.
11. ‫سنُ تَأْ ِو ْيلًا‬ َ ‫ ٰذلِ َك َخ ْي ٌر َّواَ ْح‬Bacaan mad layyin, karna ‫ ي‬mati didahului oleh harakat fathah,
cara bacanya sama dengan di atas. Kedua bacaan idgham bigunnah, karna harakat
dhammah tanwin bertemu dengan huruf ‫و‬, cara bacanya dimasukan serta
mendengung.

D. Kandungan Surat An-Nisa ayat 59

1. Setiap orang yang beriman harus ta'at kepada Allah dan Rosulnya
2. Kepada pemimpin kita juga harus ta'at jika pemimpin itu benar, berdasarkan al-qu'an
dan al-hadits, namun jika pemimpin itu tidak berdasarkan al-qur'an dan al-hadits kita
boleh tidak menta'atinya
3. Apabila terjadi perselisihan dalam suatu urusan, maka harus kembali kepada Allah
dan Rasul-Nya. maksud dari kembali kepada Allah dan Rosul-Nya adalah kita
kembali kepada al-qur'an dan al-hadits, kita cari dasar hukumnya atau dalilnya dalam
al-qur'an dan al-hadits tentang apa yang kita perselisihkan itu.

Perhatikan dalam ayat, pada saat kata wa ulil amri tidak ada kata atiiu, karena itu
ketaatan kita pada pemimpin ada tanda kutipnya, jika pemimpin itu benar.

E. Asbabun Nuzul Surah An-Nisa’ ayat 59

Surat An-Nisa ayat 59 merupakan salah satu perintah Allah agar manusia memiliki
prilaku yang taat. Serta patuh terhadap Allah, Rasul, dan Ulul Azmi. Ayat ini sering kali
digunakan sebagai dalil hukum sumber Islam dalam ilmu jinayah dan siyasah ilmu hukum
Islam. Barang kali saat ini kalian sedang mencari asbabun nuzul ayat tersebut, adapun
asbabun nuzulnya sebagai berikut.

Dalam kitab tafsir karanngan Ibnu Katsir dijelaskan. Bahwa asbabun nuzul surat An-
Nisa ayat 59 ini berhubungan dengan peristiwa sahabat Abdullah bin Hudzafah bin Qais.
Ketika beliau diutus oleh Nabi Muhammad untuk memimpin pasukan perang. Ketika
Abdullah memerintahkan para pasukan untuk mengumpulkan kayu untuk dibakar. Maka
ketika api tersebut sudah menyala, Abdullah menyuruh para sahabat untuk memasuki api
tersebut. Maka ada salah satu pasukan yang bertanya? Sesungguhnya jalan keluar dari api ini
hanyalah Nabi Muhammad.

Oleh karna itu jangan tergesa-gesa sebelum menemui beliau. Maka jika Nabi
Muhammad memerintahkan kepada kita semua untuk memasuki api ini, maka akan aku
masuki api tersebut. Pergilah para pasukan menghadap kepada Nabi Muhammad, kemudian
menceritakan hal tersebut. Maka Nabi Muhammad melarang memasuki api tersebut serta
menegaskan bahwa ketaan hanyalah dalam kebaikan. Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani
menjelaskan dalam hadits, bahwa apabila ada perbedaan diantara manusia, maka harus
dikembalikan kepada Al-Qur’an dan Hadits.

F. Perbedaan Penafsiran Para Ulama

(Tafsir jalalayn) “Hai orang-orang beriman! Taatlah kamu kepada Allah dan kepada
rasul-Nya serta pemegang-pemegang urusan) artinya para penguasa (di antaramu) yakni jika
mereka menyuruhmu agar menaati Allah dan Rasul-Nya. (Dan jika kamu berbeda pendapat)
atau bertikai paham (tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah) maksudnya kepada
kitab-Nya (dan kepada Rasul) sunah-sunahnya; artinya selidikilah hal itu pada keduanya
(yakni jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Demikian itu) artinya
mengembalikan pada keduanya (lebih baik) bagi kamu daripada bertikai paham dan
mengandalkan pendapat manusia (dan merupakan rujukan yang sebaik-baiknya). Ayat
berikut ini turun tatkala terjadi sengketa di antara seorang Yahudi dengan seorang munafik.
Orang munafik ini meminta kepada Kaab bin Asyraf agar menjadi hakim di antara mereka
sedangkan Yahudi meminta kepada Nabi saw. lalu kedua orang yang bersengketa itu pun
datang kepada Nabi saw. yang memberikan kemenangan kepada orang Yahudi. Orang
munafik itu tidak rela menerimanya lalu mereka mendatangi Umar dan si Yahudi pun
menceritakan persoalannya. Kata Umar kepada si munafik, "Benarkah demikian?" "Benar,"
jawabnya. Maka orang itu pun dibunuh oleh Umar.”

(Tafsir Quraisy Syihab) “Wahai orang-orang yang beriman kepada ajaran yang
dibawa Muhammad, taatilah Allah, rasul-rasul- Nya dan penguasa umat Islam yang
mengurus urusan kalian dengan menegakkan kebenaran, keadilan dan melaksanakan syariat.
Jika terjadi perselisihan di antara kalian, kembalikanlah kepada al-Qur'ân dan sunnah Rasul-
Nya agar kalian mengetahui hukumnya. Karena, Allah telah menurunkan al-Qur'ân kepada
kalian yang telah dijelaskan oleh Rasul-Nya. Di dalamnya terdapat hukum tentang apa yang
kalian perselisihkan. Ini adalah konsekwensi keimanan kalian kepada Allah dan hari kiamat.
Al-Qur'ân itu merupakan kebaikan bagi kalian, karena, dengan al-Qur'ân itu, kalian dapat
berlaku adil dalam memutuskan perkara-perkara yang kalian perselisihkan. Selain itu, akibat
yang akan kalian terima setelah memutuskan perkara dengan al-Qur'ân, adalah yang terbaik,
karena mencegah perselisihan yang menjurus kepada pertengkaran dan kesesatan.”

G. Hikmah Mempelajari Surah An-Nisa’ ayat 59

Berikut adalah hikmah atau makna dari Surah An-Nisa Ayat 59:

1. Bahwa mereka orang-orang yang disebut beriman haruslah taat kepada Allah SWT, Rasul-
Nya juga taat dan patuh pada ulil amri atau pemimpin atas diri mereka (selama ulil amri
tersebut tidak menyalahi al-quran dan sunnah tentunya).
2. Apabila muncul perbedaan pendapat atau perselisihan maka senantiasa mengembalikan segala
sesuatu tersebut pada Al-Quran dan As-Sunnah.
3. Menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman dalam menyelesaikan masalah atau
pun pedoman dalam hidup secara keseluruhan adalah yang paling baik bagi manusia menurut
ilmu Allah SWT Yang Maha Luas.

Anda mungkin juga menyukai