Disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Seminar Agama Islam yang
diampu oleh : Drs. Darusman Syirwan
Oleh:
Mutiara Ayu Hermawan
3402170014
Manajemen Karyawan A
َل ِإ أن
َِ سو
ُ الر ََِّ ش أيءَ فَ ُردُّو َهُ ِإلَى
َّ اَلل َو َل َوأُولِي أاْل َ أم َِر مِ أن ُك أَمَۖ فَإِ أ
َ ن تَنَازَ أعت ُ أَم فِي ََ سو َّ اَلل َوأَطِ يعُوا
ُ الر َََّ َيا أَيُّ َها الَّذِينََ آ َمنُوا أَطِ يعُوا
ً ن ت َأ أ ِو
َيل َ اَلل َو أاليَ أو َِم أاْلخِ َِرَۚ َٰذَلِكََ َخيأرَ َوأَ أح
َُ س ََِّ ُِك أنت ُ أَم تُؤأ مِ نُونََ ب
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.
• Orang-orang yang beriman wajib taat kepada Allah dan Rasulullah secara
mutlak. Yakni mengamalkan Al Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu
‘alaihiَwasallam.
• Wajib taat kepada ulil amri selama tidak bertentangan dengan ketaatan
kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika ulil amri memerintahkan sesuatu yang
bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah Rasulullah atau untuk bermaksiat
kepada Allah, maka tidak ada kewajiban mentaatinya.
• Al Quran dan hadits adalah sumber hukum Islam. Ketika ada hal-hal yang
diperselisihkan, harus dikembalikan kepada Al Quran dan hadits.
• Menjadikan Al Quran dan hadits sebagai sumber hukum dan mengembalikan
kepada penilaian keduanya ketika terjadi perselisihan adalah bukti keimanan.
Orang yang tidak mau menjadikan Al Quran dan hadits sebagai hakimnya,
keimanannya dipertanyakan.
• Kembali kepada Al Quran dan hadits akan menghasilkan penyelesaian yang
lebih baik dan membawa akibat yang penuh berkah.
2. Hadist Tentang Politik
Dari Abu Hurairah r.a. katanya: Rasulullah SAW bersabda,
”Barangَ siapaَ yangَ taatَ kepadakuَ berartiَ iaَ taatَ kepadaَ Allah. Dan barang siapa
durhaka kepadaku berarti ia durhaka kepada Allah. Juga barang siapa yang taat kepada
pemimpin, berarti ia taat kepadaku. Dan barang siapa durhaka kepada pemimpin, berarti
ia durhaka kepadaku. Karena Imam itu adalah sebagai tameng yang diperangi dari
belakangnya dan ditakuti. Maka kalau ia memerintahkan ketaqwaan kepada Allah dan
adil, niscaya dapat pahala dari perintahnya itu. Tetapi kalau ia mengatakan selain
ketaqwaanَitu,َniscayaَakanَmemikulَbebanَkejahatannya.”َ(Muttafaqَ‘Alaihَdanَdalam
matan dalam konteks lain, juga hampir sama yang diriwayatkan oleh Shahih Muslim).