Anda di halaman 1dari 4

Tujuan dari percobaan panas netralisasi yaitu menentukan panas

netralisasi molar antara asam kuat (HCl) dengan basa kuat (NaOH). Kalor
reaksi dapat ditentukan melalui percobaan dengan kalorimeter atau metode nya
biasa dikenal dengan metode kalorimetri. Dalam percobaan ini, bahan-bahan
yang digunakan adalah C2H2O4 1N, NaOH 1N, HCl 1N, indikator fenolftalein
(PP) dan air deionisasi (bebas CO2).

Hal pertama yang dilakukan adalah padatan asam oksalat (H2C2O4)


ditimbang menggunakan neraca analitik (tingkat ketelitian nya tinggi) karena
H2C2O4 adalah larutan baku primer, yaitu suatu larutan yang mengandung zat
padat murni dimana konsentrasi larutan nya dapat diketahui secara tepat dengan
jalan perhitungan massa(gravimetri) zat terlarut yang dilarutkan sehingga
penimbangan yang dilakukan pun harus teliti dan dilarutkan dengan volume
yang akurat. Didapatkan padatan H2C2O4 sebanyak 6,3002 gram. Kemudian
padatan tersebut dilarutkan ke dalam labu ukur yang berisi akuades ½ bagian,
setelah larut, ditambahkan akuades hingga tanda batas lalu dihomogenkan.
Larutan baku primer H2C2O4 siap digunakan.

Yang kedua yaitu akuades sebanyak 200ml dipanaskan sampai mendidih,


pemanasan ini bertujuan agar pelarut bebas karbonat. Kemudian padatan NaOH
ditimbang menggunakan neraca teknis karena NaOH adalah larutan baku
sekunder, yaitu suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan
pembakuan menggunakan larutan baku primer sehingga penimbangan yang
dilakukan tidak seteliti larutan baku primer. Didapatkan padatan NaOH
sebanyak 4,04 gram. Setelah itu, dilarutkan menggunakan 100ml air deionisasi
(akuades yang sudah dipanaskan bebas CO2) karena NaOH merupakan basa
kuat yang bersifat higroskopis atau mudah menyerap CO2 sehingga jika NaOH
dilarutkan dengan air tidak bebas CO2, maka akan membentuk NaHCO3.
Reaksi nya sebagai berikut: (Vogel,1995)

NaOH(s) + CO2(g)  NaHCO3 (aq)

Yang ketiga HCl sebanyak 8,33ml dipipet kemudian dimasukkan ke


dalam gelas kimia (beaker glass) yang berisi 100ml akuades, lalu diaduk
menggunakan batang pengaduk hingga tercampur merata.

Selanjutnya yaitu standardisasi larutan NaOH dengan H2C2O4. 10ml l


arutan H2C2O4 dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan 3 tetes
indikator fenolftalein (PP). Penambahan indiator PP ini, untuk mengetahui
perubahan warna pada larutan yang mengidentifikasikan titik akhir titrasi.
Perubahan warna ini disebabkan oleh adanya ion H+ atau OH- yang mengalami
perubahan struktur indikator sehingga menghasilkan perubahan warna.
Indikator fenolftalein mempunyai trayek 8,2-10. Fenolftalein dalam suasana
asam (tak berwarna) memiliki struktur: (Day & Underwood, 1998)

Dan pada suasana basa (perubahaan warna merah muda seulas) memiliki
struktur: (Day & Underwood, 1998)

Kemudian, larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan indikator PP dititrasi


dengan NaOH di dalam buret dan dicatat volume NaOH yang dibutuhkan
(percobaan dilakukan duplo). Didapatkan V NaOH1= ml dan V NaOH2= ml.
Reaksi nya adalah: (Svehla, 1985)

Kemudian larutan HCl distandardisasi oleh NaOH. 10ml larutan HCl


dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan 3 tetes indikator PP,
selanjutnya perlakuan sama seperti standardisasi NaOH dengan asam oksalat.
Didapatkan V NaOH1= ml dan V NaOH2= ml. Reaksi nya adalah: (Svehla,
1985)

Selanjutnya yaitu percobaan mengenai kapasitas panas alat dan juga


panas netralisasi. Untuk mengukur kapasitas panas alat, dilakukan dengan cara
50ml akuades dimasukkan ke dalam labu dewar dan diukur suhunya (T1) dan
didapatkan T1=24oC. Lalu, akuades panas dimasukkan ke tabung didih
sebanyak 50ml dan dengan suhunya (T2) 40oC. Kemudian tabung didih
dimasukkan ke labu dewar dan dasar tabung didih dipecahkan menggunakan
batang pengaduk lalu diaduk cepat larutan tersebut, diukur suhu setiap interval 5
detik dan diambil suhu tertinggi. Didapatkan suhu konstan (T3) 31,5oC. Tujuan
pemecahan tabung didih yaitu agar sistem yang digunakan sesuai dengan
prinsip asas black, dimana proses dalam kalorimeter menggunakan sistem
adiabatik (sistem terisolasi) yang menyatakan bahwa bila ada dua benda yang
bersinggungan makan benda yang lebih panas akan memberikan panasnya
kepada benda yang lebih dingin dan panas yang dilepas sama dengan panas
yang diterima. Sehingga jika isi dalam tabung didih dituangkan/tidak
dipecahkan maka hal tersebut tidak sesuai dengan prinsip asas black.
Pengadukan secara cepat bertujuan agar kalor yang berada di dalam labu dewar
merata setelah dilakukan pemecahan tabung didih. Berdasarkan data percobaan,
sehingga diperoleh kapasitas panas alat sebesar 0,2352 kJ. Pengukuran
kapasitas panas alat kemudian digunakan untuk menentukan pengukuran dalam
panas netralisasi.

Panas netralisasi adalah jumlah panas yang dilepaskan ketika 1 mol air
terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya. Hal yang
dilakukan pertama dalam percobaan panas netralisasi adalah 50 ml larutan
NaOH ditempatkan dalam labu dewar, kemudian 50ml HCl dimasukkan ke
dalam tabung didih dan diukur suhu HCl awal (T4), didapatkan sebesar 28oC.
Lalu tabung didih yang berisi HCl dimasukkan ke dalam labu dewar, kemudian
dasar tabung nya dipecahkan menggunakan batang pengaduk dan diaduk
campuran tersebut. Selanjutnya diukur suhu tiap interval 5 detik dan dicatat
suhu tertinggi dan konstan (T5), didapatkan sebesar 30,5oC. Reaksi yang terjadi
pada hal ini adalah reaksi netralisasi, yaitu reaksi antara asam dan basa yang
menghasilkan garam dan air dengan mol asam = mol basa. Dari hasil percobaan
panas netralisasi, didapatkan kalor nya sebesar 1,642 kJ dan entalpi reaksi nya -
49,795 kJ/mol.

Kapasitas panas atau kapasitas kalor (C) adalah besaran yang


menggambarkan banyaknya kalor yang diserap oleh suatu benda bermassa
tertentu untuk menaikkan suhu sebesar 1⁰C. Satuan kapasitas kalor dalam
sistem International yaitu J/K. Kalor dan panas sering dianggap memiliki arti
yang sama, padahal kedua hal tersebut berbeda. Kalor adalah suatu bentuk
energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut
berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor merupakan suatu kuantitas atau
jumlah panas baik yang diserap maupun dilepaskan oleh suatu benda. besar
kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor yaitu
massa zat, jenis zat (kalor jenis), perubahan suhu (Halliday & Robert, 1985).
Sedangkan panas merupakan bentuk energi akibat terjadinya perubahan suhu.
Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa panas akan bergerak dari daerah suhu
tinggi ke rendah. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada percobaan ini yang
diukur adalah kalor bukan panas, karena panas hanya dipengaruhi oleh
perubahan suhu.

Dengan menggunakan hukum hess, kalor reaksi suatu reaksi kimia dapat
ditentukan berdasarkan perubahan entalpi pembentukan standar, energi ikatan
dan secara eksperimen (Petrucci, 1987).

KSR=
Faktor yang mempengaruhi KSR:

- Rangkaian alat kalorimeter tidak dalam keadaan adiabatik karena hanya


diganjal menggunakan tisu sehingga memungkinkan adanya udara yang
keluar masuk (adanya perpindahan kalor).
- Kesalahan praktikan dalam membaca termometer ataupun pengadukan
larutan yang tidak tepat.

Halliday, David dan Robert Resnick. 1985. Fisika edisi ketiga Jilid 1.
Jakarta:Erlangga
Petrucci, Ralph A. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2 Edisi keempat.
Jakarta:Erlangga

Day, R.A, dan A.L. Underwood. 1998. Kimia Analisa Kuantitatif: Erlangga : Jakarta.

Svehla, G. 1995. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Kalman Media
Pustaka. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai