Anda di halaman 1dari 3

Dalam percobaan Analisis Stoikiometri Reaksi Reduksi Oksidasi, adapun beberapa

tujuannya yang pertama yaitu untuk mengukur rasio mol reaktan dalam reaksi kimia dan
kemudian memperoleh hasil dalam reaksi kimia berdasarkan interpretasi data percobaan.

Reaksi redoks dibagi menjadi reduksi dan oksidasi. Reduksi adalah reaksi pengikatan
elektron dan menyebabkan terjadinya penurunan biloks. Oksidasi adalah rekasi pelepasan
elektron dan menyebabkan terjadinya kenaikan biloks. Dalam reaksi oksidasi-reduksi
(redoks), elektron berpindah di antara spesies-spesies yang berekasi sewaktu mereka
berkombinasi membentuk produk. Pertukaran ini sebagai perubahan bilangan oksidasi
rekatan, bilangan oksidasi spesies yang memberikan elektron meningkat, sedangkan spesies
yang menerima eletron menurun (Oxtoby, 2001). Redoks dapat dihubungkan dengan
terjadinya perubahan warna yang diamati dalam reaksi asam-basa. Persamaan reaksi redoks
harus disetimbangkan dari segi muatan dan juga materi. Muatan berguna untuk menentukan
faktor stoikiometri dalam rekasi stoikiometri. Reaksi stoikiometri yaitu perbandingan mol
dimana reaktan atau lebih bereaksi untuk menghasilkan satu produk atau lebih. Dimana
perbandingan mol nya yaitu angka-angka yang menunjukkan reaktan membentuk hasil sesuai
dengan reaksi kesetimbangan kimia.

Reaksi 11.4 + penjelasan

Reaksi 11.6 + penjelasan

Reaksi 11.7 + penjelasan

Kalium permanganat (KMnO4) biasa digunakan dalam larutan netral atau larutan
asam dalam kimia organik. Pengasaman KMnO4 biasanya cenderung untuk lebih
meningkatkan kekuatan destruktif agen pengoksidasi. KMnO4 digunakan untuk menentukan
konsentrasi semua agen pengoksidasi yang dipilah. Kalium Permanganat (KMnO4) memiliki
berat molekul 197,12 gr/mol, titik didih 32,35oC, titik beku 2,83oC, dan densitas 2,7 kg/L
pada 20C. Dalam bentuk kristal, KMnO4 berwarna ungu-kehitaman.

(Mulyono,2005)

Kalium permanganat adalah oksidator yang paling baik untuk menentukan kadar besi yang
terdapat dalam sampel dalam suasana asam menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4).

Hal pertama yang dilakukan adalah dibuat larutan standar KMnO4 0,02 M sebanyak
100 mL, sehingga diperlukan padatan KMnO4 sebanyak 0,316 gram. Kemudian dilarutkan
padatan KMnO4 di dalam labu ukur menggunakan air deionisasi yang telah dibuat dengan
proses pemanasan, lalu dihomogenkan. Setelah homogen, larutan KMnO4 disimpan ditempat
yang gelap. Hal ini karena larutan KMnO4 mudah terurai jika terkena cahaya yang
menyebabkan biloks nya turun serta dapat mengendap dan berubah warna menjadi coklat.

Selanjutnya dibuat larutan standar primer Na2C2O4 yang diperlukan untuk bereaksi
dengan 15 mL larutan KMnO4 0,02 M, sehingga ditimbang padatan Na2C2O4 sebanyak
0,0405 gram. Dilarutkan Na2C2O4 dengan H2SO4 50mL di dalam wadah menggunakan
batang pengaduk hingga tercampur. Kemudian ditambahkan fenolftalein sebagai indikator.
Setelah itu, dimasukkan KMnO4 ke dalam buret hingga mencapai skala 0mL. Sebelumnya,
buret telah dilapisi dengan plastik hitam untukk menghindari berubahnya konsentrasi
KMnO4 jika terkena cahaya terus menerus (Day & Underwood, 1998). Kemudian, larutan
Na2C2O4 dipanaskan menggunakan hotplate dan diamati suhunya dengan termometer
hingga mencapai suhu 80oC sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer agar suhu cepat
merata. Pemanasan tersebut bertujuan untuk memisahkan karbondioksida karena dapat
mempengaruhi proses titrasi dan juga dapat mempercepat reaksi Na2C2O4 dengan KMnO4.
Dipanaskan hingga suhu 80oC karena natrium oksalat cenderung bereaksi lambat pada suhu
ruangan (Day & Underwood, 1998). Setelah mencapai suhu tersebut, larutan Na2C2O4
distandardisasi dengan KMnO4 hingga mengalami perubahan warna menjadi merah muda
seulas. Perubahan warna merah seulas terjadi karena habisnya zat natirum oksalat dan terjadi

reduksi MnO4 menjadi Mn+2, ini merupakan aplikasi dari prinsip redoks, yaitu adanya
perubahan bilangan oksidasi dan pertukaran elektron. Percobaan ini dilakukan duplo dengan
cara yang sama seperti standarisasi pertama. Dicatat volume KMnO4 yang dibutuhkan hingga
mencapai titik akhir titrasi. Didapatkan volume KMnO4 sebanyak 5,7 mL dan 5,8 mL.
Perubahan volume yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi dari
KMnO4, sehingga didapatkan hasil rata rata konsentrasi 0,020M.

Setelah KMnO4 terstandarisasi selanjutnya adalah memipet larutan NH3OH+Cl


(hidroksilamin klorida) sebanyak 10 mL dan menambahkan FeNH4(SO4)2 sebanyak 71,25
mL ke dalam labu erlenmeyer yang berwarna coklat di dalamnya. Saat larutan ini
dicampurkan maka larutan FeNH4(SO4)2 warnanya lebih dominan kemudian ditambahkan
H3PO4 sebanyak 10 mL dan terjadi perubahan warna menjadi kuning seualas. Digunakan
H3PO4 untuk memberikan suasana asam agar dapat bereaksi dengan KMnO4 saat titrasi dan
juga untuk menguraikan struktur dan menarik besi menjadi larutan (Bartram & Ballance,
). Selain itu terjadi perubahan warna karena kandungan besi pada FeNH4(SO4)2 tereduksi
yang awalanya bermuatan +3 menjadi +2. Kemudian dimasukkan termometer ke dalam labu
erlenmeyer untuk mengukur suhu dan simpan labu erlenmeyer di atas hotplate dan panaskan
larutan dengan menyalakan hotplate hingga suhu 60oC. Pemanasan berfungsi untuk
mempercepat reaksi. Setelah suhu mencapai 60oC dimatikan hotplate dan dinyalakan
magnetik stirrer untuk mengaduk, kemudian ditambahkan asam fosfat ke dalam labu
erlenemyer untuk mengurangi interferensi zat yang terjadi (Bartram & Ballance, ).
Setelah itu dilakukan titrasi dengan KMnO4 yang awalnya berwarna kuning pucat saat
titrasi sudah mencapai titik akhir warna larutan berubah menjadi merah muda seulas. Pada
reaksi tersebut terjadi perubahan biloks pada mangan dan besi. Mangan mengalami reduksi
sehingga jumlah biloks yang awalnya +7 mengalami penurunan menjadi +2 sehingga mangan
pada KMnO4 yang semula berwarna ungu menjadi tidak berwarna (Day & Underwood,
1998). Sedangkan besi mengalami oksidasi sehingga jumlah biloks yang semula +2 menjadi
+3. Perubahan warna menjadi merah muda seulas terjadi karena Fe habis bereaksi sehingga
ketika terdapat KMnO4 berlebih, maka terjadi perubahan warna larutan merah muda seulas.
Titrasi berakhir dengan ditandai perubahan warna larutan menjadi merah muda seulas dan
volume KMnO4 dapat diketahui, sehingga dapat diketahui mol Fe.

Hasil percobaan didapatkan mol besi sebesar 1,27 x 10-3 mol dan mol NH3OH yang
-3
diketahui sebesar 0,212 x 10 , sehingga perbandingan mol antara NH3OH dan Fe2+ yang
didapatkan adalah 1 : 5,99. Perbandingan yang didapatkan hampir mendekati dengan
perbandingan reaksi 1 : 6.

Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Bagian I.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai