Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak orang awam yang tidak mengetahui bagaimana bisa mata
melihat benda-benda yang ada disekitar kita, bahkan benda yang berukuran
kecil sekalipun. Sampai abad ke-4 sebelum masehi orang masih berpendapat
bahwa benda-benda disekitar kita dapat dilihat oleh mata
karena mengeluarkan sinar-sinar penglihatan. Anggapan ini di dukung oleh
Plato (429-348 SM).
Namun, jika mata dapat melihat karena mengeluarkan sinar-sinar
penglihatan tentu saja kita semua bisa melihat dengan jelas pada malam hari
atau pada ruang yang gelap. Tapi pada kenyataannya kita tidak dapat melihat
benda-benda di ruang yang gelap (Aristoteles 384-322 SM) dan Aristoteles
tidak dapat memberi penjelasan mengapa mata kita mampu melihat benda.
Teori yang terakhir yang dapat diterima pada abad ke XX yaitu teori
yang diungkapkan oleh Alhazan (965-1038 SM) yang berpendapat bahwa
benda di sekitar kita dapat terlihat karena benda-benda tersebut memantulkan
cahaya atau memancarkan cahaya yang masuk ke dalam mata.
Untuk itu kami merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi
mengenai biooptik yang artinya susunan atas kata bio dan optik. Bio
berkaitan mahluk hidup atau zat hidup atau bagian dari mahluk hidup,
sedangkan optik dikenal sebagai ilmu fisika yang berkaitan dengan cahaya
atau berkas sinar.
1.2 Manfaat

1.2.1 Teoritis

Memperkuat teori Konsep Dasar Keperawatan mengenai mengenai

proses diagnosis keperawatan mulai dari pengumpulan data, analisa data,

perumusan masalah, dan pengambilan keputusan.


1.2.2 Praktis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan perpustakaan dan

dapat digunakan sebaagai perbandingan jika suatu saat akan dilakukan

laporan tentang hal yang sama, serta menambah wawasan dan

pengetahuan bagi para pembacanya.

2. Bagi Mahasiswa

Makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta

pengalaman dalam pembuatan makalah ini khususnya mengenai

mengenai proses diagnosis keperawatan mulai dari pengumpulan data,

analisa data, perumusan masalah, dan pengambilan keputusan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biooptik dalam keperawatan


Menilik kata biooptik, tersusun atas kata bio dan optik. Bio berkaitan
dengan makhluk hidup/ zat hidup atau bagian tertentu dari makhluk hidup,
sedangkan optik dikenal sebagai bagian ilmu fisika yang berkaitan dengan
cahaya atau berkas sinar. secara spesifik ada klasifikasi Optik geometri dan
optika fisis. Fokus utama di biooptik adalah terkait dengan indera penglihatan
manusia, yaitu mata.
2.1.1 Jenis Optik
1. Optik Geometri
Optika geometri disebut juga dengan optik sinar yang merupakan
sinar suatu perambatan cahaya tegak lurus dengan gelombang cahaya.
Optika geometri juga menjelaskan sifat cahaya dengan pendekatan
paraksial atau hampiran sudut kecil dengan penjabaran yang linear,
sehingga komponen ini dan sistem kerja cahayanya seperti ukuran,
posisi, pembesaran subjek lebih sederhana. Dengan cara pendekatan ini
dapatlah melukiskan ciri-ciri cermin dan lensa dalam bentuk
matematika. Misalnya untuk rumus cermin dan lensa :

f = focus = titik api

b = jarak benda

v = jarak bayangan

Hukum Willebrord Snelius (1581 -1626) :

n = indeks bias

i = sudut datang

r = sudut bias (refraksi)


2. Optik fisik
Gejala cahaya seperti dispersi, interferensi dan polasisasi tidak
dapat di jelaskan malui metode optika geometri. Gejala-gejala ini hanya
dapat dijelaskan dengan menghitung ciri-ciri fisik dari cahaya tersebut.
Sir Isaac Newton (1642-1727), cahaya itu menggambarkan peristiwa
cahaya sebagai sebuah aliran dari butir-butir kecil (teori korpuskuler).
Sedangkan dengan menggunakan teori kwantum yang dipelopori Plank
(1858-1947), cahaya itu terdiri atas kwanta atau foton-foton, tampaknya
agak mirip dengan teori Newton yang lama itu. Dengan menggunakan
teori Max Plank dapat menjelaskan mengapa benda itu panas apabila
terkena sinar.
Thomas Young (1773-1829) dan August Fresnel (1788-1827),
dapat menjelaskan bahwa cahaya dapat melentur berinterferensi. James
Clark Mexwell (1831-1879) berkebangsaan Skotlandia, dari hasil
percobaannya dapat menjelaskan bahwa cepat rambat cahaya (3 X 10
m/detik) sehingga berkesimpulan bahwa cahaya adalah gelombang
elektromagnetik.
Huygens ( 1690) menganggap cahaya itu sebagai gejala gelombang
dari sebuah sumber cahaya menjalarkan getaran-getaran ke semua
jurusan. Setiap titik dari ruangan yang bergetar olehnya dapat dianggap
sebagai sebuah pusat gelombang baru. Inilah prinsip dari Huygens yang
belum bisa menjelaskan perjalanan cahaya dari satu medium ke medium
lainnya. Dari hasil percobaan Einstein (1879-1955) dimana logam di
sinari dengan cahaya akan memancarkan electron (gejala foto listrik).
Hal ini dapat disimpulkan bahwa cahaya memiliki sifat fartikel dan
gelombang magnetic.
2.1.2 Analogi
Sistem opti mata serupa dengan kamera bahkan lebih mahal karena :
1. Mata bisa mengamati objek dengan sudut yang sangat besar
2. Tiap mata mempunyai kelopak mata dan ada cairan lubrikasi
3. Dalam satu detik dapat memfokuskan objek berjarak 20 cm
4. Mata sanngat efektif pada itensitas cahaya 10:1
5. Diafragma mata diatur secara otomatis oleh iris
6. Bayangan yang terbentuk oleh mata akan diteruskan ke otak

2.1.3 Macam-macam Bentuk Lensa


Berdasarkan bentuk permukaannya, lensa dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Lensa yang mempunyai permukaan sferis, dibagi menjadi dua macam
pula, yaitu:
2. Lensa Cembung/ Konvergen/ Positif
Sebuah lensa positif atau lensa pengumpul adalah lensa yang
bagian tengahnya lebih tebal dari bagian tepinya. Cahaya sejajar yang
datang pada sebuah lensa positif difokuskan pada titik focus kedua yang
berada pada sisi transmisi lensa tersebut.
3. Lensa Cekung/ Divergen/ Negatif
Sebuah lensa negative atau lensa menyebar adalah lensa yang
bagian tepinya lebih tebal daripada bagian tengahnya. Cahaya sejajar
yang datang pada sebuah lensa negative memancar seolah-olah dari titik
focus kedua, yang berada pada sisi datang lensa.
4. Lensa yang mempunyai permukaan silindris Adalah lensa yang
mempunyai silinder, lensa ini mempunyai fokus yang positif dan ada
pula yang mempunyai panjang fokus negatif.
2.1.4 Kesesatan Lensa
Berdasarkan persamaan yang berkaitan dengan jarak benda, jarak
bayangan , jarak focus, radius kelengkungan lensa seerta sinar-sinar yang
dating paraksial akan kemungkinan adanya kesesatan lensa (aberasi lensa).
Aberasi ini ada bermacam-macam :
1. Aberasi sferis ( disebabkan oleh kecembungan lensa).Sinar-sinar
paraksial / sinar-sinar dari pinggir lensa membentuk bayangan di P’.
aberasi ini dapat dihilangkan dengan mempergunakan diafragma yang
diletakkan di depan lensa atau dengan lensa gabungan aplanatis yang
terdiri dari dua lensa yang jenis kacanya berlainan.
2. Koma, Aberasi ini terjadi akibat tidak sanggupnya lensa membentuk
bayangan dari sinar di tengah-tengah dan sinar tepi. Berbeda dengan
aberasi sferis pada aberasi koma sebuah titik benda akan terbentuk
bayangan seperti bintang berekor, gejala koma ini tidak dapat diperbaiki
dengan diafragma.
3. Astigmatisma, Merupakan suatu sesatan lensa yang disebabkan oleh titik
benda membentuk sudut besar dengan sumbu sehingga bayangan yang
terbentuk ada dua yaitu primer dan sekunder. Apabila sudut antara
sumbu dengan titik benda relatif kecil maka kemungkinan besar akan
berbentuk koma.
4. Kelengkungan medan, Bayangan yang dibentuk oleh lensa pada layer
letaknya tidak dalam satu bidang datar melainkan pada bidang lengkung.
Peristiwa ini disebut lengkungan medan atau lengkungan bidang
bayangan.
5. Distorsi, Distorsi atau gejala terbentuknya bayangan palsu. Terjadinya
bayangan palsu ini oleh karena di depan atau di belakang lensa
diletakkan diafragma atau cela. Benda berbentuk kisi akan tampak
bayangan berbentuk tong atau berbentuk bantal. Gejala distorsi ini dapat
dihilangkan dengan memasang sebuah cela di antara dua buah lensa.
6. Aberasi kromatis, Prinsip dasar terjadinya aberasi kromatis oleh karena
focus lensa berbeda-beda untuk tiap-tiap warna. Akibatnya bayangan
yang terbentuk akan tampak berbagai jarak dari lensa.
2.1.5 Instrumen Optik
Banyak instrumen yang digunakan saat ini sangat canggih. Prinsip
kerjanya sering sangat sederhana, tetapi penggunaan imajinatif prinsip-
prinsip ini telah melipatgandakan kemampuan kita untuk melihat dan
memahami dunia yang melingkupi kita.
1. Mata
Mata merupakan alat optik yang paling dekat dengan kita dan
merupakan sistem optik yang paling penting. Dengan mata, kita bisa
melihat keindahan alam sekitar kita. Mata memiliki bagian-bagian yang
memiliki fungsi-fungsi tertentu sebagai alat optik, yaitu:
1) Kornea, merupakan selaput kuat yang tembus cahaya dan berfungsi
sebagai pelindung bagian dalam bola mata. Kornea memiliki
inervasi saraf tetapi avaskuler (tidak memiliki suplai darah).
2) Iris, merupakan selaput berbentuk lingkaran yang menyebabkan
mata dapat membedakan warna. Iris adalah diafragma yang
melingkar dan berpigmen dengan lubang yang agak di tengah yakni
pupil. Iris terletak sebagian dibagian depan lensa dan sebagian di
depan badan siliaris. Iris terdiri dari serat otot polos. Fungsi iris
yakni mengendalikan jumlah cahaya yang masuk.
3) Pupil, merupakan celah lingkaran pada mata yang dibentuk oleh iris,
berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata.
4) Lensa mata, merupakan lensa cembung yang terbuat dari bahan
bening, berserat dan kenyal, berfungsi mengatur pembiasan cahaya.
5) Retina, merupakan lapisan yang berisi ujung-ujung saraf yang
sangat peka terhadap cahaya. Retina berfungsi untuk menangkap
bayangan yang dibentuk oleh lensa mata. Retina merupakan bagian
saraf pada mata, tersusun oleh sel saraf dan serat-seratnya. Retina
berperan sebagai reseptor rangsang cahaya. Retina tersusun dari sel
kerucut yang bertanggung jawab untuk penglihatan warna dan sel
batang yang bertanggung jawab untuk penglihatan di tempat gelap.
6) Aquaeuos humor, merupakan cairan mata.
7) Saraf optic, merupakan saraf yang menyampaikan informasi tentang
kuat cahaya dan warna ke otak.
2.1.6 Visus (Ketajaman Penglihatan)
Ketajaman penglihatan digunakan untuk menentukan penggunaan
kacamata, di klinik dikenal dengan istilah visus. Sedangkan dalam fisika,
ketajaman penglihatan ini disebut resolusi mata.
Visus penderita bukan saja member pengertian tentang optiknya
(kacamata), tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan
mengenai baik buruknya fungsi mata secara keseluruhan. Oleh karena itu
definisi visus adalah: nilai kebalikan sudut (dalam menit) terkecil di
mana sebuah benda masih dapat dilihat dan dapat dibedakan.
Pada penentuan visus, para ahli mata mempergunakan kartu Snellen,
dengan berbagai ukuran huruf dan jarak yang sudah ditentukan. Misalnya
mata normal pada waktu diperiksa diperoleh 20/40, berarti penderita dapat
membaca huruf pada 20 ft, sedangkan bagi mata normal dapat membaca
pada jarak 40 ft, (1 ft = 5 m). Dengan demikian dapat dirumuskan dengan
persamaan:
V = D/d
Keterangan :
V : ketajaman pengelihatan (Visus)
d : jarak yang dapat dilihat oleh penderita
D : jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
2.1.7 Akomodasi ( Pembentukan Bayangan Pada Mata)
Mata bisa melihat benda jika cahaya yang dipantulkan benda sampai
pada mata dengan cukup, kemudian lensa mata akan membentuk bayangan
yang bersifat nyata, terbalik dan diperkecil pada retina. Ada tiga komponen
penginderaan penglihatan, yaitu:
1. Mata memfokuskan bayangan pada retina
2. Sistem saraf mata yang member informasi ke otak
3. Korteks penglihatan salah satu bagian yang menganalisa penglihatan
tersebut
Cahaya memasuki mata melalui bukaan yang berubah, lapisan serat
saraf yang menutupi permukaan belakangnya. Retina berisi struktur indra-
cahaya yang sangat luas yang disebut batang (rod) dan kerucut (cone) yang
menerima dan memancarkan informasi di sepanjang serat saraf optic ke
otak. Bentuk lensa kristal dapat diubah sedikit oleh kerja otot siliari.
Apabila mata difokuskan pada benda yang jauh, otot akan mengendur dan
sistem lensa kornea berada pada panjang fokus maksimumnya, kira-kira 2
cm, jarak dari kornea ke retina. Apabila benda didekatkan, otot siliari akan
meningkatkan kelengkungan lensa, yang dengan demikian akan mengurangi
panjang fokusnya sehingga bayangan akan difokuskan ke retina. Proses ini
disebut akomodasi.
2.1.8 Refraksi (Pembiasan cahaya)
Pembiasan cahaya (refraksi) adalah peristiwa membeloknya cahaya
karena melalui dua medium yang berbeda kerapatannya. Refraksi atau
pembiasan adalah perubahan arah gelombang saat menemukan perubahan
dalam medium transmisi. Proses pembiasan memungkinkan mata dan lensa
untuk membentuk gambar. Ketika terjadi perubahan gelombang, kecepatan
gerak gelombang mengalami perubahan, namun frekuensinya tetap sama.
Ketika cahaya melewati dari medium cepat menuju medium lambat, refraksi
menyebabkan gelombang cahaya untuk menekuk. Jumlah lentur yang terjadi
tergantung pada indeks bias untuk dua medium yang berbeda.
1. Arah pembiasan cahaya terbagi menjadi 2 yaitu :
1) Mendekati garis normal
Cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya
merambat dari medium optik kurang rapat kemedium optik lebih
rapat, contohnya cahaya merambat dari udara kedalam air.
2) Menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya
merambat dari medium optic lebih rapat ke medium optic kurang
rapat, contohnya cahayan merambat dari dalam air ke udara atau dari
kaca keudara.
2. Hukum pembiasan cahaya/ Hukum Snell.
seorang ilmuwan Belanda yang bernama Willebrord Snell, yang
menemukan hukum pembiasan cahaya. Ilmuwan ini mengemukakan
hukum pembiasan cahaya sebagai berikut :

1. Sinar datang, garis normal, dan dinar bias terletak

pada 1 bidang datar.

2. Hasil bagi sinus sudut dating dengan sinus sudut

bias merupakan bilangan tetap dan disebut indeks

bias.

3. Indeks bias
Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan adanya perbedaan laju
cahaya pada kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih
kecil jika dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang kurang
rapat “ perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya
dalam suatu zat dinamakan indeks bias” (Christian Huygens, 1629-1695)
4. Indeks bias relatif
Indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias dua medium
yang berbeda. Indeks bias relatif medium pertama terhadap medium
kedua berarti perbandingan indeks bias medium kedua terhadap medium
pertama, ini juga berlaku sebaliknya
n12 = n1/n2
Keterangan :
n12 : indeks bias relatif medium 1 terhadap medium 2
n1 : indeks bias medium 1
n2 :indeks bias medium 2
Rumus indeks bias :
c
𝑛=v

Keterangan :
n : indeks bias
c : laju cahaya dalam ruang hampa (3 x 108 m/s)
v : kecepatan laju cahaya dalam medium
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biooptik adalah alat pengelihatan makhluk hidup. Optika geometri
disebut juga dengan optik sinar yang merupakan sinar suatu perambatan
cahaya tegak lurus dengan gelombang cahaya.Optika fisik adalah studi
cahaya yang mempelajari sifat cahaya yang tidak terdefinisikan oleh optik
geometris dengan pendekatan sinarnya.

3.2 Saran

3.2.1 Bagi Pendidikan

Pendidikan dapat menyediakan referensi yang memadai dan terbaru

bagi mahasiswa sebagi sumber pembelajaran sehingga dapat membantu

mahasiswa dalam belajar lebih efektif lagi.

3.2.2 Bagi Mahasiswa

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui literatur

kepustakaan, media informasi lainnya tentang proses diagnosis

keperawatan.

3.2.3 Bagi Perawat

Dengan mengetahui Biooptik dalam keperawatan akan

mempengaruhi pengetahuan perawat sehingga kualitas pelayanan semakin

meningkat dan bermutu sesuai dengan perkembangan perubahan zaman.

Dengan demikian pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan proses

perkembangan keperawatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

pelayanan keperawatan yang baik diseluruh lapisan masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

J.F. Gabriel,2003, Fisika Kedokteran, EGC, Jakarta

Ganong, W.F, 1999, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC,
Jakarta

Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : EGC

Kanginan M. 2002. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga

Ruslan Hani Ahmadi dan Riwikdo, Handoko. 2007. Fisika Kesehatan.


Mitra Cendikia Press Yogyakarta

Sutedjo. 2005. Fisika Teknologi dan Industri. Yudhistira : Bogor

Anda mungkin juga menyukai