Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KOPETENSI DASAR FISIKA DALAM IPA SD


CAHAYA

Disusun Oleh:
1. Riski Irwanto (2022201059)
2. Tedy Syofyan Arsad (2022201064)

Dosen Pengampu: Jumali M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP MUHAMMADIYAH OKU TIMUR
OKU TIMUR
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Penulisan makalah
ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi mata kuliah Kopetensi Dasar Fisika dalam
IPA SD.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen kami bapak
Jumali M.Pd yang telah memberikan tugas terhadap kami. Dalam makalah ini kami
menjelaskan tentang permasalahan pendidikan di Indonesia.

Mengingat akan kemampuan yang kami miliki dalam penulisan ini kami merasa masih
banyak kekurangan baik pada materi maupun teknis penulisan. Untuk itu kritik serta saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi menyempurnakan pembuatan.

Belitang, 05 juli 2023

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
A. Latar Belakang........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5


A. Benda Bening, Keruh, dan Gelap ............................................................. 5
B. Perambatan Cahaya .................................................................................. 6
C. Pemantulan Cahaya .................................................................................. 6
D. Pembiasan Cahaya..................................................................................... 8
E. Penguraian Cahaya Putih ......................................................................... 8
F. Energi Cahaya dan Pemanfaatannya ...................................................... 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cahaya merupakan suatu bentuk energi yang sangat penting yang dibutuhkan
oleh seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Tanpa adanya cahaya kehidupan di bumi
pun dipastikan tidak dapat berjahn sempurna. Semua makhluk hidup menggantungkan
hidupnya baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap keberadaan cahaya.
Tanpa dipungkiri, manusia juga sangat bergantung terhadap keberadaan cahaya.
Tanpa cahaya kita tidak akan bisa apa-apa, sebagai contohnya proses melihat meskipun
mata kita normal tapi jika tidak ada cahaya maka kita tidak akan bisa melihat. Begitu
pentingnya peranan cahaya bagi makhluk hidup, oleh karena itu dalam makalah ini akan
dibahas cahaya secara fisika.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cahya pada Benda Bening, Keruh, dan Gelap?
2. Bagaimana Perambatan Cahaya?
3. Bagaimana Pemantulan Cahaya?
4. Bagaimana Pembiasan Cahaya?
5. Bagaimana Pengurian Cahaya Putih?
6. Apa Energi Cahaya dan Pemanfaatannya?

C. Tujuan
1) Untuk Mengetahui Bagaimana Cahya pada Benda Bening, Keruh, dan Gelap
2) Untuk Mengetahui Bagaimana Perambatan Cahaya
3) Untuk Mengetahui Bagaimana Pemantulan Cahaya
4) Untuk Mengetahui Bagaimana Pembiasan Cahaya
5) Untuk Mengetahui Bagaimana Pengurian Cahaya Putih
6) Untuk Mengetahui Apa Energi Cahaya dan Pemanfaatannya

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Benda Bening, Keruh, dan Gelap


Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata
dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah
radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang
tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi
tersebut merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut
"dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian
dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya
dikenal dengan sebutan optika, merupakan area riset yang penting pada fisika modern
Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan sehingga kita bisa melihat
benda tersebut. Oleh sebab itu kita memerlukan cahaya untuk dapat melihat. Benda-
benda yang ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai benda
tersebut, dan cahaya yang mengenai benda tersebut dipantulkan oleh benda ke mata.
Meskipun benda terkena cahaya, jika pantulannya terhalang maka kita tidak dapat
melihat benda tersebut, misalnya suatu benda yang berada di balik tirai atau tembok.
Sebuah benda dapat dilihat oleh mata kita karena adanya cahaya yang dipantulkan dari
benda tersebut sehingga sampai ke mata.
Benda bening adalah benda yang dapat ditembus oleh cahaya. Contoh benda
bening antara lain kaca, mika, plastik bening, air jernih, dan botol bening. Berdasarkan
kemampuan cahaya dalam menembus benda dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Benda bening atau transparan, yaitu benda-benda yang dapat ditembus atau
dilewati cahaya. Benda bening meneruskan semua cahaya yang mengenainya.
Contohnya kaca yang bening dan air jernih.
2) Benda keruh (translusens), yaitu benda-benda yang hanya dapat meneruskan
sebagian cahaya yang diterimanya. Contohnya air keruh, kaca dop, dan bohlam
susu.
3) Benda gelap (opaque) atau benda tidak tembus cahaya, yaitu benda gelap yang
tidak dapat ditembus oleh cahaya sama sekali. Opaque hanya memantulkan semua
cahaya yang mengenainya. Contohnya buku tebal, kayu, tembok, dan besi.

5
B. Perambatan Cahaya
Cahaya akan merambat lurus jika melewati satu medium perantara. Peristiwa
ini dapat dibuktikan dengan nyala lampu senter yang merambat lurus. Cahaya yang
merambat lurus juga dapat kita lihat dari berkas cahaya matahari yang menerobos
masuk melalui celah genting maupun ventilasi akan tampak berupa garis-garis lurus.
Kedua hal tersebut membuktikan bahwa cahaya merambat lurus.
Kegiatan yang dapat membuktikan bahwa cahaya merambat lurus adalah
dengan menggunakan karton yang diberi lubang seperti gambar di atas. Ketika lobang
karton disusun lurus kita dapat melihat cahaya lilin, namun ketika salah satu lobang
digeser kita tidak bisa lagi melihat cahaya tersebut. Sifat cahaya yang selalu merambat
lurus ini dimanfaatkan manusia pada pembuatan lampu senter dan lampu kendaraan
bermotor.

C. Pemantulan Cahaya
Pemantulan (refleksi) atau pencerminan adalah proses terpancarnya kembali
cahaya dari permukaan benda yang terkena cahaya. Pemantulan cahaya dapat
dibedakan menjadi dua yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur (difus).
Pemantulan teratur adalah pemantulan yang berkas cahaya pantulnya sejajar.
Pemantulan teratur terjadi apabila cahaya mengenai benda yang permukaannya rata dan
mengkilap/licin. Salah satu benda yang dapat memantulkan cahaya adalah cermin.
Cermin merupakan benda yang dapat memantulkan cahaya paling sempurna. Hal ini
disebabkan cermin memiliki permukaan yang halus dan mengkilap.
Pada benda semacam ini, cahaya dipantulkan dengan arah yang sejajar,
sehingga dapat membentuk bayangan benda dengan sangat baik. Contoh peristiwa
pemantulan cahaya adalah saat kita bercermin. Bayangan tubuh kita akan terlihat di
cermin, karena cahaya yang dipantulkan tubuh kita, saat mengenai permukaan cermin,
dipantulkan, atau dipancarkan kembali hingga masuk ke mata kita.
Sedangkan pemantulan baur terjadi karena cahaya mengenai benda yang
permukaannya tidak rata. Contoh pemantulan baur yaitu pada tanah yang tidak rata atau
pada air yang bergelombang. Adanya pemantulan baur, tempat-tempat yang tidak ikut
terkena cahaya secara langsung akan ikut menjadi terang. Inilah keuntungan adanya
pemantulan baur.

6
Berdasarkan sifat cahaya ini Snellius mengemukakan hukum pemantulan
cahaya yang diuraikan sebagai berikut.
a. sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
b. sudut datang sama dengan sudut pantul.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, cermin merupakan salah satu benda
yang dapat memantulkan cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya, cermin
dibedakan menjadi 3 yaitu cermin datar, cermin cembung dan cermin cekung.
1) Cermin Datar
Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya datar dan tidak
melengkung. Cermin datar adalah cermin yang biasa kita gunakan untuk berkaca.
Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar yaitu:
a) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin.
b) Bayangan yang terbentuk mirip dengan aslinya namun berkebalikan posisi
kanan kirinya.Misalnya tangan kiri akan menjadi tangan kanan pada bayangan
kita.
c) Bayangan tegak seperti bendanya.
d) Bayangan bersifat maya atau semu. Artinya, bayangan dapat dilihat dalam
cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar.
2) Cermin Cembung (positif)
Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya melengkung
ke arah luar (konveks). Cermin cembung bersifat menyebarkan cahaya (divergen).
Cermin cembung dapat kita jumpai pada kaca spion kendaraan bermotor dan
bagian belakang sendok logam. Bayangan pada cermin cembung bersifat maya,
tegak, dan diperkecil daripada benda sesungguhnya.
3) Cermin Cekung (negatif)
Cermin cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya melengkung ke arah dalam
(konkaf). Cermin cekung bersifat mengumpulkan cahaya (konvergen). Sifat
bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung sangat bergantung pada letak
benda terhadap cermin. Jika benda dekat dengan cermin cekung, maka bayangan
yang terbentuk maya, tegak, dan diperbesar. Jika benda jauh dari cermin cekung,
maka bayangan benda yang terbentuk nyata (sejati) dan terbalik. Cermin cekung
biasanya digunakan sebagai reflektor pada lampu mobil dan lampu senter.

7
D. Pembiasan Cahaya
Pembiasan adalah pembelokan arah rambat cahaya saat melewati dua medium
yang berbeda kerapatannya. Pembiasan cahaya dimanfaatkan manusia dalam
pembuatan berbagai alat optik. Pembiasan cahaya menyebabkan terjadinya beberapa
peristiwa dalam kehidupn sehari-hari yang diuraikan sebagai berikut.
1) Dasar air yang jernih kelihatan lebih dangkal dari yang sebenarnya.
2) Pensil atau benda lurus lainnya yang diletakkan pada gelas yang berisi air akan
terlihat patah atau bengkok.
3) Peristiwa fatamorgana yang terjadi karena berkas cahaya yang berjalan dari udara
dingin ke udara panas terbiaskan ke arah horizontal, sehingga suatu benda tampak
muncul di atas posisi yang sebenarnya.
4) Uang logam di dalam air jernih kelihatan lebih dekat ke permukaan.
5) Ikan di akuarium kelihatan lebih besar.
Seperti pada pemantulan cahaya, pada pembiasan cahaya juga berlaku hukum
pembiasan cahaya yang diuraikan sebagai berikut.
1) Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat,
cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya merambat dari
udara ke air.
2) Apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat,
cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat dari air
ke udara.

E. Penguraian Cahaya Putih


Istilah lain dari penguraian cahaya ialah dispersi cahaya. Contoh peristiwa
dispersi cahaya yang terjadi secara alami adalah peristiwa terbentuknya pelangi.
Pelangi biasanya muncul setelah hujan turun. Pelangi terdiri dari beberapa warna yaitu
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Sebenarnya warna-warna tersebut berasal dari satu warna saja yaitu warna putih
dari cahaya matahari. Namun karena cahaya matahari tersebut dibiaskan oleh titik air
hujan, akibatnya cahaya putih diuraikan menjadi beberapa macam warna, sehingga
terjadilah warna-warna indah pelangi. Peristiwa penguraian cahaya putih menjadi
berbagai warna disebut dispersi cahaya.
Cahaya putih dapat diuraikan menjadi berbagai macam warna sehingga cahaya
putih disebut sinar polikromatik. Cahaya putih seperti cahaya matahari termasuk jenis

8
cahaya polikromatik. Cahaya polikromatik adalah cahaya yang tersusun atas beberapa
komponen warna. Cahaya putih tersusun atas spektrum-spektrum cahaya yang
berwarna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Sedangkan peristiwa perpaduan berbagai warna cahaya menjadi warna putih
disebut spektrum cahaya. Spektrum warna yang tidak dapat diuraikan lagi disebut
cahaya monokromatik. Contoh lain dari peristiwa penguraian cahaya yaitu
terjadinya halo yang mengelilingi bulan atau matahari dan gelembung air sabun yang
terkena cahaya matahari tampak memiliki beragam warna.

F. Energi Cahaya dan Pemanfaatannya


Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata
dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah
radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang
tidak. Kedua definisi cahaya di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara
bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel".
Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh
indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika,
merupakan area riset yang penting pada fisika modern. Studi mengenai cahaya dimulai
dengan munculnya era optika klasik yang mempelajari besaran optik seperti: intensitas,
frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi dan fasa cahaya.
Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan
pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan refraksi, dan pendekatan sifat optik
fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-masing studi optika
klasik ini disebut dengan optika geometris (en:geometrical optics) dan optika fisis
(en:physical optics).
Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan sebagai
dualisme gelombang transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut foton.
Pengembangan lebih lanjut terjadi pada tahun 1953 dengan ditemukannya sinar maser,
dan sinar laser pada tahun 1960.
1) Teori energi cahaya
Cahaya menurut Newton (1642 - 1727) terdiri dari partikel-partikel ringan
berukuran sangat kecil yang dipancarkan oleh sumbernya ke segala arah dengan
kecepatan yang sangat tinggi. Sementara menurut Huygens ( 1629 - 1695), cahaya
adalah gelombang seperti halnya bunyi. Perbedaan antara keduanya hanya pada

9
frekuensi dan panjang gelombangnya saja. Dua pendapat di atas sepertinya saling
bertentangan. Sebab tak mungkin cahaya bersifat gelombang dan sekaligus sebagai
partikel. Pasti salah satunya benar atau kedua-duanya salah, yang pasti masing-
masing pendapat di atas memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pada zaman Newton dan Huygens hidup, orang-orang beranggapan bahwa
gelombang yang merambat pasti membutuhkan medium. Padahal ruang antara
bintang-bintang dan planet-planet merupakan ruang hampa (vakum) sehingga
menimbulkan pertanyaan apakah yang menjadi medium rambat cahaya matahari
yang sampai ke bumi jika cahaya merupakan gelombang seperti dikatakan
Huygens. Inilah kritik orang terhadap pendapat Hygens. Kritik ini dijawab oleh
Huygens dengan memperkenalkan zat hipotetik (dugaan) bernama eter. Zat ini
sangat ringan, tembus pandang dan memenuhi seluruh alam semesta. Eter membuat
cahaya yang berasal dari bintang-bintang sampai ke bumi. Dalam dunia ilmu
pengetahuan kebenaran suatu pendapat akan sangat ditentukan oleh uji eksperimen.
Walaupun keberadaan eter belum dapat dipastikan di decade awal Abad 20,
berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan seperti Thomas Young
(1773 - 1829) dan Agustin Fresnell (1788 - 1827) berhasil membuktikan bahwa
cahaya dapat melentur (difraksi) dan berinterferensi. Gejala alam yang khas
merupakan sifat dasar gelombang bukan partikel. Percobaan yang dilakukan oleh
Jeans Leon Foucault (1819 - 1868) menyimpulkan bahwa cepat rambat cahaya
dalam air lebih rendah dibandingkan kecepatannya di udara. Padahal Newton
dengan teori emisi partikelnya meramalkan kebalikannya.
Selanjutnya Maxwell (1831 - 1874) mengemukakan pendapatnya bahwa cahaya
dibangkitkan oleh gejala kelistrikan dan kemagnetansehingga tergolong
gelombang elektromagnetik. Sesuatu yang berbeda dibandingkan gelombang
bunyi yang tergolong gelombang mekanik. Gelombang elektromagnetik dapat
merambat dengan atau tanpa medium dan kecepatan rambatnya pun amat tinggi
bila dibandingkan gelombang bunyi.
Gelombang elektromagnetik marambat dengan kecepatan 300.000 km/s.
Kebenaran pendapat Maxwell ini tak terbantahkan ketika Hertz (1857 - 1894)
berhasil membuktikannya secara eksperimental yang disusul dengan penemuan-
penemuan berbagai gelombang yang tergolong gelombang elektromagnetik seperti
sinar x, sinar gamma, gelombang mikro RADAR

10
2) Pemanfaatan Energi Cahaya
Ada beberapa cara pemanfaatan energi cahaya yaitu:
1. Pemanasan Ruangan
Ada beberapa teknik penggunan energi panas matahari untuk pemanasan
ruangan, yaitu:
a) Jendela
Ini merupakan teknik pemanasan dengan menggunakan energi panas
matahari yang paling sederhana. Hanya diperlukan sebuah lubang pada
dinding untuk meneruskan panas matahari dari luar masuk ke dalam
bangunan. Ada jendela yang langsung tanpa ada kacanya dan ada yang
menggunakan kaca. Untuk mendapatkan panas yang optimal maka pada
jendela dipasang kaca ganda. Biasanya di daerah-daerah empat musim
dinding/tembok bangunan diganti dengan kaca agar matahari bebas
menyinari dan menghangatkan ruangan pada saat musim dingin.
b) Dinding Trombe (Trombe Wall)
Dinding trombe adalah dinding yang diluarnya terdapat ruangan sempit
berisi udara. Dinding bagian luar dari ruangan sempit tersebut biasanya
berupa kaca. Dinding ini dinamai berdasarkan nama penemunya yaitu
Felix Trombe, orang berkebangsaan Perancis.
Prinsip kerjanya adalah permukaan luar ruangan ini akan dipanasi oleh
sinar matahari, kemudian panas tersebut perlahan-lahan dipindahkan
kedalam ruangan sempit. Selanjutnya panas di dalam ruangan sempit
tersebut akan dikonveksikan ke dalam bangunan melalui saluran udara
pada dinding trombe.

2. Kompor Matahari
Prinsip kerja dari kompor matahari adalah dengan memfokuskan panas
yang diterima dari matahari pada suatu titik menggunakan sebuah cermin
cekung besar sehingga didapatkan panas yang besar yang dapat digunakan
untuk menggantikan panas dari kompor minyak atau kayu bakar.

11
3. Pengeringan Hasil Pertanian
Hal ini biasanya dilakukan petani di desa-desa daerah tropis dengan
menjemur hasil panennya dibawah terik sinar matahari. Cara ini sangat
menguntungkan bagi para petani karena mereka tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk mengeringkan hasil panennya. Berbeda dengan petani di
negara-negara empat musim yang harus mengeluarkan biaya untuk
mengeringkan hasil panennya dengan menggunakan oven yang
menggunakan bahan bakar fosil maupun menggunakan listrik.

4. Pemanasan Air
Penyediaan air panas sangat diperlukan oleh masyarakat, baik untuk
mandi maupun untuk alat antiseptik pada rumah sakit dan klinik kesehatan.
Penyediaan air panas ini memerlukan biaya yang besar karena harus
tersedia sewaktu-waktu dan biasanya untuk memanaskan digunakan energi
fosil ataupun energi listrik. Namun Dengan menggunakan pemanas air
tenaga surya maka hal ini bukan merupakan masalah karena pemanasan air
dilakukan dengan menyerap panas matahari dengan menggunakan kolektor
sehingga tidak memerlukan biaya bahan bakar.

5. Pembangkitan listrik
Pembangkit listrik tenaga surya itu konsepnya sederhana, yaitu
mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari
merupakan salah satu bentuk energi dari sumber daya alam. Sumber daya
alam matahari ini sudah banyak digunakan untuk memasok daya listrik di
satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat menghasilkan
energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari
matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan
bakar. Sehingga sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah
lingkungan.

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata
dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah
radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang
tidak.
Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi di atas adalah
sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme
gelombang-partikel".
Cahaya memiliki beberapa macam sifat, yaitu : cahaya merambat lurus, cahaya
dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan, dan cahaya dapat diuraikan. Cahaya
meruapakan energi yang sangat penting untuk menunjang kehidupan makhluk hidup di
bumi. Hal ini disebabkan oleh peran cahaya yang sangat banyak, salah satunya sebagai
sumber energi yang dapat diubah menjadi energi listrik yang sering disebut PLTS.
Di atas telah dijelaskan secara singkat pembangkit listrik tenaga surya. Yang
diawali dengan penjelasan komponen-komponen kerja PLTS dan komponen-
komponen yang mendukung dihasilkannya tenaga listrik. Kemudian dijelaskan juga
sistim kelistrikan tenaga surya. Dan terakhir target yang dapat dicapai dengan adanya
PLTS. Selain dari BIPV yaitu module yang dipasang di perumahan atau bangunan-
bangunan, sekarang juga telah dibahas kemungkinan pemasangan PLTS berkapasitas
sangat besar di satu wilayah tertentu. Hal ini dimungkinkan misalnya pemasangan di
negara-negara yang memiliki padang pasir.

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimat. Dari segi isi
juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kepada para
pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat
membangun.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kaligis Jenny R.E, Darmodjo Hendro. 1993. Pendidikan IPA. Semarang: Mutiara.
Sumardi Yosaphat, dkk. 2004. Konsep Dasar IPA 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
Ariyanto, 2010. IPA untuk SD/MI. Surakarta: CV Surya Badra.

14

Anda mungkin juga menyukai