Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOLISTRIK

oleh:
HANA DWI SUSSENA
125090701111003

GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
1

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb..


Dengan memanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Geolistrik yang berjudul Akuisisi data,
Processing, dan Interpretasi Data Menggunakan Metode Resistivity
Sounding Schlumberger dan Mapping Dipole-Dipole. Laporan Praktikum ini
disusun sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan studi semester 3
di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya
Malang. Sehubungan dengan selesainya penyusunan Laporan Praktikum ini,
penulis ingin menyampaikan terima kasih atas bimbingan dan ilmunya kepada
dosen mata kuliah geolistrik Bapak Dr. Sunaryo, S.Si, M.Si dan asisten praktikum
atas waktu dan bimbingannya.
Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki
penulis, laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis selalu
terbuka terhadap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan
praktikum ini. Akhir kata, penulis berharap semoga lapran praktikum ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Malang, 10 Desember 2013

Penulis

DAFTAR ISI
2

Kata Pengantar.1
Daftar Isi

Daftar Gambar..3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang6
1.2 Tujuan.6
1.3 Manfaat...6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA....7
BAB III : METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan..15
3.2 Peralatan...15
3.3 Tata Laksana Percobaan...17
3.3.1 Akuisis Data.17
3.3.2 Prosessing.18
BAB IV : PEMBAHASAN..................................................................................38
BAB V : PENUTUP
4.1 Kesimpulan...46
4.2 Saran.46
DAFTAR PUSTAKA...47
LAMPIRAN..........................................................................................................48

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tabel resistivity pada beberapa tipe air murni ..8
3

Gambar 2.2 Titik arus di bawah permukaan bumi ...10


Gambar 2.3 Satu titik arus di permukaan bumi ....11
Gambar 2.4 Arah equipotensial .....12
Gambar 2.5 Dua elektroda arus di permukaan bumi .....12
Gambar 2.6 Konfigurasi wenner....13
Gambar 2.7 Konfigurasi schlumberger......13
Gambar 2.8 Konfigurasi dipole-dipole...14
Gambar 3.1 Elektroda arus dan elektroda potensial...15
Gambar 3.2 Resistivitimeter...15
Gambar 3.3 Accu 12 V....16
Gambar 3.4 Palu......16
Gambar 3.5 Kabel listrik.........16
Gambar 3.6 Meteran........17
Gambar 3.7 Format pengisian data pada notepad....19
Gambar 3.8 Tampilan 1 pada Res2dinv...19
Gambar 3.9 Tampilan 2 pada Res2dinv...20
Gambar 3.10 Tampilan 3 pada Res2dinv..20
Gambar 3.11 Tampilan 4 pada Res2dinv...21
Gambar 3.12 Tampilan 5 pada Res2dinv...21
Gambar 3.13 Tampilan 6 pada Res2dinv...22
Gambar 3.14 Tampilan 7 pada Res2dinv...22
Gambar 3.15 Tampilan akhir pada Res2dinv...23
Gambar 3.16 Tampilan 1 pada IPI2win...23
Gambar 3.17 Tampilan 2 pada IPI2win...24
Gambar 3.18 Tampilan 3 pada IPI2win...24
4

Gambar 3.19 Tampilan 4 pada IPI2win...25


Gambar 3.20 Tampilan 5 pada IPI2win...25
Gambar 3.21 Tampilan 6 pada IPI2win...26
Gambar 3.22 Tampilan 7 pada IPI2win...26
Gambar 3.23 Tampilan 8 pada IPI2win...27
Gambar 3.24 Tampilan 9 pada IPI2win...27
Gambar 3.25 Tampilan 10 pada IPI2win..28
Gambar 3.26 Tampilan 11 pada IPI2win...28
Gambar 3.27 Tampilan 12 pada IPI2win...29
Gambar 3.28 Tampilan 13 pada IPI2win...29
Gambar 3.29 Tampilan 14 pada IPI2win...30
Gambar 3.30 Tampilan 15 pada IPI2win...30
Gambar 3.31 Tampilan 1 pada IPI_res3....31
Gambar 3.32 Tampilan 2 pada IPI_res3....31
Gambar 3.33 Tampilan 3 pada IPI_res3....32
Gambar 3.34 Tampilan 4 pada IPI_res3....32
Gambar 3.35 Tampilan 1 pada IPI_res3....33
Gambar 3.36 Tampilan 2 pada IPI_res3....33
Gambar 3.37 Tampilan 3 pada IPI_res3....34
Gambar 3.38 Tampilan IPI2win untuk nilai rho a....34
Gambar 3.39 Tampilan 4 pada IPI_res3....35
Gambar 3.40 Data rho yang dimasukkan......35
Gambar 3.41 Tampilan 5 pada IPI_res3....36
Gambar 3.42 Tampilan 6 pada IPI_res3....36
Gambar 3.43 Tampilan 6 pada IPI_res3....37
5

Gambar 4.1 Pola aliran arus.. ....38


Gambar 4.2 Konfigurasi wenner.. .....39
Gambar 4.3 Hasil inversi menggunakan software Res2dinv untuk wenner......41
Gambar 4.4 Hasil inversi menggunakan software Res2dinv untuk dipole-dipole..
....42
Gambar 4.5 Hasil inversi menggunakan software IPI2win untuk schlumberger..
....43
Gambar 4.6 Hasil inversi menggunakan software IPI_res3 untuk schlumberger..
....43
Gambar 4.7 Hasil inversi menggunakan software IPI2win untuk schlumberger..
....43
Gambar 4.8 Hasil inversi menggunakan software Progress3 untuk schlumberger..
....44

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
6

Geofisika merupakan salah satu dari cabang ilmu bumi yang mempelajari tentang
sifat-sifat fisis bumi, seperti bentuk bumi, reaksi terhadap gaya, sertamedan potensial bumi
(medan magnet dan gravitasi). Geofisika juga menyelidiki interior bumi seperti inti, mantel
bumi, dan kulit bumi serta kandungan-kandungan alaminya. Geofisika bisa juga diartikan
sebagai suatu metoda dimana disini akan dipelajari tentang bumi dan batuan menggunakan
pendekatan-pendekatan Fisika dan Matematika dan merupakan gabungan dari konsep-konsep
Ilmu Geologi dan Fisika.
Dalam ilmu Geofisika terdapat metode-metode yang biasa digunakan oleh para
peneliti yaitu metode gravity, metode magnetic, seismik refaction, seismik reflection, resistivity,
spontaneous potensial, induced polarization, elektromagnetic, ground penetrating radar dan
metode magneto telluric.
Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang serimg digunakan.
Meteode geolistrik adalah salah satu metode geofisika yang mempelajari bumi berdasarkan
sifat fisik berupa kelistrikan batuan (resistivitas, konduktifitas, dan chargeabilitas).
B. Tujuan
Setelah dilakukannya praktikum geolistrik ini diharapkan praktikan dapat
memahami prinsip hukum Ohm pada konfigurasi wenner, schlumberger dan dipole-dipole,
memahami konsep resistivitas konfigurasi wenner, schlumberger dan dipole-dipole, serta
memahami cara pengambilan data, pengolahan dan interpretasi pada konfigurasi wenner
schlumberger.
C. Manfaat
Agar mengetahui bagaimana prinsip hokum Ohm pada konfigurasi
wenner, schlumberger dan dipole-dipole. Dan mengetahu cara akuisisi,
pengolahan dan interpretasi data.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Metode resistivitas merupakan ekplorasi bawah tanah berdasarkan pada


perbedaan material yaitu perbedaan resistansi dalam penjalaran arus listrik.
Karena ketetapan variasi resistansi secara vertical dan lateral adalah tepat, dalam
keterbatasan tertentu, dalam pendugaan stratifikasi dan luas latelar di bawah
permukaan tanah. Pada metode ini, penjalaran resistansi pada arus ditentukan
oleh ukuran dari resistansi spesifik (resistivity) pada suatu material, yang
menggambarkan resistansi dalam Ohm antara kebalikan bentuk pada unit kubus
dalam material. Bentuk biasa pada pengukuran resitivity yang digunakan dalam
ekplorasi bawah tanah adalah ohm-foot, ohm-centimeter, and ohm-meter. Dalam
tanah, resistivity pada partikel yang tinggi; sama dengan resistivity pada airtanah,
jika murni, maka tinggi. Oleh karena itu, jika disana terdapat penjalaran arus pada
masa tanah akan lebih elektrolitik sehingga adanya garam akan terlarut dalam
airtanah. Akibatnya, resistivity terutama pada tanah bergantung pada isi uap dan
konsentrasi garam yang terlarut. Itu juga meningkatkan bermacam-macam derajat
oleh perbandingan kehampaan, ukuran partikel, stratifikasi dan temperature. Pada
batuan terkandung banyak jenis mineral, sama halnya resistivity bergantung pada
isi uap dan konsentrasi pada garam yang terlarut dalam airtanah. Itu juga membuat
porositas, dip dan stike, kekuatan dan temperature (Fang, 1991).
Resistivity pada batuan dan tanah memiliki variasi dalam wilayah yang
luas. Sejak itu kebanyakan pada pokok batuan membentuk mineral yang
sebenarnya penyekat, resistivity pada batuan dan tanah ditentukan berdasarkan
jumlah mineral yang terkandung dan muatan pada mineral air dalam pori-pori.
Kondisi terakhir jauh dari factor dominan, dan dalam kenyataannya, banyak tanah
dan batuan konduksi pada arus listrik hanya karena mereka berisi air. Luas
membedakan nilai-nilai resistiviti pada bermacam tipe memenuhi air dapat
menyebabkan variasi resistivity pada batuan berkisar dari puluhan ohm.meter
sampai ratusan ohm.meter dapat dilihat pada table.

Gambar 2.1 Tabel resistivity pada beberapa tipe


air murni

Dalam metode resistivity, arus listrik diperkenalkan kedalam tanah dengan duan
elektroda arus dan beda potensial listrik diantara keduanya diukur. Itu lebih baik
menghitung penurunan potensial atau melihat resistansi secara langsung pada
ohms cukup kedua arus dan tegangan (Bell, ).
Resistivity pada batuan biasanya bergantung jumlah airtanah dan jumlah
garam yang terlarut di dalamnya, tetapi juga dikurangi oleh adanya banyak
mineral lain dan oleh tingginya temperature. Oleh karena itu sebagian besar
menggunakan survey resistivity untuk pemetaan adanya porositas yang berbeda
pada batuan, terutama pada hubungan dengan hidrologi untuk mendeteksi akuifer
dan kontaminasi dan untuk pencarian mineral, tetapi penggunaan lain termasuk
menyelidiki larutan garam dan polusi jenis lain, survey arkeolog dan mendeteksi
hot rocks. Pengukuran resistivity tanah meneliti bawah permukaan tanah dengan
melewatkan arus listrik dengan menancapkan elektroda ke dalam tanah.
Umumnya, salah satu teknik tersebut merancang untuk menentukan struktur
vertical pada bagian perlapisan bumi, dengan pendugaan listrik vertical, VES, atau
variasi lateral, dengan penampang listrik; bagaimanapun lebih baik metode
penggambaran listrik semakin digunakan ketika variasi lateral dan vertical (Khan
dan Alan, 2000).
Mempertimbangkan penerusan aliran arus dalam medium homogen
isotropis (analisa ini juga akan digunakan untuk frekuensi cukup rendah pada
pemindahan arus yang signifikan). Jika A adalah elemen permukaan dan J
densitas arus dalam amper per m2 , maka arus yang lewat A adalah J- A.
Densitas arus J dan medan listrik E dalam hokum Ohm
9

J=E

(2.1)

Dimana E dalam satuan volt per meter dan adalah konduktivitas pada medium
siemen per meter (S/m).
Medan listrik pada gradient potensial scalar
(2.2)
Maka kita mempunyai
(2.3)
Dari penjumlahan

J=0, jadi
(2.4)
(2.5)

Jika seluruhnya konstan, istilah pertama hilang dan kita mempunyai persamaan
Laplace, itu merupaka potensial harmonic :
(2.6)
Ada 2 batas kondisi yang harus dipegang pada semua hubungan antara dua daerah
yang berbeda konduktivitasnya.
(2.7)
Dimana x dan y adalah tangensial dan normal, berturut-turut, untuk
menghubungkan Ex1 dalam bentuk komponen tangen dalam medium 1 dan
seterusnya. Dalam penjumlahan (Telford,1990):
(2.8)
Prinsip aliran listrik pada bumi terdapat tiga macam yaitu satu elektroda
arus dalam bumi, satu elektroda arus di permukaan bumi dan dua elektroda arus di
permukaan bumi (Telford, dkk, 1990):

10

1. Satu elektroda di dalam bumi, dimana jika titik arus berada di dalam
bumi akan mengalirkan arus kesegala arah dan membentuk suatu
permukaan bola dengan titik yang memiliki besar arus yang sama
disebut titik equipotensial.

Gambar 2.2 Titik arus di bawah permukaan


bumi

Besarnya arus listrik yang mengalir di bawah permukaan bumi akan


berbanding terbalik denga luas permukaan. Arus mengalir secara
radial keluar ke segala arah dari elektroda titik. Dengan demikian arus
total yang menembus permukaan bola adalah :
(2.9)
Dengan diketahui
(2.10)

Oleh karena itu:


(2.11)

11

Equipotensial yang selalu orthogonal terhadap garis aliran arus dengan


permukaan bola dan r= konstan.
2. Satu elektroda arus di permukaan bumi, pada penerapan metode
resistivitas/ geolistrik titik arus tersebut akan diletakan pada
permukaan bumi seperti gambar di bawah ini

Gambar 2.3 Satu titik arus di permukaan bumi


Jika elektroda titik yang memberikan I ampere terletak pada
permukaan bermedium isotropik homogen dan jika udara di atasnya
memiliki konduktivitas nol, maka kita memiliki satu kemungkinan
atau tiga-titik sistem yang digunakan dalam rancangan resistivitas
permukaan. Semua arus mengalir membentuk sebuah

permukaan

lengkung dalam medium yang lebih rendah:


(2.12)
Sehingga dalam hal ini

(2.13)

Disini equpotensialnya memiliki permukaan lengkung di bawah tanah.


12

3. Dua elektroda arus di permukaan bumi. Karena pada metode geolistrik


digunakan dua buah elektroda arus maka penjalaran arus listrik di
permukaan bumi telihat seperti pada gambar

Ganbar 2.4 Arah equipotensial

Gambar 2.5 Dua elektroda arus di permukaan bumi


Selanjutnya arus dari kedua elektroda akan melakukan interferensi
yang akan tercatat oleh elektroda potensial di titik tersebut. Potensial
yang disebabkan C1 di P1 adalah
(2.14)

Maka bisa kita peroleh


(2.15)
13

Sehingga
(2.16)

Secara umum dalam perhitungan resistivitas digunakan empat macam


konfigurasi elektroda. Yang sering digunakan adalah konfigurasi wenner,
schlumberger dan dipole-dipole. Ketiga konfiguarasi tersebut sama-sama
menggunakan dua elektroda arus dan dua elektroda potensial yang terpisahkan
dengan jarak tertentu yang menghasilkan factor geometri yang berbeda. Berikut
gambaran konfigurasi wenner, schlumberger dan dipole-dipole (Lowrie, 1997):
a. Konfigurasi wenner

G
Gambar 2.6 konfigurasi
wenner
b. Konfigurasi Schlumberger

Gambar 2.7 konfigurasi


schlumberger

14

c. Konfigurasi dipole-dipole

Gambar 2.6 konfigurasi dipoledipole

15

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum geolistrik ini dilaksanakan pada pukul 8.30 WIB tanggal 17
November 2013 di depan lapangan rektorat Universitas Brawijaya. Pada S = 07
57' 09.96" E = 112 36' 50.97" dengan elevasi : 505 mdpl.
3.2 Peralatan
Dalam melakukan praktikum metode geolistrik dengan konfigurasi
wenner, schlumberger dan dipole-dipole diperlukan beberapa alat yaitu
3.2.1 Elektroda arus dan elektroda potensial

Gambar 3.1 Elektroda arus dan


elektroda potensial

3.2.2 Resistiviti meter

Gambar 3.2 Resistivitimeter

16

3.2.3 Accu 12 volt

Gambar 3.3 Accu

3.2.4 Palu,

Gambar 3.4 Palu

3.2.5 4 roll kabel listrik

Gambar 3.5 Kabel listrik

17

3.2.6 Meteran

Gambar 3.6 Meteran

3.3 Tata Laksana Percobaan


3.3.1 Akuisisi Data
Dalam akuisisi data dilakukan dengan tiga macam konfigurasi elektroda
yaitu konfigurasi wenner, schlumberger dan dipole-dipole. Untuk konfigurasi
wenner yang pertama dilakukan adalah alat-alat yang digunakan dicek terlebih
dahulu kondisinya, kemudian meteran dipasang pada daerah yang akan
digunakan untuk eksperimen, kemudian beri tanda pada setiap ujungnya
(bentang konfigurasi wenner adalah 50 m). Setelah itu, elektroda arus (C1C2)
dan elektroda potensial (P1P2) dipasang pada lintasan diawali dengan jarak a
terdekat yang telah ditentukan ( a=3m) dengan susunan C1-P1-P2-C2,
pasangkan kabel listrik pada masing-masing elektroda. Tekan tombol entry
pada resistivity meter dan catat nilai resistivitas yang muncul. Kemudian untuk
pengukuran yang kedua dan seterusnya, elektroda arus dan elektroda potensial
dipindahkan secara bersama-sama dengan jarak yang sama pada setiap
elektroda.
Untuk konfigurasi schlumberger meteran dipasang pada daerah yang akan
digunakan untuk eksperimen, kemudian beri tanda pada setiap ujungnya
(bentang konfigurasi schlumberger adalah 50 m). Setelah itu, pasang elektroda
arus (C1C2) dan elektroda potensial (P1P2) di tengah lintasan yang telah
ditentukan dengan jarak terdekat a= 2m dengan susunan C1-P1-P2-C2. Untuk
pengukuran kedua dan seterusnya kedua elektroda arus dipindahkan dengan n=
18

1,2,3,4,5..,12). Kemudian pasangkan kabel listrik pada setiap eletroda. Tekan


entry pada resistivity meter dan catat nilai resistivitasnya untuk setiap
pemnindahan elektroda arus.
Untuk konfigurasi dipole-dipole metran dipasang pada daerah yang akan
dugunakan untuk eksperimen, kemudian beritanda pada setiap ujungnya
(bentang lintasan konfigurasi dipole-dipole adalah 55 m). Kemudian pasang
elektroda arus (C1C2) dan elektroda potensial (P1P2) dengan susunan C2-C1P1-P2, atur jarak kedua elektroda arus sama dengan jarak kedua elektroda
potensial yaitu a= 5m. Atur jarak C1 dan P1 sebesar na. Kemudian untuk
pengukuran kedua dan seterusnya elektroda arus tetap dan elektroda potensial
di pindahkan dengan variasi n=1,2,3,7, setelah elektroda potensial berada
diujung lintasan elektroda arus dipindahkan maju dengan jarak a kemudian
elektroda potensial dipindahkan mundur ke arah elektroda arus kemudian
elektroda arus dan elektroda potensial dipindahkan secara bersamaan dengan
jarak a, kemudian elektroda potensial kembali dipindahkan dan dilakukan
secara berulang. Tekan entry pada resistivity meter dan catat nilai
resistivitasnya untuk setiap pemindahan elektroda.
3.3.2 Prosessing
3.3.2.1 Res2dinv
1. Klik icon notepad
2. Buat data seperti berikut dari data yang telah disimpan dalam format
excel

19

Gambar 3.7 Format pengisian data pada


notepad

3. Klik save dengan format .txt dan klik save as dengan format .dat
4. Klik icon res2dinv
5. Akan muncul tampilan seperti berikut lalu klik ok

Gambar 3.8 Tampilan 1 pada Res2dinv

20

6. Klik File dan pilih menu read data file

Gambar 3.9 Tampilan 2 pada Res2dinv

7. Pilih data yang tadi yang berformat .dat lalu klik open

Gambar 3.10 Tampilan 3 pada Res2dinv

21

8. Akan muncul tampilan seperti berikut lalu klik ok

Gambar 3.11 Tampilan 4 pada Res2dinv

9. Klik menu inversion dan pilih inversion methode and setting lalu
pilih choose logarithm of apparent resistivity

Gambar 3.12 Tampilan 5 pada Res2dinv

22

10. Akan muncul tampilan deperti ini pilih use apparent resistivity dan
klik ok

Gambar 3.13 Tampilan 6 pada Res2dinv

11. klik menu inversion dal pilih least squares inversion

Gambar 3.14 Tampilan 7 pada Res2dinv

23

12. Dan akan ditampilkan hasilnya

Gambar 3.15 Tampilan akhir pada


Res2dinv

3.3.2.2 IP2Win
1. Klik icon IP2Win
2. Klik toolsbar make new VES point dan akan muncul tampilan
sebagai berikut

Gambar 3.16 Tampilan 1 pada IPI2win


24

3. Isi kolom nilai AB/2, MN, V, dan I

Gambar 3.17 Tampilan 2 pada IPI2win

4. Setelah selesai, klik save txt, beri nama yang sesuai dan klik save
dan klik ok

Gambar 3.18 Tampilan 3 pada IPI2win

25

Gambar 3.19 Tampilan 4 pada IPI2win

5. Akan muncul tampilan seperti berikut kemudian pilih menu edit dan
klik edit curve, bawa garis hitam ke merah

Gambar 3.20 Tampilan 5 pada IPI2win

26

Gambar 3.21 Tampilan 6 pada IPI2win

6. Klik automatic minimization with number of layer selection dan


tampilan akan berubah menjadi seperiti ini

Gambar 3.22 Tampilan 7 pada IPI2win

27

7. Pilih menu file dan klik save

Gambar 3.23 Tampilan 8 pada IPI2win

8. Lalu pilih menu file dan klik add file

Gambar 3.24 Tampilan 9 pada IPI2win

9. Klik save jika muncul tampilan seperti berikut

28

Gambar 3.25 Tampilan 10 pada IPI2win

10. Klik open

Gambar 3.26 Tampilan 11 pada IPI2win

11. Klik save

29

Gambar 3.27 Tampilan 12 pada IPI2win

12. Jika muncul tampilan berikut klik yes

Gambar 3.28 Tampilan 13 pada IPI2win

13. Klik ok

30

Gambar 3.29 Tampilan 14 pada IPI2win

14. Dan akan muncul tampilan seperti berikut

Gambar 3.30 Tampilan 15 pada IPI2win

15. Klik icon IPI_res3, dan klik open file

31

Gambar 3.31 Tampilan 1 pada IPI_res3

16. Pilih data yang akan dibuka, klik open

Gambar 3.32 Tampilan 2 pada IPI_res3

17. Akan muncul tampilan seperti berikut, skala diubah ke 10 dan


klik make EMF

32

Gambar 3.33 Tampilan 3 pada IPI_res3

18. Akan muncul tampilan seperti ini

Gambar 3.34 Tampilan 4 pada IPI_res3

3.3.2..3 Progress3
1. Klik icon Progress3, jika muncul tampilan seperti di bawah
klik saja layar

33

Gambar 3.35 Tampilan 1 pada progress

2. Dan akan tampil seperti berikut

Gambar 3.36 Tampilan 2 pada progress

3. Masukkan nilai spasi elektroda dan observed data (nilai rho a


dari ipi2win)

34

Gambar 3.37 Tampilan 3 pada progress 3

Gambar 3.38 Tampilan IPI2win untuk nilai


rho a

4. klik forward modeling dan Isi tabel depth (d) dan resistivity (rho
sebenarnya), kemudian klik tanda panah merah di samping forward
modelling

35

Gambar 3.39 Tampilan 4 pada progress 3

Gambar 3.40 Data rho yang dimasukkan

5. KLik invers modeling Klik tanda panah merah di samping invers


modeling hingga nilai error tidak dapat diturunkan lagi

36

Gambar 3.41 Tampilan 5 pada Progress 3

6. Klik interpreted data

Gambar 3.42 Tampilan 6 pada Progress 3

37

Gambar 3.43 Tampilan 6 pada Progress 3

38

BAB IV
PEMBAHASAN
Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui
perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara
mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang mempunyai tegangan tinggi
ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah Elektroda Arus C1
dan C2 yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang
jarak elektroda arus (biasa diumpakan dengan AB) akan menyebabkan aliran arus
listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan
tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah
diukur dengan penggunakan resistivity meter yang terhubung melalui 2 buah
Elektroda Potensial P1 dan P2 yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak
elektroda potensial (biasa diumpamakan MN). Bila posisi jarak elektroda arus
diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda
potensial ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi
arus listrik pada kedalaman yang lebih besar.
Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh
arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila
digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran
arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2.

Gambar 4.1 Pola aliran arus

39

Umumnya metoda geolistrik yang sering digunakan adalah yang


menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalam satu garis lurus (bentangan)
serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian
luar dan 2 buah elektroda ntegangan (MN) di bagian dalam.
Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang
dialirkan serta tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis
semu (Apparent Resistivity). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis
yang terhitung tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah
permukaan yang dilalui arus listrik.
Pada praktikum ini pengambilan data pada metode geolistrik dapat
dilakukan dalam tiga konfigurasi, yaitu dengan konfigurasi wenner, konfigurasi
schlumberger dan konfigurasi dipole-dipole. Konfigurasi wenner merupakan
konfigurasi yang menggunakan susunan elektroda arus dan elektroda potensial
memilki jarak yang sama. Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah
ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang
relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB.
Susunan elektrodanya sebagai berikut :

Gambar 4.2 Konfigurasi Metode Wenner


Konfigurasi ini sering digunakan untuk horizontal profilling (mapping) dengan
hasil akhir hanya diperoleh profil secara horizontal.
Konfigurasi schlumberger merupakan konfigurasi yang digunakan pada
pengukuran sounding yaitu pengukuran bawah permukaan dengan tujuan untuk
mengetahui sebaran titik geolistrik secara vertikal ke bawah dengan kedalaman
yang cukup dalam. Pada konfigurasi ini pemindahan elektroda tidak semunya
dipindahkan akan tetapi cukup elektroda arus saja yang dipindahkan sepanjang
lintasan yang telah ditentukan secara logaritmik sedangkan elektroda potensialnya
40

tetap. Spasi antara dua elektroda potensial tetap, karena dianggap sangat kecil dan
nilainya dapat disesuaikan. Pada dasarnya elektroda potensial dapat diubah jarak
spasinya dengan ketentuan MN <1/5 AB atau AB> 5 MN. Namun pada praktikum
kali ini syarat tersebut tidak digunakan yang digunakan adalah jarak spasi MN
tetap. Hal ini dikarenakan data yang dicari hanya data secara vertikal saja karena
untuk data secara horizontal sudah terwakilkan oleh data dari konfigurasi wenner.
Konfigurasi dipole-dipole merupakan konfigurasi dimana elektroda arus
dan elektroda potensial terpisah dengan jarak na. variasi n digunakan untuk
mendapatkan berbagai kedalaman tertentu, semakin besar nilai n maka kedalaman
yang diperoleh juga semakin besar. Tingkat sensitivitas jangkauan pada
konfigurasi dipole-dipole dipengaruhi oleh besarnya faktor geometri k dimana k=
an(1+n)(2+n). Konfigurasi ini akan menghasilkan data variasi resistivitas di
bawah prmukaan bumi secara vertikal maupun horizontal (mapping dan sounding)
Dari ketiga konfigurasi tersebut diperoleh data yang kemudian diolah
untuk diketahuinya nilai resistivitas di bawah permukaan bumi tepatnya di
lapangan Rektorat Universitas Brawijaya. Prossesing dapat dilakukan dengan
bantuan software IPI2Win, Res2dinv dan progress3. Akan tetatpi tidak semua
konfigurasi dapat diselesaikan dengan semua software karena terdapat batasanbatasan tertentu, misalnya saja data dari konfigurasi dipole-dipole tidak bisa
diproses dengan software IPI2Win dan progress, pengolahan data hanya dapat
dilakukan dengan program Res2dinv.
Dari hasil prosessing untuk konfigurasi wenner yang menggunakan
software Res2dinv dapat diketahui bagaimana gambaran resistivitas batuan yang
ada di bawah permukaan tanah di lapangan Rektorat Universitas Brawijaya.

41

Gambar 4.3 Hasil inversi menggunakan


Software Res2dinv untuk wenner

Dari gambar tersebut dapat diketahui pada bawah permukaan tanah di lapangan
Rektorat Universitas Brawijaya jika dilakukan pengukuran geolistrik dengan
konfigurasi wenner memiliki resistivitas antara 8,56-26 m. Pada daerah
permukaan nilai resistivitasnya masih rendah yaitu 8.56 m pada kedalaman antar
0,750 m-2,32 m yang ditandai dengan warna biru tua.Semakin kedalam yaitu pada
kedalaman 2,32 m-4,06 m nilai resisvitasnya 10,7 m. Pada kedalaman 4,06 m5,96 m nilai resisvitasnya 13,4 m yang ditandai dengan warna biru mudah.
Untuk kedalaman 5,96 m-8,06 m yang ditandai dengan warna hijau mudah nilai
resisvitasnya 16,7 m. Pada kedalaman 7 m nilai resisvitasnya adalah 20,8 m
yang ditandai dengan wilayah berwarna hijau tua. Sedangkan pada kedalaman
8,06 m nilai resistivitasnya 26,0 m. Dari data yang diperoleh berdasarkan
akuisisi data yang telah dilakukan nilai kesalahan relatifnya adalah sebesar 3,3 %
ini menunjukan keakuratan data yang cukup tinggi. Nilai resistivitas ditiap lapisan
permukaan berbeda karena pada setiap lapisan mengandung komposisi batuan
yang berbeda dimana tiap batuan memiliki nilai resistivitas yang berbeda.
Untuk data dipole-dipole juga diolah dengan sofware Re2dinv yang
diperoleh gambaran sebagai berikut.

42

Gambar 4.4 Hasil inversi menggunakan


Software Res2dinv untuk dipole-dipole

Dari gambar tersebut dapat diketahui pada bawah permukaan tanah di lapangan
Rektorat Universitas Brawijaya jika dilakukan pengukuran geolistrik dengan
konfigurasi dipole-dipole memiliki resistivitas antara 5,57-2153 m. Pada
kedalaman 0,854 m-2,65 m resistivitasnya sebesar 5,57 m yang ditandai dengan
warna biru tua. Pada kedalaman 2,65 m-4,62 m yang ditandai dengan warna biru
mudah memiliki resitivitas 13,02 m. Dan semakin kedalam yaitu antara 24,62
m-6,79 m nilai resistivitanya sebesar antara 175m-168 m. Untuk kedalaman
6,79 m- 9,18m nilai resivitasya sangat tinggi yakni 2153m. Data ini setelah
dilakukan pengolahan memiliki nilai kesalahan relatif sebesar 29,7%, nilai ini
cukup tinggi utuk nilai kesalahan sebuah data. Hal ini terjadi mungkin ada
kesalahan pada prosedur

pengambilan data atau bisa dikarenakan kesalahan

dalam perhitungan yang dilakukan untuk mencari nilai R rata-rata.


Untuk

konfigurasi

schlumberger

prossesing

dilakukan

dengan

menggunakan software IPI2win. Karena konfigurasi ini merupakan konfigurasi


yang bekerja pada penentuan sebaran titik geolistrik secara vertikal dan software
ini merupakan software yang didesain untuk mengolah data VES ( Vertical
Electrical Sounding).

43

Gambar 4.5 Hasil inversi menggunakan


Gambar 4.6 Hasil inversi menggunakan
Software IPI2win untuk Sclumberger Software IPI_res3 untuk Schlumberger

Gambar 4.7 Hasil inversi menggunakan


Software IPI2win untuk Schlumberger

44

Gambar 4.8 Hasil inversi menggunakan


Software Progress3 untuk Schlumberger

Dari gambar tersebut dapat diketahui pada bawah permukaan tanah di lapangan
Rektorat Universitas Brawijaya jika dilakukan pengukuran geolistrik dengan
konfigurasi schlumberger yang diolah dengan software IP2win, Ipi_res3 dan
Progress3 memiliki gambaran resistivitas yang bervariasi yang dapat diamati.
Pada hasil dari software IPI2win (lihat gambar 4.5)

dapat terlihat nilai

resitivitasnya terletak diantara 10 m- 50 m dan memiliki nilai error sebesar


0,13%. Nilai ini relatif kecil ini menunjukan data yang didapat dari lapangan
memiliki keakuratan yang tinggi. Pada gambar 4.6 juga merupakan hasil dari
software IPI2win namun dalam bentuk gradasi warna yang menunjukan nilai
resistivitas disetiap kedalaman yaitu pada warna orange menunjukan bahwa
kedalaman 0-2 m memiliki resistivitas 12,45 m, pada kedalaman 2-3 m yang
ditunjukkan dengan warna merah memiliki nilai resitivitas sebesar 15,51 m dan
pada kedalaman 3,5 m yang ditunjukkan dengan warna merah bata nilai
resitivitasnya 19,31 m- 37,28 m. Sedangkan dari hasil olahan menggunakan
software Progress3 dapat diketahui bahwa nilai resistivitas pada spasi 3m
kalkulasi nilai resistivitasnya adalah 11,329 m dan memiliki error sebesar
0.8457% dari data observasi. Pada spasi 5m kalkulasi nilai resistivitasnya 11,265
m dengan nilai errornya 2,6712%. Pada spasi 7m kalkulasi nilai 12,164 m
dengan nilai errornya 5,5186%. Pada spasi 9m kalkulasi nilai resisvitasnya adalah
45

13,984 m dengan nilai 12,6932%. Pada spasi 11 m kalkulasi nilai resisvitasnya


16,362 m dengan nilai error sebesar 13,1005%. Pada spasi 13m kalkulasi nilai
resisvitasnya adalah 19,008 m dengan nilai error 29,7858%. Pada spasi 15 m
kalkulasi nilai resistivitasnya adalah 21,764 m dengan nialia error yang sangat
tinggi 72,4478%. Pada spasi 17 m kalkulasi nilai resistivitasnya sebesar 24,555
m dengan nilai error sebesar 1,7594%. Pada spasi 19 m kalkulasi nilai
resistivitasnya adalah 27,352 m dengan nilai error sebesar 8,0833%. Pada spasi
21 m kalkulasi nilai resistivitasnya adalah 30,140 m dengan nilai error
62,8864%. Pada spasi 23 m kalkulasi nilai resistivitasnya adalah 32,916 m
dengan nilai error 15,1080% dan pada spasi 25 m kalkulasi nilai resistivitasnya
adalah 35,678 m dengan nilai error sebesar 2,2836%. Dan nilai error secara
keseluruhan adalah 29,94%, nilai ini cukup besar dari nilai error yang sewajarnya
yaitu dibawah 5%. Kesalahan ini bisa terjadi akibat kesalahan pada prosedur
pengambilan data atau karena kesalahan dalam pengolahan data.
Setiap konfigurasi memiliki hasil data yang berbeda-beda, karena setiap
konfigurasi memiliki spesialis tersendiri misalnya saja konfigurasi wenner yang
memiliki keistimewaan dalam menghasilkan data profiling horizontal sedangkan
konfigurasi schlumberger baik digunakan untuk mencari data secara vertikal.
Perbedaan hasil data sounding dan mapping terletak pada nilai resistivitasnya, jika
pada konfigurasi wenner yang menghasilkan data mapping nilai resistivitasnya
mengalami perubahan yang signifikan pada setiap datanya sedangkan pada
konfigurasi schlumberger yang menghasilkan data sounding diperoleh niai
resistivitasnya mengalami perubahan yang tinggi dan tidak teratur disetiap datum
pointnya.

46

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui
perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara
mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang mempunyai tegangan
tinggi ke dalam tanah. Ada 3 macam konfigurasi yang sering digunakan yaitu
konfigurasi wenner yang menghasilkan profil secara horizontal, konfigurasi
schlumberger merupakan konfigurasi yang menghasilkan profil vertical dan
konfigurasi dipole-dipole merupakan konfigurasi yang menghasilkan profil
secara vertical dan horizontal. Untuk mengolah data dari proses akuisisi data
dapat dilakukan dengan bantuan software IPI2win, IPI_es3, Progress3 dan
Res2dinv dimana pada setiap software memilki karakteristik dan ketentuan
tertentu dalam mengolah data dari tiap konfigurasi.
B. Saran
Diharapkan ketika proses akuisisi data dilakukan dengan benar, cekatan
dan teliti agar data yang diperoleh memiliki nilai keakuratan yang tinggi. Dalam
proses pengolahan data juga harus teliti ketika memasukkan data ke suatu
software yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
Bell, F. G. 2007. Engineering Geology.
Fang, Hsai Yang. 1991. Foundation Engineering Handbook. United States of
Amerika: Library of Congress Cataloging in Publication.
Khan, M. Aftab dan Alan E. Musset. 2000. Looking Into The Earth An
Introduction to Geological Geophysics. United States of Amerika:
Cambridge University Press.
47

Lowrie, William. 1997. Fundamentals of Geophysics. United States of Amerika:


Cambridge University Press.
Telford, dkk.1990. Applied Geophysics. United States of Amerika: Cambridge
University Press.

LAMPIRAN

48

Gambar Peta geologi lembar Malang

49

Gambar Tabel nilai resistivitas batuan

50

Data Konfigurasi Schlumberger

Gambar Tabel data konfigurasi


Schlumberger
Data Konfigurasi Wenner

Gambar Tabel data konfigurasi Wenner

51

Gambar Tabel data konfigurasi Wenner

Data Konfigurasi Dipole-Dipole

Gambar Tabel data konfigurasi Dipoledipole


52

Gambar Tabel data konfigurasi Dipoledipole

53

Anda mungkin juga menyukai