Anda di halaman 1dari 30

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii

DAFTAR TABEL...................................................................................................iv

BAB I.......................................................................................................................5

PENDAHULUAN...................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................5


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................................8
BAB II......................................................................................................................9

KAJIAN PUSTAKA................................................................................................9

2.1 Dasar Teori.........................................................................................................9

2.1.1 Spektrum Radiasi Matahari...............................................................................9

2.1.2 Interaksi Gelombang Elektromagnetik............................................................10

2.1.3 Konsep Benda Hitam dan Hukum Radiasi.....................................................11

2.1.4 Hukum Pergeseran Wien.................................................................................14

2.1.5 Emisi Termal...................................................................................................16

2.1.6 Konduksi dan Difusi Termal...........................................................................17

2.1 Penelitian Terkait...................................................................................................18


2.3 Kerangka Berpikir..................................................................................................21
BAB III..................................................................................................................23

i
METODE PENELITIAN.......................................................................................23

3.1 Lokasi Penelitian...................................................................................................23


3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................................23
3.3 Desain Penelitian / Jenis penelitian........................................................................23
3.4 Variabel Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data...............................................24
3.5 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data............................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar-2.1. Spektrum radiasi elektromagnetik.................................................…6

Gambar-2.2. Kurva radiasi benda hitam................................................................11

Gambar -2.3. Grafik hubungan pergeseran Wien..................................................12

Gambar -2.4. Kerangka Berpikir...........................................................................20

Gambar -3.1. Diagram Alir Rancangan Penelitian................................................22

Gambar -3.2. Diagram Alir Pengolahan Data........................................................26

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data hasil pengukuran suhu udara.........................................................23

Tabel 1.2 (Lanjutan)……………………………………………………………...24

Tabel 1.3 Pengukuran Intesitas Cahaya dan Pantulan Cahaya............................24

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matahari merupakan salah satu sumber energi panas bagi permukaan bumi.

Dengan pancaran matahari ke permukaan bumi menimbulkan adanya energi. Permukaan

atmosfer menerima energi sebesar 1,9 kalori/menit setiap cm2 yang terdiri atas sinar

ultraviolet, dan sinar inframerah, dan sinar cahaya [ CITATION Pur15 \l 1033 ]. Hal

inilah yang menyebabkan perbedaan suhu udara dipermukaan bumi yaitu banyak

sedikitnya sinar matahari yang sampai di permukaan bumi. Sehingga adanya radiasi

matahari yang datang dengan memancarakan partikel yang berasal thermonuklir yang

terjadi di matahari (Oktamuliani, 2015) Apabila energi matahari didatangkan pada suatu

celah yang sempit dan diteruskan akan mengalami dispersi (penguraian). Seperti yang

diketahui jika menganai obyek maka akan mengalami absorbsi radiasi matahari yang

puncaknya pada spectrum tampak mata oleh permukaan bumi meyebabkan kenaikan

suhu dipermukaan bumi. Atau objek dan materi yang ada di permukaan bumi. Misalnya

pada suhu tanah lebih tinggi dari suhu udara maka tanah dapat mengemisi radiasi termal

yang puncaknya ada pada radiasi inframerah termal. Jadi objek dan materi yang masuk

di permukaan bumi dapat berperan seabagai penyerap radiasi matahari dan energi dari

komponen lain yang ada dipermukaan bumi (Djusmaini, 1992) Misalnya suatu benda

adalah warna yang dipancarkan oleh benda tersebut, sedangkan warna cahaya lain yang

datang akan diserap. Dengan ini harus melakukan penyerapan cahaya yang datang pada

5
suatu permukaan benda objek atau materi berarti terjadi penyerapan energi oleh benda

tersebut.

Suhu udara dipermukaan bumi adalah relatif tergantung pada faktor-faktor yang

mempengaruhi seperti misalnya lamanya penyinaran matahari, Hal itu dapat berdampak

langsung akan adanya perubahan suhu di udara. Suhu udara bervariasi menurut tempat

dan dari waktu ke waktu di permukaan bumi. Menurut tempat suhu udara bervairasi

secara vertical dan horizontal dan menurut waktu dari jam ke jam dalam sehari, dan

menurut bulanan dalam setahun (Rahim, 2016). Suhu udara dengan keadaan panas udara

akan menyebabkan terjadinya panas matahari faktor-faktor yang mempengaruhi banyak

sedikitnya panas matahari yang diterima oleh bumi adalah keadaan awan, keadaan bidang

permukaan, sudut sinar datang dan lamanya penyinaran matahari. Panas permukaan bumi

oleh penyinaran matahari mempengaruhi panas udara. Suhu udara dipermukaan bumi

bervariasi karena sinar matahari menyebar tidak merata di permukaan bumi.

Ekosistem danau merupakan ekosistem yang cekupan wilayahnya berupa danau

dan sekitarnya. Ekosistem sendiri merupakan interaksi timbal balik antara makhluk hidup

dengan lingkungannya (Kutarga, 2008). Masih berkaitan dengan ekosistem maka disitu

pasti ada hubungannya dengan cahaya matahari menyinari wilayah danau ekosistem

danau ini merupakan ekosistem yang mempunyai penetrasi cahaya yang kurang. Hal ini

karena sinar matahari mampu menembus permukaan danau hingga beberapa meter saja,

variasi suhu mempunyai arti bahwa suhu antara siang dan malam tidak terlalu mencolok

perbedaannya. Intesitas radiasi matahari sangat berpengaruh terhadap kondisi ekosistem

danau selain memberikan pengaruh terhadap perubahan suhu baik di udara maupun di air

cahaya matahari juga memiliki peranan penting dalam proses fotosintesis yang terjadi di

6
dalam ekosistem air dimana cahaya matahari ini dimanfatkan oleh plankton yaitu

fitoplankton dalam berfotosintesis. Plankton adalah tumbuhan bersel satu yang melayang

dalam air. [ CITATION Res \l 1033 ]. Faktor cahaya yang masuk kedalam air ini juga

akan mempengaruhi sifat-sifat optis dari air. Sebagian cahaya itu akan diabsorbsi dan

sebagian lainnya akan dipantulkan keluar dari permukaan air. Kondisi lokasi budidaya

dan dan di luar budidaya ikan memiliki potensi yaitu temporal dan spasial tentang

hubungan suhu udara dan suhu air. Temporal adalah waktu dan spasial adalah data yang

memiliki bentuk, umum, tekstur, ukuran dan pola berupa objek danau.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian agar

dapat memodelkan dan menghitung intensitas cahaya dan suhu udara di atas permukaan

air danau dengan itulah penulis mengangkut judul “profil vertical dan luas bidang

dinamika harian gradien suhu udara diatas permukaan air danau tondano di lokasi

budidaya dan diluar lokasi budidaya ikan”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah fungsi temporal suhu udara di atas permukaan air danau tondano di lokasi

budidaya dan di luar lokasi budidaya ikan?

2. Bagaimanakah fungsi spasial suhu udara di atas permukaan air danau tondano di lokasi

budidaya dan di luar lokasi budidaya ikan?

3. Bagaimanakah fungsi dinamika gradien suhu udara diatas permukaan air danau tondano

di lokasi budidaya dan di luar lokasi budidaya ikan?

4. Bagaimanakah time lag suhu udara antara perubahan suhu udara pada posisi 4 meter di

atas permukaan dengan suhu udara dipermukaan

7
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui fungsi temporal suhu udara di atas permukaan air danau tondano di

lokasi budidaya dan di luar lokasi budidaya ikan

2. Untuk mengetahui fungsi spasial suhu udara di atas permukaan air danau tondano di

lokasi budidaya dan di luar lokasi budidaya ikan

3. Untuk mengetahui fungsi dinamika gradien suhu udara diatas permukaan air danau

tondano di lokasi budidaya dan di luar lokasi budidaya ikan

4. Untuk mengetahui time lag antara perubahan suhu udara pada posisi 4 meter di atas

permukaan dengan suhu udara dipermukaan

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti : hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran untuk

mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan.

2. Bagi pemerintah : hasil penelitian ini dapat diterima sebagai kontribusi untuk

meningkatkan kinerja di bidang lingkungan hidup

3. Bagi mahasiswa dan siswa : hasil penelitian ini dapat membantu untuk memperkaya

pengetahuan tentang fisika yang berhubungan dengan alam, dalam hal ini suhu udara di

atas permukaan air di danau tondano

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Spektrum Radiasi Matahari

Matahari adalah sumber energi utama untuk kehidupan dan juga untuk seluruh

aktivitas makluk hidup yang ada di bumi. Energi radiasi matahari memiliki sifat

gelombang sekaligus sebagai partikel, sehingga dapat dikenal sebagai gelombang

partikel. Radiasi ultraviolet adalah bagian dari radiasi elektromagnetik, yang memiliki

rentang panjang gelombang antara 100 nm hingga 400 nm [ CITATION med14 \l 1033 ].

Sifat radiasi matahari sebagai gelombang dibuktikan dengan fenomena seperti adanya

pembiasan, dan pemantuan dan lain-lain. Sifat radiasi sebagai partikel antara lain

dibuktikan dengan adanya efek fotolistrik.

Gambar-2.1. Spektrum radiasi elektromagnetik (sumber: Wikipedia)

9
Gambar di atas memperlihatkan spectrum gelombang electromagnetik di mana

frekuensi paling kanan memperlihatkan panjang gelombang atau gelombang terpanjang

dengan frekuensi terendah. Sehingga frekuensi tertinggi dengan panjang gelombang di

bagian paling kanan. Hubungan antara panjang gelombang dengan frekuensi radiasi

elektromagnetik dinyatakan persamaan sebagai berikut:

c = ν.λ……………………………………..…..……….(1-1)

Dimana v adalah frekuensi dan λ adalah panjang gelombang radiasi

elektromagnetik. Kecepatan radiasi elektromagnetik sebagai kecepatan cahaya adalah 3x

108 meter perdetik.

Spectrum adalah elektromagnetik gelombang radio contoh sinyal, televisi dan

sinar radar cahaya dengan sinar-x dan sinar gamma [ CITATION Les17 \l 1033 ] Sinar

gamma yang di pancarkan oleh zat radioaktif, sinar-x dengan frekuensi lebih tinggi

dengan panjang gelombang lebih pendek dari gelombang radiasi ultraviolet. Sinar radar

digunakan untuk gelombang elektromagnetik yang frekuensinya sedikit di atas

gelombang radio dan gelombang mikro.

2.1.2 Interaksi Gelombang Elektromagnetik

Interaksi gelombang elekrtomagnetik yang bekerja pada daerah spectrum optik

(tampak merah pantulan) diukur atau dideteksi oleh sensor diantaranya menaglami

peristiwa sebagai berikut :

a. Dalam daerah ini dapat sekaligus terjadi peristiwa pemantulan, penyerapan dan

penerusan dengan mengikuti hukum Kirkchoff dan hukum Snellius.

10
b. Energi yang jatuh pada suatu objek akan diabsorpsikan, dipantulkan, dan

ditransmisikan.

c. Pada daerah spektrum optik, energi yang diukur oleh sensor adalah energi yang

direfleksikan oleh objek permukaan bumi, sehubungan dengan sensitifitas sensor

dioperasikan pada daerah spektrum tampak, infra merah pantulan (infra merah

dekat dan infra-merah menengah).

d. Besarnya radiasi yang dipantulkan oleh objek yang diterima oleh sensor

pengamat, berbeda-beda untuk setiap objek. Dengan kata lain, objek-objek dapat

di identifikasi atau dibedakan tergantung pada karakteristik reflektal objek-objek

tersebut.

e. Karakteristik reflektansi spektral dari berbagai objek yang umum pada permukaan

bumi seperti tumbuhan, tanah, air.

2.1.3 Konsep Benda Hitam dan Hukum Radiasi

Benda hitam (Black Body) adalah radiasi elektromagnetik yang terjadi di suatu

benda dalam kesetimbangan termodinamika definisi fisika dimana radiasi yang jatuh

akan diserap seluruhnya. Bila berkas cahaya memasuki rongga melalui lubang tersebut,

berkas cahaya akan dipantulkan berkali-kali pada dinding rongga tanpa sempat keluar

lagi melalui lubang. Energi cahaya akan diserap oleh dinding rongga setiap kali terjadi

pemantulan. Radiasi benda hitam merupakan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan

oleh benda hitam [ CITATION Sut171 \l 1033 ]. Sampai energynya mulai menjadi kecil

dengan mendakati nol. Dalam radiasi benda hitam hokum radiasi plank (Plank Radiation

Law) yang menyatakan bahwa pada suhu tertentu dengan adanya intensitas radiasi yang

di emisi atau dipancarkan oleh satu satuan luas dari benda hitam adalah fungsi dari

11
panjang gelombang. Secara sistematis, hukum ini dapat digunakan di radiasi plank dapat

dinyatakan dinyatakan sebagai berikut:

2 h c2 1
B λ ( T )= − (1-2a)
λ5 hc
λk B T
e –1

Dimana B adalah spectrum radiasi, sedangkan T adalah suhu mutlak benda hitam

kb adalah tetapan Boltzmann, h adalah tetapan Plank, dan c adalah kecepatan cahaya.

Berdasarkan hubungan antara panjang gelombang dengan frekuensi radiasi

elektromagnetik.

2 h ν3 1
Bν ( T )= − (1-2b)
c2 hν
k BT
e –1

Dimana v adalah frekuensi radiasi benda hitam fungsi spectrum dengan radiasi yang

di tunjukkan oleh persamaan (1-2a) dan (1-2b) merupakan fungsi malar (kontinu) dengan

harga suhu mutlak T. Artinya untuk setiap harga T, kurva radiasi benda hitam dengan

meliputi seluruh rentang frekuensi atau juga panjang gelombang radiasi elektromagnetik

yang ditunjukkan di Gambar -2.1. Emisi radiasi benda hitam merupakan emisi kontinum

kurva radiasi benda hitam yang disajikan pada Gambar-2.2.

Gambar-2.2 memperlihatkan empat kurva (kontinu) radiasi benda hitam, masing-

masing untuk suhu benda hitam: 6000K, 5000K, 4000K, dan 3000K. Puncak radiasi

benda hitam untuk masing-masing harga T tidak terjadi pada panjang gelombang yang

sama. Gambar-2.2 memperlihatkan, semakin tinggi suhu benda hitam, letak puncak

radiasi semakin ke kiri. Hubungan antara panjang gelombang dimana tercapai puncak

radiasi dengan suhu benda hitam yang memancarkan radiasi tersebut adalah:

λ = 3 x 107/T …………………………………………..(1-3)

12
Dalam persamaan (1-3) λ dinyatakan dalam Angstrom. Persamaan ini dikenal

sebagai hukum Wien. Persamaan (2-3) menunjukkan bahwa semakin besar harga T,

harga λ semakin kecil.Radiasi matahari yang suhunya 6000 K puncaknya terletak pada

panjang gelombang 5000 Angstrom atau 5x10-7 meter (daerah tampak mata). Puncak

radiasi permukaan bumi yang suhunya sekitar 300 K terletak pada panjang gelombang

100.000 Angstrom atau 0,00001 meter (spectrum inframerah).

Besarnya energy radiasi dinyatakan dengan persamaan:

E = s.T4…………………………………………….(1-4)

Persamaan (1-4) dikenal sebagai hukum Stefan-Boltzmaan. E adalah energy total

radiasi, s adalah tetapan Boltzmann yang harganya s = 5.67 x 10-8 Joule/(m2sec K4).

Persamaan (2-4) menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu benda hitam total energy yang

dipancarkan semkin besar. Total energy yang dipancarkan oleh benda hitam untuk

masing-masing suhu 6000 K, 5000 K, 4000 K, dan 3000 K pada Gambar-2.2 adalah luas

bidang di bawah kurva radiasi untuk masing-masing suhu. Masing-masing spectrum atau

tipe gelombang (gelombang radio, gelombang mikro dst.) memiliki puncak radiasi

tertentu tapi berbeda antar spectrum. Masing-masing spectrum memiliki total energy

radiasi yang tertentu dan berbeda antar spectrum.

13
Gambar-2.2. Kurva radiasi benda hitam (sumber: Encyclopedia Britanica).

2.1.4 Hukum Pergeseran Wien

Hukum pergeseran menyetakan hasil kali panjang gelombang maksimum (λ m)

dengan temperature (T) adalah konstan. Penurunan hukum pergeseran wien secara

analitik didapatkan dari penyelesaian persamaan kerapatan energi (Uλ) dari hukum

planck [ CITATION Gup03 \l 1033 ]

Seorang peneliti bernama wilhem wien melakukan penelitian secara empiris

dengan menghubbungkan antara temperatur dan panjang gelombang radiasi yang

dipancarkan oleh benda hitam. Percobaan yang dilakukan oleh Wien direpresentasikan ke

dalam bentuk grafik intensitas terhadap panjang gelombang seperti pada gambar.

14
Gambar 2.3. Grafik hubungan pergeseran Wien (Sumber: ask.metafilter.com)

Dari hasil penelitiannya teramati bahwa puncak intensitas radiasi bergeser ke arah

panjang gelombang yang lebih pendek ketika temperature mutlak bendanya semakin

tinggi. Hal ini menunjukan bahwa panjang gelombbang radiasi saat intesitasnya

maksimum brbanding terbalik dengan suhu mutlak bendanya. Pergeseran puncak

intesitas maksimum dari hasil percobaan dapat diformulasikan dengan hukum pergeseran

Wien dengan persamaan berikut.

Λm T = C

Keterangan :

Λm = Panjang gelombang pada intesitas maksimum (m)

T = Temperatur mutlak (k)

C = 2,9 x 10-3 mK

Dari persamaan tersebut bahwa diketahui hasil kali antara panjang gelombang dengan

temperature mutlak benda yang memancarkan radiasi adalah sebuah bilangan konstan

yang nilainya 2,9 x 10-3 mK. Artinya setiap kali kenaikan temperatur, maka panjang

gelombang akan tetap rendah. Sebaliknya jika temperature benda hitam turun selama

15
memancarakan radiasi atau sinar maka panjang gelombangnya akan menjadi lebih

pendek.

Spektrum radiasi benda hitam selanjutnya diselidiki oleh Wien. Menurut Wien,

jika dipanaskan terus menerus, benda hitam akan meman|carkan radiasi kalor yang

puncak spektrumnya memberikan warna-warna tertentu. Warna spektrum bergantung

pada panjang gelombangnya, dan panjang gelombang ini akan bergeser sesuai suhu

benda, seperti ditunjukkan pada Gambar (2.3). Jika suatu benda dipanaskan maka benda

akan memancarkan radiasi kalor. Pada suhu rendah, radiasi yang dipancarkan memiliki

intensitasnya rendah sehingga tidak ada cahaya radiasi yang terlihat. Jika suhu terus

dinaikkan, benda mula-mula akan berpijar merah, selanjutnya akan berwarna kuning

keputih-putihan.

2.1.5 Emisi Termal

Absorbsi radiasi matahari yang puncaknya pada spectrum tampak mata oleh

permukaan bumi meyebabkan kenaikan suhu dipermukaan bumi [ CITATION Tut11 \l 1033 ]

Atau obyek dan materi yang ada permukaan bumi. Misalnya pada suhu tanah lebih tinggi

dari suhu udara maka tanah dapat mengemisi radiasi termal yang puncaknya ada pada

radiasi inframerah termal. Jadi objek dan materi yang masuk di permukaan bumi dapat

berperan seabagai penyerap radiasi matahari dan energi dari komponen lain yang ada

dipermukaan bumi. Permukaan bumi yang dipandang sebagai benda hitam meradiasi

termal dengan kuantitas, dengan kuantitas energi yang diemisi yang bergantung pada

suhu benda untuk obyek material di permukaan bumi dengan suhu mutlak berkisar 300

K, frekuensi radiasi dan panjang gelombang serta energi radiasinya berkisar pada

kuantitas.

16
2.1.6 Konduksi dan Difusi Termal

Difusi termal adalah yang didasarkan perpindahan massa dan perpindahan panas

dari suatu fase ke fase yang lain. Gaya dorong untuk perpindahan massa dan panas

berdasarkan perbedaan konsentrasi atau gradient konsentrasi dan perbedaan suhu atau

gradien suhu [ CITATION Med12 \l 1033 ] . Dimana konduksi termal adalah perpindahan

energy yang dipancarkan oleh matahari dari bagian materi yang suhunya lebih tinggi

konduksi termal mendeskripsikan perpindahan energi dalam keadaan tunak. Ada dua

parameter fisis penting yang berkaitan dengan sifat bahan dan materi yaitu konduktivitas

termal dan difusi termal yang dimana kedua parameter tersebut secara fisis ciri-ciri

kapasitas bahan atau materi yang dapat memindahkan energy termal yang digunakan

pada kondisi aliran termal yang berbeda, dapat dikatakan bahwa bahan atau materi dapat

mengalirkan energi panas yang tunak. Parameter yang digunakan yaitu konduktivitas

termal dapat di deskripsikan bahwa keadaan bahan atau materi dapat mengalirkan panas

pada keadaan transien digunakan parameter difusivitas termal ada beragam definisi

konduktivitas dan difusivitas termal dan bergantung pada bidang penggunaanya

Beberapa bidang konduktivitas termal antara lain:

a. Di bidang pertambangan: konduktivitas termal adalah laju transfer panas secara

konduksi, melalui satuan-satuan luas tiap lapisan tanah yang suhunya berbeda.

Definisi lain yang digunakan di bidang pertambangan adalah: kemampuan

material dalam menghantar panas. Konduktivitas termal batuan berada dalam

rentang 3 sampai 15 mcal/cm/sec/oC atau 12.6 sampai 62.8 kJ/cm/sec/oC.

b. Di bidang fisika: adalah tingkat kemampuan bahan mentransmisi panas. Definisi

ini merupakan definisi dasar yang digunakan dalam fisika.

17
c. Di bidang rekayasa kelistrikan: adalah hasil bagi konduktivitas termal material

dengan perkalian antara kapasitas panas jenis dengan massa jenisnya.

d. Di bidang fisika: adalah konduktivitas termal dibagi perkalian panas jenis dengan

dengan satuan massa

e. Di bidang lingkungan: adalah laju perubahan suhu dalam bahan, yang dinyatakan

dalam centimeter persegi per detik.

Secara matematis difusivitas termal bahan atau medium adalah konduktivitas

termal bahan dibagi perkalian kerapatan bahan dengan kapasitas panas bahan, pada

tekanan konstan (sumber: Wikipedia). Dalam system internasional, satuan difusivitas

termal (α) adalah m²/s.

k
α= ……………………………………………(2-5)
ρ . cp

Dimana k adalah konduktivitas termal (W/(m·K)), ρ adalah kerapatan (kg/m³),

dan cp adalah kapasitas panas jenis (J/(kg·K)). Difusivitas termal merupakan ukuran

inertia termal bahan. Dalam bahan yang difusivitas termalnya tinggi, panas akan

mengalir lebih cepat.

2.1 Penelitian Terkait

Dalam penyusunan proposal ini, penulis sedikit banyak terinspirasi dan

merefrensi dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan latar belakang

masalah pada proposal ini. Berikut ini penelitian terdahulu yang berhubungan dengan

proposal ini antara lain :

18
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Oktamuliani, 2015 “theoretical modeling of solar

radiation power based on principles of blackbody radiation using numerical

integration 3/8 simpson’s rule “. Ada tiga kriteria penilaian digunakan dalam

penelitian ini yakni (1) Radiasi merupakan pancaran dari thermonuklir yang terjadi di

matahari, (2) Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu partikel yang dapat

dijelaskan oleh fenomena interferensi, (3) Sinar matahari bila memasuki suatu obyek

atau materi maka berbagai macam panjang gelombang sinar tampak.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ramli Rahim, Asniawaty, Triyatni Martosenjoyo,

Samsuddin Amin, Rahma Hiromi, 2016, “Karakteristik Data Temperatur Udara dan

Kenyamanan Termal di Makassar”. Ada tiga kriteria penilaian yang digunakan dalam

penelitian ini yakni (1) Suhu udara merupakan suhu panas/dinginnya udara di suatu

tempat pada waktu tertentu, (2) Suhu udara dapat dipengaruhi oleh banyak atau

sedikitanya panas matahari yang diterima oleh bumi, (3) Semakin lama matahari

memancarkan sinarnya disuatu daerah, makin banyak panas yang akan diterimanya.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Christophil S Medellu, (2010) “Dinamika gradien

suhu”. Ada tiga kriteria penilaian yang digunakan dalam penelitian ini yakni (1)

Difusi termal dalam alam dapat dikendalikan oleh radiasi matahari intensitasnya

berubah secara sinusoidal, (2) Parameter fisis penting yang berkaitan dengan sifat

bahan dan materi yaitu konduktivitas termal dan difusi termal, (3) kedua parameter

tersebut secara fisis ciri-ciri kapasitas bahan atau materi yang dapat memindahkan

energy termal yang digunakan pada kondisi aliran termal yang berbeda.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Djusmaini,(1992) “Absorbsi Radiasi Matahari Oleh

Permukaan Berwarna”. Ada dua kriteria penilaian yang digunakan dalam penelitian

19
ini yakni (1) Bahwa cahaya matahari adalah sumber energi terbesar dimuka bumi (2)

Cahaya jika didatangkan dia akan masuk pada suatu celah sempit dan diteruskan pada

prisma maka cahaya matahari akan mengalami dispersi/penguraian.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Nana Surwagana, (2013) “Resolusi Spasial, Temporal

Dan Spektral Pada Citra Satelit Landsat, Spot dan Ikonos”. Ada tiga kriteria

penilaian yang digunakan dalam penelitian ini yakni (1) Energi yang jatuh pada suatu

objek akan di absorbsikan dipantulakn dan di transmisikan (2) Besarnya radiasi yang

dipantulkan oleh objek yang diterima oleh sensor pengamat,objek-objek dapat

didefinisikan atau dibedakan tergantung pada karakteristik reflektal objek-objek

tersebut. (3) Ketika sinar diperoleh tanpa kontak langsung di permukaan bumi

melalui pengukuran pantulan (reflection) ataupun pancaran (emission) oleh

gelombang elektromagnetik.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Christophil S Medellu, (2012) “ Indeks dan Luas

Bidang Dibatasi Kurva Gradient Suhu Udara Sebagai Parameter Iklim Mikro

Ekosistem Mangrove dan Interaksi Dengan Lingkungannya” . Yaitu dasar dari

pemodelan adalah difusi energi termal yang disebakan oleh penyinaran matahari dan

terjadi proses absorbsi, emisi termal oleh medium tanah, air, vegetasi dan lain-lain.

7. Penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Med13 \p 68-77 \l 1033 ] “Luas dan Indeks

Dinamika Diurnal Dari Gradien Iklim Micro Sebagai Parameter Interaksi

Mangrove” Parameter-parameter ini dapat menjadi ciri ekosistem hutan dan

lingkungan batas. Parameter gradien iklim mikro diurnal di tepi hutan adalah

indikator difusi termal melalui ekosistem batas dengan lingkungan.

20
2.3 Kerangka Berpikir

Energi dari matahari menuju ke permukaan bumi dapat menyebabkan terjadinya

perubahan temperatur. Ketika sinar matahari sampai pada permukaan bumi berbagai

macam obyek atau materi yang ada. Seperti halnya danau, air laut, membuat suhu udara

permukaan air naik.

Danau

Penetapan Posisi Pengukuran Suhu


Udara di Permukaan Air Danau

Observasi/Pengukuran

Pengukuran Suhu Pengukuran Intesitas Cahaya

Tabulasi Data (matriks dalam format matlab)

(1) Fungsi Temporal


Fungsi Temporal Suhu

(2) Fungsi Spasial Udara di Permukaan Pada

Posisi 4 meter
(3) Penentuan Nilai Gradien Tepi

21
(5) Penentuan Time Lag

(4) Dinamika Gradien

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dilokasi danau tondano di desa Peleloan,

Kecamatan Tondano Selatan, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Dengan titik

koordinat 01º14,930` N dan 124º53,917` E.

3.2 Alat dan Bahan

• Flowatch

• Instrument Four In One

• GPS

• Meteran Roll

• Alat Tulis Menulis

• Gunting

• Lakban

• Bambu

• Baterai

3.3 Desain Penelitian / Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif atau penelitian dengan

hasil yang bersifat real. Dari masalah atau gagasan yang muncul sehingga peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian. Tahapan yang dilakukan untuk mengkaji penelitian ini yaitu

melakukan studi awal seperti studi literatur sebagai referensi, setelah adanya masalah

23
kemudian peneliti melakukan survei lokasi dan melakukan pengambilan sampel lapangan

berupa koordinat, suhu udara, intensitas cahaya, dan kecepatan angin. Setelah itu

dilakukannya pengolahan data dan pembahasan hasil.

Kajian Penelitian

Penentuan Lokasi Penelitian


Tahap Pesiapan
Penetapan transek dan posisi pengukuran

Alat dan Bahan


Mengukur Suhu Udara
Pengambilan Data Permukaan Air Danau
Tahap Pelaksana

Pengolahan Data Mengukur Intensitas

Cahaya
Interpretasi dan Analisis

Tahap Penyelesaian
Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Rancangan Penelitian.

3.4 Variabel Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Suhu

2. Intensitas Cahaya

Parameter yang akan di ukur untuk mendapatkan data variable :

• Koordinat

• Suhu udara

24
• Intensitas cahaya

• Kecepatan angin

• Pantulan cahaya

Sumber dan teknik pengumpulan data :

• Melakukan pengambilan titik koordinat, pengukuran suhu udara, intensitas

cahaya, dan kecepatan angin

• Menghitung data yang di ambil dengan menggunakan apliksasi matlab

Tabel 1.1 Data hasil pengukuran suhu udara

Posisi
pengu Waktu pengukuran
kuran
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
0
10
30
60
100
150
220
300
400
Tabel pengukuran suhu udara (Sumber Medellu. 2016)

Tabel 2.2 (Lanjutan)

25
Posisi
peng Waktu pengukuran
u
kuran 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
0
10
30
60
100
150
220
300
400

Tabel 3.3 Pengukuran Intesitas Cahaya dan Pantulan Cahaya

Pengukuran Intensitas Cahaya dan Pantulan Cahaya di Danau Tondano

Waktu
Pengukura 05.00 07.00 09.00 11.00 13.00 15.00 17.00
n
Intensitas
cahaya

Pantulan
cahaya

26
3.5 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan data yaitu dengan mengambil data-data dari hasil penelitian suhu udara dan

intensitas cahaya dan kemudian dari data-data yang telah diambil akan dilakukan

pemodelan dengan perhitungan menggunakan software matlab.

Data dalam Matriks

Membuat Fungsi Temporal sementara

Melakukan koreksi sinkronisasi data antar posisi

(karena tidak serentak)

Membuat fungsi temporal ( grafik, persamaan analisis

fourier)

Memodelkan fungsi spasial

Menentukan nilai gradien tepi

Membuat grafik dinamika harian gradien

Suhu Intensitas Cahaya

Fungsi Fourier Gradien Suhu

Matriks
Menentukan Luas Bidang Waktu Lamanya Kesetimbangan Dinamika
(Integral Numerik) Termal Udara HarianSuhu
Udara

27
Gambar 3.2 Diagram Alir Pengolahan Data.

28
DAFTAR PUSTAKA

Djusmaini. (1992). Absorbsi Radiasi Matahari Oleh Permukaan Berwarna .

Gupta. (2003). Indian Institute of Science, Bangalore India. Blackbody Radiation .

Lestari. (2017). STUDI PENENTUAN KUALITAS BERKAS RADIASI .

medellu. (2014). Variations of UV Radiation Intensity in Manado and Surrounding , III (25), 45-

50.

Medellu, C. S. (2012). (C. S. Medellu, Ed.) INDEKS DAN LUAS BIDANG DIBATASI KURVA

GRADIENT , 1.

Medellu, C. S. (2013). The area and index of diurnal dynamic of microcmilate gradient as a

mangrove- environment interaction parameter , III.

Medellu, C. S. (2019). Dinamika gradien suhu .

Oktamuliani, S. (2015). theoretical modeling of solar radiation power based on principles of

blackbody radiation using numerical integration 3/8 simpson’s rule .

oktamuliani, s. (2016). black body.

Purwatara. (2015). STUDI TEMPERATUR UDARA TERKINI DI WILAYAH DI JAWA TENGAH

DAN DIY , 13, 1-12.

Rahim, R., Asniawaty, & Martosenjoyo, T. (2016). Karakteristik Data Temperatur Udara dan

Kenyamanan Termal di Makassar .

Resosoedarmo, S. (1992). (Bandung : Remaja Rosydakarya). Pengantar Ekologi cet 8, , 117.

29
Surwagana, N. (2013). 2 Resolusi Spasial, Temporal Dan Spektral Pada Citra Satelit Landsat,

Spot dan Ikonos .

Sutarno, E. d. (2017). (E. d. Sutarno, Ed.) RADIASI BENDA HITAM DAN EFEK FOTOLISTRIK

SEBAGAI KONSEP KUNCI REVOLUSI SAINTIFIK DALAM PERKEMBANGAN TEORI

KUANTUM CAHAYA , IX, 51-58.

Tuti Budiwati, W. S. (2011, juli 12-13). Dampak Kelembaban Udara Terhadap Radiasi

Matahari Dan Temperatur Di Bandung , 607-614.

30

Anda mungkin juga menyukai