Oleh: Kelompok 3:
Daftar Isi……………………………………………………………………………………...1
Daftar Gambar………………………………………………………………………………..2
Daftar Tabel…………………………………………………………………………………..3
Kata Pengantar………………………………………………………………………………..4
Abstrak………………………………………………………………………………………..5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………...6
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………...6
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………….6
BAB II DASAR TEORI
2.1 Geologi Regional Kota Surabaya………………………………………………………...7
2.2 Metode Potensial Diri (Self Potential)……………………………………………………7
2.3 Potensial Elektrokinetik…………………………………………………………………..8
2.4 Potensial Difusi…………………………………………………………………………...9
2.5 Potensial Nersnt…………………………………………………………………………10
2.6 Konfigurasi Pengukuran Self Potrntial………………………………………………….11
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat……………………………………………………………………....12
3.2 Alat dan Bahan………………………………………………………………………….12
3.3 Langkah Kerja…………………………………………………………………..………13
3.4 Flowchart…………………………………………………………………………….….14
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data dan Pengolahan……………………………………………………….…..15
4.2 Pembahasan…………………………………………………………………..…………22
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan………………………………………………………………………………….27
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...28
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, kemudahan, dan karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan Laporan
Akhir Praktikum Eksplorasi Geolistrik metode Self Potential sesuai yang di harapkan.
Dalam proses pengerjaan tugas ini, kami melakukan akuisisi dan processing yang tak
lupa mendapatkan bimbingan, arahan dan pengetahuan hingga kami mampu menyelesaikan
tugas ini dengan baik. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan praktikum ini, dan
terutama rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Asisten Praktikum, dan teman - teman
Departemen Teknik Geofisika ITS yang sudah membantu kami. Kelompok kami berharap,
laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca, menambah pengetahuan dan
mempermudah percobaan yang hendak dilakukan.
Kelompok 3
Telah dilakukan praktikum geolistrik metode self potensial yang dilakukan di lahan
sebelah bundaran ITS, Surabaya. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur geologi
bawah permukaan daerah pengukuran dengan menggunakan metode geolistrik self potensial.
Akuisisi data dilakukan dengan menggunakan 3 lintasan sepanjang 100 meter dengan jarak
antar lintasanya 5 meter dan spasi antar lubang tiap line nya 5 meter. Pengambilan data
menggunakan cara yaitu Fixed Base dan Leap Frog. Setelah mendapatkan data tahap yang
dilakukan selanjutnya yaitu processing dengan menggunakan software ZONSP2D dan Surfer.
Dari tahap pengolahan didapatkan nilai resistivitas daerah pengukuran berkisar 1 – 600 ꭥ m.
Sehingga kondisi bawah permukaan daerah penelitian disimpulkan pada line 1 dan 2
didominasi oleh lapisan pasir disisipi dengan lempung (400 – 600 ꭥ m), dan pada line 3
didominasi oleh lapisan lempung (1,5 – 120 ꭥ m). Hal tersebut sesuai dengan geologi regional
Surabaya yang terdiri atas alluvium lempung dan pasir.
Dalam dunia geofisika terdapat beberapa jenis metode yang dapat membantu memudahkan
dalam proses pemetaan struktur bawah permukaan. Salah satunya yaitu metode geolistrik self
potensial. Metode SP merupakan salah satu jenis metode geolistrik pasif, dimana prinsip
kerjanya adalah dengan mengukur tegangan statis alam dari satu titik dengan titik yang lain
pada permukaan tanah. Karena termasuk metode geofisika yang cukup tua, Metode SP ini
membutuhkan peralatan yang cukup sederhana diantaranya dengan menggunakan multimeter
dan beberapa buah porous pot.
Metode self potential merupakan suatu metode geolistrik yang memanfaatkan adanya
beda potensial alami bumi yang terukur diatas permukaan tanah. Perbedaan potensial
dihasilkan di dalam bumi atau di dalam batuan yang teralterasi oleh kegiatan manusia maupun
alam. Potensial alami terjadi akibat ketidaksamaan atau perbedaan material-material , dekat
larutan elektrolit dengan perbedaan konsentrasi dan karena aliran fluida di bawah permukaan.
Hal lain yang mengakibatkan terjadinya self potensial di bawah permukaan bumi yang mana
dipetakan untuk mengetahui informasi di bawah permukaan, Hasil yang didapatkan nantinya
berupa data tegangan yang nilainya sangat kecil dalam satuan mV karena terjadinya aktivitas
secara alami pada bawah permukaan bumi. Data yang telah didapatkan nantinya diolah
menggunakan software ZONDSP2D dan Surfer untuk mendapatkan penampang bawah
permukaan.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep prinsip kerja alat yang dipakai dalam metode Self Potential
2. Mengetahui struktur bawah permukaan daerah pengukuran
Pada dasarnya self potential berhubungan dengan lapisan mineral yang mengandung
sulfide, sifat batuan pada daerah kontak-kontak geologi, aktifitas bioelektrik material organik,
korosi, dan fenomena yang lainnnya. Daerah sulfida merupakan penghantar yang baik untuk
dapat membawa elektron dari kedalaman tertentu ke daerah dekat permukaan. Self potential
Dalam pengukuran metode SP, alat yang digunakan berupa elektroda non polarizable
yang disebut elektroda porous pot. Penggunaan elektroda porous spot dalam pengukuran SP
adalah untuk menghindari adanya efek polarisasi. Potensial diri dapat terjadi karena adanya
proses elektrokimia dibawah permukaan tanah yang disebabkan oleh kandungan mineral
tertentu. Didalam pengukuran potensial diri, gangguan yang terjadi secara alami tidak dapat
dihindarkan, misalnya adanya arus telluric. Oleh karena itu, untuk mengetahui saat pengukuran
potensial diri ada gangguan telluric atau tidak, maka potensial yang terjadi karena arus telluric
perlu diukur, dan kemudian digunakan untuk melakukan koreksi terhadap data pengukuran
potensial diri (SP). Sedang saat dilakukan pengukuran potensial diri, hindarkan dari hal-hal
yang dapat mengganggu yang bersamaan dengan aktifitas manusia, misalnya jangan
melakukan pengukuran potensial diri bersamaan dengan survei resistivity, yang harus
menginjeksikan arus listrik kedalam tanah. Karena, injeksi arus listrik tersebut akan
mengganggu potensial diri yang terjadi secara alami. Potensial diri ini dapat muncul karena
adanya aktifitas elektrokimia dan mekanik di dalam bumi. Seperti adanya proses elektrolisis
didalam porouspot.
Tahap yang harus dilakukan dalam penelitian kondisi bawah permukaan menggunakan
metode self potensial yaitu akuisisi data, setelah itu pengolahan menggunakan software,
kemudian interpretasi. Pada praktikum ini kami menggunakan dua software dalam tahap
pengolahannya yaitu ZONDSP2D dan Surfer. Output dari Surfer yaitu peta kontur isopotensial,
sedangkan output dari ZONDSP2D yaitu nilai resistivitas dan penampang bawah permukaan.
Untuk interpretasi mengacu pada nilai resistivitas batuan. Berikut adalah nilai resistivitas
batuan
Metode SP sendiri memiliki kegunaan yang lain yaitu secara tradisional digunakan
sebagai alat untuk eksplorasi pada industri minyak, menemukan kebocoran di tanggul kanal,
mengidentifikasi rembesan di bendungan, menemukan kebocoran di TPA, mengidentifikasi
zona kontaminasi, dll (Rina Dwi Indriana, 2007).
Menurut Hukum Helmhotz’s aliran listrik terjadi karena gradien hidrolik dan kuantitas
yang dikenal dengan koefisien kopling elektrofiltrasi (CE) yang merepresentasikan sifat fisis
dan kelistrikan dari elektrolit dan dari jaringan melalui medium elektrolit yang terlewati.
Potensial akan cenderung mengalir secara positif dengan arah aliran air sebagai muatan listrik
Jika konsentrasi elektrolit dalam tanah bervariasi secara lokal, maka perbedaan
potensial akan muncul sebagai akibat perbedaan mobilitas anion dan kation dalam larutan yang
konsentrasinya berbeda. Potensial ini disebut potensial difusi (liquid juntion atau difision
potential). Besarnya potensial ini adalah
Dimana, Ia dan Ic adalah mobilitas dari anion dan katian, N adalah mobilitas ion, R adalah
konstanta gas universal, T adalah temperatur, F adalah konstanta Faraday serta C1 dan C2
sebagai konsentrasi larutan.
Potensial berikutnya ialah potensial shale, secara sederhana potensial ini terjadi akibat
adanya perbedaan kosentrasi larutan tempat elektroda melakukan pengukuran. Potensial ini
biasanya muncul pada batas lapisan shale dan sandstone dikarenakan shale lebih permeable
]]
Perubahan potensial Nernst secara transient dapat mencapai diatas nilai puluhan mv.
Hal ini terjadi akibat perbedaan mobilitas dari elektrolit yang memiliki perbedaan konsentrasi
pada air tanah. Perbedaan potensial diantara kedua elektroda yang dicelupkan pada larutan
homogen dimana konsentrasi larutan tersebut berbeda-beda
1. Fixed Base
Pada konfigurasi ini satu porouspot ditempatkan secara tetap pada base, dimana porouspot
yang ditempatkan bernilai negative. Untuk porous pot yang bergerak sebanyak satu buah dan
bernilai positif. Dengan menggunakan metode ini, hasil yang didapatkan lebih baik karena
mempertimbangkan faktor noise akibat naik turunnya beda potensial dalam satu hari. Noise
tersebut dapat berupa arus telluric akibat variasi waktu medan magnetik bumi. Kekurangan
dari metode ini adalah membutuhkan kabel yang panjang dan dibutuhkan waktu pengukuran
yang membutuhkan waktu lebih lama dikarenakan harus terus menarik kabel serta menunggu
nilai voltase hingga stabil
2. Leap -Frog
Pengukuran dengan leap frog mempergunakan minimal dua elektroda porous pot, dan
pengukuran dilakukan dengan mencatat nilai beda potensial pada dipol potensial yang disusun,
kemudian dipol selanjutnya bergerak dengan cara elektroda di belakang melompati elektroda
didepannya. Demikian dilakukan terus menerus hingga panjang lintasan dapat tercakup.
Dengan cara ini, kabel yang dibutuhkan cukup pendek, hanya sepanjang dipole yang dibuat.
Praktikum Self Potensial ini dilaksanakan pada hari Minggu, 11 November 2018 di
sebelah timur bundaran ITS. Parktikum ini menggunakan 3 line dengan panjang masing –
masing line 100 m dan jarak antar lubang 5 m.
Adapun peralatan dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu :
Pra Akuisisi
Akuisisi
Processing
(a) (b)
Gambar 4.1 Hasil pemodelan 3D (a) leapfrog dan (b) fix base pada surfer
Pada konfigurasi leapfrog memiliki perbedaan beda potensial yang tidak terlalu signifikan
bisa dikatakan hampir sama, hal ini ditunjukan pada kesamaan niilai beda potensialnya antara
leapfrog dan fix base mulai dari 4.9 – 5.65 mV. Nilai beda potensial yang tinggi
digambarkan/ditandai dengan warna merah sedangkan beda potensial yang rendah ditandai
dengan warna ungu. Lokasi pengukuran juga dikelilingi oleh pohon pohon yang membuat
noise pada pengambilan data/ nilai potensialnya. Secara kualitatif dapat kami simpulkan bawah
dibawah permukaan lokasi pengukuran terdapat anomaly pipa air serta akar pohon dan juga
material yang telah tertimbun dibawah permukaan. Dari hasil pemodelan nya terlihat
perbedaan antara leapfrog dan fix base. Hal ini dikarenakan kesalahan dan ketidak telitian saat
pengambilan data akuisisi juga berpengaruh
Setelah dilakukan akuisisi dan pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa daerah
pengukuran memiliki nilai range resistivitas 1 – 600 ꭥ m. Sehingga kondisi bawah permukaan
daerah penelitian disimpulkan pada line 1 dan 2 didominasi oleh lapisan pasir disisipi dengan
lempung (400 – 600 ꭥ m), dan pada line 3 didominasi oleh lapisan lempung (1,5 – 120 ꭥ m).
Hal tersebut sesuai dengan geologi regional Surabaya yang terdiri atas alluvium lempung dan
pasir.
Hendrajaya, L., Arief, I., dan Agus. 1988. Geolistrik Tahanan Jenis.Laboratorium Fisika Bumi
Jurusan Fisika FMIPA ITB.Bandung
Suhanto, E., dan Bakrun. 2005. Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panasbumi
Pincara Kabupaten Masamba Sulawesi Utara. Pemaparan Hasil Kegiatan
Lapangan Subdit Panasbumi.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorgan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Telford, W. M. 1990. Applied Geophysics Second Edition. USA: Cambridge University Press.