Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLISTRIK

METODE SELF POTENTIAL

Oleh: Kelompok 3:

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL LINGKUNGAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2018
Daftar Isi

Daftar Isi……………………………………………………………………………………...1
Daftar Gambar………………………………………………………………………………..2
Daftar Tabel…………………………………………………………………………………..3
Kata Pengantar………………………………………………………………………………..4
Abstrak………………………………………………………………………………………..5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………...6
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………...6
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………….6
BAB II DASAR TEORI
2.1 Geologi Regional Kota Surabaya………………………………………………………...7
2.2 Metode Potensial Diri (Self Potential)……………………………………………………7
2.3 Potensial Elektrokinetik…………………………………………………………………..8
2.4 Potensial Difusi…………………………………………………………………………...9
2.5 Potensial Nersnt…………………………………………………………………………10
2.6 Konfigurasi Pengukuran Self Potrntial………………………………………………….11
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat……………………………………………………………………....12
3.2 Alat dan Bahan………………………………………………………………………….12
3.3 Langkah Kerja…………………………………………………………………..………13
3.4 Flowchart…………………………………………………………………………….….14
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data dan Pengolahan……………………………………………………….…..15
4.2 Pembahasan…………………………………………………………………..…………22
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan………………………………………………………………………………….27
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...28

Geolistrik Metode Self Potential 1


Daftar Gambar

Gambar 2.1 Peta Geologi Kota Surabaya………………………………………………..….7


Gambar 2.2 Nilai Resistivitas……………………………………………………………….9
Gambar 2.3 Konfigurasi Fixed Base……………………………………………………….11
Gambar 2.4 Konfigurasi Leap Frog………………………………………………………..11
Gambar 3.1 Skema Praktikum……………………………………………………………..12
Gambar 4.1 Hasil 3D Surfer………………………………………………………….……22
Gambar 4.2 Penampang Fixed Base Line 1……………………………………….……….23
Gambar 4.3 Penampang Leap Frog Line 1………………………………………….……..23
Gambar 4.4 Penampang Fixed Base Line 2…………………………………………..……24
Gambar 4.5 Penampang Leap Frog Line 2…………………………………………..…….24
Gambar 4.6 Penampang Fixed Base Line 3……………………………………….…,……25
Gambar 4.7 Penampang Leap Frog Line 3…………………………………………..…….25

Geolistrik Metode Self Potential 2


Daftar Tabel

Tabel 4.1 Data dan Koreksi Fixed Base Line 1………………………………………….…15


Tabel 4.2 Data dan Koreksi Fixed Base Line 2………………………………….…………16
Tabel 4.3 Data dan Koreksi Fixed Base Line 3…………………………………………….17
Tabel 4.4 Data dan Koreksi Leap Frog Line 1…………………………………..………….18
Tabel 4.5 Data dan Koreksi Leap Frog Line 2………………………………….…………..19
Tabel 4.6 Data dan Koreksi Leap Frog Line 3……………………………...………………20
Tabel 4.7 Data Koordinat……………………………………………………..…………….21

Geolistrik Metode Self Potential 3


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, kemudahan, dan karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan Laporan
Akhir Praktikum Eksplorasi Geolistrik metode Self Potential sesuai yang di harapkan.

Dalam proses pengerjaan tugas ini, kami melakukan akuisisi dan processing yang tak
lupa mendapatkan bimbingan, arahan dan pengetahuan hingga kami mampu menyelesaikan
tugas ini dengan baik. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan praktikum ini, dan
terutama rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Asisten Praktikum, dan teman - teman
Departemen Teknik Geofisika ITS yang sudah membantu kami. Kelompok kami berharap,
laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembaca, menambah pengetahuan dan
mempermudah percobaan yang hendak dilakukan.

Akhirnya kelompok kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam


penulisan makalah laporan praktikum ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya,
mengingat masih kurangnya pengalaman kelompok kami. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan laporan praktikum ini untuk ke depannya.

Surabaya, 10 Desember 2018

Kelompok 3

Geolistrik Metode Self Potential 4


ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum geolistrik metode self potensial yang dilakukan di lahan
sebelah bundaran ITS, Surabaya. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur geologi
bawah permukaan daerah pengukuran dengan menggunakan metode geolistrik self potensial.
Akuisisi data dilakukan dengan menggunakan 3 lintasan sepanjang 100 meter dengan jarak
antar lintasanya 5 meter dan spasi antar lubang tiap line nya 5 meter. Pengambilan data
menggunakan cara yaitu Fixed Base dan Leap Frog. Setelah mendapatkan data tahap yang
dilakukan selanjutnya yaitu processing dengan menggunakan software ZONSP2D dan Surfer.
Dari tahap pengolahan didapatkan nilai resistivitas daerah pengukuran berkisar 1 – 600 ꭥ m.
Sehingga kondisi bawah permukaan daerah penelitian disimpulkan pada line 1 dan 2
didominasi oleh lapisan pasir disisipi dengan lempung (400 – 600 ꭥ m), dan pada line 3
didominasi oleh lapisan lempung (1,5 – 120 ꭥ m). Hal tersebut sesuai dengan geologi regional
Surabaya yang terdiri atas alluvium lempung dan pasir.

Kata kunci : Self Potensial, Leap Frog, Fixed Base

Geolistrik Metode Self Potential 5


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam dunia geofisika terdapat beberapa jenis metode yang dapat membantu memudahkan
dalam proses pemetaan struktur bawah permukaan. Salah satunya yaitu metode geolistrik self
potensial. Metode SP merupakan salah satu jenis metode geolistrik pasif, dimana prinsip
kerjanya adalah dengan mengukur tegangan statis alam dari satu titik dengan titik yang lain
pada permukaan tanah. Karena termasuk metode geofisika yang cukup tua, Metode SP ini
membutuhkan peralatan yang cukup sederhana diantaranya dengan menggunakan multimeter
dan beberapa buah porous pot.

Metode self potential merupakan suatu metode geolistrik yang memanfaatkan adanya
beda potensial alami bumi yang terukur diatas permukaan tanah. Perbedaan potensial
dihasilkan di dalam bumi atau di dalam batuan yang teralterasi oleh kegiatan manusia maupun
alam. Potensial alami terjadi akibat ketidaksamaan atau perbedaan material-material , dekat
larutan elektrolit dengan perbedaan konsentrasi dan karena aliran fluida di bawah permukaan.
Hal lain yang mengakibatkan terjadinya self potensial di bawah permukaan bumi yang mana
dipetakan untuk mengetahui informasi di bawah permukaan, Hasil yang didapatkan nantinya
berupa data tegangan yang nilainya sangat kecil dalam satuan mV karena terjadinya aktivitas
secara alami pada bawah permukaan bumi. Data yang telah didapatkan nantinya diolah
menggunakan software ZONDSP2D dan Surfer untuk mendapatkan penampang bawah
permukaan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang ada pada praktikum metode geolistrik Self Potential yaitu
1. Bagaimana konsep prinsip kerja alat yang dipakai dalam metode Self Potential
2. Bagaimana kondisi bawah permukaan pada daerah pengukuran.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum metode geolistrik Self Potential yaitu

1. Mengetahui konsep prinsip kerja alat yang dipakai dalam metode Self Potential
2. Mengetahui struktur bawah permukaan daerah pengukuran

Geolistrik Metode Self Potential 6


BAB II
DASAR TEORI

2.1 Geologi Regional Kota Surabaya


Secara geologis daerah Surabaya pada dasarnya terbentuk atas batuan yang merupakan
tanah liat dan pasir. Kondisi tanah di Surabaya sebagian besar berupa tanah landform aluvial
yang terjadi oleh endapan sungai atau endapan pantai. Secara keseluruhan satuan geologi
daerah surabya diklasifikasi menjadi 4 daerah yaitu: Endapan aluvial (Qa) penyebarannya
mulai dari bagian utara, selatan, timur, dan didaerah sekitar pantai. Berdasarkan peta geologi
surabaya terdapat dua buah antiklin yang membujur diarah barattimur yaitu antiklin lidah
dan guyangan. Kedua ialah formasi pucangan (Qtp) meliputi pusat kota dan menyebar
ke arah barat selatan. Formasi kabuh (Qpk) meliputi wilayah kecamatan rungkut,
Wonocolo, Tenggilis, Wiyung, Karangpilang. Formasi terakhir ialah formasi lidah (Tpl)
meliputkdaerah Wonokromo, Sawahan, Dukuh Pakis, dan Lakarsantri (Syaeful, 2012)
Daerah tempat pengukuran merupakan endapan aluvial (Qn) dengan susunan batuan berupa
kerakal (cobbles), kerikil (pebbles), pasir (sand), lempung (clays),

Gambar 2.1 Peta Geologi Kota Surabaya

2.2 Metode Potensial Diri (Self Potential)

Pada dasarnya self potential berhubungan dengan lapisan mineral yang mengandung
sulfide, sifat batuan pada daerah kontak-kontak geologi, aktifitas bioelektrik material organik,
korosi, dan fenomena yang lainnnya. Daerah sulfida merupakan penghantar yang baik untuk
dapat membawa elektron dari kedalaman tertentu ke daerah dekat permukaan. Self potential

Geolistrik Metode Self Potential 7


ini dapat muncul karena adanya aktifitas elektrokimia dan mekanik di dalam bumi. Umumnya
metode SP (self potensial) adalah metode yang diinterpretasikan secara kualitatif dan bukan
metode yang berusaha untuk mengkalkulasi berapa ukuran anomali dari suatu benda penyebab
anomali, karena tidak diketahui bentuk dari benda tersebut, densitas atau konsentrasinya dari
beragam massa dan elektrikal propertisnya.

Dalam pengukuran metode SP, alat yang digunakan berupa elektroda non polarizable
yang disebut elektroda porous pot. Penggunaan elektroda porous spot dalam pengukuran SP
adalah untuk menghindari adanya efek polarisasi. Potensial diri dapat terjadi karena adanya
proses elektrokimia dibawah permukaan tanah yang disebabkan oleh kandungan mineral
tertentu. Didalam pengukuran potensial diri, gangguan yang terjadi secara alami tidak dapat
dihindarkan, misalnya adanya arus telluric. Oleh karena itu, untuk mengetahui saat pengukuran
potensial diri ada gangguan telluric atau tidak, maka potensial yang terjadi karena arus telluric
perlu diukur, dan kemudian digunakan untuk melakukan koreksi terhadap data pengukuran
potensial diri (SP). Sedang saat dilakukan pengukuran potensial diri, hindarkan dari hal-hal
yang dapat mengganggu yang bersamaan dengan aktifitas manusia, misalnya jangan
melakukan pengukuran potensial diri bersamaan dengan survei resistivity, yang harus
menginjeksikan arus listrik kedalam tanah. Karena, injeksi arus listrik tersebut akan
mengganggu potensial diri yang terjadi secara alami. Potensial diri ini dapat muncul karena
adanya aktifitas elektrokimia dan mekanik di dalam bumi. Seperti adanya proses elektrolisis
didalam porouspot.
Tahap yang harus dilakukan dalam penelitian kondisi bawah permukaan menggunakan
metode self potensial yaitu akuisisi data, setelah itu pengolahan menggunakan software,
kemudian interpretasi. Pada praktikum ini kami menggunakan dua software dalam tahap
pengolahannya yaitu ZONDSP2D dan Surfer. Output dari Surfer yaitu peta kontur isopotensial,
sedangkan output dari ZONDSP2D yaitu nilai resistivitas dan penampang bawah permukaan.
Untuk interpretasi mengacu pada nilai resistivitas batuan. Berikut adalah nilai resistivitas
batuan

Geolistrik Metode Self Potential 8


Gambar 2.2 Nila Resistivitas

Metode SP sendiri memiliki kegunaan yang lain yaitu secara tradisional digunakan
sebagai alat untuk eksplorasi pada industri minyak, menemukan kebocoran di tanggul kanal,
mengidentifikasi rembesan di bendungan, menemukan kebocoran di TPA, mengidentifikasi
zona kontaminasi, dll (Rina Dwi Indriana, 2007).

2.3 Potensial Elektrokinetik

Elektrokinetik potensial (Ek) terbentuk akibat pergerakan elektrolit melalui celah


berpori atau caliper. Potensial diukur sepanjang kapiler tersebut. Potensial yang dihasilkan oleh
proses ini biasanya dikategorikan sebagai electrofiltration, electrochemical and streaming
potential. Dimana persamaan untuk elektrokinetik adalah

Dimana µ resistivitas, ε dielektrik, η dinamika viskotsitas dari respon elektrolit, δP adalah


perbedaan tekanan, dan CE adalah koefisien kopling dari elektrofiltrasi.

Menurut Hukum Helmhotz’s aliran listrik terjadi karena gradien hidrolik dan kuantitas
yang dikenal dengan koefisien kopling elektrofiltrasi (CE) yang merepresentasikan sifat fisis
dan kelistrikan dari elektrolit dan dari jaringan melalui medium elektrolit yang terlewati.
Potensial akan cenderung mengalir secara positif dengan arah aliran air sebagai muatan listrik

Geolistrik Metode Self Potential 9


yang mengalir pada arah yang berkebalikan. Dengan konsentrasi muatan negative sulit
mengalir dan dapat menghasilkan anomaly SP pada ketinggian topografi.

2.4 Potensial Difusi

Jika konsentrasi elektrolit dalam tanah bervariasi secara lokal, maka perbedaan
potensial akan muncul sebagai akibat perbedaan mobilitas anion dan kation dalam larutan yang
konsentrasinya berbeda. Potensial ini disebut potensial difusi (liquid juntion atau difision
potential). Besarnya potensial ini adalah

Dimana, Ia dan Ic adalah mobilitas dari anion dan katian, N adalah mobilitas ion, R adalah
konstanta gas universal, T adalah temperatur, F adalah konstanta Faraday serta C1 dan C2
sebagai konsentrasi larutan.

2.5 Potenial Nersnt

Potensial berikutnya ialah potensial shale, secara sederhana potensial ini terjadi akibat
adanya perbedaan kosentrasi larutan tempat elektroda melakukan pengukuran. Potensial ini
biasanya muncul pada batas lapisan shale dan sandstone dikarenakan shale lebih permeable

terhadap ion Na+ daripada ion Cl-. Potensial Nernst adalah

]]

Perubahan potensial Nernst secara transient dapat mencapai diatas nilai puluhan mv.
Hal ini terjadi akibat perbedaan mobilitas dari elektrolit yang memiliki perbedaan konsentrasi
pada air tanah. Perbedaan potensial diantara kedua elektroda yang dicelupkan pada larutan
homogen dimana konsentrasi larutan tersebut berbeda-beda

Geolistrik Metode Self Potential 10


2.6 Konfigurasi Pengukuran Self Potential
Jenis konfigurasi yang digunakan pada praktikum self potential ini ada 2, yaitu fixed
base dan leap frog.

1. Fixed Base
Pada konfigurasi ini satu porouspot ditempatkan secara tetap pada base, dimana porouspot
yang ditempatkan bernilai negative. Untuk porous pot yang bergerak sebanyak satu buah dan
bernilai positif. Dengan menggunakan metode ini, hasil yang didapatkan lebih baik karena
mempertimbangkan faktor noise akibat naik turunnya beda potensial dalam satu hari. Noise
tersebut dapat berupa arus telluric akibat variasi waktu medan magnetik bumi. Kekurangan
dari metode ini adalah membutuhkan kabel yang panjang dan dibutuhkan waktu pengukuran
yang membutuhkan waktu lebih lama dikarenakan harus terus menarik kabel serta menunggu
nilai voltase hingga stabil

Gambar 2.3 Konfigurasi Fixed Base

2. Leap -Frog
Pengukuran dengan leap frog mempergunakan minimal dua elektroda porous pot, dan
pengukuran dilakukan dengan mencatat nilai beda potensial pada dipol potensial yang disusun,
kemudian dipol selanjutnya bergerak dengan cara elektroda di belakang melompati elektroda
didepannya. Demikian dilakukan terus menerus hingga panjang lintasan dapat tercakup.
Dengan cara ini, kabel yang dibutuhkan cukup pendek, hanya sepanjang dipole yang dibuat.

Gambar 2.4 Konfigurasi Leap-frog

Geolistrik Metode Self Potential 11


BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Self Potensial ini dilaksanakan pada hari Minggu, 11 November 2018 di
sebelah timur bundaran ITS. Parktikum ini menggunakan 3 line dengan panjang masing –
masing line 100 m dan jarak antar lubang 5 m.

Gambar 3.1 Skema Praktikum

3.2 Alat dan Bahan

Adapun peralatan dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu :

1. Dua buah Porouspot 7. Linggis


2. Larutan CuSo4 8. Gps
3. Bentonit 9. Data sheet
4. Avometer 10. Penjepit Buaya
5. Kabel
6. Meteran

Geolistrik Metode Self Potential 12


3.3 Langkah Kerja

Pra Akuisisi

1. Survey Daerah Pengukuran


Lokasi daerah pengukuran diusahakan jauh dari saluran listrik, saluran telepon, pipa
logam, saluran gas, rel kereta api dll karena hal tersebut akan menimbulkan noise yang
cukup besar.
2. Persiapan Alat
- Melarutkan Cuso4 sampai terdapat endapan
- Membuat adonan bentonite

Akuisisi

1. Membuat lintasan sesuai desain akuisisi


2. Menggali lubang sesuai dengan skema praktikum
3. Kalibrasi sampai range nilai -3 sampai +3 mV
4. Mengukur potensial alami bumi menggunakan konfigurasi Fixed Base dan Leap Frog

Processing

1. Data hasil akuisisi dikoreksi menggunakan excel


2. Untuk input Surfer buat data yang berisi data, X, Y, elevasi dan nilai akhir dengan
menggunakan notepad yang kemudian disimpan dalam bentuk (.bln)
3. Untuk input ZONSP2D buat data yang berisi p1, p2, dU dengan menggunakan notepad yang
kemudian disimpan dalam bentuk (.sp2)
4. Korelasi hasil pengolahan surfer dan ZONDSP2D untuk interpretasi

Geolistrik Metode Self Potential 13


3.4 Flowchart

Geolistrik Metode Self Potential 14


BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data dan Pengolahan


Dari akuisisi yang telah dilakukan didapatkan data sebagai berikut
4.1.1 Fixed Base

Tabel 4.1 Data dan Koreksi Fixed Base Line 1

Geolistrik Metode Self Potential 15


Tabel 4.2 Data dan Koreksi Fixed Base Line 2

Geolistrik Metode Self Potential 16


Tabel 4.3 Data dan Koreksi Fixed Base Line 3

Geolistrik Metode Self Potential 17


4.1.2 Leap Frog

Tabel 4.4 Data dan Koreksi Leap Frog line 1

Geolistrik Metode Self Potential 18


Tabel 4.5 Data dan Koreksi Leap Frog line 2

Geolistrik Metode Self Potential 19


Tabel 4.6 Data dan Koreksi Leap Frog line 3

Geolistrik Metode Self Potential 20


4.1.3 Koordinat Lubang

Tabel 4.7 Data Koordinat

Koordinat letak lubang


S (07.27904) E (112.79126)
-7.27905 112.79124
-7.27902 112.79121
-7.279 112.79117
-7.27897 112.79113
-7.27896 112.79109
-7.27896 112.79105
-7.27894 112.79101
-7.27892 112.79097
-7.27888 112.79094
-7.27888 112.7909
-7.27883 112.79085
-7.27881 112.79082
-7.2788 112.79081
-7.27877 112.79076
-7.27874 112.79073
-7.27872 112.7907
-7.27868 112.79066
-7.27865 112.79062
-7.27863 112.79057
-7.2786 112.79053

Geolistrik Metode Self Potential 21


4.2 Pembahasan

4.2.1 Interpretasi Kualitatif

(a) (b)

Gambar 4.1 Hasil pemodelan 3D (a) leapfrog dan (b) fix base pada surfer

Pada konfigurasi leapfrog memiliki perbedaan beda potensial yang tidak terlalu signifikan
bisa dikatakan hampir sama, hal ini ditunjukan pada kesamaan niilai beda potensialnya antara
leapfrog dan fix base mulai dari 4.9 – 5.65 mV. Nilai beda potensial yang tinggi
digambarkan/ditandai dengan warna merah sedangkan beda potensial yang rendah ditandai
dengan warna ungu. Lokasi pengukuran juga dikelilingi oleh pohon pohon yang membuat
noise pada pengambilan data/ nilai potensialnya. Secara kualitatif dapat kami simpulkan bawah
dibawah permukaan lokasi pengukuran terdapat anomaly pipa air serta akar pohon dan juga
material yang telah tertimbun dibawah permukaan. Dari hasil pemodelan nya terlihat
perbedaan antara leapfrog dan fix base. Hal ini dikarenakan kesalahan dan ketidak telitian saat
pengambilan data akuisisi juga berpengaruh

Geolistrik Metode Self Potential 22


4.2.2 Interpretasi Kuantitatif

Gambar 4.2 Penampang Fixed Base line 1

Gambar 4.3 Penampang Leap frog line 1

Geolistrik Metode Self Potential 23


Gambar 4.4 Penampang Fixed Base line 2

Gambar 4.5 Penampang Leap Frog line 2

Geolistrik Metode Self Potential 24


Gmbar 4.6 Penampang Fixed Base line 3

Gambar 4.7 Penampang Leap Frog line 3

Geolistrik Metode Self Potential 25


Pengolahan menggunakan software ZondSP2D didapatkan hasil bahwa pada lintasan
1-3 (konfigurasi fixed base) didapatkan data nilai resistivitas dengan range mulai dari (1 -600)
ꭥ m. Hasil range nilai resistivitas tersebut juga sama pada konfigurasi leapfrog. Penampang
yang dihasilkan dari konfigurasi Fixed Base hampir sama dengan konfigurasi Leap Frog pada
setiap line nya. Jika dilihat dari lokasi pengambilan data (akuisi) lahan didominasi oleh clay
dan pasir. Dan tanah pada saat pengukuran juga cuaca cukup panas dan tanah kering. Serta
lokasi pengukuran dikelilingi oleh pohon pohon tinggi yang akar akarnya sudah menembus
bawah permukaan sejak lama maka juga termasuk faktor yang mempengaruhi noise dalam data
yang didapat. Karena akar pohon merupakan non konduktor maka nilai resistivitasnya akan
lebih besar. Sementara data juga dipengaruhi oleh pipa air yang terpasang dibawah permukaan
lokasi pengukuran, pipa air termasuk konduktor yang berpengaruh pada nilai resistivitasnya
akan kecil
Pada lintasan fixedbase 1 didominasi dengan warna biru dengan resistivitas tinggi 600
ꭥ m hal ini diinterprtasikan sebagai lapisan pasir disisipi dengan lempung. Sementara pada fix
based lintasan 2 didominasi warna hijau dan biru dengan range resistivitas antara 70-600 ꭥ m
hal ini diinterpretasikan sebagai lapisan pasir disisipi dengan lempung. Dan pada lintasan 3
didominasi wana merah dan hijau dengan nilai resistivitas antara 1.5-120 ꭥ m hal ini
diinterpretasikan sebagai clay.
Pada lintasan leapfrog 1 didominasi dengan warna biru dengan resistivitas tinggi antara
400 - 600 ꭥ m hal ini diinterpretasikan sebagai lapisan pasir disisipi dengan lempung. Dan pada
leapfrog 2 didominasi dengan warna biru dengan nilai resistivitas 600 ꭥ m hal ini
diinterpretasiakan sebagai lapisan pasir disisipi dengan lempung. Sedangkan pada leapfrog line
3 didominasi dengan warna merah dan hijau dengan nilai resistivitas antara 1.5 -120 ꭥ m hal
ini diinterpretasikan sebagai clay.
Menurut referensi nilai resistivitas pada Gambar 2.2 bisa disimpulkan bahwa pada line
1 dan 2 didominasi lapisan pasir disisipi dengan lempung, sementara pada line 3 didominasi
oleh lapisan clay. Hal tersebut sesuai dengan geologi regional Surabaya yang berupa alluvium
terdiri atas clay dan sand.

Geolistrik Metode Self Potential 26


BAB V
KESIMPULAN

Setelah dilakukan akuisisi dan pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa daerah
pengukuran memiliki nilai range resistivitas 1 – 600 ꭥ m. Sehingga kondisi bawah permukaan
daerah penelitian disimpulkan pada line 1 dan 2 didominasi oleh lapisan pasir disisipi dengan
lempung (400 – 600 ꭥ m), dan pada line 3 didominasi oleh lapisan lempung (1,5 – 120 ꭥ m).
Hal tersebut sesuai dengan geologi regional Surabaya yang terdiri atas alluvium lempung dan
pasir.

Geolistrik Metode Self Potential 27


DAFTAR PUSTAKA

El-Araby, H. M. 2004. A New Method for Complete Quantitative Interpretation of Self-


potential Anomalies, Vol. 55, pp. 211-224.

Hendrajaya, L., Arief, I., dan Agus. 1988. Geolistrik Tahanan Jenis.Laboratorium Fisika Bumi
Jurusan Fisika FMIPA ITB.Bandung

Lowrie, W. 1997. Fundamental of Geophysics.USA: Cambride University Press

Niquist, Jonathan.2002. Self-potential: The ugly duckling of environmental geophysics. society


of Exploration Geophysicists. Vol. 21, pp 446-451

Reynolds, John M. 1998. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics. New


York: John Wiley & Sons. 8: 493-494.

Suhanto, E., dan Bakrun. 2005. Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panasbumi
Pincara Kabupaten Masamba Sulawesi Utara. Pemaparan Hasil Kegiatan
Lapangan Subdit Panasbumi.

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorgan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

Telford, W. M. 1990. Applied Geophysics Second Edition. USA: Cambridge University Press.

Geolistrik Metode Self Potential 28

Anda mungkin juga menyukai