Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... 3
DAFTAR TABEL............................................................................................. 3
ABSTRAK..................................................................................................... 4
BAB I........................................................................................................... 5
PENDAHULUAN............................................................................................ 5
1.1 Belakang............................................................................................... 5
1.2 Perumusan Masalah.................................................................................. 5
1.3 Tujuan................................................................................................... 6
1.4 Manfaat................................................................................................. 6
BAB II.......................................................................................................... 7
DASAR TEORI............................................................................................... 7
2.1 Potensial Diri Alam................................................................................... 7
2.2 Potensial Elektrokinetik............................................................................. 8
2.3 Potensial Mineralisasi................................................................................ 9
2.4 Sifat listrik mineral dan batuan...................................................................10
2.5 Elektroda Non-polarisasi..........................................................................11
BAB III....................................................................................................... 13
METODOLOGI PERCOBAAN.........................................................................13
3.1 Alat dan Bahan...................................................................................... 13
3.2 Cara Kerja........................................................................................... 13
BAB IV....................................................................................................... 15
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN.............................................................15
4.1 Analisa Data.......................................................................................... 15
4.2 Pembahasan.......................................................................................... 19
BAB V........................................................................................................ 21
KESIMPULAN............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 22

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2 1 Electrochemical Potential: Liquid junction & Potensial membran...........5
Gambar 2 2 Potensial Elektrokinetik.............................................................................6
Gambar 2 3 Model skematik dari sumber anomaly self-potential dari bijih (orebody).
Mekanismenya bergantung pada perbedaan potensial oksidasi diatas dan dibawah
permukaan air................................................................................................................7
Gambar 3 1 Lokasi Survey................................................................................ 13
Gambar 3 2 Diagram Cara Kerja........................................................................14

Gambar 4 1 Grafik pengukuran Line 1........................................................................15


Gambar 4 2 Grafik pengukuran Line 2........................................................................15
Gambar 4 3 Grafik pengukuran Line 3........................................................................15
Gambar 4 4 Kontur pengukuran konfigurasi fixed base..............................................16
Gambar 4 5 Kontur pengukuran konfigurasi leap frog............................................16

DAFTAR TABEL
Tabel 4 1 Koordinat Pengukuran.................................................................................14
Tabel 4 2 Tabel Pengukuran Line 1.............................................................................14
Tabel 4 3 Koordinat Line 2..........................................................................................14
Tabel 4 4 Tabel Pengukuran Line 2.............................................................................15
Tabel 4 5 Koordinat Line 3..........................................................................................15
Tabel 4 6 Data Pengukuran Line 3..............................................................................15

ABSTRAK
Telah dilakukan praktikum geolistrik metode Self Potensial dengan tujuan untuk
mengetahui persebaran wilayah infiltrasi air di tanah lapang Jalan Raya Kertajaya,
Sukolilo, Surabaya sehingga menyebabkan jalan raya Kerta jaya bergelombang.
Terdapat dua jenis metode pengukuran yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu
metode fixed base dan leap frog. Luas daerah pengukuran adalah sebesar 100x45
meter persegi dengan 3 line dan setiap line terdapat 20 titik pengukuran. Jarak setiap
titik adalah sebesar 5 meter dan jarak setiap line sebesar 15 meter. Hasil dari
pengolahan data didapat bahwa pada Line 1 dan 2 pada konfigurasi fixed base nilai
potensial yang terukur lebih tinggi daripada pada line 3, yaitu sebesar > 70 mV
sedangkan pada line 3 nilai potensial elektrokinetik yang paling kecil, yaitu sebesar 520 mV, hal ini mengindikasikan adanya kondisi pembuat anomali berupa aliran air
tanah pada line 3. Sedangkan pada konfigurasi leap frog ketiga line cenderung
memiliki nilai potensial yang tidak merata, yaitu dalam rentang -6 hingga 34 mV.
Kata kunci: fixed base, geolistrik, leap frog, self potensial

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Belakang
Salah satu permasalahan yang timbul di jalanan adalah kondisi jalan yang
bergelombang. Jalanan bergelombang tentu akan mengganggu kenyamanan dalam
berkendara dan juga dapat menyebabkan terganggunya kestabilan dalam berkendara
sehingga dapat terjadi kecelakaan lalu lintas. Untuk mengetahui penyebab jalan
bergelombang perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang kondisi tanah yang
dijadikan jalan tersebut. Salah satu penyebab yang akan di lihat adalah efek dari
infiltrasi air tanah terhadap permukaan jalan bergelombang tersebut.Salah satu jalan
yang memiliki permukaan jalan yang bergelombang adalah Jl Kertajaya, Surabaya.
Maka dengan kondisi dari jalanan ini yang bergelombang, kami memilih lokasi
tanah kosong yang persis berada disebelah jalan Kertajaya tersebut. Kami
melakukan praktikum self potential ini dengan tujuan yaitu untuk mengetahui efek
infiltrasi air tanah yang menyebabkan Jalan Kertajaya tersebut bergelombang.
Salah satu metode dalam geofisika bisa digunakan untuk mengidentifikasi air
tanah (dalam hal ini infiltrasi air tanah) adalah Metode Self Potential (SP). Metode
ini merupakan salah satu metode geofisika yang prinsip kerjanya adalah mengukur
tegangan statis alam yang berada pada titik-titik di permukaan tanah. Metode ini
dapat digunakan untuk mengetahui anomali apa yang ada dibawah permukaan.
Metode ini memerlukan alat ukur tegangan dan dua elektroda khusus. Metode Self
Potensial banyak diaplikasikan sebagai identifikasi air tanah , survey air geothermal
dan digunakan untuk membantu pemetaan geologi, misalnya melihat delineasi zona
geser, patahan dekat permukaan dan anomali dibawah permukaan tanah. Dalam
metode ini, dengan Mengetahui sumber yang dapat menyebabkan terjadinya
perbedaan potensial sangat penting untuk mengurangi noise. Pada pengambilan data
ini kami menggunakan dua teknik pengukuran SP yaitu dengan teknik pengukuran
fixed base dan leap frog.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan-rumusan masalah yang ada pada praktikum ini adalah:
1. Bagaimana cara mengerti metode yang dipakai dalam eksplorasi geofisika
dengan menggunakan metode Self Potential?
2. Bagaimana cara mengetahui prinsip dan cara kerja alat yang digunakan dalam
metode Self Potential?
3. Bagaimana cara Mengetahui efek infiltrasi air tanah yang menyebabkan jalan
raya kertajaya bergelombang?

1.3 Tujuan
Tujuan dilaksanakan praktikum geolistrik adalah:
1. Mengerti metode yang dipakai dalam eksplorasi geofisika dengan menggunakan
metode Self Potential.
2. Mengetahui prinsip dan cara kerja alat yang digunakan dalam metode Self
Potential.
3. Mengetahui efek infiltrasi air tanah yang menyebabkan jalan raya kertajaya
bergelombang.
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari dilaksanakan praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa dapat memahami metode yang dipakai dalam eksplorasi geofisika
dengan menggunakan metode Self Potential.
2. Mahasiswa dapat memahami prinsip dan cara kerja alat yang digunakan dalam
metode Self Potential.
3. Dapat diketahui efek infiltrasi air tanah yang menyebabkan jalan raya kertajaya
bergelombang.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Potensial Diri Alam

Gambar 2 1 Electrochemical Potential: Liquid junction & Potensial membran


Potensial diri alam atau biasa yang disebut Self Potential (SP) adalah
perbedaan potensial listrik yang terdapat secara alami di Bumi, diukur oleh elektroda
relative terhadap referensi elektroda tetap. Potensial diri alam sering kali diukur
dalam borehole untuk evaluasi formasi pada industri perminyakan dan gas bumi, dan
bisa juga diukur sepanjang permukaan bumi untuk eksplorasi mineral atau investigasi
air tanah. Fenomena dan aplikasi untuk geologi pertama kali ditemukan pada 1931
oleh Conrad Schlumberger, Marcel Schulmberger, dan E.G. Leonardon, dan
percobaan pertama yang dipublikasikan dilakukan pada lapangan minyak Romania.
SP mengukur medan listrik alami yang dihasilkan oleh satu dari dua
fenomena: korosi (corrosion) atau pelapukan (weathering) dari mineral yang
mengandung besi (ferrous) atau aliran air tanah. Potensial medan listrik sangat kecil,
umumnya dalam skala millivolts, tetapi bisa diukur dalam situs/area besar atau kecil.
Potensial listrik dihasilkan dari pertukaran ion antara air dengan batas butir (groundboundaries) atau mineral permukaan.

2.2 Potensial Elektrokinetik

Gambar
22

Potensial Elektrokinetik
Potensial elektrokinetik (Zeta Potential) adalah
perbedaan
potensial
sepanjang natas fase antara padat dengan cair. Ini adalah ukuran dari muatan listrik
dari partikel yang tersuspensi dalam fase cair. Dikarenakan potensial elektrokinetik
tidak sama dengan potensial listrik permukaan dalam double layer atau Stern
potential, hal ini sering kali satu-satunya nilai yang bisa digunakan untuk
mendeskripsikan sifat double-layer (double-layer properties) dari dispersi koloid.
Potensial zera disebabkan oleh muatan listrik net yang terdapat pada daerah
yang dibatasi oleh bidang luncur (slipping plane), dan juga bergantung pada lokasi
medan tersebut. Oleh karena itu banyak digunakan untuk mengkuantifikasi besarnya
medan. Akan tetapi, potensial elektrokinetik tidak sama dengan Stern potential atau
potensial listrik permukaan pada double-layer, dikarenakan hal ini menetapkan lokasi
yang berbeda. Asumsi seperti kesetaraan harus diterapkan dengan hati-hati. Namun

demikian, potensi zeta sering satu-satunya jalan yang tersedia untuk karakterisasi sifat
double-layer.
Besarnya potensial elektrokinetik mengindikasikan stabilitas potensial sistem
koloid. Apabila semua partikel dalam suspensi memiliki potensial elektrokinetik lebih
positif dari +30 mV atau lebih negatif dari -30 mV, maka secara normal dinyatakan
stabil, karena setiap partikel akan saling tolak menolak satu sama lain sehingga tidak
terjadi kecenderungan untuk beragregasi.
Dalam suspensi, eritrosit sebagai partikel dengan permukaan yang bermuatan
negatif dapat mempengaruhi distribusi ion-ion di sekitarnya dengan meningkatkan
konsentrasi counter ions (ion-ion yang berbeda muatan, kation) mendekati permukaan
eritrosit, sehingga terbentuk lapisan ganda elektrik.
2.3 Potensial Mineralisasi

Gambar 2 3 Model skematik dari sumber anomaly self-potential dari bijih


(orebody). Mekanismenya bergantung pada perbedaan potensial oksidasi diatas
dan dibawah permukaan air
Potensial mineralisasi (Mineral potential) sangat penting dalam ekslporasi
Self-Potential yang diasosiasikan dengan jumlah sulfide yang massif pada orebody.
Anomali jumlah negative dalam skala besar (100-1000mV) pada pengukuran SP bisa

diamati
khususnya
pada
deposit
pyrite, chalcopyrite, pyrrhotite,
magnetite, dan graphite. Potensi hampir selalu negatif dari atas deposit dan cukup
stabil dalam jangka waktu tertentu. Pada tahun 1960 Sato dan Mooney telah
memberikan penjelasan yang paling lengkap tentang proses elektrokimia penyebab
anomali SP yang diamati. Namun hipotesis ini belum menjelaskan semua dari
indikasi SP.
2.4 Sifat listrik mineral dan batuan
Aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat di golongkan
menjadi tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara
elektrolitik, dan konduksi secara dielektrik.
2.4.1 Konduksi secara elektronik
Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak
elektron bebas sehingga arus listrik di alirkan dalam batuan atau mineral
oleh elektron-elektron bebas tersebut.Aliran listr ik ini juga di pengaruhi
oleh sifat atau karakteristik masing -masing batuan yangdi lewatinya.
Salah
satu
sifat
atau
karakteristik
batuan
tersebut
adalah
resistivitas(tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan tersebut
untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu
bahan maka semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus listrik,
begitu pula sebaliknya. Resistivitas memiliki pengertian yang berbeda
dengan resistansi (hambatan), dimana resistansi tidak hanya bergantung
pada bahan tetapi juga bergantung pada faktor geometri atau bentuk bahan
tersebut, sedangkan resistivitas tidak bergantung pada faktor geometri.
banyak orang lebih sering menggunakan sifat konduktivitas () batuan
yang merupakan kebalikan dari resistivitas () dengan satuan mhos/m.

.(1)
2
Di mana J adalah rapat arus (ampere/ m ) dan E adalah medan listrik

(volt/m).
2.4.2 Konduksi secara elektrolitik
Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan
memiliki resistivitas yang sangat tinggi. Namun pada kenyataannya batuan
biasanya bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida,
terutama air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor

elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion


elektrolitikdalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus
bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan
semakin besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak, dan
sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam
batuan berkurang. Menurut rumus Archie:
(2)
di mana

adalah resistivitas batuan, adalah porositas, S adalah

fraksi pori-pori yang berisi air, dan

adalah resistivitas air.

Sedangkan a, m, dan n adalah konstanta. mdisebut juga faktor sementasi.


Untuk nilai n yang sama, Schlumberger menyarankan n =2.
2.4.3. Konduksi secara dielektrik
Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik
terhadap aliran arus listrik,artinya batuan atau mineral tersebut
mempunyai elektron bebas sedikit, bahkan tidak sama sekali. Elektron
dalam batuan berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti karena adanya
pengaruh medan listrik di luar, sehingga terjadi poliarisasi. Peristiwa ini
tergantung pada konduksi dielektrik batuan yang bersangkutan, contohnya
adalah mika.
2.5 Elektroda Non-polarisasi
Elektroda yang digunakan dalam penelitian metode SP harus menggunakan
elektroda yang kontak dengan tanah tak berpolarisasi atau non polarisasi. Porous pots
adalah elektroda logam yang digantung di dalam larutan super jenuh (seperti tembaga
di dalam larutan copper sulfate CuSO4) di dalam tempat yang porous. Elektroda
porous pots menghasilkan kontak potensial elektrolitik yang sangat rendah seperti
potensial di bawah permukaan yang kecil juga. Model porous pots yang terbuat dari
porcelain yang bagus akan menghidari evaporasi dari larutan garam di dalamnya.
Porous pots yang digunakan harus tertutup karena agar menjaga larutan didalamnya
tetap dalam keadaan jenuh untuk waktu lebih dari seminggu, bahkan dalam keadaan
kering.
Untuk pengisian kembali larutan CuSO4 harus dilakukan sehari sebelum
dilakukannya pengukuran hal ini dikarenakan kemungkinan perubahan potensial
selama pengukuran dilakukan. Dan salah satu tips yang berguna dalam pengisian

ulang porous pot ketika telah digunakan adalah mencampur larutan sisa CuSo4 yang
lama dengan larutan CuSO4 yang baru kemudian dilarutkan menjadisatu larutan
CuSO4 yang baru. Elektroda dari bahan tembaga selalu digunakan dalam porous pot
karena merupakan elektroda yang non polarisasi. Sedangkan elektroda dari bahan
steel harus dihindari dalam pengukuran SP karena kontak potensial yang cukup tinggi
dan error yang besar akan mungkin berkembang jika pada pengukuran SP elektroda
yang digunakan adalah dari bahan stainless steel.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah satu set
Porous Pot, CuSO4, satu buah Multimeter, kabel beserta reel, GPS, meteran, linggis,
stopwatch (pencatat waktu) dan lembar data sheet.
3.2

Cara Kerja
Alur kerja dalam praktikum ini adalah ditunjukkan pada diagram berikut:

Gambar 3 1 Lokasi Survey

Survey Lapangan
Survey lapangan mulai dilakukan seminggu sebelum dilakukannya pengukuran.
Kriteria dari lapangan pengukuran adalah memiliki luasan 100m x 50m. Panjang
daerah pengukuran harus mencapai 100 meter sesuai dengan panjang line akan
diukur. Setelah mendapatkan daerah yang akan dilakukan pengukuran, maka akan
dilanjutkan ketahap desain pengukuran. Pengukuran yang dilakukan adalah
dengan 3 line, jarak antara line adalah 15 meter dan spasi 5 meter. Sehari sebelum
dilakukan pengukuran, titik dari porous pot ditentukan dilakukan penggalian.
Lobang galian yang dibuat dengan kedalaman 20 cm dengan diameter 15-20 cm,
meskipun nantinya porous pot tidak ditanam hingga kedalaman 20 cm. Hal ini
dilakukan untuk memastikan bahwa pada saat pengukuran porous pot benar-benar
pada keadaan tertanam.

Kalibrasi Porouspot
Kalibrasi Porous pot dilakukan sehari sebelum pengukuran, adapun tahapan dari
kalibrasi porous pot dimulai dari penetapan lubang awal pengukuran karena
kalibrasi alat dilakukan pada lubang pengukuran awal. Kedua porous pot yang
akan digunakan haruslah dibersihkan dan direndam terlebih dahulu sehari sebelum
dilakukan kalibrasi. Porous pot yang telah siap digunakan akan diletakkan pada
lubang yang sama. Porous pot diisi larutan CuSO4 lalu dilakukan pengukuran
Potensial. Nilai yang tercatat pada multimeter haruslah dibawah 2 mV. Untuk
percobaan kali ini hasil kalibrasinya adalah 1,8 mV

Pengukuran Potensial

Fixed Base

Leap Frog

Pada pengukuran ini porous pot yang


terhubung dengan kutub negative
dibuat tetap berada pada satu titik
acuan yang disebut titik referensi
(titik awal pengukuran), sedangkan
elektroda yang terhubung dengan
kutub positif berpindah pindah untuk
setiap pengukuran. Nilai potensial
yang terekam pada multimeter dicatat
ketika nilai tegangannya stabil (tidak
berubah-ubah). Data dituliskan pada
Data Sheet.

Pengukuran ini menggunakan dua


elektroda yang dipindah-pindah dalam
setiap pengukuran. Pengkutuban dari
masing-masing elektroda harus dijaga
agar tidak berubah sehingga tidak
menimbulkan bias. Elektroda yang
terhubung dengan kutub positif pada
pengukuran pertama harus terhubung
dengan kutub negative pada pengukuran
kedua, begitu seterusnya. Potensial dua
elektroda yang berpindah pada setiap
pengukuran. Pada pengukuran ini
digunakan
21
titik.
Singkatnya,
Elektroda dengan kutub postif akan
menempati
titik-titik
genap
dan
elektroda negative akan menempati titiktitik ganjil.

Gambar 3 2 Diagram Cara Kerja

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Berikut adalah hasil pengukuran yang didapat
Tabel 4 1 Koordinat Pengukuran

Tabel 4 2 Tabel Pengukuran Line 1

Tabel 4 3 Koordinat Line 2

Tabel 4 4 Tabel Pengukuran Line 2

Tabel 4 5 Koordinat Line 3

Tabel 4 6 Data Pengukuran Line 3

Gambar 4 1 Grafik pengukuran Line 1

Gambar 4 2 Grafik pengukuran Line 2

Gambar 4 3 Grafik pengukuran Line 3

Gambar 4 4 Kontur pengukuran konfigurasi fixed base

Gambar 4 5 Kontur pengukuran konfigurasi leap frog

4.2 Pembahasan
Telah dilakukan praktikum Geolistrik Self Potential yang berlokasi di area
tanah kosong di samping jalan kertajaya dengan koordinat 71647.32S
1124719.31 E. Area tersebut memiliki elevasi 3 meter diatas permukaan laut dan
vegetasi rumput2 liar dengan pepohonan di pinggir area pengukuran. Pengukuran
dimulai pada pukul 14.00 WIB dan selesai pada pukul 18.00 WIB. Area pengukuran
adalah 100 m panjang dan 45m lebarnya, space setiap line adalah. Metode
pengukuran potensial diri ini menggunakan 2 jenis konfigurasi yaitu fixed-base dan
leap frog. Pengukuran ini terdiri dari 3 Line berjarak 100 m. Spasi yang digunakan
pada pengukuran kali ini adalah 5 meter sehingga terdapat 21 titik pengukuran setiap
Linenya.
Tujuan dari praktikum ini adalah mencari anomali pada bawah permukaan
tanah di area yang diukur. Diketahui bahwa tanah yang dilakukan pengukuran
bersebelahan dengan jalan kertajaya, yang telah mengalami keretakan-keretakan
diduga akibat rembesan air tanah yang membuat tanah dibawah jalan aspal. Karena
itu pengukuran SP ini diharapkan dapat memetakan anomali dari rembesan air pada
bawah permukaan di area yang diukur.
Metode yang digunakan adalah fixed base dan leap frog sesuai dengan arahan
oleh asisten. Pengerjaan masing-masing konfigurasi dilakukan secara bersamaan
dengan fixed base dimulai di Line 2 dan leap from pada Line 1. Sebelum dilakukan
pengukuran, terlebih dulu porous pot dikalibrasi dengan menempatkan kedua porous
pot berdekatan dan diukur potensialnya. Setelah angka menunjukkan nilai beda
potensial yang kurang dari 2mV, dapat dilanjutkan pengukuran. Pengukuran diawali
dengan menggali lubang sedalam 15 cm pada setiap titik pengukuran, dilanjutkan
dengan pengukuran nilai potensial dengan masing-masing konfigurasi. Kemudian
dilakukan kembali kalibrasi pada setiap perpindahan Line. Pengukuran diakhiri
setelah semua line telah diambil data potensialnya dengan menggunakan dua jenis
konfigurasi.
Dari pengukuran yang telah dilakukan, didapatkan data seperti pada tabel 4.2
dan tabel 4.4 diamati bahwa grafik log dari kedua konfigurasi memiliki suatu
kemiripan dalam polanya. Pada pengukuran kali ini digunakan spasi pengukuran
sebesar 5 meter sehingga data yang didapat memiliki kedalaman maksimal 2,5 meter.
Data pada pengukuran metode fixed base menghasilkan suatu kecendrungan
nilai potensial rendah pada Line 3 (paling kanan) dengan rata rata nilai potensial
sekitar 5-20 mV. Sedangkan di Line 1 kecenderungan nilai potensial yang lebih tinggi

yaitu sekitar > 70 mV. Sedangkan pada konfigurasi Leap Frog, anomali tinggi dan
rendah tersebar tidak merata dengan rentang -6 hingga 34 mV.
Jika dibandingkan hasil pengukuran dengan keadaan di lapangan, nilai
potensial rendah pada Line 1 dan 2 pada konfigurasi fixed base mengindikasikan
sedikit adanya kondisi pembuat anomali yang dalam konteks ini adalah aliran air
tanah. Line 1 adalah line yang berada dekat dengan rumah-rumah warga. Sedangkan
pada Line 3 didapatkan bahwa terdapat aliran air tanah yang mengakibatkan potensial
elektrokinetik pada bawah permukaan. Hal tersebut diperkuat dengan pengamatan
lapangan dimana ada selokan berisi air yang bersebelahan dengan Line 3.
Data yang tidak begitu teratur pada konfigurasi leap frog diduga akibat
digunakannya porous pot yang tidak berfungsi dengan maksimal. Kedua porouspot
yang digunakan dalam konfigurasi leap frog sudah tidak terlalu permeable sehingga
nilai pengukuran menjadi tidak stabil. Pengukuran juga dilakukan sekitar vegetasi
yang dapat menyebabkan noise-noise potensial pada pengukuran.

BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah:
Terjadi infiltrasi air tanah pada tanah kosong samping jalan raya Kertajaya, Sukolilo
rentang -6 hingga 34 mV, Surabaya dengan hasil:
a. Nilai potensial pada line 1 dan 2 dengan konfigurasi fixed base adalah 520 mV sedangkan pada line 3 adalah > 70 mV.
b. Nilai potensial pada line 1-3 dengan konfigurasi leap frog adalah dalam
rentang -6 hingga 34 mV.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Norman. 1994. Years of the Electric Ear. United Kingdom.
Scarecrow Press
Hunter, R.J. "Foundations of Colloid Science", Oxford University Press, 1989
M.Gondouin, M.P.Tixier, G.L.Simard, Journal of Petroleum Technology,
February 1957, "An Experimental Study on the Influence of the Chemical
Composition of Electrolytes on the SP curve"
www.kau.edu.sa/files/0003035/subjects/sp.pdf Diakses pada 23/10/2016
http://www.olsonengineering.com/methods/geophysical-methods/electricalresistivity/self-potential-sp.html (Diakses pada 23/10/2016)
http://chemistry.about.com/od/chemistryglossary/g/Zeta-PotentialDefinition.htm (Diakses pada 23/10/2016)

Anda mungkin juga menyukai