Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum Eksplorasi Geolistrik

Metode Induced Polarization

Disusun
oleh:

Muhammad
Reza
Shalahuddin
Noor

3713100001
Muhammad Fikri Putra Pramata

3713100002

Fuad Aulia Bahri

3713100007

Nur Rochman Muhammad

3713100012

Fakhriar Naufaldi

3713100047

Muhammad Arif Budiman

3713100048

Paul Chemistra

3713100053

Dosen Pengampu:
Dr. Dwa Desa Warnana, S.Si., M.Si

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015

Daftar Isi
ABSTRAK............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................
Pendahuluan..........................................................................................................................................4
1.1

Latar Belakang...........................................................................................................................4

1.2

Permasalahan.............................................................................................................................4

1.3

Tujuan........................................................................................................................................4

1.4

Manfaat......................................................................................................................................4

BAB II.....................................................................................................................................................
DASAR TEORI.....................................................................................................................................5
2.1

Prinsip Dasar Metode IP............................................................................................................5

2.2

Parameter Pada IP......................................................................................................................6

2.2.1

Persen Polarisasi terinduksi (%IP) dalam (millivolt/volt)..........................................................6

2.2.2

Chargaebility.............................................................................................................................6

2.2.3

Resistivity..................................................................................................................................7

2.3

Konfigurasi Gradient Array pada Induced Polarization.............................................................7

2.4

Konfigurasi Dipole-Dipole pada Induced Polarization..............................................................7

BAB III....................................................................................................................................................
METODOLOGI PERCOBAAN..........................................................................................................11
3.1 Alat dan Bahan...............................................................................................................................11
3.2 Cara Kerja......................................................................................................................................11
3.3 Flowchart.......................................................................................................................................12
3.4 Desain Akuisisi..............................................................................................................................13
BAB IV...................................................................................................................................................
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN...........................................................................................14
4.1 Pengolahan Data............................................................................................................................14
4.2 Pembahasan...................................................................................................................................22
BAB V.....................................................................................................................................................
KESIMPULAN...................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................26

ABSTRAK
Telah dilakukan praktikum Induced Polarization pada akuarium di jurusan teknik geofisika
ITS. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui anomali bawah permukaan di pada

akuarium berdasarkan konsep chargeability serta bagaimana teknik pengolahan data dan
inversi dari metode Induced Polarization. Metodologi praktikum dengan cara melakukan
pengukuran IP dengan konfigurasi dipole-dipole. Kemudian dilakukan pengolahan data

dalam software RES2DINV. Didapatkan nilai resitivity dan chargeability dalam domain
waktu. Didapatkan nilai rentang chargeability sebesar 0.0001 ~ 1.22 second, rentang hasil
inversi resistivity 0.113~10.9 m. Kedalam yang terjangkau dari konfigurasi adalah 8 cm.
Dari hasil pengolahan data terdeteksi pengaruh susunan batuan berupa antiklin kecil, patahan,
serta pipa besar yang dihasilkan karena mineral lempung dan logam. Namun pada praktikum
kali ini tidak terdapat adanya pengaruh pipa kecil.
Kata Kunci : Induced Polarization, Chargeability, Resistivity

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Geolistrik merupakan salah satu metode yang penting dalam bidang ilmu geofisika,
dimana keadaan bawah permukaan dapat diketahui dengan menggunakan sifat-sifat
kelistrikan batuan. Beberapa sifat kelistrikan tersebut adalah resistivitas, konduktivitas,
konstanta dielektrik, dan permitivitas. Metode geolistrik merupakan salah satu metode

geofisika yang mempelajari sifat kelistrikkan di dalam bumi dan bagaimana cara
mendeteksinya di permukaan bumi.
Metode Induced Polarization adalah metode geolistrik yang berguna untuk mengetahui
anomaly bawah permukaan berdasarkan konsep chargeability batuan. Fenomena metode IP
didapatkan karena saat dihentikan injection ternyata nilai tegangan batuan tidak lansung
menjadi nilai alami namun (Self Potensial) masih muncul tegangan yang akan mengecil
secara meluruh. Munculnya beda tegangan ini karena disebabkan adanya polarisasi membran
dan polarisasi elektroda. Metode IP hampir mirip dengan metode resistivitas karena metode
IP adalah perkembangan dari metode resistivity. Namun dalam penggunaan Metode IP
berbeda dengan resistivy, IP banyak digunakan dalam eksplorasi mineral logam, eksplorasi
mineral lempung, menentukan letak polutan bawah permukaan, serta mengetahui intrusi air
laut. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini dilakukanlah praktikum metode IP agar
mahasiswa dapat mengerti bagaimana cara melakukan metode IP.
1.2 Permasalahan
Permasalahan pada praktikum metode Induced Polarization ini adalah bagaimana cara
untuk mengetahui anomali bawah permukaan pada akuarium berdasarkan konsep
chargeability serta bagaimana teknik pengolahan data dan inversi dari metode Induced
Polarization.
1.3 Tujuan
Tujuan pada praktikum metode Induced Polarization adalah untuk mengetahui anomali
bawah permukaan di pada akuarium berdasarkan konsep chargeability serta bagaimana
teknik pengolahan data dan inversi dari metode Induced Polarization.
1.4 Manfaat
Setelah melakukan praktikum Induced Polarization diharapkan manfaat yang diperoleh
antara lain dapat memahami teknik pengukuran dan pengolahan data metode Induced
Polarization serta dapat melakukan interpretasi data sehingga dapat diketahui bentuk dan jenis
anomali di bawah permukaan pada objek asli di lapangan.
2

BAB II
DASAR TEORI

2.1

Prinsip Dasar Metode IP


Metode IP merupakan metode yang dapat dimanfaatkan untuk menginvestigasi struktur

permukaan bumi yang mengandung deposit mineral. Dengan prinsip mengalirkan arus listrik ke
dalam bumi kemudian mengamati beda potensial yang terjadi setelah arus listrik dihentikan. Ketika
arus diputus, idealnya beda potensial tersebut langsung menjadi nol atau hilang, tetapi pada mediummedium tertentu akan menyimpan energy listrik (sebagai kapasitor) dan akan dilepaskan kembali.
Jadi, walaupun arus sudah diputus, tetapi beda tegangan masih ada akan meluruh terhadap waktu dan
berangsur-angsur hilang/nol. Efek ini dinamakan efek Induced Polarization. Polarisasi dapat terjadi
karena adanya medium yang mengandung mineral logam. Metode IP mampu mengindentifikasi
mineral yang disseminated (tersebar) namun sulit untuk mineral yang massive. Hal ini disebabkan
mineral yang tersebar lebih mudah terpolarisasikan akibat arus yang dilewatinya.
Selain peristiwa yang berlangsung pada bidang batas antara logam dengan larutannya, gejala
IP juga dipengaruhi peristiwa yang terjadi di daerah disekitar bidang batas tersebut. Daerah ini terdiri
dari dua bagian, yaitu lapisan tetap dan bidang antar muka elektroda yang keduanya membentuk
lapisan ganda. Kedua lapisan ini mempunyai muatan yang berbeda sehingga mempunyai nilai
kapasitansi Gejala latar belakang dalam eksplorasi mineral logam terutama disebabkan mineralmineral clay dalam batuan yang berpori-pori. Umumnya mineral-mineral clay dalam batuan
bermuatan negatif pada bidang batas antar muka permukaan batuan dan larutan pori. Sehingga ion-ion
positif dalam larutan pori terkumpul dekat pada bidang batas sedangkan ion-ion negatif tertolak
menjauhi bidang batas. Jika ukuran pori kecil (10-16 cm) pori bersifat sebagai kapiler maka ion-ion
positif akan memenuhi diameter kapiler sedangkan ion-ion negatif akan terkumpul diujung kapiler
sehiingga terjadi polarisasi muatan pada sistem ini. Jika diberi beda potensial maka ion-ion tersebut
akan bergerak sesuai dengan arah medan listrik.
Selama dialiri arus , maka terjadi penyimpanan energy yang dapat berupa energy mekanis,
listrik, atau kimia. Energi kimia tersebut, menyebabkan efek polarisasi terinduksi yaitu polarisasi
membrane (electrokinetic) dan polarisasi elektroda (over voltage). Pada pengukuran IP, kedua efek
tersebut tidak dapat dibedakan. Hubungan antara over potential dan rapat arus listrik ialah sebagai
berikut:

Dimana J rapat arus total, Jo rapat arus dalam keadaan reversible, F konstanta Faraday, z jumlah
pertukaran electron dan fraksi energy. Ada dua kondisi, untuk overpotensial kecil, harga over
potensial berbanding lurus dengan rapat arus total. Untuk over potensial besar, besarnya berbanding
dengan harga ln rapat arus totalnya.

2.2

Parameter Pada IP
Dalam metode IP, ada beberapa parameter yang sangat penting, yaitu: persen polarisasi

terinduksi, chargeability, dan resistivity.

2.2.1

Persen Polarisasi terinduksi (%IP) dalam (millivolt/volt)


Efek IP dengan menghitung perbandingan hasil pengukuran potensial setelah dan sebelum

arus diputus. Penurunan tegangan terputus, akan berharga konstan setelah waktu transien, yaitu waktu
yang dibutuhkan untuk tegangan menjadi konstan nol, besarnya berkisar 0,1 sampai 10 detik (Telford,
1979). Berikut ini ialah perumusan %IP :

2.2.2

Chargaebility
Chargaebility dirumuskan sebagai :

Dimana V dan V(T) memiliki satuan yang sama yaitu dalam volt atau millivolt dan M dalam satuan
millisecond. Chargebilitas di lapangan dapat dilakukan dengan cara membandingkan tegangan terbaca
sebelum arus diputus dan tegangan stabil setelah diberi arus pada setiap titik pemasangan elektroda
arus dan potensial.

Dimana Vs tegangan sisa yaitu tegangan setelah arus diputus dan Vp adalah tegangan stabil, yaitu
tegangan hasil ukur setelah diberi arus.

2.2.3

Resistivity
Resistivitas semua medium di bawah permukaan diperoleh dengan cara mengalirkan arus

melalui electrode arus dan mengukur potensial pada electrode potensial. Konfigurasi elektroda
potensial. Konfigurasi elektroda yang digunakan biasanya Dipole-dipole. Hubungan antara
resistivitas, faktor konfigurasi elektroda (K), potensial terbaca ( V ) dan arus (I) yang dikirim
adalah

2.3

Konfigurasi Gradient Array pada Induced Polarization


Konfigurasi ini dilakukan untuk mendapatkan peta penyebaran IP pada kedalaman ekuivalen

tertentu. Kedalaman pemetaannya tergantung dari bentangan elektroda arus AB yang digunakan
(diperkirakan sekitar 0,125 kali bentangan AB). Pada pengukuran ini, data relatif baik bila dilakukan
dengan bentangan elektroda potensial 50 m. 10% dari jumlah data harus berupa pengukuran overlap.
Error pada pengukuran overlap tersebut dijadikan dasar sebagai evaluasi kualitas data. Penggunaan
receiver berchannel banyak sangat membantu kecepatan produksi di lapangan. Penggunaan
transmitter dan generator berkekuatan besar (7,5 KVA), sangat menentukan mutu data yang diperoleh.
Pada bentangan AB sebesar 3 sampai 4 km diperlukan arus minimal 4 Amper untuk memperoleh data
bermutu baik. Peningkatan arus dapat dilakukan dengan menggunakan plat tembaga disiram air garam
pada elektroda arus. Data bermutu baik biasanya terletak pada lintasan yang relatif dekat dengan
bentangan elektroda arus AB, semakin jauh dari bentangan elektroda arus AB, maka mutu data
semakin menurun. Untuk mengatasi hal tersebut harus dilakukan pemindahan bentangan alektroda AB
agar relatif dekat dengan lintasan pengukuran elektroda potensial.
Namun, hasil anomali peta tahanan jenis atau IP yang diperoleh dapat mengarahkan
pengukuran relatif lebih detil menggunakan konfigurasi dipole-dipole.

2.4

Konfigurasi Dipole-Dipole pada Induced Polarization


Biasanya konfigurasi ini dilakukan untuk memperoleh data lebih detil disbanding konfigurasi

gradient array. Dipole-dipole dapat dilakukan dengan berbagai harga x dan n tergantung dari penetrasi
yang dikehendaki. Meskipun harga x diubah-ubah dari 25 m, 50 m, 100 m, 200 m hingga 300 m,
biasanya harga n selalu dipergunakan dari 1 hingga 6. Pengukuran dengan n=7 sangat jarang
dilakukan karena sinyalnya yang relatif lemah mengakibatkan data relatif besar kesalahannya.
Pemakaian receiver berchannel banyak (6 channel) sangat membantu produksi pengukuran di
lapangan. Digunakannya receiver berchannel banyak, relatif mengurangi kesalahan pengukuran.
Berikut ini ditunjukkan beberapa cara mengukur dipole-dipole dan hasil ploting point pengukurannya

dengan menggunakan receiver berchannel banyak. Gambar 1 menjelaskan tentang mengukur IP cara
bergerak searah.

Gambar 1. Contoh Pengukuran Ip Dengan Cara Bergerak Searah

Transmitter selalu bergerak menyusul bentangan kabel receiver dan menghasilkan rangkaian
data yang seragam sepanjang lintasan. Gambar 2 menjelaskan tentang pengukuran IP cara receiver
ditengah.

Gambar 2. Contoh Pengukuran Ip Dengan Cara Receiver Ditengah


Pada setiap posisi receiver selalu dilakukan dua set pengukuran; satu set pengukuran dengan
transmitter dibelakang (gambar 3) dan satu set dengan transmitter di depan. Cara ini menghasilkan
data overlap sebanyak 7-10 %.

Gambar 3. Contoh Pengukuran Ip Dengan Receiver Ditengah Dan Transmitter Disalah Satu Sisi

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


- DVM (1 buah)
- Paku 5 buah (Elektroda arus dan Elektroda Potensial)
- Stopwatch (1 buah)
- Aquarium berisi berbagai jenis batuan (Lapangan Akuisisi)
- Kabel 4 roll dan penjepit buaya (2 roll untuk A & B, 2 roll untuk M &N)
- Meteran (1 buah)

3.2 Cara Kerja


Aquarium yang sudah dipersiapkan diisi dengan berbagai jenis batuan suatu
perlapisan tanah.
Paku (elektroda) yang berjumlah 5 buah ditancapkan ke bagian atas perlapisan dengan
pembagian 2 paku sebagai A dan B (elektroda potensial), 2 paku sebagai M dan N
(elektroda arus), dan 1 paku sebagai titik nol dengan spasi 4 cm.
Kabel 4 roll yang ujungnya terdapat jepit buaya kemudian ujungnya disambungkan
pada DVM
2 roll ditancapkan pada M dan N dan 2 roll ditancapkan pada A dan B kemudian
disambungkan pada DVM.
Setelah A & B dan M & N tersambung, kemudian diinjekkan arus dan potensial pada
elektroda tersebut.
Untuk mendapatkan t peluruhan, saat tombol injek dilepas stopwatch mulai berjalan
ndan berhenti saat potensialnya berkurang sampai 2mV. Kemudian dicatat
waktunya.
Untuk mendapatkan Vs, saat tombol injek dilepaskan diperhatikan penurunan
potensialnya dan dicatat apabila angkanya berada pada range nilai 20 60 mV.
Untuk mendapatkan V max, dilakukan kembali injeksi ulang dengan mengubah
satuan voltmeternya dari mV menjadi V kemudian diinjek dan dicatat nilai potensial
tertinggi yang dihasilkan.
Untuk mendapatkan I max, dilakukan injek dan dicatat nilai arus tertinggi yang
dhasilkan (dalam mA)

10

3.3 Flowchart
Aquarium diisi
berbagai jenis batuan
untuk membentuk
suatu perlapisan tanah

Didapatkan nilai
Vs

Dilakukan injek ulang


dengan mengubah
satuan voltmeter dari
mV menjadi V.

Elektroda (A &B, M &


N) ditancapkan
dengan spasi 4 cm

Saat tombol injek


dilepas dan perhatikan
penurunan
potensialnya dan
dicatat apabila
angkanya berada pada
range nilai 20 60 mV.

Start
(Injeksi)

Elektroda
disambungkan pada
DVM

Didapatkan nilai
t peluruhan

Setelah mendapatkan
nilai arus dan
potensial yang
tertinggi dan stabil
maka angkanya
dicatat

Start
(Injeksi)

Stopwatch berjalan
saat tombol injek
dilepas dan saat
potensial 2mV
stopwatch dihentikan

Didapatkan nilai
V max dan I
max

11

Selesai

3.4 Desain Akuisisi

Aquarium berisi perlapisan


A

Aki 12 V

Injec
t

(Arus)

(Potensi
al

DV

Stopwatch

12

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengolahan Data
Data yang didapatkan dari pengambilan data adalah konvigurasi dari elektroda meliputi; n
(faktor), a (spasi elektroda), posisi (c1,c2,p1,p2), x (titik tengah antara p1 - c2), V-I maksimum saat
injeksi, dan waktu untuk mencapai tegangan stabil (0.002V). Kemudian dilakukan penghitungan
untuk ; R (resistansi), K (faktor konvigurasi elektroda), (resistivitas), M (charge ability domain
waktu).
Dan berikut ini adalah persamaan yang digunakan dalam perhitungan data:
Untuk Menghitung
Resistansi

Persamaan yang digunakan

V
R= max
I max

Faktor konfigurasi(K)

K=a(n+1)( n+2)

Resistivitas()

=K . R
ta

Chargeability time domain(M)

M = Vs dt .
t o =0

karena t 0 dianggap nolmaka ,


M =Vs . t ,

memiliki dimensi ,
M=

V .T
V

M dalam waktu , (second)

t adalah waktu untuk mencapai 0.002 V

Setelah dilakukan penghitungan dengan spreadsheet maka dilanjutkan dengan langkah-langkah


dibawah ini:
Langkah inversi IP

13

Keterangan

Pengkondisian data yang telah


didapat, utuk input file
Res2dinv. Data yang diinputkan
berturut-turut :
X(titik tengah)-a(spasi elektroda)-n(faktor)(resistivitas semu)-M(chargeability).

Setelah data

dat

sudah di

kondisikan

,maka

buka

Res2dinv lalu inputkan file dat


tersebut.

Pilih file yang akan dilakukan


inversi.

Akan muncul info dari file yang


digunakan.

Untuk mengurangi error saat

14

inversi , hilangkan data titik


pengukuran yang kurang baik
(spiking).

Data

sebelum

dilakukan

penghapusan bad datum ,masih


banyak

spike

yang

tidak

bertahap dalam perubahannya.

Simpan file setelah dilakukan


extermination pada data yang
buruk.
Dilakukan pembacaan file yang
telah di simpan (file setelah
dilakukan extermination pada
data yang buruk).

15

Pilih file

Akan muncul info tentang file


yang

telah

dilakukan

pemangkasan data yang buruk.

Hasil setelah extermination


pada data yang buruk.

16

Untuk menggunakan setingan


yang

telah

di

coba

dan

diperbaiki , kita gunakan fitur


save/read pada Change Setting.

Pilih file setting.

Akan muncul informasi dari file


setting yang digunakan .

17

Kemudian dilakukan inversi.

Save file hasil inversi.Dan


inversi akan berlangsung.

Saat proses inversi berlangsung


akan
setelah

muncul

kotak

mencapai

dialog
iterasi

maksimum ,kemudian inputkan


iterasi

maksimum

yang

melebihi dari batas perubahan

18

error terkecil.

Muncuk kotah dialog yang


menunjukkan inversi memiliki
perubahan error dibawah 1%.
Dan

dipilih

Yes,untuk

melanjutkan.

Akan
untuk

muncul

kotak

mengatur

dialog
batas

konvergensi error RMS.

Hasil inversi resistivitas ,


measured-calculated-inverse
model.

19

Perubahan tiap iterasi.

Display IP (chargeability).
Measured-calculated-inverse
model.

4.2 Pembahasan
Dari segi deskripsi model yang digunakan ,terdapat lima lapis dari ;pasir-gamping-pasir-bata
merah-gamping. Pasir yang digunakan adalah pasir halus(sirtu /pasir gunung) yang memiliki daya
serap fluida khususnya air yang sangat tinggi(permeabilitas tinggi). Kemudian untuk lapisan bata
merah halus digunakan percampuran dari bata yang ditumbuk kasar dan yang ditumbuk halus ada
bidang batas hal ini dilakukan agar mengurangi rongga pada bidang batas. Kemudian pada perlapisan
gamping juga dilakukan hal yang sama pada bata merah dengan tujuan yang sama pula. Dari segi
dimensi memiliki panjang 108 cm dan lebar 60 cm dan dalam 60 cm. Untuk seting bentukan model
digunakan seting antiklin kecil , kemudian pipa besar , patahan yang memotong semua perlapisan
kecuali lapisan teratas, dan pipa kecil setelah patahan.

20

Untuk metoda yang digunakan kami gunakan metoda IP dan Resistivity dengan konvigurasi
dipole-dipole, dengan spasi elektrodanya 4 cm dan digunakan 5 faktor (n). Dari konfigurasi tersebut
didapatkan 115 data. Untuk alat yang kami gunakan adalah GE-GL4200 dengan spesifikasi dan
keunggulannya sebagai berikut:
Spesifikasi /Keunggulan
Tegangan
Tegangan Max :
Arus
Time domain IP-measures chargeability in time
interval.
High accurate 10-12 bit A/D card
Daya
Kedalaman analisa:

Keterangan
400 V (100mA)
500 V (50mA)
100 mA (Rab < 4k ohm) constant current
45 W by 2 x 12 V NiCad Battery
> 150 m (moist soil)

Untuk lebih detailnya, model yang digunakan adalah seperti gambar berikut ini:

Untuk data yang akan diambil adalah arus I dan tegangan V maksimum saat diinjeksi dan
stabil. Kemudian setelah injeksi dilakukan pengambilan data waktu (peluruhan) dengan stopwatch
hingga tegangan mencapai 4-2mV (dianggap sudah stabil) dari arus injeksi mulai diputus. Kemudian
nilai tegangan V dalam rentan 20-60 mV pada awal diputusnya injeksi arus sebagai Vs.
Pada saat pengambilan data inilah yang banyak terjadi kendala ,pada saat pengambilan data
waktu peluruhan dan pencatatan Vs akan terjadi subjektivitas pengamatan dari prakstikan yang
pastinya berbeda-beda karena praktikum kali ini dilakukan bengan bersama-sama dengan cara
pembagian data point. Hal ini juga menyebabkan terjadinya bad datum point yang akan dihilangkan

21

pada proses inversi. Dan juga faktor intrusi air yang diberikan yang memungkinkan terjadinya ketidak
seragaman pada jumlah fluida pada perlapisan batuan.
Agar injeksi lebih baik elektroda yang kami gunakan adalah paku baja sepanjang 10 cm baik
untuk elektroda AB maupun MN. Dan kita enggunakan injeksi normal tanpa boost ,karena bila
digunakan boost sikring akan putus karena tidak kuat menahan arus 200 mA dan juga model yang
digunakan dalam skala kecil bukan skala lapangan. Untuk injeksi biasa hanya 100 mA dengan
tegangan 400V.Sebelum injeksi juga harus diperhatikan posisi pengaturan elektroda , dengan cara test
AB dan MN apakah telaah terhubung dengan baik atau belum , dan perlu diperhatikan pula agar kabel
maupun elektroda tidak konsleting satu sama lain. Dan penancapan elektroda diharuskan tegak lurus
dengan perlapisan dan kokoh dalam penancapannya.
Sebenarnya alat GE-GL4200 memiliki kapabilitas dalam perhitungan langsung dengan di
koneksikan ke PC atau Laptop. Tentunya hasil ini akan lebih baik dan cepat dibandingkan dengan
pengambilan data secara manual (dengan stop watch). Tetapi untuk mengetahui prinsip dasar dari IP
domain waktu , cara manual tersebut lebih baik digunakan agar praktikan lebih paham prinsip
chargeability.
Dari hasil inversi tersebut didapatkan kedalaman yang tercover dari konvigurasi yang
digunakan mendekati 8 cm, meski 8 cm tetapi memiliki pengaruh efek dari struktur yang lebih dalam
juga yang bisa untuk menggambarkan kondisi subsurface . Untuk hasil inversi IP berupa
chargeability dalam domain waktu (s, karena digunakan satuan detik bukan mili detik), hasil inversi
menunjukkan peningkatan chargeability pada titik data yang semakin dalam, dalam survey yang
dilakukan kali ini menunjukkan bahwa chargeability berbanding lurus dengan kedalaman dikarenakan
faktor dominan yang mempengaruhinya yaitu jenis batuan tiap perlapisan dan kemerataan intrusi air
yang disiramkan ke model akuarium yang bekerja bisa sebagai elektrolit yang tercampur dengan
suspensi dari partikel batuan. Hasil dari inversi IP relatif lebih landai dalam perubahannya
dibandingkan resistivitas yang memiliki perubahan-perubahan resistivitas yang menonjol,hal ini
dikarenakan metoda resistivity lebih responsif pada perubahan kondisi titik pengukuran.
Untuk lebih detail tentang pengaruh dari model pada chargeability maupun resistivity dapat di lihat
gambar beserta penjelasan dari korelasi antar metoda baik IP dan resistivity terhadap model:

Efek dari antiklin


mengakibatkan chargeability
menurun ditengah antiklin
Efek dari patahan
yang menyebabkan
charge ability
22
sedikit meningkat
karena efek bidang

Efek
dari
pipa
besar
mengakibatkan
chargeability
meningkat
karena
menimbulkan
rongga
yang
mengakibatkan
kontak
polarisasi minimal pada zona
tersebut
sehingga
mempercepat
untuk

Efek dari antiklin


mengakibatkan
resistivitas tinggi ,
karena lebih dekat
gamping

Resistivitas tinggi karena


pengaruh struktur dominan
yaitu gamping, dan daya
serap air yang rendah pada
bagian ini

Resistivitas pada
diatas-tengah pipa
besar kecil karena air
lebih mudahterserap
dan tertahan pada
kedalaman yang
dangkal dibanding sisi
kiri-kanannya yang
memiliki resistifitas

Efek dari
antiklin

Efek dari
Pipa besar

23

Efek dari
Patahan

BAB V
KESIMPULAN

Metoda IP mengukur chargeability dalam domain waktu, hasil inversi chargeability memiliki

rentang 0.001~1.22 second.


Rentang hasil inversi resistivity dari 0.113~10.9 ohm.m .
Kedalaman yang terjangkau dari konvigurasi yang digunakan 8 cm .
Kedua metoda baik IP maupun Resistivity memiliki keunggulan dalam mengintepretasikan

subsurface berdasarkan parameter terukurnya masing-masing.


Bentukan dari pengaruh antiklin kecil,patahan, dan pipa besar berhasil terdeteksi.
Pengaruh dari pipa kecil tidak terlihat.

DAFTAR PUSTAKA
Aries, Aditya. 2015. Pengolahan Data Metode Induced Polarization. Laboratorium Geofisika
Eksplorasi, Program Studi Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
Burtman, Vladimir. Fu, Haiyan. Zhdanov, Michael S. 2014. Experimental Study of Induced
Polarization Effect in Unconventional Reservoir Rocks. Published Online October 2014 in
SciRes (http://www.scirp.org/journal/gm).
Effendy, Vicky Nur Amry. 2012. Aplikasi Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole-Dipole untuk
Mendeteksi Mineral Mangan (Physical Modeling). Skripsi. Jember : FMIPA Unej.

24

Fajariyah, E.N. Supriyadi. 2014. Aplikasi Metode Time Domain Induced Polarization (Tdip) Untuk
Pendugaan Zona Mineralisasi Emas Di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri.
Unnes Physics Journal 3 (1) (2014).
Mufit, Fatni. Mahrizal. Sudiar, Nofi Yendri. 2014. Analisis Pencemaran Logam Berat Oleh Lindi
(Leachate) Tpa Sampah Air Dingin Kota Padang Menggunakan Metoda Geolistrik Polarisasi
Terimbas (Induced Polarization). EKSAKTA Vol. 1 Tahun XV Februari 2014.

25

Anda mungkin juga menyukai