Anda di halaman 1dari 23

DEFINISI LOG

Log merupakan data yang merepresentasikan karakteristik batuan (sifat fisika


batuan) sesuai dengan fungsi kedalaman dalam sebuah sumur bor. Ada beberapa
metode untuk memperoleh data log digunakan dalam evaluasi formasi yang
mengandung reservoir hidrokarbon, diantaranya

a. Metode kualitatif

Didasarkan pada bentuk atau defleksi kurva dari log yang terekam pada slip log
yang dipengaruhi oleh faktor litologi dan kandungan fluida. Pengamatan dapat
berupa identitas lapisan permeable, ketebalan dan batas lapisan, adanya shalines,
adanya gas atau batubara dan perbedaan antara minyak dengan air, serta sebagai
dasar dalam melakukan interpretasi kuantitatif.

b. Metode kuantitatif

Dengan menggunakan persamaan atau chart untuk menghitung parameter-


parameter reservoar dari data-data logging (Rw, Rt, b, f, m, dan lain-lain).
Metode ini meliputi analisa porositas, tahanan jenis formasi, saturasi air, dan
cadangan hidrokarbon mula-mula secara simetris.

JENIS-JENIS LOG
1. Klasifikasi log
Borehole Porosity Logs Resistivity Permeable Zone
Condition Logs Logs
Caliper Log Neutron Log (NPHI) Lateral Log Gamma Ray Log
(LLD) (GR)
Density Log (RHOB) Induction Log Spontaneous
(LLS) Potential Log (SP)
Sonic Log (DT)

2. Evaluasi Formasi
Evaluasi formasi menggunakan tiga log yang menunjukkan sifat fisik
batuan masing-masing
Zona permeabel Resistivitas formasi Porositas
SP Log Induction Log Neutron Log
GR Log Lateral Log Density Log
Sonic Log

Caliper Log

Caliper Log digunakan untuk menggambarkan geometri lubang bor, alat ini
memiliki elektroda sebagai konektor terhadap dinding sumur sebanyak 2-4 lengan.
Geometri lubang bor digunakan untuk mengetahui kondisi formasi apakah ada
yang membentuk caving karena pengeboran atau tidak. Diameter bersifat
heterogen dipengaruhi oleh tekanan dari aktivitas tektonik. Kondisi ini yang
menjadikan perbedaan yang akan direspon oleh lengan caliper. Pada lapisan yang
permeable diameter lubang bor akan semakin kecil karena terbentukya kerak
lumpur (mud cake) pada dinding lubang bor. Sedangkan pada lapisan yang
impermeable diameter lubang bor akan bertambah besar karena ada dinding yang
runtuh (vug).

Gambar 1 Caliper Log

Gamma Ray Log

Gamma Ray Log adalah metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma yang
dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan di
sepanjang lubang bor. Unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan
tersebut diantaranya Uranium, Thorium, Potassium, Radium, dan lain-lain. Batuan
yang mempunyai kandungan lempung tinggi akan mempunyai konsentrasi
radioaktif yang tinggi, sehingga nilai gamma ray-nya juga tinggi, dengan defleksi
kurva kekanan. Unsur radioaktif umumnya banyak terdapat dalam shale dan sedikit
sekali terdapat dalam sandstone, limestone, dolomite, coal, gypsum, dan
sebagainya. Oleh karena itu shale akan memberikan response gamma ray yang
sangat signifikan dibandingkan dengan batuan yang lainnya.

Gambar 2 Gamma Ray Log

Kegunaan log GR ini antara lain adalah untuk menentukan kandungan serpih (Vsh),
kandungan clay, membedakan lapisan impermeabel dan permeabel, evaluasi
mineral bijih yang radioaktif, evaluasi lapisan mineral tidak radioaktif, dan korelasi
antar sumur.

Spontaneous Potential Log

Log SP adalah suatu rekaman selisih potential antara sebuah electrode


(fish) yang ditempatkan di permukaan tanah dengan suatu electrode yang
bergerak dalam lubang sumur. Satuannya adalah millivolt. Dalam pengambilan
data log SP menggunakan lumpur agar terdapat aliran listrik dari formasi ke alat
log. Oleh karena itu, lubang sumur harus dibor dengan lumpur yang konduktif
(menghantarkan arus listrik). Sebaliknya, SP tidak bisa direkam dalam sumur yang
dibor dengan oil based mud, karena arus tidak akan mengalir pada lumpur
tersebut. Dengan log ini dapat diketahui resistivitas batuan pada sebuah formasi
karena pada log ini direkam nilai potensial sehingga pada kurva log jika mengalami
perubahan itu disebabakan karena pada suatu formasi terdapat kandungan air
garam dan air di dalam formasi. Biasanya terjadi pada lapisan yang
permeabilitasnya tinggi seperti clay dan sandstone.

Gambar 3 SP Log

Dalam evaluasi formasi SP dapat digunakan untuk identifikasi lapisan permeable,


korelasi well to well, sebagai reference kedalaman untuk semua log, menentukan
batas lapisan, menghitung harga Rw dan sebagai clay indicator.

Neutron Log (NPHI)

Neutron Porosity log tidak mengukur porositas sesungguhnya dari batuan,


melainkan mengukur kandungan hidrogen yang terdapat pada pori-pori batuan.
Indeks hydrogen didefinsikan sebagai rasio dari konsentrasi atom hydrogen setiap
cm kubik batuan terhadap kandungan air murni pada suhu 75F.

Semakin berpori batuan semakin banyak kandungan hydrogen dan semakin


tinggi indeks hydrogen. Sehingga, shale yang banyak mengandung hydrogen
dapat ditafsirkan memiliki porositas yang tinggi pula.

Untuk mengantisipasi uncertainty tersebut, maka pada praktiknya, interpretasi


porositas dapat dilakukan dengan mengelaborasikan log density logging.
Gambar 4 Neutron Log

Pembacaan nilai porositas neutron bisa sangat bervariasi tergantung pada


perbedaan tipe detektor dan apa yang dideteksi (sinar gamma dan atau neutron
dengan energi yang berbeda), jarak antara detektor dengan sumber, dan litologi
(seperti batupasir, batugamping dan dolomit).

Density Log (RHOB)

Log densitas merupakan kurva yang menunjukkan besarnya densitas (bulk


density) dari batuan yang ditembus lubang bor dengan satuan gram/cm3. Prinsip
dasar dari log ini adalah menembakkan sinar gamma kedalam formasi, dimana
sinar gamma ini dapat dianggap sebagai partikel yang bergerak dengan kecepatan
yang sangat tinggi. Banyaknya energi sinar gamma yang hilang menunjukkan
densitas elektron di dalam formasi, dimana densitas elektron merupakan indikasi
dari densitas formasi. Densitas yang diukur adalah densitas keseluruhan dari matrix
batuan dan fluida yang terdapat pada pori.

Batuan Kandungan Fluida Densitas (gram/


cc)
Shale - 2,20 2,50
Lapisan clean Air asin 2,25 2,45
Lapisan clean Minyak 2,20 2,35
Lapisan clean Gas 2,00 2,25
Lapisan batubara - 1,60 1,90

Gambar 5 Density Log

Kombinasi Density Log dan Neutron Log

Pada lapisan hidrokarbon, kurva densitas akan cenderung mempunyai


defleksi ke kiri (makin kecil harga b nya), sedangkan log neutron harga
porositasnya cenderung ke kanan (makin kecil harga N nya), dan pada lapisan
shale kedua jenis kurva akan memperlihatkan gejala sebaliknya. Penggabungan
neutron porosity dan density porosity log sangat bermanfaat untuk mendeteksi
zona gas dalam reservoir. Zona gas ditunjukkan dengan cross-over antara neutron
dan density. Pada gambar di bawah terdapat cross-over antara density dan neutron,
dalam hal ini neutron porosity lebih rendah dari density porosity.
Gambar 6 Kombinasi Neutron dan Density Log

Beberapa interpretasi terhadap respon kurva log neutron dan log density:

Dalam limestone tanpa shale yang berisi air kurva-kurva RHOB dan NPHI akan
overlay.
Dalam batuan shale RHOB ada disebelah kanan NPHI.
Dalam limestone berisi gas, RHOB ada disebelah kiri dari NPHI. Separasi lebih
besar dari 6-7 p.u
Dalam pasir tanpa shale berisi air, RHOB disebelah kiri NPHI dengan separasi
6-7 p.u
Dalam dolomite tanpa shale berisi air, RHOB ada disebelah kanan NPHI.
Dalam sandstone tanpa shale yang berisi air kurva-kurva RHOB dan NPHI akan
overlay.
Dalam batuan shale RHOB ada disebelah kanan NPHI.
Dalam sandstone berisi gas, RHOB ada disebelah kiri dari NPHI. Separasi lebih
besar dari 3 p.u.
Dalam pasir tanpa shale berisi minyak , RHOB disebelah kiri NPHI dengan
separasi 1-3 p.u.
Sonic Log

Log sonik digunakan untuk mendapatkan harga porositas batuan. Log sonik
menggambarkan waktu kecepatan suara yang dikirimkan atau dipancarkan ke
dalam formasi hingga ditangkap kembali oleh receiver. Kecepatan suara melalui
formasi batuan tergantung pada matriks batuan serta distribusi porositasnya.
Prinsip kerja dari metode ini yaitu pada formasi homogen, gelombang yang
dipancarkan dari pemancar akan menyebar dengan cepat melalui lumpur,
tergantung dari pada sudut pancarnya. Sebagian gelombang akan dibelokkan atau
dipantulkan, sebagian lagi akan menyebar sebagai geombang mampat sebagian
lagi akan merambat sebagai gelombang sekunder sepanjang dinding sumur.
Objektif dari alat sonik adalah untuk mengukur waktu rambatan gelombang suara
melalui formasi pada jarak tertentu. Umumnya kecepatan suara yang menembus
formasi batuan tergantung oleh matriks batuan (sandstone, limestone, atau
dolomite) serta distribusi porositasnya.

Gambar 7 Sonic Log

Untuk menghitung porositas sonic dari pembacaan log t harus terdapat


hubungan antara transit time dengan porositas. Wyllie mengajukan persamaan
waktu rata-rata yang merupakan hubungan linier antara waktu dan porositas.

=

dimana

tlog = waktu tranit yang dibaca dari log, sec/ft

tf = waktu transit fluida, sec/ft(189 sec/ft untuk air dengan kecepatan 5300
ft/sec
tma = waktu transit matrik batuan, sec/ft,

S = Porositas dari sonic log per fraksi (Rider,2000).

Resistivity Log

Resistivity log digunakan untuk mengukur sifat batuan dan fluida sepanjang
lubang bor dengan mengukur sifat tahanan kelistrikan (resistivitas). Satuannya
Ohmmeter. Biasanya berskala 0,1-1000 Ohmmeter. Resistivity Log terbagi menjadi
Induction Log dan Lateralog.

Gambar 8 Resistivity Log


Induction Log

Pada induction log ini prinsip kerja alat didasarkan oleh adanya medan
magnet dari sinusoidal sinyal yang dipasang pada transmitter sehingga
menimbulkan arus eddy dengan keberadaan arus eddy ini akan menginduksi
formasi kemudian formasi membentuk suatu medan magnet akibat arus eddy dan
medan magnet tersebut menghasilkan induksu arus listrik yang direkam nilainya
oleh receiver untuk diperoleh datanya.

Lateralog (LLD dan MFSL)

Lateralog merupakan log yang mirip prinsip kerjanya dengan metode


resistivitas, data yang dihasilkan dapat mengetahui nilai resistivitas invansion zone,
transition zone dan uninvaded zone, masing masing menggunakan jenis log. Data
dari ketiga log resistivitas tersebut nantinya akan menghasilkan nilai resisistivitas
Rt,yang nantinya digunakan dalam perhitungan Saturasi air.
Alat lateralog berdasarkan cakupan kedalaman
Lateralog Log Shallow
Lateralog Log Medium
Lateralog Log Deep

Jenis-jenis penetrasi resistivity diantaranya


Flushed Zone: Zona infiltrasi yang terletak paling dekat dengan
lubang bor serta terisi oleh air filtrat lumpur yang mendesak
komposisi semula (gas, minyak ataupun air tawar) dan
memungkinkan tidak seluruh komposisi semula terdesak ke dalam
zona yang lebih dalam.
Transition Zone: Zona infiltrasi yang lebih dalam, zona ini ditempati
oleh campuran dari air filtrat lumpur dengan komposisi semula.
Uninvaded Zone: Zona yang tidak mengalami infiltrasi dan terletak
paling jauh dari lubang bor, serta seluruh pori-pori batuan terisi oleh
komposisi

Perhitungan
Volume Shale

= =

Porositas dari Density Log

=

PETROFISIKA
Dalam melakukan kegiatan eksplorasi dibutuhkan pemahaman berbagai disiplin
ilmu. Pendekatan disiplin ilmu yang dilakukan untuk mencari suatu reservoir adalah
petrofisika yang mengaplikasikan pendekatan geologi dan fisika batuan.
Petrofisika merupakan studi yang dilakukan untuk memperoleh sifat fisik batuan
reservoir dan fluida, salah satunya dengan metode well-logging pada sumur
eksplorasi. Dari hasil data well-log dapat ditentukan karakteristik fisik batuan,
seperti litologi, porositas, geometri pori, dan permeabilitas. Maka dari itu,
pemahaman mengenai sifat fisik batuan sangat penting dalam menganalisa data
well-log.

Sifat-sifat fisik batuan yang mempengaruhi pengukuran log diantaranya porositas,


permeabilitas, saturasi, resistivitas, dan densitas.

1. Porositas

Porositas merupakan perbandingan antara volume ruang yang terdapat dalam


batuan yang berupa pori-pori terhadap volume batuan secara keseluruhan,
biasanya dinyatakan dalam fraksi. Besar-kecilnya porositas suatu batuan akan
menetukan kapasitas penyimpanan fluida reservoir. Secara matematis porositas
dapat dinyatakan sebagai berikut

= = (%)

dimana,

= porositas batuan (%)


Vb = volume batuan total (bulk volume)

Vg = volume grain

Vp = volume ruang pori-pori batuan


Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

a. Porositas absolut, adalah persen volume pori-pori total terhadap volume


batuan total (bulk volume)

= %

b. Porositas efektif, Porositas efektif, adalah persen volume pori-pori yang
saling berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume).

= %

Untuk selanjutnya porositas efektif digunakan dalam perhitungan karena dianggap
sebagai fraksi volume yang produktif.

Disamping itu menurut waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

1. Porositas primer, adalah porositas yang terbentuk pada waktu batuan sedimen
diendapkan. Contoh: batuan konglomerat, batupasir, dan batu gamping.

2. Porositas sekunder, adalah porositas batuan yang terbentuk sesudah batuan


sedimen terendapkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi porositas antara lain :

Ukiran butir atau grain size


Semakin kecil ukuran butir maka rongga yang terbentuk akan semakin kecil
pula dan sebaliknya jika ukuran butir besar maka rongga yang terbentuk
juga semakin besar.
Bentuk butir atau sphericity
Batuan dengan bentuk butir jelek akan memiliki porositas yang besar,
sedangkan kalau bentuk butir baik maka akan memiliki porositas yang kecil.
Susunan butir
Apabila ukuran butirnya sama maka susunan butir sama dengan bentuk
kubus dan mempunyai porositas yang lebih besar dibandingkan dengan
bentuk rhombohedral.
Pemilahan
Apabila butiran baik maka ada keseragaman sehingga porositasnya akan
baik pula. Pemilahan yang jelek menyebabkan butiran yang berukuran kecil
akan menempati rongga diantara butiran yang lebih besar akibatnya
porositasnya rendah.
Komposisi mineral
Apabila penyusun batuan terdiri dari mineral-mineral yang mudah larut
seperti golongan karbonat maka porositasnya akan baik karena rongga-
rongga akibat proses pelarutan dari batuan tersebut.
Sementasi
Material semen pada dasarnya akan mengurangi harga porositas. Material
yang dapat berwujud semen adalah silika, oksida besi dan mineral lempung.
Kompaksi dan pemampatan
Adanya kompaksi dan pemampatan akan mengurangi harga porositas.
Apabila batuan terkubur semakin dalam maka porositasnya akan semakin
kecil yang diakibatkan karena adanya penambahan beban.

Pengukuran porositas dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:

1. Pengukuran laboratorium dengan menggunakan sampel batuan (core).

2. Pengukuran dengan menggunakan logging tool, seperti neutron log, density


log dan sonic log.

2. Permeabilitas

Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan yang menunjukkan


kemampuan dari suatu batuan untuk mengalirkan fluida. Permeabilitas merupakan
fungsi tingkat hubungan ruang antar pori-pori batuan. Henry Darcy (1856),
membuat hubungan empiris dengan bentuk diferensial sebagai berikut:

=

dimana

V = kecepatan aliran (cm/sec)

= viskositas fluida yang mengalir (cp)

= gradien tekanan dalam arah aliran (atm/cm)

k = permeabilitas media berpori (Darcy)

Tanda negatif dalam persamaan menunjukkan bahwa bila tekanan bertambah


dalam satu arah, maka arah alirannya bearlawanan dengan arah pertambahan
tekanan tersebut.

Dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu


1. Permeabilitas absolut, adalah permeabilitas dimana fluida yang mengalir melalui
media berpori tersebut hanya satu fasa, misal hanya minyak atau gas saja.

2. Permeabilitas efektif, adalah permeabilitas batuan dimana fluida yang mengalir


lebih dari satu fasa, misalnya minyak dan air, air dan gas, gas dan minyak atau
ketiga-tiganya.

3. Permeabilitas relatif, adalah perbandingan antara permeabilitas antara


permeabilitas efektif dengan permeabilitas absolut.

3. Saturasi

Saturasi fluida adalah perbandingan antara volume pori batuan yang


ditempati oleh stu fluida tertentu dengan volume pori batuan . adapun jenis- jenis
dari saturasi batuan reservoir yaitu :

1. Saturasi gas adalah volume pori yang diisi gas dibagi dengan volume total yang
dinyatakan dengan Sg.
2. Saturasi minyak adalah volume pori yang diisi minyak dibagi dengan volume
pori total yang dinyatakan dengan So.
3. Saturasi air adalah volume pori yang diisi air dibagi volume pori total yang
dinyatakan dengan Sw.

Saturasi Air (Sw)



= 100 %

Saturasi Minyak (So)



= 100 %

Saturasi Gas (Sg)



= 100 %

Hubungan dari ketiganya adalah sebagai berikut:


Sw + So + Sg = 1
Jika diisi oleh minyak dan air saja, maka berlaku hubungan
Sg + So = 1

Terdapat tiga faktor yang penting mengenai saturasi fluida, yaitu:


1. Saturasi fluida akan bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain dalam reservoir,
Saturasi air cenderung untuk lebih besar dalam bagian batuan yang kurang
porous.
2. Saturasi fluida akan bervariasi dengan kumulatif produksi minyak. Jika minyak
diproduksikan maka tempatnya di reservoir akan digantikan oleh air atau gas
bebas.
3. Saturasi minyak dan saturasi gas sering dinyatakan dalam istilah pori-pori yang
diisi oleh hidrokarbon.

Pemberian skala visual untuk saturasi fluida:

So > 10%, Sw < 50%, adalah lapisan yang memproduksi minyak.


So < 10%, Sw < 50%, adalah lapisan yang memproduksi gas.
So < 10%, Sw > 50%, adalah lapisan yang memproduksi air.

LITOLOGI RESERVOIR
Litologi memiliki arti tipe batuan yang diklasifikasikan berdasarkan komposisi
penyusunnya, seperti limestone, sandstone, dolomite, dan sebagainya.
Mengidentifikasi litologi dari suatu formasi batuan merupakan hal penting yang
harus dipahami untuk mengkarakterisi batuan reservoir, karena sifat fisika maupun
kimia dari batuan yang mengandung hidrokarbon atau air akan mempengaruhi
respon dari setiap alat yang digunakan untuk mengukur sifat formasi batuan.
Memahami litologi dari reservoir merupakan hal dasar untuk melakukan
perhitungan sifat fisis batuan seperti porositas, permeabilitas, saturasi, dan
sebagainya.
BOREHOLE ENVIRONMENT
Borehole environment adalah suatu gambaran dimana fluida memasuki lubang
bor, biasanya menggunakan drilling mud atau dapat berupa udara atau air. Suatu
lumpur pemboran khusus (mud filtrate) yang digunakan dan diinjeksikan selama
pemboran berlangsung memiliki berbagai fungsi, yaitu guna memindahkan
cutting, melicinkan dan mendinginkan mata bor, dan menjaga tekanan antara bor
dan formasi batuan. Densitas lumpur tersebut dijaga agar tetap tinggi supaya
tekanan pada kolom lumpur selalu lebih besar daripada tekanan formasi.
Perbedaan tekanan ini menyebabkan terdorongnya sebagian lumpur untuk
merembes ke dalam formasi batuan. Rembesan fluida lumpur tersebut kemudian
mengakibatkan adanya tiga zona di sekitar lubang pemboran yang mempengaruhi
pengukuran log, khususnya pengukuran log yang berdasarkan prinsip kelistrikan
(log SP dan log Resistivitas). Tiga zona tersebut ialah Flushed Zone, Transition
Zone, dan Uninvaded Zone.

1. Invaded Zone (Flushed Zone dan Transition Zone)


Invaded zone atau zona terinvasi terdiri dari flushed zone resistivity (Rxo) dan zona
transisi atau annulus zone (Ri). Besarnya invasi tergantung pada permeabilitas
mud cake, bukan porositas batuan. Pada umumnya, volume mud filtrate
yang sama dapat menginvasi batuan dengan porositas tinggi dan rendah
jika drilling mud memiliki jumlah partikel solid yang sama. Mud cake
bertindak sebagai pembatas pada invasi lanjutan. Karena volume fluida
yang sama dapat terinvasi sebelum batas impermeable mud cake terbentuk,
diameter invasi menjadi paling besar dalam batuan porositas rendah. Hal
tersebut dikarenakan batuan porositas rendah memiliki kapasitas volume
pori lebih kecil untuk diisi dengan fluida.

Diameter invasi dalam formasi permeabel


dj/dh = 2, for high-porosity rocks;
dj/dh = 5, for intermediate-porosity rocks
dj/dh = 10, for low-porosity rocks.

a. Flushed zone atau zona terinvasi diasumsikan bahwa air formasi telah
tergantikan seluruhnya oleh mud filtrate (Rmf). Zona ini merupakan zona
infiltrasi yang terletak paling dekat dengan lubang bor serta terisi oleh
mud filtrate yang mendesak fluida semula (seperti gas, minyak, maupun
air). Ketika minyak hadir di flushed zone, tingkat pembilasan oleh filtrat
lumpur dapat ditentukan dari perbedaan antara saturasi air pada flushed
zone (Sxo) dan uninvaded zone (Sw). Biasanya, sekitar 70% sampai 95%
dari minyak terperah keluar; sisa minyak tersebut disebut residual
minyak [Sro = (1,0 - Sxo)] di mana Sro adalah saturasi residual minyak.

b. Transition Zone merupakan zona dimana suatu fluida dan mud filtrate
dari suatu formasi bercampur, yang terjadi diantara Flushed Zone dan
Uninvaded Zone (Rt). Karena zona ini posisinya semakin jauh dari lubang
bor maka semakin berkurang filtrasi dari lumpur pemboran.

2. Uninvaded Zone
Uninvaded zone atau zona tak terinvasi berada di luar invaded zone. Pori-
pori di uninvaded zone tidak terkontaminasi oleh mud filtrate, tetapi
dijenuhi dengan resistivitas air formasi (Rw) atau fluida. Saturasi air menjadi
faktor penting dalam uninvaded zone karena dengan menggunakan data
Sw dapat ditentukan kejenuhan hidrokarbon reservoir.

Sh = 1 Sw
dimana
Sh = saturasi hydrocarbon (fraksi volume pori yang terisi dengan
hidrokarbon)
Sw = saturasi air pada uninvaded zone (fraksi volume pori yang terisi air)

Perbandingan saturasi air pada uninvaded zone (Sw) terhadap saturasi air
pada flushed zone (Sxo) merupakan indeks perpindahan hidrokarbon.
Gambar 9 Borehole Environment

WIRELINE LOGGING INSTRUMENT


Elemen-elemen pada well logging diantaranya pengukuran sonde dalam borehole,
wireline, dan suatu laboratorium (Schlumberger). Unit-unit yang dibutuhkan dalam
logging bermacam-macam tergantung pada lokasi (offshore atau onshore). Setiap
unit akan terdiri dari komponen berikut,

Logging cable

Mesin derek atau derekan untuk menaikkan atau menurunkan kabel dalam sumur

Self-contained ac generator

Surface control panels

Downhole tools (sondes and cartridges)

Digital recording system


Pengambilan Data Log

Ellis & Singer (2008) membagi metode yang digunakan untuk memperoleh data
log menjadi dua macam, yaitu:

1. Wireline Logging

Pada wireline logging, hasil pengukuran akan dikirim ke permukaan melalui kabel
(wire). Instrumen instrumen yang diperlukan diantaranya

1. Mobile laboratory
2. Borehole
3. Wireline
4. Sonde

Untuk menjalankan wireline logging, lubang bor harus dibersihkan dan distabilkan
terlebih dahulu sebelum peralatan logging dipasang (Bateman,1985). Hal yang
pertama kali dilakukan adalah mengulurkan kabel ke dalam lubang bor hingga
kedalaman maksimum lubang bor tersebut (Bateman,1985). Sebagian besar log
bekerja ketika kabel tersebut ditarik dari bawah ke atas lubang bor. Kabel tersebut
berfungsi sebagai transmiter data sekaligus sebagai penjaga agar alat logging
berada pada posisi yang diinginkan (Bateman,1985). Bagian luar kabel tersusun
atas galvanized steel sedangkan bagian dalamnya diisi oleh konduktor listrik. Kabel
tersebut digulung dengan menggunakan motorized drum yang digerakkan secara
manual selama logging berlangsung. Drum tersebut menggulung kabel dengan
kecepatan antara 300 m/jam (1000 ft/jam) hingga 1800 m/jam (6000 ft/jam)
tergantung pada jenis alat yang digunakan (Ellis & Singer,2008). Kabel logging
mempunyai penanda kedalaman (misalnya tiap 25 m) yang dicek secara mekanik
namun koreksi kedalaman harus dilakukan akibat tegangan kabel dan pengaruh
listrik (Bateman,1985).

Data yang didapat melalui berbagai alat logging yang berbeda tersebut kemudian
diolah oleh CSU (Cyber service unit). CSU merupakan sistem logging komputer
terpadu di lapangan yang dibuat untuk kepentingan logging dengan
menggunakan program komputer yang dinamakan cyberpack (Harsono,1997).
Sistem komputer CSU merekam, memproses dan menyimpan data logging dalam
bentuk digital dengan format LIS (Log Information Standard), DLIS (Digital Log-
Interchange Standard) atau ACSII (Harsono,1997). CSU juga berfungsi
menampilkan data log dalam bentuk grafik (Harsono,1997).
Gambar 10 Fungsi Sonde pada logging

2. Logging While Drilling

Logging while drilling (LWD) merupakan suatu metode pengambilan data log
dimana logging dilakukan bersamaan dengan pemboran. Hal ini dikarenakan alat
logging tersebut ditempatkan di dalam drill collar. Pada LWD, pengukuran
dilakukan secara real time oleh measurement while drilling.

Alat LWD terdiri dari tiga bagian yaitu sensor logging bawah lubang bor, sebuah
sistem transmisi data, dan sebuah penghubung permukaan. Sensor logging
ditempatkan di belakang drill bit, tepatnya pada drill collars (lengan yang berfungsi
memperkuat drill string) dan aktif selama pemboran dilakukan. Sinyal kemudian
dikirim ke permukaan dalam format digital melalui pulse telemetry melewati
lumpur pemboran dan kemudian ditangkap oleh receiver yang ada di permukaan.
Sinyal tersebut lalu dikonversi dan log tetap bergerak dengan pelan selama proses
pemboran. Logging berlangsung sangat lama sesudah pemboran dari beberapa
menit hingga beberapa jam tergantung pada kecepatan pemboran dan jarak
antara bit dengan sensor di bawah lubang bor (Harsono,1997).

Layanan yang saat ini disediakan oleh perusahaan penyedia jasa LWD meliputi
gamma ray, resistivity, densitas, neutron, sonic, tekanan formasi, borehole caliper.
Tipe log tersebut sama (tapi tidak identik) dengan log sejenis yang digunakan pada
wireline logging. Secara umum, log LWD dapat digunakan sama baiknya dengan
log wireline logging dan dapat diinterpretasikan dengan cara yang sama pula
(Darling,2005). Meskipun demikian, karakteristik pembacaan dan kualitas data
kedua log tersebut sedikit berbeda.
Gambar 11 LWD Device

Perangkat LWD mengandung neutron dan pengukuran densitas. Pada gambar di


atas, panel di sebelah kiri menunjukkan alat dengan pita penjepit, sehingga
diameter dekat dengan mata bor. Pada panel sebelah kanan alat ditampilkan
dalam "slick mode.
Persamaan yang umum digunakan dalam interpretasi well-log

Anda mungkin juga menyukai