Anda di halaman 1dari 41

Interpretive Structural Modeling

( ISM)
File : Format = ppt
Source : azies-site.blogspot.com
Link Download: slidshare.net/azies.IT
Email: Alazies@gmail.com
Facebook: www.facebook.com/Azies.IT
Interpretive Structural Modeling
( ISM)
Studi tentang:
Sistem yang kompleks :
 Sistem Pengembangan Agroindustri
 Konservasi Energy
 Sistem Pembangunan Yang Berkelanjutan
 dll
Memerlukan suatu pemahaman yang utuh tentang sistem yang dikaji
(seringkali dilakukan secara intuitif)

Metodologi untuk
menggambarkan Struktur dari
Sistem Yang Dikaji.

Identifikasi seperti apa Struktur yg ada di dalam suatu Sistem merupakan


kontribusi yg besar utk “menangani” sistem secara efektif dan
memberikan sumbangan yg berarti dalam proses pengambilan keputusan
 Struktur :
 Menggambarkan pengaturan dari elemen-elemen dan
hubungan antar elemen dalam membentuk suatu
sistem.
 Suatu struktur belum tentu memberikan penjelasan
tentang objek yang terikat didalam sistem atau
memberikan penjelasan tentang sistem yang dikaji.
 Interpretive Structural Model: berkenaan dengan interpretasi
dari hubungan antar elemen dari suatu sistem yang didasarkan atas
hubungan kontekstual tertentu.
 Interpretive Structural Modeling (ISM):
 as a process that transform unclear, poorly articulated mental
models of system into visible, well-defined models useful for many
purpose.
 Dikembangkan pertama kali oleh J.N., Warfield (1971).
 Berkembang:
 Flexible ISM
 Fuzzy Structural Modeling.
 Is a computer-assisted technique to help individuals and groups
understand and communicate effectively about complex systems
Aplikasi ISM

 Strukturisasi Perencanaan Program


Pendidikan Tinggi
 Strukturisasi Rencana Program
Conservasi Enersi pada Industri Semen
 Strukturisasi Managemen Limbah.
 Strukturisasi Kualitas Sistem Informasi
 dll
Hubungan Kontekstual
 Jenis Hub. Kontekstual:  Sifat Hub. Kontekstual:
 Pengaruh  Reflexive, Irreflexive,
 Membantu Mesoreflexive.
 Kontribusi  Symmetric,
 Kepentingan Assymmetric,
Mesosymerric
 Mendorong
 Transitive, Intransitive,
Mesotransitive.

Interpretasi dan Sintesa


Sistem Yg Dikaji
Property Logical Condition
Reflexive An element always relates to itself
Irreflexive An element cannot relate to itself
Mesoreflexive An element may or may not relate to itself

Symmetric If Si relates to Sj, Sj relate to Si


Asymmetric If Si relates to Sj, Sj cannot relate to Si
Mesosymmetric If Si relates to Sj, Sj may or may not relate to Si

Transitive For all ordered pairs where Si relate to Sj, and Sj


relate to Sk, then Si relate to Sk
Intransitive For all ordered pairs where Si relate to Sj, and Sj
relate to Sk, then Si cannot relate to Sk
Mesotransitive For all ordered pairs where Si relate to Sj, and Sj

relate to Sk, then Si may or maynot relate to Sk


Sistem Pengembangan Agroindustri Minyak Atsiri

Nama Elemen Hubungan Kontekstual


Kebutuhan sub-elemen kebutuhan yang satu mendukung
terpenuhinya sub-elemen kebutuhan yang
lain
Kendala/Masalah sub-elemen kendala yang satu menyebabkan
sub-elemen kendala yang lain
Perubahan sub-elemen perubahan yang satu menyebabkan
atau mendorong sub-elemen perubahan
yang lain.
Tujuan sub-elemen tujuan yang satu memberikan
kontribusi tercapainya sub-elemen tujuan
yang lain.
Indikator/Ukuran sub-elemen indikator pencapaian tujuan
pengembangan yang satu memberikan
kontribusi terhadap sub-elemen indikator
yang lain.
Kegiatan sub-elemen kegiatan pengembangan yang satu
mendukung sub-elemen kegiatan yang lain.
Pelaku sub-elemen pelaku yang satu dalam
pengembangan perlu mendapat dukungan
sub-elemen pelaku yang lain.
Sub-Elemen Tujuan Sistem Pengembangan Agroindustri Minyak Atsiri

1. Meningkatkan pendapatan petani atsiri (t-1)


2. Meningkatkan pendapatan usaha industri ekstraksi (t-2)
3. Meningkatkan produktivitas industri ekstraksi (t-3)
4. Meningkatkan nilai tambah bahan / produk minyak atsiri (t-4).
5. Meningkatkan posisi tawar usaha industri ekstraksi (t-5).
6. Meningkatkan kualitas produk minyak atsiri (t-6).
7. Meningkatkan lapangan kerja (t-7).
8. Meningkatkan akses dan kemudahan permodalan usaha (t-8).
9. Meningkatkan pendapatan daerah (t-9).
10. Meningkatkan jaminan pasokan bagi industri hilir m. atsiri (t-10).
11. Meningkatkan jumlah dan nilai ekspor minyak atsiri (t-11).
12. Meningkatkan iklim usaha dan investasi industri m.atsiri (t-12).
Strukturisasi Pengembangan

Metode
Interpretive Structural Modellng

Analisis
Hubungan Kontekstual
antar Elemen Perubahan/
Tujuan, Kebutuhan,
Dan Kendala

Elemen Kunci Struktur Hirarki Elemen Pengelompokan Elemen


Tahapan/Langkah ISM
Mental Process

Tujuan dan Studi Pustaka Penentuan Elemen dan


Diskusi
Output dari Brain Storming
Sub-elemen dari Sistem &
Kajian Survey Pakar Jenis hubungan Kontekstual
Expert survey/
Kuesioner

Penentuan Tingkat
Hubungan Kontekstual
structural information of a mental model antar Elemen/Sub-elemen

X Structured Self-Interaction
Matrix (SSIM)
Ya

RM
Reachability Transformasi SSIM ke
Transitive
Matrix (RM) Reachability Matrix (RM)
?

Modifikasi SSIM SSIM


Revised
2. Matrik Hubungan Kontekstual (Tingkat Pengaruh/Penyebab) antar Sub-Elemen Kendala yang dihadapi dalam rangka Renovasi Perekonomian Nasional

Sub-Elemen Kendala ke- j yang dihadapi dalam rangka Renovasi Perekonomian

11. Kerusakan lingkungan dan meluasnya lahan kritis


(cadangan devisa, suku bunga, fiskal dan deregulasi)
2. Lemahnya koordinasi piranti kebijakan pemerintah

luar negeri dalam anggaran rutin dan pembangunan


3. Ketergantungan yang tinggi terhadap pinjaman

4. Tingginya beban biaya rekapitalisasi perbankan

5. Penerimaan sumber pembiayaan dalam negeri

9. Rendahnya gaji pegawai negeri sipil (PNS)


1. Ketidakpastian nilai tukar mata uang

8. Kemampuan pelaku ekonomi untuk


7. Pengawasan dan proses audit
6. Kepastian penegakan hukum
Sub-Elemen Kendala ke- i yang dihadapi dalam rangka Renovasi
Perekonomian

memperhitungkan resiko

10. Asimetri informasi


yang belum optimal
negara
1. Ketidakpastian nilai tukar mata uang
2. Lemahnya koordinasi piranti kebijakan pemerintah (cadangan devisa,
suku bunga, fiskal dan deregulasi)
3. Ketergantungan yang tinggi terhadap pinjaman luar negeri dalam
anggaran rutin dan pembangunan negara

4. Tingginya beban biaya rekapitalisasi perbankan

5. Penerimaan sumber pembiayaan dalam negeri yang belum optimal

6. Kepastian penegakan hukum

7. Pengawasan dan proses audit

8. Kemampuan pelaku ekonomi untuk memperhitungkan resiko

9. Rendahnya gaji pegawai negeri sipil (PNS)

10. Asimetri informasi

11. Kerusakan lingkungan dan meluasnya lahan kritis


Hubungan Kontekstual (contextual
relationship)
– V : kendala (1) mempengaruhi kendala • V: eij = 1; eij = 0
(2), tetapi tidak sebaliknya.

– A : kendala (2) mempengaruhi kendala


(1), tetapi tidak sebaliknya.
• A: eij = 0; eij = 1

– X : kendala (1) dan kendala (2) saling


mempengaruhi . • X: eij = 1; eij = 1

– O : kendala (1) dan kendala (2) tidak


saling mempengaruhi. • O: eij = 0; eij = 0
Sub-Elemen Tujuan ke- j yang akan dicapai
Sub-Elemen Tujuan
ke- i T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10

T1 X V V A O X X V V A
T2 X V O V A X X A O
T3 X X X O A X V V
T4 X V V O A A V SSIM (Structural Self- Interaction Matrix)
T5 X X V X O O
T6 X V V O X • V: eij = 1; eij = 0
• A: eij = 0; eij = 1
T7 X V V O • X: eij = 1; eij = 1
T8 X V X • O: eij = 0; eij =
0
T9 X V
T10 X
RM (Reachability Matrix)
Sub-Elemen Tujuan ke- j yang akan dicapai
Sub-Elemen Tujuan
ke- i T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10

T1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
RM: Binary matrix bujur T2 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0
sangkar yg bersifat: T3 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1
Reflexive dan T4 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
T5 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0
Transitive. T6 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1
T7 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0
T8 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
T9 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1
T10 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1
X

Penentuan Level Perhitungan Perhitungan


Setiap Elemen/ Driver – Dependency Rank Driver Power
Sub-elemen Matrix ELemen/Sub-elemen ELemen/Sub-elemen

Struktur Hirarki Kelompok Elemen/sub-elemen


Elemen/sub-elemen Elemen/sub-elemen Kunci
Berdasarkan
Driver Power &
Level dependency
Driver Power

Ranks
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10
T1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 1
T2 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 5 3
T3 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 6 2
T4 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 6 2
T5 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 6 2
T6 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7 1
T7 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 6 2
T8 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 1
T9 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 4 4
T10 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 4 4
Dependency 5 7 7 4 6 5 5 8 5 6
Ranks 4 2 2 5 3 4 4 1 4 3
Level -5 T4

Level -4 T1 T6 T7 T9

Level -3 T5 T10

Level -2 T2 T3

Level -1 T8
Struktur Hirarki Hubungan Antar Sub-Elemen Tujuan

ELEMEN KUNCI
t1;t2;t3;t4;t5;t7;t8;t10,t11
Elemen Kebutuhan untuk Renovasi Perekonomian 6. Penggunaan dan penerapan teknologi tepat sasaran
1. Kinerja ekonomi makro dengan komposisi yang tepat 7. Kelembagaan pemerintah dan kepemimpinan nasional yang
handal
2. Peningkatan pengembangan dan kinerja sektor riil berbasis
sumberdaya nusantara 8. Effektifitas hukum dan peradilan ekonomi

3. Restrukturisasi sektor moneter/finansial 9. Pengembangan prasarana pembangunan/infrastruktur


10. Kelestarian lingkungan hidup dalam pembengunan
4. Peran serta Masyarakat
berkelanjutan
5. Aksesibilitas dan alokasi sumber daya ekonomi yang adil 11. Perluasan lapangan kerja

S3 S4 S11

S2

S1
Elemen Kendala Renovasi Perekonomian
1. Ketidakpastian nilai tukar mata uang 6. Kepastian penegakan hukum

2. Lemahnya koordinasi piranti kebijakan pemerintah (cadangan 7. Pengawasan dan proses audit
devisa, suku bunga, fiskal dan deregulasi) 8. Kemampuan pelaku ekonomi untuk memperhitungkan
3. Ketergantungan yang tinggi terhadap pinjaman luar negeri resiko
dalam anggaran rutin dan pembangunan negara
9. Rendahnya gaji pegawai negeri sipil (PNS)
4. Tingginya beban biaya rekapitalisasi perbankan
10. Asimetri informasi
5. Penerimaan sumber pembiayaan dalam negeri yang belum
11. Kerusakan lingkungan dan meluasnya lahan kritis
optimal

S9 S11

S1
S2 S8
S1 S10

S1
Sub-Elemen Kunci pada setiap Elemen Sistem

Kebutuhan: Kendala:
1. Pengembangan Kelembagaan Usaha Usaha Tani yang tersebar dan skala yang
kecil.
2. Pembinaan Pelaku Usaha

Perubahan:
1. Sub-elemen Proksi:
TUJUAN:
• Teknologi dan skala usaha
budidaya Sistem 1. Meningkatnya iklim usaha
Pengembangan dan Investasi
• Ketersediaan dan Mutu
Bahan Baku Industri Minyak 2. Meningkatnya akses dan
• Perluasan Pasar Ekspor Atsiri kemudahan dalam
permodalan usaha:
2. Teknologi Ekstraksi
3. Iklim Usaha
Pelaku:
Kegiatan:
• Petani Atsiri
Pengembangan dan Aplikasi
• Pengusaha Ekstraksi
paket Teknologi Usaha
Tani • Industri Hilir Atsiri
Indikator:
1. Meningkatnya produk yg diserap
pasar
2. Meningkatnya rendemen ekstraksi
3. Meningkatnya kemudahan
memperoleh modal usaha.
Analisis Pengembangan Kemitraan

*) Strukturisasi Pengembangan
*) Faktor Penentu Pengembangan
*) Alternatif Model Pengembangan

• Aspek Perubahan yg diinginkan/tujuan yang ingin dicapai


• Aspek Kebutuhan stakeholder yang ingin dipenuhi.
• Aspek Kendala yg dihadapi dlm pengembangan kemitraan
Strukturisasi Pengembangan
Penjaringan data/informasi:
• Survey lapang & Focused Group Discussion

Elemen Perubahan yg diinginkan /tujuan yg dicapai

• Meningkatnya nilai harga jual Bokar di tingkat petani (T-1)


• Posisi tawar antara Petani dan Industri Karer Remah yang
lebih seimbang (T-2)
• Transaksi antara Petani dan Industri Karet Remah yang
lebih mudah dan murah (T-3),
• Komitmen yang lebih baik terhadap kesepakatan yang terjalin
dalam program kemitraan (T-4),
• Kemitraan berlangsung lebih langgeng (T-5),
• Kemitraan yang lebih mandiri (T-6)
• Meningkatnya volume transaksi Bokar antara Petani dan
Industri Karet Remah (T-7), dan
• Meningkatnya mutu Bokar (T-8).
Strukturisasi Pengembangan
Penjaringan data/informasi:
• Survey lapang & Focused Group Discussion

Elemen Kebutuhan Stakeholder

• Diperolehnya harga Bokar yang lebih wajar (N-1),


• Transparansi dan informasi harga yang lebih baik (N-2),
• Proses transaksi yang lebih “fair”, transparan,
dan sederhana (N-3),
• Biaya transaksi yang labih murah (N-4),
• Volume transaksi yang cukup signifikan bagi
kebutuhan pabrik (N-5),
• Mutu Bokar yang lebih baik dan terjamin dengan
harga yang sesuai mutu (N-6),
• Diperolehnya bantuan kredit untuk kebutuhan
Saprodi yang lebih mudah (N-7),
• Diperolehnya jaminan pasokan dan pasar Bokar
yang lebih pasti (N-8).
Strukturisasi Pengembangan
Penjaringan data/informasi:
• Survey lapang & Focused Group Discussion

Elemen Kendala Pengembangan

• Lemahnya Kelembagaan Petani Karet (K-1),


• Keengganan Industri Karet Remah untuk bermitra (K-2),
• Ketergantungan petani yang tinggi kepada
Pedagang Pengumpul (K-3),
• Industri Karet Remah lebih suka bertransaksi
dengan pedagang (K-4),
• Volume transaksi dengan petani mitra yang rendah (K-5),
• Toleransi Industri Karet Remah dalam menerima Bokar
dengan mutu yang beragam/rendah (K-6),
• Apresiasi harga terhadap mutu Bokar yang lebih baik (K-7),
• Proses dan mekanisme penetapan mutu Bokar (K-8).
Struktur Hirarki Elemen Tujuan Strukturisasi
Pengembangan
Level-1 T-5 T-6 T-7

Level-2 T-1 T-2 T-3 T-4 T-8

Struktur Hirarki Elemen Kebutuhan

Level-1 N-5 N-8

Level-2 N-1 N-2 N-3 N-4 N-6

Level-3 N-7

Struktur Hirarki Elemen Kendala

K-2 K-3 K-4 K-5 K-6 K-7 K-8

K-1
No. Aspek Elemen Kunci / Elemen Dgn "Driver Power" yg tinggi
1 Perubahan / Tujuan yang T-1: Meningkatnya nilai harga jual Bokar di tingkat petani,
diinginkan.
T-2: Posisi tawar antara Petani dan Industri Karer Remah yang lebih seimbang

T-3. Transaksi antara Petani dan Industri Karet Remah yang lebih mudah dan
murah.
T-4: Komitmen yang lebih baik terhadap kesepakatan yang terjalin dalam
program kemitraan
T-8:. Meningkatnya mutu Bokar

2 Kebutuhan N-8: Diperolehnya bantuan kredit untuk kebutuhan Saprodi yang lebih mudah
N-1: Diperolehnya harga Bokar yg lebih wajar
N-2: Transparansi dan informasi harga yg lebih baik
N-3: Proses transaksi yg lebih "fair", transparan, dan sederhana
N-4: Biaya transaksi yg lebih murah
N-6: Mutu Bokar yg lebih baik dan terjamin dg harga yg sesuai mutu

K-1:Lemahnya kelembagaan petani Bokar.


K-2: Keengganan Industri Karet remah untuk bermitra
K-3: Ketergantungan petani yg tinggi kpd pedagang pengumpul
K-4: Industri lebih suka bertransaksi dengan pedagang
3 Kendala
K-5: Volume transaksi dgn petani yg rendah
K-6: Toleransi Industri dlm menerima Bokar dgn mutu yg beragam /rendah
K-7: Apresiasi harga thd mutu Bokar
K-8: Proses dan penetapan mutu Bokar.
Metode
Interpretive Structural Modellng

Analisis
Hubungan Kontekstual
antar Elemen Perubahan/
Tujuan, Kebutuhan,
Dan Kendala

Elemen Kunci Struktur Hirarki Elemen Pengelompokan Elemen

Faktor-faktor Pengembangan

Analisis
Tingkat Kepentingan Faktor
Dgn
Analytical Hierarchy Process
Faktor Penentu
Pengembangan
Bobot kepentingan Faktor Penentu Pengembangan 1.2
Kemitraan
0.14 1

0.12
0.8
0.1
0.6
Bobot

0.08
0.06
0.4
0.04
0.2
0.02

0 0

1.1.

5.2.

7.2.

1.3.

3.0.

6.1.

8.2.

5.1.

6.2.

4.2.

8.1.

6.3.

2.1.

7.1.

2.2.

4.3.

4.1.

1.2.
No.Faktor
1.1. 5.2. 7.2. 1.3. 3.0. 6.1. 8.2. 5.1. 6.2. 4.2. 8.1. 6.3.
2.1. 7.1. 2.2. 4.3. 4.1. 1.2. Bobot Agregat Kumulatif

Aspek/ Faktor Aspek/ Faktor

Kelembagaan 1.1. Lembaga Ekonomi petani Bokar yg kuat Mutu Bokar: 5.1. Mutu (standar mutu) bokar
(1) yang ditransaksikan (8)

1.2. Keberadaan dan peran Lembaga 5.2. Insentif harga terhadap mutu
Mediator/Pembina (2)

1.3. Kesetaraan Posisi (4) Transparansi/ 6.1. Transparansi Penetapn


Aksessibilitas Mutu/KKK (6)
Yuridis Formal 2.1. Perjanjian tertulis ttg hak dan kewajiban
6.2. Transparansi Penetapan Harga
2.2. Kesepakatan tidak tertulis (9)
6.3. Aksessibilitas Informasi Harga
Volume Transaksi 3.0. Volume transaksi yang ekonomis (5)
Kelembagaan 7.1. Pedagang Pengumpul
Mekanisme 4.1. Proses transaksi yg mudah dan murah Tataniaga
Transaksi
Alternatif 7.2. Pasar Lelang (3)
4.2. Jaminan pasar dan pasokan (10)
Pembinaan 8.1. Pembinaan bagi Lembaga
4.3. Sistem pembayaran yang cepat dan Ekonomi Petani Bokar (11)
sederhana
8.2. Dukungan bantuan /kredit
permodalan dan Saprodi (7)

Anda mungkin juga menyukai