Anda di halaman 1dari 22

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS

MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS


INDUSTRI

“System Thinking”
Oleh:
Divisi Training
Lembaga Management FEB UI

Disusun oleh:
Contents
MODUL SYSTEM THINKING ..................................................................................................... 2
APA ITU SYSTEM THINKING?................................................................................................... 3
TINGKAT KEMATANGAN SYSTEM THINKING ........................................................................... 6
PARADIGMA SYSTEM THINKING ............................................................................................. 8
SYSTEM THINKING, PEMECAHAN MASALAH, DAN PRINSIP-PRINSIPNYA ............................... 10
PEMAHAMAN KONSEP-KONSEP KUNCI SYSTEM THINKING ................................................... 12
MENGELOLA KOMPLEKSITAS (MANAGING COMPLEXITY) MASALAH DENGAN ALAT BANTU
SYSTEM THINKING ................................................................................................................ 14
STRATEGIC CASE ANALYSIS: .................................................................................................. 17
KESIMPULAN DAN REFLEKSI: ................................................................................................ 19
Evaluasi Materi .................................................................................................................... 20

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 1


MODUL SYSTEM THINKING

Modul ini dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan oleh peserta pelatihan
untuk menggunakan pendekatan berpikir sistem dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Tujuan utama dari modul ini adalah untuk mengembangkan kemampuan:
• Menggunakan pemikiran sistem untuk membuat peta sistem permasalahan yang kompleks dan
rumit.
• Menggunakan peta sistem untuk mengintegrasikan informasi dari berbagai disiplin ilmu dan
sektor, untuk mengembangkan strategi untuk mengatasi tantangan, dan untuk mengantisipasi
serta mengantisipasi potensi konsekuensi yang tidak diinginkan.

Modul ini terdiri atas 7 topik yang dibahas terkait dengan system thinking, antara lain sebagai berikut;
1. Pengenalan mengenai system thinking
2. Tingkat kematangan system thinking
3. Paradigma system thinking
4. System thinking, pemecahan masalah, dan prinsip-prinsipnya
5. Pemahaman konsep-konsep inti dari system thinking
6. Mengelola kompleksitas (managing complexity) masalah dengan alat bantu system thinking
7. Strategic Case Analysis: Studi Kasus
8. Kesimpulan dan Refleksi

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 2


APA ITU SYSTEM THINKING?
Pengenalan

Tujuan Utama: Menjelaskan urgensi system thinking dalam pengambilan keputusan strategis.

Perubahan terus terjadi sepanjang waktu di berbagai bidang dan lini kehidupan. Dengan demikian, segala
hal yang terjadi di masa mendatang bukanlah sesuatu yang mudah untuk ditebak. Beberapa kejadian yang
terjadi di masa mendatang bisa jadi merupakan rangkaian kelanjutan dari kejadian di masa lalu (sebagai
akibat). Sementara yang lainnya adalah kejadian yang (dianggap) baru. Setiap kejadian tersebut
mengandung kompleksitas masing-masing. Oleh karenanya bukan suatu hal yang mudah untuk
memahami permasalahan maupun kejadian tersebut secara lengkap dan utuh, memproyeksikan
peristiwa di masa depan secara akurat, dan menyelesaikan semua kompleksitas masalah tadi secara
tuntas.
Sebagai contoh adalah masalah pengangguran dan keterserapan tenaga kerja. Masalah ini merupakan
salah satu masalah laten yang melibatkan faktor sekaligus aktor. Berbicara pengangguran, haruslah
melihat dua sisi yakni permintaan dan pasokan tenaga kerja. Apabila pengambil keputusan hanya fokus
pada satu aspek (sebagai contoh pasokan tenaga kerja melalui lembaga pendidikan) sebaik apapun upaya
lembaga pendidikan berusaha memberikan kurikulum yang terbaik, sesuai dengan kebutuhan pasar akan
menjadi tidak optimal apabila kebijakan upah minimum di area pelaku usaha beroperasi sangat
memberatkan sehingga mereka memilih relokasi ke negara lain. Pada akhirnya, relokasi kegiatan bisnis
oleh pelaku usaha, menyebabkan pasokan tenaga kerja lokal menjadi idle dan persoalan pengangguran
terus berlanjut.
Kompleksitas beserta dinamika setiap peristiwa juga sangat memungkinkan memunculkan risiko efek
samping yang sebelumnya tidak terantisipasi. Dengan demikian, suatu solusi atas suatu permasalahan
sangat mungkin memunculkan potensi (dalam jangka panjang) akan memperburuk situasi permasalahan
semula. Hal ini bisa terjadi karena adanya efek samping yang tidak terantisipasi sebelumnya. Kemungkinan
lainnya adalah permasalahan yang dihadapi belum dikenali secara utuh kompleksitasnya (seperti orang
buta mencoba mengenali bentuk gajah).

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 3


Sebagai contoh terkait isu pendidikan misalnya, beberapa siswa sekolah tidak hanya menjalani proses
belajar di sekolah, namun mereka juga mengikuti berbagai macam program bimbingan belajar selepas
waktu belajar di sekolah. Dalam jangka pendek mungkin hal ini mampu menyelesaikan persoalan kesulitan
siswa dalam menyelesaikan tugas sekolah. Namun dalam jangka panjang, hal ini berpotensi
mengakibatkan siswa tersebut (dalam jangka panjang) menjadi stress karena berkurangnya waktu
bermain bersama dengan teman-temannya. Potensi yang diakibatkan oleh stress dapat dimunculkan
dalam berbagai macam bentuk ekspresi seperti bolos sekolah, tawuran, kecanduan game, dan sebagainya
yang pada akhirnya mengakibatkan tugas sekolah menjadi terbengkalai.
Berkaitan dengan hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka suatu peristiwa, kejadian, atau masalah
yang terjadi saat ini belum tentu dapat dipecahkan dengan tingkatan pemikiran (konsep) yang sama
dengan tingkatan pemikiran yang telah mengakibatkan permasalahan itu sendiri. Disana terdapat adanya
jeda waktu dan kemungkinan terjadinya perubahan serta kompleksitas di dalamnya. Di sisi lain, manusia
pada umumnya memiliki keterbatasan rasionalitas dalam menghadapi kompleksitas (bounded
rationality).
Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam pendekatan pemikiran sederhana (atau linear
thinking) pada umumnya berfokus pada pemilihan alternatif yang paling logis dan masuk akal untuk
masalah tertentu dengan efek jangka pendek yang diharapkan. Pada dasarnya pemikiran tradisional ini
melibatkan pertimbangan berbagai alternative pilihan solusi, kemudian membandingkan kekuatan dan
kelemahan masing-masing alternatif tersebut. Seringkali, pembuat keputusan tidak mempertimbangkan
keputusan mereka dalam konteks yang lebih besar atau "sistem". Akibatnya, keputusan bisa mengarah
pada konsekuensi yang tidak diinginkan, seringkali dalam jangka panjang. Dengan kata lain, pemikiran
tradisional memiliki keterbatasan dalam menjawab kompleksitas masalah yang melibatkan banyak
elemen atau variabel yang saling berhubungan.
System thinking merupakan pendekatan yang diperlukan untuk mengatasi kompleksitas tersebut. System
thinking, berfokus pada bagaimana elemen atau variabel yang membentuk suatu keputusan saling
berinteraksi dengan semua bagian sistem. Menganalisis suatu masalah dengan melihat keterkaitan
tersebut dapat menghasilkan kesimpulan yang sangat berbeda dari yang dihasilkan oleh bentuk analisisi
pemikiran tradisional. Utamanya, apabila sistemnya benar-benar dinamis dan kompleks.
Thwink (2014) mendefinisikan system thinking sebagai berikut “….is a way thinking about, and a language
for describing and understanding, the forces and interrelationships that shape the behabior of systems
more effectively, and to act more in tune with the natural processes of the natural and economic world”.
Sementara itu, Barry Richmond (1987) mendefinisikan system thinking sebagai “…is the art and science of

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 4


making reliable inferences about behavior by developing an increasingly deep understanding of underlying
structure”. Hal ini sejalan dengan definisi McNamara (2003), dimana system thinking didefinisikan sebagai
suatu cara untuk membantu melihat dunia dalam perspektif yang luas, yang melibatkan struktur-struktur,
pola-pola dan peristiwa-peristiwa daripada hanya melihat peristiwa-peristiwanya saja. Dari definisi
tersebut, secara sederhana system thinking merupakan dapat diartikan sebagai cara berpikir yang
memandang segala sesuatunya secara utuh dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam suatu
keseluruhan.
System thinking mampu mengarahkan manusia sebagai aktor dalam pengambilan keputusan menjadi
manusia seutuhnya. Konsep pengembangan manusia sebagai aktor dalam pengambilan keputusan
cenderung diarahkan pada konsep pendidikan spesialisasi yang sempit, oleh karena itu mereka perlu
dibekalu dengan berbagai macam pengetahuan mengenai “totalitas kehidupan” agar pengetahuan yang
ia miliki untuk menyelesaikan permasalahan dapat mendatangkan manfaat bagi diri dan lingkungannya
(Tilaar, 2000). Secara umum, tujuan pengembangan system thinking adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan gambaran yang utuh dan luas terkait sistem
2. Mengenali akar masalah dari sistem
3. Mengidentifikasi semua variabel penting yang terlibat di dalamnya
4. Memahami dan mengidentifikasi titik ungkit di dalam sistem
5. Memahami potensi dampak yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan beserta alternatif
solusinya

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 5


TINGKAT KEMATANGAN SYSTEM THINKING

Tujuan Utama: Menjelaskan tingkat kematangan pembelajar dalam penguasaan system thinking

Berikut ini adalah tingkat kematangan dalam penguasaan system thinking menurut Thwink (2014)
• Level 0. Ketidaksadaran (unawareness) - Sama sekali tidak mengetahui maupun memahami
konsep pemikiran sistem.
• Level 1. Kesadaran yang Dangkal (shallow awareness) – cukup mengetahui dan memahami
konsep system thinking tetapi tidak memahaminya secara serius. Pada level ini, seseorang dapat
menggunakan kata-kata yang tepat, dan mungkin memiliki beberapa intuisi pemikiran sistem
yang baik, tetapi dengan sedikit hasil yang efektif. Masalahnya di sini adalah seseorang mungkin
merasa sangat memahami konsep system thinking. Tapi ternyata tidak, jadi mereka tidak
mendapatkan manfaat apa pun dari analisis pemikiran sistem yang benar. Mereka juga tidak
dapat membedakan analisis sistem yang baik dari yang buruk. Tipe orang seperti ini bisa disebut
pemikir sistem semu.
• Level 2. Kesadaran Mendalam (deep awareness)- Sangat menyadari konsep-konsep kunci dari
system thinking dan memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya dan potensi system
thinking. Mereka berpikir lebih seperti pengguna output system thinking atau. Mereka
memahami pemikiran sistem yang ada di permukaan, tetapi bagaimana membangun model tetap
menjadi misteri. Mereka dapat membaca diagram aliran sebab akibat dan model simulasi hingga
tingkat yang kecil, dan dapat berpikir sedikit dalam kaitannya dengan dampak umpan balik, tetapi
mereka tidak dapat membuat diagram dan model yang baik. Mereka mengetahui apa itu struktur
sistem dan memperkuat serta menyeimbangkan putaran umpan balik, dan mengapa kekuatan
yang diciptakan putaran itu adalah kekuatan paling kuat dalam sistem.
• Level 3. Pemula (novice) - memiliki kesadaran yang dalam dan telah mulai menembus kotak hitam
mengapa sebuah sistem berperilaku seperti itu. Minimal, mereka telah mempelajari cara
membuat diagram alir sebab-akibat dan dapat menggunakannya untuk memecahkan banyak
masalah sistem sosial kompleks yang mudah dan beberapa tingkat kesulitan menengah. Seorang
pemula yang sangat baik akan dapat membaca model simulasi dengan lancar.

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 6


• Level 4. Pakar (expert) - Mempelajari bagaimana membuat model simulasi yang benar dengan
menggunakan alat bantu system thinking. Hal ini memungkinkan mereka untuk memecahkan
masalah sistem yang kompleks dan sulit.
• Level 5. Guru - Mampu mengajar orang lain untuk menjadi pakar dan dapat memberikan
kontribusi penting untuk memecahkan masalah sistem sosial yang sangat rumit dan kompleks.

Untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas dalam penguasaan system thinking, ada baiknya
seseorang mempraktikkan kebiasaan-kebiasaan sebagai seorang system thinker sebagaimana poster di
bawah ini

diambil dari

http://wizzyschool.com/cosmiceducation/environsustainabilitycurriculum.php

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 7


PARADIGMA SYSTEM THINKING

Tujuan Utama: Menjelaskan paradigma dasar dari system thinking dalam pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan

Paradigma merupakan cara berfikir menurut aliran pemikiran dan kepentingan tertentu, yang dipengaruhi
oleh logika dan hubungan seseorang dengan lingkungannya yang diterjemahkan dalam kehidupan sehari-
hari, termasuk dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dalam model berpikir tradisional,
metode pengambilan keputusan dan pemecahan masalah biasanya orang terjebak pada dua arus
pemikiran utama yang identik dengan reaktivitas yakni; relativisme dan obyektivisme. Paradigma
relativisme mengandalkan pendekatan induktif yang mana setiap masalah melibatkan nilai-nilai yang
dipegang oleh aktor sebagai pengambil keputusan. Pendekatan deduktif ini seringkali, tidak dapat
membedakan mana yang menjadi sebab dan mana yang menjadi akibat sehingga kelihangan arah. Disisi
lain, dalam paradigma ini semua persoalan (benar atau salah) menjadi relatif dan rentan mengakibatkan
dilematika (ex; bantuan kepada orang miskin dari hasil korupsi atau mencuri). Pendekatan induktif,
menjebak seseorang dalam analisis parsial karena adanya bias dalam mengumpulkan maupun membaca
fakta.
Paradigma obyektivisme sebagai paradigma pemikiran tradisional lainnya mengandalkan pemikiran
deduktif, yang meyakini bahwa pemecahan permasalahan dan pengambilan keputusan harus bebas nilai
dan didasarkan pada obyektivitas. Dengan demikian, setiap fakta yang dihadirkan harus dimaknai bebas
kepentingan. Hal ini berpotensi mengabaikan adanya kontekstual perilaku dan tindakan para aktor yang
mengakibatkan suatu permasalahan. Obyektivitas juga berpotensi menolak adanya dimensi kontekstual
dan lokalitas dalam kasus-kasus tertentu, karena semua permasalahan dianggap memiliki hukum yang
bersifat universal. Pada akhirnya, hasil analisis sangat berpotensi tidak dapat diaplikasikan di dunia nyata
karena kehilangan dimensi kontekstualitas dan lokalitas dari kasus yang dihadapi.
System thinking keluar dari dua kutub pemikiran tersebut dengan berkiblat pada paradigma pragmatisme.
Esensi paradigma pragmatisme sendiri menurut Gallagher adalah suatu pertimbangan dianggap benar
apabila kita menggunakannya mampu mencapai hasil yang berguna. Pertimbangan dianggap salah apabila
menghasilkan sesuatu yang merugikan. Jika suatu keputusan tidak membuat perbedaan hasil maupun

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 8


tidak membuat kerugian maka kecil saja kemungkinan membicarakannya sebagai sesuatu yang benar
maupun salah. Dengan demikian, dalam paradigma ini kata kunci utamanya adalah logika praktik yang
memiliki tujuan. Konsekuensinya, suatu peristiwa maupun kasus yang terjadi sebagai suatu interpretasi
hasil dipengaruhi oleh nilai-nilai dari para aktor yang terlibat. Pemecahan masalah pada akhirnya
dimaksudkan untuk menghasilkan penjelasan yang paling baik untuk output yang diinginkan. Sementara
itu, sebab dan akibat dari suatu peristiwa bisa jadi ada namun akan sangat sulit mengungkapnya (abduktif)
karena akibat sekaligus bisa menjadi sebab dan sebaliknya.

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 9


SYSTEM THINKING, PEMECAHAN MASALAH, DAN PRINSIP-
PRINSIPNYA
Tujuan Utama: Menjelaskan penggunaan pendekatan system thinking dalam pemecahan
masalah dan prinsip-prinsip utamanya

Dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, pada umumnya masalahnya diasumsikan sudah
diketahui dengan baik. Oleh karenanya, yang diutamakan adalah proses pemecahan masalah secara
keseluruhan. Asumsi ini pada akhirnya menyebabkan pengambilan keputusan didorong segera menuju ke
“solusinya”. Hanya saja, perilaku seperti ini seringkai mendatangkan hasil yang kurang efektif, dan
hasilnya tidak selalu menguntungkan. Beberapa hal yang menyebabkan semua itu terjadi antara lain
karena masalah-masalah yang nampak, sebenarnya merupakan gejala-gejala penyebab yang lebih dalam,
bukan masalah yang sebenarnya. Pada akhirnya, solusi yang diberikan terkadang merupakan perbaikan
untuk sementara waktu yang bersifat instan, yang dengan jeda waktu tertentu, akan mengarah pada
munculnya masalah baru.

Jeda waktu

Masalah Solusi Masalah Baru

Gambar Pendekatan Pemecahan Masalah Tradisional (Linear Model)


Berbeda dengan pendekatan di atas, system thinking berupaya untuk mengungkap penyebab masalahnya
secara lebih rinci untuk selanjutnya dibentuk pemahaman bersama (bagi para aktor) mengenai
situasi/masalah yang sebenarnya, sebelum membangun solusinya. Dengan demikian, penekanan system
thinking tidak hanya pada konten dari solusi itu sendiri, tetapi juga pada semua konteks (sosial, budaya,
politik, ekonomi, dan seterusnya) dimana masalah beserta solusinya akan memiliki dampak.

Memahami
Mengidentifikasi
Sistem yang Merubah
Masalah titik-titik
menyebabkkan Sistem
perubahan
masalah

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 10


Berdasarkan penjelasan di atas, penggunaan pendekatan system thinking di dalam proses pemecahan
masalah akan menghasilkan diagram siklus umpan balik yang menyeimbangkan perubahan yang terjadi
dan meminimalkan gejala beserta akar penyebab permasalahannya.

Gambar Pendekatan System Thinking dalam Pemecahan Masalah

Berikut ini adalah beberapa prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan ketika menggunakan pendekatan
system thinking dalam pemecahan masalah:
1. Sistem harus dipandang secara keseluruhan (holisme)
2. Dalam sistem tertutup, input ditentukan sekali dan konstan,
sedangkan pada sistem terbuka terdapat input tambahan yang berasal dari
lingkungan (input dan output)
3. Sesuatu yang kompleks dibuat dari beberapa sistem yang lebih kecil (hierarki subsistem)
4. Suatu interaksi antar sistem maupun subsistem harus memiliki tujuan akhir (goal seeking)
sama
5. Dibutuhkan metode umpan balik, agar sistem bekerja (regulasi)
6. Sistem memiliki dua karakter yang berkontradiksi namun sangat penting bagi sistem itu sendiri
(dualisme)
7. Hubungan antar elemen di dalam sistem (relasi)

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 11


PEMAHAMAN KONSEP-KONSEP KUNCI SYSTEM THINKING
`
Tujuan Utama: Menjelaskan konsep-konsep utama yang harus dipahami dalam menggunakan
pendekatan system thinking

Pendekatan system thinking memiliki beberapa konsep utama sebagai berikut, yang harus dikuasai agar
mampu menggunakan pendekatan ini secara optimal.
1. Semua sistem terdiri dari elemen-elemen, variabel-variabel, atau komponen-komponen yang
saling terhubung. Keterhubungan ini menyebabkan perilaku satu elemen-elemen, variabel-
variabel, atau komponen-komponen akan mempengaruhi elemen-elemen, variabel-variabel, atau
komponen-komponen yang lain. Semua bagian terhubung, dan karenanya perubahan pada
elemen, variabel, maupun komponen yang ada sekaligus keterhubungannya akan mempengaruhi
seluruh sistem. Sebagai contoh; perubahan pada variabel belanja pemerintah dalam sistem
ekonomi akan mempengaruhi variabel lainnya seperti tingkat produksi industri, keterserapan
tenaga kerja, dan lainnya.
2. Struktur suatu sistem akan menentukan perilaku dari sistem. Struktur adalah pola
keterhubungan antar elemen, variabel, komponen, yang menjelaskan cara sistem tersebut diatur.
Perilaku sistem setidaknya lebih bergantung pada keterhubungan dibandingkan elemen, variabel,
atau komponen itu sendiri karena keterhubungan menentukan bagaimana elemen, variabel, atau
komponen akan berinteraksi untuk menghasilkan output tertentu. Untuk memahami perilaku
sistem, maka pahami struktur dari sistem tersebut. Untuk mengubah perilaku dari sistem,
rubahlah strukturnya. Sebagai contoh; sebuah tim sepakbola yang menginginkan kemenangan
besar dalam suatu pertandingan maka dapat memasang 4 penyerang, 4 gelandang, dan
menyisakan dua bek di belakang. Namun ketika menghadapi tim yang lebih kuat, dan bermaksud
untuk menghindari kekalahan maka pola permainan (perilaku sistem) harus dirubah dari
menyerang menjadi bertahan lebih dalam dengan cara memasang 5 bek dan 3 gelandang
bertahan, serta menyisakan 1 orang striker dan 1 playmaker di depan.
3. Perilaku dari sistem adalah fenomena yang muncul. Perilaku suatu sistem tidak dapat ditentukan
dengan memeriksa bagian dan strukturnya. Hal ini karena variabel, elemen, dan komponen yang
dihubungkan dan strukturnya dapat terus berubah, aliran umpan balik terjadi, terdapat hubungan
non-linear, sistem mengatur dirinya sendiri dan adaptif, perilaku yang muncul bisa jadi

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 12


berlawanan dengan intuisi, disana ada jeda waktu antara tindakan dan hasil, pikiran manusia
memiliki keterbatasan. Begitu kita menyadari betapa kompleksnya dinamika perilaku dari sistem
yang bahkan sederhana, maka kita tidak akan pernah lagi berasumsi bahwa kita dapat melihat
sebuah sistem dan memproyeksikan bagaimana perilakunya. Sebagai contoh; inovasi produk yang
kita harapkan mendatangkan keamanan terkait keberlangsungan pendapatan bisnis, justru
menghasilkan ketidakamanan karena adanya reaksi dari pesaing yang berusaha meniru inovasi
yang telah kita lakukan untuk mengambil pangsa pasar kita.
4. Aliran umpan balik mengontrol perilaku dinamis dari sistem. Aliran umpan balik merupakan
rangkaian keterhubungan yang menyebabkan keluaran dari satu bagian pada akhirnya
mempengaruhi masukan ke bagian yang sama. Perilaku dari sistem, seringkali disebabkan oleh
adanya aliran umpan balik ini. Sebagai contoh; ketika seseorang merasa lapar maka ia mengambil
makanan yang ia sukai untuk mengobati rasa laparnya, namun dalam suapan kesekian ketika
perut terasa penuh, nafsu makannya mulai berkurang dan intensitas suapannya tidak seperti saat
pertama kali dia makan.
5. Sistem sosial yang kompleks menunjukkan perilaku intuitif yang berlawanan. Oleh karenanya,
permasalahan yang kompleks tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan intuisi dan metode
pemecahan masalah yang sehari-hari kita gunakan. Penggunaan metode intuitif bisa menjadi
jebakan untuk masalah yang kompleks dan rumit. Dengan demikian diperlukan adalah dengan
menggunakan adopsi system thinking yang benar, memetakan proses yang sesuai dengan
masalah, dan menggambarkan dinamika dari sistem itu sendiri.

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 13


MENGELOLA KOMPLEKSITAS (MANAGING COMPLEXITY)
MASALAH DENGAN ALAT BANTU SYSTEM THINKING
`
Tujuan Utama: Memberikan pemahaman dan langkah-langkah dalam memetakan
kompleksitas masalah melalui alat bantu system thinking

Permasalahan yang terjadi di sekitar kita semakin kompleks dalam arti melibatkan banyak variabel,
elemen, maupun komponen dan bahkan melibatkan banyak sistem. Masalah yang kompleks ini sangat
berbeda dengan permasalahan sederhana yang dapat diagregrasikan. Jika dalam permasalahan
sederhana 1+1=2, maka dalam permasalahan yang kompleks 1+1 bisa jadi 3, 7, 9, bahkan -5.
Permasalahan yang kompleks pada umumnya fokus pada tren bukan pada event (satu titik peristiwa
dalam tren). Secara visual, permasalahan yang tergolong kompleks biasanya menghasilkan kurva dampak
bersfiat eksponensial maupun oscillation sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini.

Apabila menemukan masalah yang secara tren menunjukkan salah satu dari gambar di atas, maka kita
membutuhkan alat bantu yang mengedepankan pendekatan system thinking. Salah satu alat bantu atau
model yang biasa digunakan adalah system archetypes. Model ini digunakan untuk mendapatkan

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 14


pemahaman mengenai pola perilaku dari sistem, atau fenomena; khususnya mengenai dinamika yang
pada umumnya terjadi secara berulang di berbagai situasi/kondisi. Model ini mencoba mendekati situasi
dunia nyata ke dalam satu atau lebih tipe archetype untuk membantu pemahaman terhadap aspek
dinamis dan kemudian mengkomunikasikannya. Alat bantu yang digunakan berwujud dasar grafis yang
terdiri dari dua atau lebih loop yang pada umumnya merupakan kombinasi antara umpan balik penguat
(simbol R) dan penyeimbang (simbol B). Setiap model archetype memiliki karakteristik, pola perilaku,
struktur, model mental, dan intervensi tertentu yang khas.

Sebagai ilustrasi untuk penggambaran penggunaan alat bantu dari model archetype adalah kasus
pengenalan produk baru ke pasar. Pada umumnya, di dalam sistem populasi pengguna produk jumlahnya
tidak tak terbatas (atau terbatas). Pada masa awal-awal pengenalan produk baru, tingkat penggunaan
(adoption rate) oleh pengguna (adopters) masih sedikit, mereka biasanya masuk ke dalam kategori
innovators (pengguna pertama) maupun early adopters dalam kurva.

Namun ketika ada umpan balik penguat (simbol R), misalnya dari word of mouth komunitas pengguna di
kalangan innovators maupun early adopters mengakibatkan konsumen baru yang ada di populasi ikut
menggunakannya agar tidak ketinggalan tren terbaru (mereka disebut early late majority).
Konsekuensinya, perusahaan harus menambah kapasitas produksinya untuk memenuhi permintaan.

Gambar Model Archetype Kasus Batas Pertumbuhan Adopsi Produk Baru

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 15


Gambar Kelompok Pembeli Produk Baru

Namun, ketika mayoritas dalam populasi sudah menjadi pengguna, tingkat pertumbuhan permintaan
akan menurun, karena hanya tinggal sedikit yang belum menggunakan produk baru tersebut (kelompok
laggards). Dalam hal ini, apabila perusahaan tidak mengantisipasi adanya penurunan permintaan dalam
jangka panjang dan terlena dengan event (peristiwa naiknya permintaan dalam waktu tertentu), mereka
akan terjebak dalam kerugian, karena pasar sudah mengalami kejenuhan (simbol B). Ketika pengguna
sudah banyak, produk baru tidak lagi menjadi eksklusif sehingga tingkat permintaan tidak seperti masa
masa pertumbuhan di awal. Apabila perusahaan menggunakan pendekatan system, maka ia dapat
memprediksi kapan jumlah produksi harus dikurangi dan kapan harus mengeluarkan produk baru lagi
untuk meningkatkan penjualan.

Gambar Hasil Penjualan Seiring dengan Kejenuhan Pasar

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 16


STRATEGIC CASE ANALYSIS:
Studi Kasus
`
Tujuan Utama: Memberikan gambaran atas praktik alat bantu system thinking di dalam
pemecahan masalah yang kompleks

Studi Kasus
Mengatasi Hambatan Untuk Bertumbuh

Sukses bukanlah tujuan akhir kebanyakan perusahaan; tantangan utamanya adalah mempertahankan
keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Salah seorang eksekutif salah satu produsen alat
berat (sebut saja PT Daya) menceritakan bagaimana ia dan rekan kerjanya berhasil membalikkan nasib
buruk dari unit bisnisnya di salah satu pasar utamanya dan mempertahankan kesuksesan itu dengan jalan
mengatasi Batasan yang mereka hadapi. Mereka memberikan contoh yang aktual mengenai bagaimana
manfaat mengidentifikasi dan mengelola kekuatan yang dapat menghambat kinerja jauh sebelum
penurunan kinerja terjadi.

Pada saat itu, Anton ditugaskan untuk menjalankan operasi PT Daya salah satu pasar utama yang
bermasalah. Kinerja unit bisnis di lokasi tersebut sangat memprihatinkan dan Anton bertekad untuk
menghidupkan kembali bisnis dengan memotivasi para pegawainya. Anton juga merekrut tenaga ahli
untuk mendorong kinerja unit bisnis. Upaya tersebut berhasil membangkitkan kinerja unit bisnis dalam
waktu 3 tahun dalam bentuk keuntungan finansial sekaligus kepuasan pegawai.

Namun pada titik tertentu, Anton dan Tim Manajemen mulai menyadari bahwa keadaan komunitas yang
lebih besar dapat mengancam kesuksesan organisasi yang berkelanjutan. Daerah perkotaan di sekitar
pabrik memiliki tingkat kejahatan yang tinggi dan gagalnya sistem pendidikan. Dengan demikian, ada
hambatan untuk memperoleh tenaga ahli di sekitar lingkungan tersebut yang kemudian mengancam
peningkatan kinerja divisi.

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 17


Untuk mengatasi hambatan tenaga ahli di kota tersebut PT Daya memulai program pendidikan dan
kesehatan bagi para pekerja. Selain itu, organisasi tersebut meluncurkan proyek yang dikenal sebagai
MajuTerus. Upaya ini mempertemukan pejabat lokal, pengusaha, CEO, dan pemimpin komunitas dan
media lainnya untuk mengembangkan visi dan strategi untuk menarik orang-orang berbakat ke kota.
Tujuannya adalah menjadikan kota ini sebagai model pembangunan berkelanjutan dan tempat tinggal
yang sangat baik.

PT Daya berhasil menawarkan sumber daya dan kemampuan perencanaan strategisnya dan banyak
pegawai dengan antusias menyumbangkan waktu mereka sendiri untuk upaya tersebut. Setelah upaya ini
jalan, Anton berkata “Masyarakat bisa bekerja sama untuk membuat lingkungan lebih menarik dan aman.
Faktanya, sekarang kota ini tidak hanya menarik lebih banyak profesional tetapi juga lebih banyak bisnis.”
Beberapa tahun yang lalu, pemerintah menjadikan kota ini sebagai program percontohan bagi negara
tersebut untuk memberikan contoh apa yang perlu dilakukan untuk meregenerasi kota-kotanya.
Pemerintah telah memberikan dana untuk menjalankan program tersebut, dan proyek serupa
bermunculan di seluruh negeri.

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 18


KESIMPULAN DAN REFLEKSI:
`

Kesimpulan
System thinking merupakan paradigma berpikir yang diperlukan dalam menjawab masalah yang kompleks
dan dinamis. Pendekatan yang digunakan dalam system thinking mengarahkan pengambil keputusan
untuk fokus pada tujuan yang ingin dicapai dengan tetap menjaga keutuhan dari kompleksitas masalah.
Kompleksitas permasalahan disebabkan adanya perubahan perilaku pada sistem sebagai akibat dari
adanya keterhubungan antara variabel, elemen, komponen yang membentuk sistem. Salah satu ciri khas
dari system thinking adalah mempertimbangkan adanya umpan balik yang bersifat menguatkan maupun
menyeimbangkan dampak dari tindakan. Dengan menguasai dinamika perilaku dari sistem dan sifat dari
setiap model perilaku sistem (archetype) seseorang akan dapat mengantisipasi dampak atau hasil yang
tidak menguntungkan dari tindakan yang dilakukan.

Refleksi
Tuliskan dua atau tiga hal yang Anda pelajari dari modul yang telah anda pelajari ini.
1. Hal baru apa yang Anda pelajari dari modul ini?
2. Apakah pelajaran dalam modul ini membuat Anda mengubah keyakinan yang dianut sebelumnya
dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan?
3. Apa yang masih Anda ragu? Apakah Anda memiliki pertanyaan yang masih perlu dijawab?
4. Apa yang menarik bagi Anda / apa yang ingin Anda pelajari lebih detail?

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 19


Evaluasi Materi
1. Jelaskan perbedaan mendasar antara model berpikir linear dan system thinking dalam
pemecahan masalah serta pengambilan keputusan?
2. Pada kondisi seperti apa system thinking diperlukan untuk pemecahan masalah serta
pengambilan keputusan?
3. Salah satu konsep utama dalam system thinking adalah “struktur suatu sistem akan menentukan
perilaku dari sistem”. Jelaskan apa maksudnya dan berikan contohnya dalam konteks pendidikan
SMK.
4. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia hingga Februari 2020
sebanyak 6,88 juta orang. Jumlah ini bertambah 60 ribu orang dibandingkan Februari 2019 yang
tercatat 6,82 juta orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) didominasi oleh lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 8,49%. Masalah ini terus menjadi PR bagi stakeholder
pendidikan SMK. Gambarkan dinamika keterserapan tenaga kerja SMK berdasarkan pendekatan
system thinking dengan cara membuat model archetype.

MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 20


MODUL PENINGKATAN KAPABILITAS MANAJERIAL KEPALA SMK BERBASIS INDUSTRI 21

Anda mungkin juga menyukai