Anda di halaman 1dari 15

Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

Mata kuliah : Sistem Informasi Manajemen

Dosen : Rona Tumiur Mauli C.Simorangkir , SE.,MM.,CMA.

Disusun Oleh :

Zelvia Anggi Puspasanti (43218010035)


Tarradia Agda Malika (43218010046)
Syarifah Fatimah Azzahra (43218010057)
Utami Ayu Winarti (43218010061)
Muthia Nur Atma (43218010072)
Agnes Augustin (43218010074)

KELAS B-302

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat, karunia, serta kasih sayang terbesar-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Makalah Sistem Pendukung Keputusan”.
            Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pendukung
Keputusan. Selain itu sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan memotivasi
mahasiswa dalam menyusun karya tulis.
            Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sekalian demi memperbaiki  makalah ini dalam penulisan lain di kemudian hari.
            Dan semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi kita semua.
Sekian dan terimakasih.
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................2

1.1 Latar Belakang..............................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................3

BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................4

2.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan.....................................................4

2.2 Fase Pemecahan masalah..............................................................................5

2.3 Membangun Konsep dan Elemen Proses Pemecahan Masalah....................5

2.4 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan.................................................7

2.5 Model DSS....................................................................................................8

2.6 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Kelompok...............................9

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN..........................................................................12

3.1 Kasus............................................................................................................12

3.2 Pembahasan..................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peran manajer dalam membuat banyak keputusan bertujuan untuk mengatasi masalah.
Penyelesaian masalah dicapai melalui empat tahapan dasar dan mempergunakan
kerangka berpikir seperti model sistem perusahaan yang umum dan model lingkungan.
Dengan mengikuti pendeketan sistem untuk menyelesaikan masalah, manajer melihat
sistem secara keseluruhan.

Ke empat elemen dasar Proses pemecahan masalah tersebut terdiri atas: 


1)      standar,
2)      informasi,
3)      batasan, dan
4)      solusi alternatif. 

Jika ke-emapat proses ini diikuti, pemilihan alternatif yang terbaik tidak selalu dicapai
melalui analisis logis saja dan penting untuk membedakan antara permasalahan dan
gejala.

Masalah memiliki struktur yang beragam dan keputusan untuk menyelesaikannya dapat
terprogram maupun tidak terprogram. Konsep sistem pendukung pengambilan keputusan
(decision support system-DSS) awalnya ditujukan pada masalah-masalah yang setengah
terstruktur. Output DSS yang pertama terdiri atas laporan dan output dari model
matematika. Kemudian, kapabilitas pemecahan masalah kelompok ditambahkan, diikuti
dengan kecerdasan buatan (artifical intellgence) dan pemrosesan analitis oniline (on-line
analytical processing-OLAP). 

Model matematika dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, dan penggunaannya


disebut simulasi. Lembar kerja elektronik (spreadsheet) merupakan alat yang baik untuk
membuat model matematika. Lembar kerja ini dapat digunakan baik untuk model statik
dan dinamik dan membuat manajer dapat memainkan permainan “bagaimana jika”
(what-if-game).
Kecerdasan buatan dapat menjadi salah satu komponen DSS. Dengan menambahkan
basis pengetahuan dan mesin inferensi, DSS dapat memberikan saran solusi masalah
kepada manajer.
Jika groupware ditambahkan ke DSS, maka DSS tersebut akan menjadi sistem
pendukung pengambilan keputusan kelompok (group decision support system-GDSS).
GDSS dapat diletakkan di beberapa tempat yang berbeda agar kondusif terhadap
pemecahan masalah kelompok.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sistem pendukung keputusan?
2. Apa saja fase pemecahan masalah ?
3. Bagaimana membangun konsep dan elemen proses pemecahan masalah?
4. Bagaimana sistem pendukung pengambilan keputusan?
5. Apa saja model DSS (Decision Support Systems) ?
6. Bagaimana sistem pendukung pengambilan keputusan kelompok?
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan


Decision Support System (DSS) merupakan salah satu produk perangkat lunak yang
dikembangkan secara khusus untuk membantu manajemen dalam proses pengambil
keputusan. Sesuai namanya, tujuan digunakannya system ini adalah sebagai “second
opinion” atau “information source” yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan
sebelum seorang manajermemutuskan kebijakan tertentu.
              Pendekatan yang paling sering digunakan dalam proses perancangan sebuah
DSS adalah dengan menggunakan teknik simulasi yang interaktif, sehingga selain dapat
menarik minat manajer untuk menggunakannya , diharapkan system ini dapat
merepresentasikan keadaan dunia nyata atau bisnis yang sebenasrnya. Hal yang perlu
ditekankah adalah bahwa keberadaan DSS bukan untuk menggantikan tugas-tugas, tetapi
untuk menjadi sarana penunjang (tools) bagi mereka.
DSS sebenarnya merupakan implementasi teori-teori pengambilan keputusan
yang telah diperkenalkan oleh ilmu-ilmu seperti operation research dan management
science. Hanya bedanya adalah bahwa jika dahulu untuk mencari penyelesaian masalah
yang dihadapi harus dilakukan perhitungan iterasi secara manual (biasanya untuk
mencari nilai minimum, maksimum, atau optimum), saat ini komputer PC telah
menawarkan kemampuannya untuk menyelesaikan persoalan yang sama dalam waktu
relatif singkat. Dalam kedua bidang ilmu di atas, dikenal istilah decision modeling,
decision theory, dan decision analysis – yang pada hakekatnya adalah merepresentasikan
permasalah dan manaje-men yang dihadapi setiap hari ke dalam bentuk kuantitatif
(misalnya dalam bentuk model matematika).
Contoh-contoh klasik dari persoalan dalam bidang ini adalah linear programming,
game’s theory, transportation problem, inventory system, decision tree, dan lain
sebagainya. Dari sekian banyak problem klasik yang kerap dijumpai dalam aktivitas
bisnis perusahaan sehari-hari, sebagian dapat dengan mudah disimulasikan dan
diselesaikan dengan menggunakan formula atau rumus-rumus sederhana. Tetapi banyak
pula masalahan yang ada sangat rumit sehingga membutuhkan kecanggihan komputer.
Sprague dan Carlson mendefinisikan DSS dengan cukup baik, sebagai sistem yang
memiliki lima karakteristik utama (Sprague et.al., 1993):
1. Sistem yang berbasis komputer.
2. Dipergunakan untuk membantu para pengambil keputusan
3.Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang “mustahil” dilakukan dengan
kalkulasi manual.
4. Melalui cara simulasi yang interaktif.
5. Dimana data dan model analisis sebagai komponen utama.
Adapun Prinsip Dasar DSS adalah sebagai berikut :
1) Struktur MasalahSulit utk menemukan masalah yg sepenuhnya terstruktur atau tak
terstruktur - area kelabu Simon. Ini berarti DSS diarahkan pada area tempat sebagai
besar masalah berada.
2) Dukungan Keputusan DSS tidak dimaksudkan untuk menggantikan manajer.
Komputer dapat diterapkan pada bagian masalah yg terstruktur, tetapi manajer
bertanggung jawab atas bagian yang tidak terstruktur.
3) Efektivitas Keputusan waktu manajer berharga dan tidak boleh terbuang, tetapi
manfaat utama menggunakan DSS adalah keputusan yg baik

2.2 Fase Pemecahan masalah


Menurut Simon, orang yang memecahkan masalah terlibat dalam :
 Aktivitas Intelijen. Mencari di sekitar lingkungan kondisi yang harus dipecahkan.
  Aktivitas perancangan. Menemukan, mengembangkan, dan menganalisis tindakan-
tindakan yang mungkin dilakukan.
 Aktivitas pemilihan. Memilih tindakan tertentu dari beberapa yang tersedia.
  Aktivitas Pengkajian. Memeriksa pilihan-pilihan yang lalu.

2.3 . Membangun Konsep dan Elemen Proses Pemecahan Masalah


      Kebanyakan masalah yang dipecahkan manajer dapat dianggap sebagai
permasalahan sistem. Sebagai contoh, perusahaan sebagai suatu sistem tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Atau, terdapat masalah dengan sistem persediaan, sistem komisi
penjualan, dan seterusnya. Solusi masalah sistem adalah solusi yang membuat sistem
tersebut memenuhi tujuannya dengan paling baik, seperti yang dicerminkan dalam
standar kinerja sistem. Standar ini menggambarkan situasi yang diinginkan (desired
state) apa yang harus dicapai sistem tersebut. Sebagai tambahan, manajer tersebut harus
memiliki informasi yang menggambarkan keadaan saat ini (current state) apa yang
dicapai sistem tersebut sekarang ini. Jika dua keadaan ini berbeda, maka ada masalah
yang menjadi penyebabnya dan harus dipecahkan.

      Perbedaan antara keadaan saat ini dengan keadaan yang diinginkan disebut dengan
kriteria solusi (solution criterion), atau apa yang harus terjadi agar situasi saat ini
berubah menjadi situasi yang diinginkan. Tentu saja, jika situasi saat ini menunjukkan
tingkat kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan yang diinginkan, maka
tugas yang harus dilakukan bukanlah menyamakan keadaan saat ini. Melainkan, tugas
yang harus dilakukan adalah menjaga agar situasi saat ini tetap berada pada tingkatan
yang lebih tinggi. Jika kinerja tingkat tinggi dapat dipertahankan, maka situasi yang
diinginkan harus ditingkatkan.

      Tanggung jawab manajer adalah mengidentifikasi solusi alternatif, yang selalu ada.
Ini merupakan satu langkah dari proses penyelesaian masalah di mana komputer tidak
terlalu banyak membantu. Manajer biasanya mengandalkan pengalaman sendiri atau
mencari bantuan dari pemroses informasi nonkomputer, seperti input dari pihak lain
baik di dalam maupun di luar perusahaan.
      Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, sistem informasi dapat digunakan untuk
mengevaluasinya. Evaluasi ini harus mempertimbangkan batasan (constraint) yang ada,
yang dapat berasal baik dari internal maupun lingkungan. Batasan internal (internal
constraint) biasanya berbentuk sumber daya yang terbatas yang ada di dalam
perusahaan. Sebagai contoh, unit TI tidak dapat merancang sistem CRM karena
kurangnya keahlian dalam OLAP. Batasan lingkungan (environmental constraint)
berbentuk tekanan dari berbagai elemen lingkungan yang membatasi aliran sumber
daya dari dan keluar perusahaan. Salah satu contoh adalah peningkatan suku bunga oleh
Federal Reserve Board yang meningkatkan biaya ekspansi pabrik.
Membangun berdasarkan konsep :
1. Memilih Solusi yang Terbaik
Pemilihan solusi yang terbaik dapat dicapai dengan berbagai cara. Herry
Mintzberg, seorang ahli teori manajemen, telah mengidentifikasi tiga pendekatan :
 Analisis
Evaluasi atas pilihan-pilihan secara sistematis, dengan mempertimbangkan
konsekuensi pilihan-pilihan tersebut pada tujuan organisasi. Salah satu
contohnya adalah pertimbangan yang dilakukan oleh para anggota komite
pengawas SIM untuk memutuskan pendekatan mana yang harus diambil dalam
mengimplementasikan sistem informasi eksekutif.
 Penilaian
Proses pemikiran yang dilakukan oleh seorang manajer. Sebagai contoh,
manajer produksi menerapkan pengalaman dan intuisi dalam mengevaluasi
gambar pabrik baru yang diusulkan dari model matematika.
 Penawaran
Negosiasi antara beberapa manajer. Salah satu contoh adalah proses memberi
dan menerima yang berlangsung antara para anggota komite eksekutif
mengenai pasar yang mana yang harus dimasuki selanjutnya. Di sinilah tempat
di mana pengaruh politik dalam perusahaan dapat dilihat dengan jelas.
2. Permasalahan versus Gejala
Penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara masalah dan gejala dari suatu
masalah. Jika tidak demikian, kita dapat menghabiskan banyak waktu dan uang
untuk menyelesaikan permasalahan yang salah atau sesuatu yang sesungguhnya
bukanlah suatu masalah. Gejala (symptom) adalah kondisi yang dihasilkan masalah.
Sering kali seorang manajer melihat gejala dan bukan masalah.
3. Struktur Permasalahan
Masalah terstruktur terdiri atas unsur dan hubungan antara berbagai elemen yang
semuanya dipahami oleh orang yang memecahkan masalah. Masalah tidak
terstruktur merupakan masalah yang tidak memiliki elemen atau hubungan antar
elemen yang dipahami oleh yang memecahkan masalah. Masalah
semiterstruktur merupakan masalah yang terdiri atas beberapa elemen atau
hubungan yang dipahami oleh si pemecah masalah dan beberapa yang tidak dapat
dipahami. 

4. Jenis Keputusan
     Selain memberikan tahap-tahap pemecahan masalah, Herbert A.Simon juga
menemukan metode untuk mengklasifikasikan keputusan, yaitu :
 Keputusan terprogram (programmed decision) bersifat “repetitif dan rutin,
dalam hal prosedur tertentu digunakan untuk menanganinya sehingga
keputusan tersebut tidak perlu dianggap de novo (baru) setiap kali terjadi.” 
 Keputusan yang tidak terprogram (nonprogrammed decision) bersifat “baru,
tidak terstruktur, dan penuh konsekuensi. Tidak terdapat metode yang pasti
untuk menangani masalah seperti ini karena masalah tersebut belum pernah
muncul sebelumnya, atau karena sifat dan strukturnya sulit dijelaskan dan
kompleks, atau karena masalah tersebut demikian penting sehingga
memerlukan penanganan khusus.”

2.4 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan


Istilah sistem keputusan terstruktur (structured decision system-SDS) digunakan
untuk mendeskripsikan sistem-sistem yang mampu menyelesaikan masalah yang
teridentifikasi. Masalah-masalah di bawah garis menyulitkan pemrosesan komputer, dan
Gorry dan Scott-Morton menggunakan istilah sistem pendukung pengambilan keputusan
(decision support system-DSS) untuk menggambarkan sistem yang dapat memberikan
dukungan yang dibutuhkan.
2.5 Model DSS

      Ketika DSS untuk pertama kalinya dirancang, model ini menghasilkan laporan
khusus dan berkala serta output dari model matematika. Laporan khusus ini berisikan
respons terhadap permintaan ke basis data. Setelah DSS diterapkan dengan baik,
kemampuan yang memungkinkan para pemecah masalah untuk bekerja sama dalam
kelompok ditambahkan ke dalam model tersebut. Penambahan peranti lunak groupware
memungkinkan sistem tersebut untuk berfungsi sebagai sistem pendukung pengambilan
keputusan kelompok (group decision support system-GDSS). Yang terbaru, kemampuan
kecerdasan buatan juga telah ditambahkan beserta kemampuan untuk terlibat dalam
OLAP.
 Pemodelan Matematika

      Model adalah abstraksi dari sesuatu. Model mewakili suatu objek atau aktivitas,
yang disebut entitas (entity). Manajer menggunakan model untuk mewakili
permasalahan yang harus diselesaikan. Objek atau aktivitas yang menyebabkan
masalah disebut dengan entitas.

 Jenis Model

Terdapat empat jenis dasar model, yaitu :

1. Model Fisik (Physical model) 

Merupakan gambaran tiga dimensi entitasnya. Model fisik yang digunakan di


dunia bisnis mencakup model skala untuk pusat perbelanjaan dan prototipe mobil
baru.

Model fisik dibuat untuk mencapai tujuan yang tidak dapat dipenuhi oleh benda
sesungguhnya. Sebagai contoh, model fisik memungkinkan desainer untuk
mengevaluasi desain objek, seperti pesawat terbang, dan membuat perubahan-
perubahan sebelum konstruksi sesungguhnya. Ini akan menghemat waktu dan
uang.

2. Model Naratif 

Salah satu jenis model yang digunakan oleh manajer setiap hari adalah model
naratif (narrative model) yang menggambarkan entitas dengan kata-kata yang
terucap atau tertulis. Pendengar atau pembaca dapat memahami entitas tersebut
dari naratifnya. Semua komunikasi bisnis adalah model naratif, sehingga
membuat model naratif jenis model yang paling populer.

3.   Model Grafis 

Jenis model lain yang terus digunakan adalah model grafis. Model grafis (graphic
model) menggambarkan entitasnya dengan abstraksi garis, simbol, atau bentuk.
Jumlah pemesanan ekonomis (economic order quantity-EOQ) adalah jumlah
optimum penambahan stok yang harus dipesan dari pemasok. EOQ
menyeimbangkan biaya pembelian stok dan biaya untuk menyimpannya hingga
stok tersebut digunakan atau dijual. 
Model grafis juga digunakan dalam desain sistem informasi. Kebanyakan
perangkat yang digunakan oleh pengembang sistem bersifat grafis. Diagram
relasi entitas, diagram kelas, dan diagram aliran data merupakan beberapa contoh.

4. Model Matematis

Setiap rumus atau persamaan matematika adalah model matematis (mathematical


model). Kebanyakan model matematika yang digunakan manajer bisnis sama
kompleksnya dengan yang digunakan untuk menghitung EOQ.

Biaya penyimpanan mencakup semua biaya yang terjadi dalam penyimpanan


barang, seperti asuransi, kerusakan, dan kehilangan karena pencurian.

Beberapa model matematika menggunakan ratusan atau bahkan ribuan


persamaan. Sebagai contoh, model perencanaan keuangan yang dirancang Sun
Oil Company pada tahun-tahun pertama penggunaan SIM-nya menggunakan
sekitar 2.000 persamaan. Model besar seperti ini cenderung lamban dan sulit
untuk digunakan. Tren yang berlangsung saat ini adalah penggunaan model yang
lebih kecil.

2.6 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Kelompok


Berbagai komite, tim proyek, dan satuan tugas yang ada di banyak perusahaan
merupakan contoh pendekatan kelompok terhadap pemecahan masalah. Menyadari fakta
ini, para pengembang sistem telah mengadaptasi DSS ke dalam pemecahan masalah
secara kelompok.
 Konsep GDSS

Sistem pendukung pengambilan keputusan (group decision support system-


GDSS) merupakan sistem berbasis komputer yang mendukung sekelompok orang
yang tergabung didalam satu tugas atau sasaran yang sama dan memiliki satu sarana
tertentu yang berfungsi saling menghubungkan orang-orang yang ada dalam
kelompok tersebut.
Istilah-istilah lain juga digunakan untuk menggambarkan aplikasi teknologi
informasi ke dalam situasi kelompok. Istilah ini antara lain: sistem pendukung
kelompok (group support system-GSS), kerja sama berbantuan komputer (computer-
supported cooperative work-CSCW), dukungan kerja kolaboratif terkomputerisasi
(computerized collaborative work support), dan sistem pertemuan elektronik
(electronic meeting system-EMS). Perangkat lunak yang digunakan dalam situasi-
situasi ini diberi nama groupware.
 Bagaimana GDSS Membantu Pemecahan Masalah

Asumsi yang mendasari GDSS adalah komunikasi yang lebih baik memungkinkan
terbuatnya keputusan yang lebih baik. Komunikasi yang lebih baik dicapai dengan
menjaga agar diskusi kelompok tetap berfokus pada masalah yang dibicarakan,
sehingga waktu tidak terbuang sia-sia.
Ekstra waktu yang dimiliki dapat digunakan untuk mendiskusikan masalah secara
lebih mendetail, sehingga didapatkan defenisi masalah yang lebih baik atau ektra
waktu yangdimiliki dapat diguakan mengindetifikasi alternatif-alternatif yang
sebelumnya tampak tidak mungkin. Evaluasi alternatif yang lebih banyak akan
meningkatkan kesempatan mendapatkan solusi yang terbaik.

 Rancangan lingkungan GDSS


GDSS berkontribusi terhadap pemecahan masalah dengan cara menyediakan
sebuah rancangan yang kondusif terhadap komunikasi. Letak lingkungan GDSS
sebagai berikut:
a. Ruang keputusan

Ruang keputusan (decision room) adalah tempat sekelompok kecil orang yang
bertemu langsung. Ruangan ini membantu komunikasi melalui kombinasi
perabotan, peralatan, dan tempat. Peralatan mencakup kombinasi komputer,
mikrofon penangkap suara, kamera video, dan layar lebar. Di tengah-tengah
ruangan terletak konsol fasilitator. Fasilitator (Facilitator) adalah seseorang
yang tugas utamanya adalah menjaga diskusi di jalurnya.

Berdasarkan pengaturan yang ditentukan untuk masing-masing sesi, pesan yang


dimasukkan oleh salah seorang anggota kelompok kepada anggota lain dapat
ditampilkan pada layar lebar untuk dilihat seluruh anggota kelompok. Materi
lain yang penting untuk diskusi ini juga dapat ditampilkan dari media seperti
gambar PowerPoint, videotape, slide berwarna, dan transparansi.

Dua buah fitur GDSS yang unik adalah komunikasi paralel dan anonimitas.
Komunikasi paralel (parallel communication) terjadi ketika semua peserta
memasukkan komentar pada saat yang bersamaan, dan anonimitas (anonimity)
adalah ketika tidak ada yang dapat mengetahui siapa yang memberikan
komentar tertentu. Anonimitas memungkinkan para peserta untuk mengatakan
apa yang mereka pikirkan tanpa takut diejek oleh anggota kelompok yang lain.
Selain itu, fitur ini memungkinkan masing-masing ide untuk dievaluasi
berdasarkan kelebihannya dan bukan berdasarkan siapa yang memberikannya.

b. Jaringan keputusan wilayah lokal


Jika tidak memungkinkan untuk sekelompok kecil orang untuk bertemu
langsung, maka para anggota dapat berinteraksi melalui LAN. Seorang anggota
dapat memasukkan komentar ke dalam komputer dan melihat komentar yang
diberikan anggota lain di layar.
c. Sesi legislatif
Jika kelompok yang ada terlalu besar untuk suatu ruang keputusan, maka akan
dibutuhkan sesi legislatif. Ukuran yang besar akan membatasi komunikasi.
Kesempatan partisipasi secara rata oleh semua anggota kelompok menjadi
berkurang atau waktu yang tersedia akan berkurang. Salah satu solusi untuk
masalah ini adalah fasilitator memutuskan materi mana yang harus ditampilkan
di layar untuk dilihat seluruh kelompok.

d. Konferensi dengan media komputer


Beberapa aplikasi virtual memungkinkan komunikasi antara kelompok-
kelompok besar yang memiliki anggota yang tersebar di berbagai wilayah
geografis. Aplikasi ini secara kolektif dikenal sebagai aplikasi konferensi jarak
jauh, yang mencakup konferensi komputer, konferensi audio, dan konferensi
video.
BAB III

3.1 Kasus

Penentuan Penerimaan Calon Mahasiswa Baru Jurusan Teknologi Informasi

Untuk masuk ke perguruan tinggi negeri yang berada di Indonesia, calon mahasiswa
melalui beberapa tahap proses penyeleksian yaitu melalui tahap SNMPTN, SBMPTN.
Masalah umum yang sering terjadi dalam proses penilaian potensi calon mahasiswa yaitu
subjektifitas pengambilan keputusan melalui nilai rapor, akreditasi sekolah, hasil nilai
ujian tertulis tes kemampuan dsasar sains dan teknologi (Saintek), tes kemampuan dasar
sosial humaniora (Soshum), tes kemampuan dan potensi akademik serta uji keterampilan
calon mahasiswa. Melalui beberapa tahap penilaian dengan harapan mahasiswa dapat
menyelesaikan studinya dengan tepat waktu dan dengan hasil yang terbaik.

3.2 Pembahasan

Langkah awal yang diambil adalah dengan menentukan syarat syarat yang dibutuhkan
untuk Jurusan Teknologi Informasi contohnya menentukan variable variable data yang
dibutuhkan, menentukan aspek yang dibutuhkan untuk penelitian, penentuan nilai
tertinggi dan nilai terendah nantinya setelah didaptkan nilai perbandingan nilai tertinggi
dan terendah kemudia dikelompokkan kemudian. Tentukan ppula kriteria peniliaian
seperti nilai rata-rata raport, nilai rata-rata UN ada pula syarat syarat pendukung seperti
dapat mengoprasikan laptop/computer, memiliiki pengetahuan dasar software dan
hardware memiliki keinginan sendiri untuk masuk jurusan teknologi informasi,
rajin,disiplin,giat, ulet belajar, memiliki kemampuan logika yang baik. Setelah itu
nantinya akan didapatkan nilai nilai yang diinginkan kemudian diseleksi.
DAFTAR PUSTAKA

Mcleod, Raymond. (2004). Sistem Informasi Manajemen, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
McLeod, R., & Schell, G. P. (2007). Management Information Systems. USA:
Pearson/Prentice Hall.
Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2016). Management Information System. Pearson Education
India.
Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2018). Management Information Systems: Managing The
Digital Firm. Pearson.
O'Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2006). Management Information Systems (Vol. 6).
McGraw-Hill Irwin.

Anda mungkin juga menyukai