Disusun Oleh :
KELAS B-302
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat, karunia, serta kasih sayang terbesar-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Makalah Sistem Pendukung Keputusan”.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pendukung
Keputusan. Selain itu sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan memotivasi
mahasiswa dalam menyusun karya tulis.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sekalian demi memperbaiki makalah ini dalam penulisan lain di kemudian hari.
Dan semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi kita semua.
Sekian dan terimakasih.
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................2
3.1 Kasus............................................................................................................12
3.2 Pembahasan..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
Jika ke-emapat proses ini diikuti, pemilihan alternatif yang terbaik tidak selalu dicapai
melalui analisis logis saja dan penting untuk membedakan antara permasalahan dan
gejala.
Masalah memiliki struktur yang beragam dan keputusan untuk menyelesaikannya dapat
terprogram maupun tidak terprogram. Konsep sistem pendukung pengambilan keputusan
(decision support system-DSS) awalnya ditujukan pada masalah-masalah yang setengah
terstruktur. Output DSS yang pertama terdiri atas laporan dan output dari model
matematika. Kemudian, kapabilitas pemecahan masalah kelompok ditambahkan, diikuti
dengan kecerdasan buatan (artifical intellgence) dan pemrosesan analitis oniline (on-line
analytical processing-OLAP).
KAJIAN PUSTAKA
Perbedaan antara keadaan saat ini dengan keadaan yang diinginkan disebut dengan
kriteria solusi (solution criterion), atau apa yang harus terjadi agar situasi saat ini
berubah menjadi situasi yang diinginkan. Tentu saja, jika situasi saat ini menunjukkan
tingkat kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan yang diinginkan, maka
tugas yang harus dilakukan bukanlah menyamakan keadaan saat ini. Melainkan, tugas
yang harus dilakukan adalah menjaga agar situasi saat ini tetap berada pada tingkatan
yang lebih tinggi. Jika kinerja tingkat tinggi dapat dipertahankan, maka situasi yang
diinginkan harus ditingkatkan.
Tanggung jawab manajer adalah mengidentifikasi solusi alternatif, yang selalu ada.
Ini merupakan satu langkah dari proses penyelesaian masalah di mana komputer tidak
terlalu banyak membantu. Manajer biasanya mengandalkan pengalaman sendiri atau
mencari bantuan dari pemroses informasi nonkomputer, seperti input dari pihak lain
baik di dalam maupun di luar perusahaan.
Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, sistem informasi dapat digunakan untuk
mengevaluasinya. Evaluasi ini harus mempertimbangkan batasan (constraint) yang ada,
yang dapat berasal baik dari internal maupun lingkungan. Batasan internal (internal
constraint) biasanya berbentuk sumber daya yang terbatas yang ada di dalam
perusahaan. Sebagai contoh, unit TI tidak dapat merancang sistem CRM karena
kurangnya keahlian dalam OLAP. Batasan lingkungan (environmental constraint)
berbentuk tekanan dari berbagai elemen lingkungan yang membatasi aliran sumber
daya dari dan keluar perusahaan. Salah satu contoh adalah peningkatan suku bunga oleh
Federal Reserve Board yang meningkatkan biaya ekspansi pabrik.
Membangun berdasarkan konsep :
1. Memilih Solusi yang Terbaik
Pemilihan solusi yang terbaik dapat dicapai dengan berbagai cara. Herry
Mintzberg, seorang ahli teori manajemen, telah mengidentifikasi tiga pendekatan :
Analisis
Evaluasi atas pilihan-pilihan secara sistematis, dengan mempertimbangkan
konsekuensi pilihan-pilihan tersebut pada tujuan organisasi. Salah satu
contohnya adalah pertimbangan yang dilakukan oleh para anggota komite
pengawas SIM untuk memutuskan pendekatan mana yang harus diambil dalam
mengimplementasikan sistem informasi eksekutif.
Penilaian
Proses pemikiran yang dilakukan oleh seorang manajer. Sebagai contoh,
manajer produksi menerapkan pengalaman dan intuisi dalam mengevaluasi
gambar pabrik baru yang diusulkan dari model matematika.
Penawaran
Negosiasi antara beberapa manajer. Salah satu contoh adalah proses memberi
dan menerima yang berlangsung antara para anggota komite eksekutif
mengenai pasar yang mana yang harus dimasuki selanjutnya. Di sinilah tempat
di mana pengaruh politik dalam perusahaan dapat dilihat dengan jelas.
2. Permasalahan versus Gejala
Penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara masalah dan gejala dari suatu
masalah. Jika tidak demikian, kita dapat menghabiskan banyak waktu dan uang
untuk menyelesaikan permasalahan yang salah atau sesuatu yang sesungguhnya
bukanlah suatu masalah. Gejala (symptom) adalah kondisi yang dihasilkan masalah.
Sering kali seorang manajer melihat gejala dan bukan masalah.
3. Struktur Permasalahan
Masalah terstruktur terdiri atas unsur dan hubungan antara berbagai elemen yang
semuanya dipahami oleh orang yang memecahkan masalah. Masalah tidak
terstruktur merupakan masalah yang tidak memiliki elemen atau hubungan antar
elemen yang dipahami oleh yang memecahkan masalah. Masalah
semiterstruktur merupakan masalah yang terdiri atas beberapa elemen atau
hubungan yang dipahami oleh si pemecah masalah dan beberapa yang tidak dapat
dipahami.
4. Jenis Keputusan
Selain memberikan tahap-tahap pemecahan masalah, Herbert A.Simon juga
menemukan metode untuk mengklasifikasikan keputusan, yaitu :
Keputusan terprogram (programmed decision) bersifat “repetitif dan rutin,
dalam hal prosedur tertentu digunakan untuk menanganinya sehingga
keputusan tersebut tidak perlu dianggap de novo (baru) setiap kali terjadi.”
Keputusan yang tidak terprogram (nonprogrammed decision) bersifat “baru,
tidak terstruktur, dan penuh konsekuensi. Tidak terdapat metode yang pasti
untuk menangani masalah seperti ini karena masalah tersebut belum pernah
muncul sebelumnya, atau karena sifat dan strukturnya sulit dijelaskan dan
kompleks, atau karena masalah tersebut demikian penting sehingga
memerlukan penanganan khusus.”
Ketika DSS untuk pertama kalinya dirancang, model ini menghasilkan laporan
khusus dan berkala serta output dari model matematika. Laporan khusus ini berisikan
respons terhadap permintaan ke basis data. Setelah DSS diterapkan dengan baik,
kemampuan yang memungkinkan para pemecah masalah untuk bekerja sama dalam
kelompok ditambahkan ke dalam model tersebut. Penambahan peranti lunak groupware
memungkinkan sistem tersebut untuk berfungsi sebagai sistem pendukung pengambilan
keputusan kelompok (group decision support system-GDSS). Yang terbaru, kemampuan
kecerdasan buatan juga telah ditambahkan beserta kemampuan untuk terlibat dalam
OLAP.
Pemodelan Matematika
Model adalah abstraksi dari sesuatu. Model mewakili suatu objek atau aktivitas,
yang disebut entitas (entity). Manajer menggunakan model untuk mewakili
permasalahan yang harus diselesaikan. Objek atau aktivitas yang menyebabkan
masalah disebut dengan entitas.
Jenis Model
Model fisik dibuat untuk mencapai tujuan yang tidak dapat dipenuhi oleh benda
sesungguhnya. Sebagai contoh, model fisik memungkinkan desainer untuk
mengevaluasi desain objek, seperti pesawat terbang, dan membuat perubahan-
perubahan sebelum konstruksi sesungguhnya. Ini akan menghemat waktu dan
uang.
2. Model Naratif
Salah satu jenis model yang digunakan oleh manajer setiap hari adalah model
naratif (narrative model) yang menggambarkan entitas dengan kata-kata yang
terucap atau tertulis. Pendengar atau pembaca dapat memahami entitas tersebut
dari naratifnya. Semua komunikasi bisnis adalah model naratif, sehingga
membuat model naratif jenis model yang paling populer.
3. Model Grafis
Jenis model lain yang terus digunakan adalah model grafis. Model grafis (graphic
model) menggambarkan entitasnya dengan abstraksi garis, simbol, atau bentuk.
Jumlah pemesanan ekonomis (economic order quantity-EOQ) adalah jumlah
optimum penambahan stok yang harus dipesan dari pemasok. EOQ
menyeimbangkan biaya pembelian stok dan biaya untuk menyimpannya hingga
stok tersebut digunakan atau dijual.
Model grafis juga digunakan dalam desain sistem informasi. Kebanyakan
perangkat yang digunakan oleh pengembang sistem bersifat grafis. Diagram
relasi entitas, diagram kelas, dan diagram aliran data merupakan beberapa contoh.
4. Model Matematis
Asumsi yang mendasari GDSS adalah komunikasi yang lebih baik memungkinkan
terbuatnya keputusan yang lebih baik. Komunikasi yang lebih baik dicapai dengan
menjaga agar diskusi kelompok tetap berfokus pada masalah yang dibicarakan,
sehingga waktu tidak terbuang sia-sia.
Ekstra waktu yang dimiliki dapat digunakan untuk mendiskusikan masalah secara
lebih mendetail, sehingga didapatkan defenisi masalah yang lebih baik atau ektra
waktu yangdimiliki dapat diguakan mengindetifikasi alternatif-alternatif yang
sebelumnya tampak tidak mungkin. Evaluasi alternatif yang lebih banyak akan
meningkatkan kesempatan mendapatkan solusi yang terbaik.
Ruang keputusan (decision room) adalah tempat sekelompok kecil orang yang
bertemu langsung. Ruangan ini membantu komunikasi melalui kombinasi
perabotan, peralatan, dan tempat. Peralatan mencakup kombinasi komputer,
mikrofon penangkap suara, kamera video, dan layar lebar. Di tengah-tengah
ruangan terletak konsol fasilitator. Fasilitator (Facilitator) adalah seseorang
yang tugas utamanya adalah menjaga diskusi di jalurnya.
Dua buah fitur GDSS yang unik adalah komunikasi paralel dan anonimitas.
Komunikasi paralel (parallel communication) terjadi ketika semua peserta
memasukkan komentar pada saat yang bersamaan, dan anonimitas (anonimity)
adalah ketika tidak ada yang dapat mengetahui siapa yang memberikan
komentar tertentu. Anonimitas memungkinkan para peserta untuk mengatakan
apa yang mereka pikirkan tanpa takut diejek oleh anggota kelompok yang lain.
Selain itu, fitur ini memungkinkan masing-masing ide untuk dievaluasi
berdasarkan kelebihannya dan bukan berdasarkan siapa yang memberikannya.
3.1 Kasus
Untuk masuk ke perguruan tinggi negeri yang berada di Indonesia, calon mahasiswa
melalui beberapa tahap proses penyeleksian yaitu melalui tahap SNMPTN, SBMPTN.
Masalah umum yang sering terjadi dalam proses penilaian potensi calon mahasiswa yaitu
subjektifitas pengambilan keputusan melalui nilai rapor, akreditasi sekolah, hasil nilai
ujian tertulis tes kemampuan dsasar sains dan teknologi (Saintek), tes kemampuan dasar
sosial humaniora (Soshum), tes kemampuan dan potensi akademik serta uji keterampilan
calon mahasiswa. Melalui beberapa tahap penilaian dengan harapan mahasiswa dapat
menyelesaikan studinya dengan tepat waktu dan dengan hasil yang terbaik.
3.2 Pembahasan
Langkah awal yang diambil adalah dengan menentukan syarat syarat yang dibutuhkan
untuk Jurusan Teknologi Informasi contohnya menentukan variable variable data yang
dibutuhkan, menentukan aspek yang dibutuhkan untuk penelitian, penentuan nilai
tertinggi dan nilai terendah nantinya setelah didaptkan nilai perbandingan nilai tertinggi
dan terendah kemudia dikelompokkan kemudian. Tentukan ppula kriteria peniliaian
seperti nilai rata-rata raport, nilai rata-rata UN ada pula syarat syarat pendukung seperti
dapat mengoprasikan laptop/computer, memiliiki pengetahuan dasar software dan
hardware memiliki keinginan sendiri untuk masuk jurusan teknologi informasi,
rajin,disiplin,giat, ulet belajar, memiliki kemampuan logika yang baik. Setelah itu
nantinya akan didapatkan nilai nilai yang diinginkan kemudian diseleksi.
DAFTAR PUSTAKA
Mcleod, Raymond. (2004). Sistem Informasi Manajemen, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
McLeod, R., & Schell, G. P. (2007). Management Information Systems. USA:
Pearson/Prentice Hall.
Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2016). Management Information System. Pearson Education
India.
Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2018). Management Information Systems: Managing The
Digital Firm. Pearson.
O'Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2006). Management Information Systems (Vol. 6).
McGraw-Hill Irwin.