Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN


(PEMODELAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (SPK))

disusun oleh

Kelompok 1

1. Pryla Rustiana Lestari G1A016012

2. Faisal Inasri G1A0160

3. Taufik dwi harjanto G1A016031

4. Andrian ramadhan G1A016035

Dosen Pengampuh :

Widhia Oktoeberza KZ, S.T., M.Eng.

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa ini pengambilan suatu keputusan sudah tidak lagi hanya dengan
akal manusia. Keterbatasan manusia dalam berpikir untuk memecahkan suatu
permasalahan kini dapat dibantu dengan suatu sistem komputer yang telah
diciptakan oleh manusia itu sendiri. Sistem ini disebut sistem pendukung
keputusan atau yang disingkat SPK. Sedangkan menurut Wikipedia Sistem
pendukung keputusan (Inggris: decision support systems disingkat DSS) adalah
bagian dari sistem informasi berbasis komputer (termasuk sistem berbasis
pengetahuan (manajemen pengetahuan)) yang dipakai untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Dapat juga
dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk
mengambil keputusan dari masalah semi-terstruktur yang spesifik.

1.2 Rumusan Masalah


2. Apa yang dimaksud dengan Sistem Pendukung Keputusan ?
3. Apa saja Pemodelan Sistem Pendukung Keputusan ?
4. Apa saja Manfaat dari Sitem Pendukung Keputusan ?
5. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan dari Pemodelan Sistem Pendukung
Keputusan?
6. Apa saja Klasifikasi Model Sistem Pendukung Keputusan ?

1.3 Tujuan
1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi
terstruktur.
2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya di
maksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.
3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang di ambil manajer lebih daripada
perbaikan efisiensinya.
4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan
untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah.
5. Peningkatan produktivitas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan


Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah bagian dari sistem informasi
berbasis komputer termasuk sistem berbasis pengetahuan atau manajemen pengetahuan
yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah
data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi terstruktur yang
spesifik.

2.2 Manfaat Model Sistem Pendukung Keputusan


Model adalah percontohan yang mengandung unsure yang bersifat
penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu). Pengambilan keputusan itu sendiri
merupakan suatu proses berurutan yang memerlukan penggunaan model secara cepat dan
benar.

Sistem pendukung manajemen (Management Support System – MMS) menggunakan


model karena :

 Model memungkinkan penghematan waktu. Waktu operasi yang bertahun-tahun


dapat disimulasikan dalam beberapa menit atau detik dengan menggunakan
komputer.

 Manipulasi model (perubahanvariabel-variabel atau lingkungan) adalah jauh lebih


mudah daripada memanipulasi sistem nyata. Oleh karenanya eksperimentasi lebih
mudah dilakukan dan tidak menggangguoperasi organisasi sehari – hari.

 Biaya analitis pemodelan jauh lebih murah jika dibandingkan dengan biaya
eksperimen yangsama yang dilakukan pada sistem nyata.

 Biaya dari kesalahan yang dibuat selama eksperimen trial-anderror jauh lebih
murah jika digunakan model dibandingkan dengan sistem nyata.
 Model meningkatkan dan memperkuat pembelajaran dan pelatihan.

2.3 Klasifikasi Model Pengambilan Keputusan

Mengingat begitu banyaknya cara untuk mengadakan klasifikasi model, dibawah


ini disampaikan beberapa klasifikasi saja. Klasifikasi model dapat dilakukan berdasarkan
sebagai berikut:
1. Tujuannya : model latihan, model penelitian, model keputusan, model perencanaan,
dan lain sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.
2. Bidang penerapannya (field of application) : model tentang transportasi, model
tentang persediaan barang, model tentang pendidikan, model tentang kesehatan, dan
sebagainya.
3. Tingkatannya (level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional,
kebijakan regional, kebijakan local, dan sebagainya.
4. Ciri waktunya (time character) : model statis dan model dinamis.
5. Bentuknya (form) : model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model non
konflik, dan sebagainya.
6. Pengembangan analitik (analytic development) : tingkat dimana matematika perlu
digunakan; lain-lain.
7. Kompleksitas (complexity) : model sangat terinci, model sederhana, model global,
model keseluruhan, dan lain-lain.
8. Formalisasi (formalization) : model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah
direncanakan dan hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu
dibicarakan juga.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pendukung Keputusan


2.4.1 Kelebihan Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

1. Memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data/informasi


untuk pengambilan keputusan.
2. Menghemat waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah, terutama
berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.
3. Menghasilkan solusi dengan lebih cepat dan hasilnya dapat diandalkan.
4. Mampu memberikan berbagai alternatif dalam pengambilan keputusan, meskipun
seandainya Sistem Pendukung Keputusan (SPK) tidak mampu memecahkan
masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun dapat digunakan
sebagai stimulan dalam memahami persoalan.
5. Memperkuat keyakinan pengambil keputusan terhadap keputusan yang
diambilnya.
6. Memberikan keuntungan kompetitif bagi organisasi secara keseluruhan dengan
penghematan waktu, tenaga dan biaya.

2.4.2 Kekurangan Sistem Pendukung Keputusan (SPK)


Walaupun dirancang dengan sangat teliti dan mempertimbangkan seluruh faktor
yang ada, Sistem Pendukung Keputusan (SPK) mempunyai kelemahan atau keterbatasan
diantaranya yaitu :

1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat
dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya
mencerminkan persoalan sebenarnya.
2. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) terbatas untuk memberikan alternatif dari
pengetahuan yang diberikan kepadanya (pengatahuan dasar serta model dasar)
pada waktu perancangan program tersebut.
3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang digunakan.
4. Harus selalu diadakan perubahan secara kontinyu untuk menyesuaikan dengan
keadaan lingkungan yang terus berubah agar sistem tersebut selalu up to date.
5. Bagaimanapun juga harus diingat bahwa Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
dirancang untuk membantu/mendukung pengambilan keputusan dengan
mengolah informasi dan data yang diperlukan dan bukan untuk mengambil alih
pengambilan keputusan.
2.5 Pemodelan Sitem Pendukung Keputusan

Pada umumnya, semua model itu mempunyai aspek-aspek tertentu masing-


masing adalah idealisasi, atau abstraksi dari bagian dunia nyata (praktik nyata), atau
dengan kata yang lebih tepat dan jelas imitasi dari kenyataan, mengenai hal ini Olaf
Helmer menyatakan bahwa: karakteristik dari konstruksi. Model adalah abstraksi;
elemen-elemen tertentu dari situasi yang mungkin dapat membantu seseorang
menganalisis keputusan dan memahaminya dengan lebih baik. Untuk mengadakan
abstraksi, maka pembuatan model sering kali dapat meliputi perubahan konseptual. Setiap
unsure dari situasi nyata merupakan tiruan dengan menggunakan sasaran matematika atau
sasaran fisik.

Representasi sistem atau masalah berdasarkan model dapat dilakukan dengan


berbagai macam tingkat abstraksi, oleh karenanya model diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok menurut tingkat abstraksinya, antara lain (Turban, 1998) :

1. Model Iconik (Skala)

Sebuah model iconik, model abstraksi terkecil adalah replika fisik sebuah sistem,
biasanya pada suatu skala yang berbeda dari aslinya. Model iconik dapat muncul pada
tiga dimensi (miniatur maket), sebagaimana pesawat terbang, mobil, jembatan, atau alur
produksi. Photografi adalah jenis model skala iconik yang lain, tetapi hanya dalam dua
dimensi.

2. Model Analog

Sebuah model yang tidak tampak mirip dengan model aslinya, tetapi bersifat seperti
sistem aslinya. Model analog lebih abstrak dari model iconik dan merupakan
perpresentasi simbolik dari realitas. Model ini biasanya berbentuk bagan atau diagram 2
dimensi, dapat berupa model fisik, tetapi bentuk model berbeda dari bentuk sistem nyata.

Berikut beberapa contoh lain :

 Bagan organisasi yang menggambarkan hubungan struktur otoritas, dan tanggung


jawab.
 Sebuah peta dimana warna yang berbeda menunjukkan obyek yang berbeda
misalnya sungai atau pegunungan.

 Bagan pasar modal yang menunjukkan pergerakan harga saham.

 Cetak biru dari sebuah mesin atau rumah.

3. Model Matematik (Quantitatif)

Kompleksitas hubungan pada banyak sistem organisasional tidak dapat disajikan secara
model icon atau model analog, atau representasi semacam itu malah dapat menimbulkan
kesulitan dan membutuhkan banyak waktu dalam pemakaiannya. Oleh karena itu model
yang tepat dideskripsikan dengan model matematis. Sebagian besar analisis sistem
pendukung keputusan dilakukan secara numerik dengan model matematis atau model
quantitatif yang lain.

Quade membedakan model ke dalam dua tipe, yakni model kuantitatif dan model
kualitatif.
1. Model kuantitatif
Model kuantitatif (dalam hal ini adalah model matematika) adalah serangkaian
asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis yang pasti.
Ini dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau merupakan instruksi bagi
computer, yang berupa program-program untuk computer. Adapun ciri-ciri pokok model
ini ditetapkan secara lengkap melalui asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi
logis dari asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses
dunia nyata (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.
2. Model kualitatif
Model kualitatif didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang
jika dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui
kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan yang
lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan
model.
Gullet dan Hicks memberikan beberapa klasifikasi model pengambilan keputusan yang
kerapkali digunakan untuk memecahkan masalah seperti itu (yang hasilnya kurang
diketahui dengan pasti).

1. Model Probabilitas
Model probabilitas, umumnya model-model keputusannya merupakan konsep
probabilitas dan konsep nilai harapan member hasil tertentu (the concept of probability
and expected value).
2. Konsep tentang nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)
Konsep tentang nilai harapan ini khususnya dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan yang akan diambilnya nanti menyangkut kemungkinan-kemungkinan yang
telah diperhitungkan bagi situasi dan kondisi yang akan datang. Adapun nilai yang
diharapkan dari setiap peristiwabyang terjadi merupakan kemungkinan terjadinya
peristiwa itu dikalikan dengan nilai kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya adalah
nilai dimana terjadinya peristiwa yang diharapkan masih diragukan.
3. Model matriks
Selain model probabilitas dan nilai harapan (probability and expected value), ada
juga model lainnya. Model lain tersebut misalnya adalah model matriks (the payoff
matrix model).Model matriks merupakan model khusus yang menyajikan kombinasi
antara strategi yang digunakan dan hasil yang diharapkan.
Dalam hal ini Gullett dan Hicks mengatakan : The payoff matrix is a particularly
convenient method of displaying and summarizing the expected values alternative
strategics.Model matriks terdiri atas dua hal, yakni baris dan lajur. Baris (row)
bentuknya mendatar, sedangkan lajur (column) bentuknya menegak (vertikal). Pada sisi
baris berisi macam alternative strategi yang digelarkan oleh pengambil keputusan,
sedangkan pada sisi lajur berisi kondisi dan nilai harapan dalam kondisi dan situasi yang
berlainan.
4. Model pohon keputusan (Decision Tree Model)
Model ini merupakan suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan
suatu proses untuk merinci masalah-masalah yang dihadapinya kedalam komponen-
komponen, kemudian dibuatkan alternatif-alternatif pemecahan beserta konsekuensi
masing-masing.
Dengan demikian, maka pimpinan tinggal memilih alternative mana yang
sekiranya paling tepat untuk dijadikan keputusan.

5. Model Kurva Indiferen (Kurva Tak Acuh)


Kurva Indeferen merupakan kurva berbentuk garis dimana setiap titik yang berada
pada garis kurva tersebut mempunyai tingkat kepuasan atau kemanfaatan yang sama.
Misalnya, penggunaan barang A dan B meskipun kombinasi jumlah masing-masing
berbeda, namun apabila semuanya itu berada pada titik kurva indiferen, kepuasa sama.

6. Model Simulasi Komputer.

Menurut model ini, pengambilan keputusan diperlukan rancang bangun (design)


yang biasanya menggunakan komputer yang mampu menirukan apa-apa yang dilakukan
oleh organisasi. Karena dengan menggunakan komputer, hal ini lebih mudah dihitung dan
diketahui besarnya pengaruh variable terhadap dependen. Sebab dengan menggunakan
komputer jangkauan pikiran dan pemikirannya secara secara operasional menjadi lebih
luas dan panjang serta mampu memecahkan masalah yang kompleks karena komputer
dapat menciptakan simulasi (permainan,tiruan) yang dapat menggambarkan dengan tepat
seperti kegiatan yang sesungguhnya.

Selanjutnya Robert D.Spech mengelompokkan model dalam rangka analisis


kebijakan pengambilan keputusan ke dalam 5 kategori yakni sebagai berikut.
1. Model Matematika
Model matematika ini menggunakan teknik seperti misalnya linear programming, teori
jaringan kerja, dsb. komputer dapat digunakan begitu pula dengan kalkulator yang dapat
digunakan sebagai alat perhitungan saja bukan sebagai simulator.

2. Model Simulasi Komputer


Model ini merupakan tiruan dari kasus yang sesungguhnya. Ada yang dibuat dengan
peralatan dan ukuran yang sama persis dengan yang sesungguhnya misalnya cockpit
pesawat dimana calon pilot melatih diri melalui cockpit tiruan tersebut.

3. Model Permainan Operasional


Dalam model ini manusia dijadikan objek yang harus mengambil keputusan. Informasi
diperoleh dari komputer atau video game yang menyajikan masalahnya. Misalnya seperti
pada permainan perang-perangan (war games),video memberikan informasi dan
menyajikan masalah yang berupa datangnya musuh yang akan menyerang kita dengan
macam-macam cara penyerangan. Kita diminta mempertahankan diri dan
menghancurkan musuh dengan peralatan yang telah disediakan pada video games
tersebut.

4. Model verbal
Model verbal adalah model pengambilan keputusan berdasarkan analogi yang lebih
bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu kemudian dibuat dalilnya yang kemudian
diterapkan untuk menyimpulkan dan mengambil keputusan yang nonkuantitatif.
Anthony down memberikan contoh model verbal yang berupa atau menyangkut
birokrasi. Down memandang birokrasi sebagai organisasi yang memiliki 4 ciri,sebagai
berikut.
1. Birokrasi mempunyai lingkungan yang cukup luas dimana peringkat
tertinggi hanya mengetahui kurang dari setengah dari seluruh anggotanya
secara pribadi. Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi masalah
administratif substansial.
2. Bagian terbesar dari anggotanya adalah karyawan penuh yang sangat
menggantungkan dari pada kesempatan kerja dan gajinya pada organisasi
itu. Ini berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat pada pekerjaannya.
3. Upahnya, kenaikan pangkatnya, dan sebagainya itu sangat tergantung pada
prestasinya dalam organisasi itu atau ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh
organisasi tersebut.
4. Sebagian besar dari hasil itu secara tidak langsung dinilai dalam pasaran.
Prestasi kerja para anggota atau karyawan secara tidak langsung juga ikut
menentukan pasaran hasil organisasinya/perusahaannya.
5. Model fisik
Dalam menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak begitu penting untuk
dianalisis. Model ini,misalnya model dalam rangka pembuatan bangunan atau tata kota.
Dalam model pengambilan bangunan misalnya berlaku model perencanaan jaringan kerja
atau model PERT dan yang sejenisnya. Model ini merupakan serangkaian keputusan
dalam program pembangunan dan pengembangan yang cukup kompleks. Bagian-bagian
mana yang dapat dilakukan secara serentak, dalam arti tidak usah berurutan dan bagian-
bagian mana yang mengerjakan bagian berikutnya. Ini lebih merupakan tugas dan
pengambilan keputusan seorang insinyur daripada policy maker.

2.6 Contoh Kasus Sistem Pendukung Keputusan


1. Sistem Pendukung Keputusan Besaran Gaji Pensiunan Opsir
A. Permasalahan
Menurut database dari setiap Divisi di Indonesia besaran gaji pensiunan opsir
tidak mendapat pembagian merata akibat informasi yang lambat diterima oleh para opsir
pensiunan. Khususnya opsir yang berada di pegunungan dan juga opsir yang belum
terdata saat masa purnanya. Hal ini menjadi gejolak dan menjadi permasalahan yang
serius yang dialami oleh Bala Keselamatan.
B. Penyelesaian
Untuk mengatasi hal ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti berikut :
1. Penyampaian
Untuk setiap Opsir yang baru mendaftar sebagai pensiunan agar menyertakan
nomor handphone dan email agar setiap penyampaian gaji tersampaikan.
2. Buku Tabungan
Setiap Opsir pensiunan pada saat tanggal penerimaan gaji langsung di transfer ke
dalam rekening masing masing.
3. Umur pelayanan
Setiap Opsir pensiunan memiliki pengalaman yang berbeda beda maka semakin
lama pelayanannya maka nilai pensiunannya bertambah.Dalam hal ini bisa
terhitung dari pangkat terakhir yang dimiliki.

2. Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Calon Paskibraka Nasional


A. Permasalahan
Saat ini paskibraka merupakan suatu cabang yang banyak sekali peminatnya di
seluruh Indonesia. Namun dalam proses pemilihannya sendiri terkadang terjadi
kecurangan meskipun sudah banyak proses yang mereka lewati namun banyak yang
masih pantas tapi belum mendapat kesempatan.
Dalam keadaan ini calon paskibraka saling bersaing dengan cara yang kurang sehat
sehingga perlu dibuat system dalam penentuan calon paskibraka yang layak.
B. Penyelesaian
Dalam penentuan paskibraka ada beberapa kriteria atau seleksi yang wajib
dipenuhi antara lain :
1. Seleksi pengetahuan umum dan kemampuan baris-berbaris
Biasanya, pada saat tes kemampuan baris-berbaris, orang yang akan dipilih dan
lolos seleksi adalah yang gerakan baris-berbarisnya patah-patah.
2. Seleksi kesehatan
Tes ini sama seperti tes kesehatan biasa. Pada saat pengukuran tekanan darah atau
tensi usahakan membuat dirimu serileks mungkin
3. Seleksi postur tubuh
Selain kesehatan fisik yang sempurna, postur tubuh juga harus sempurna. Postur
tubuhmu dapat diketahui dari surat hasil pemeriksaan kesehatan, yang menyertakan
hasil computed tomography (CT) scan. Kalau terlihat sedikit saja ada yang tidak
memenuhi kriteria, maka calon tidak bisa lolos. Misalnya saja kaki berbentuk O
atau X
4. Seleksi wawancara
Pada tahapan ini calon harus bisa menjawab dengan cepat dan berani menatap
questioner atau penanya. Ketika menjawab pertanyaan calon diharuskan untuk jujur
karena kalau berbohong questioner atau penanya bisa tahu dari lensa mata.
5. Seleksi fisik
Selain seleksi baris-berbaris, juga ada seleksi fisik. Calon enggak bisa lolos tanpa
latihan sebelumnya. Sebaiknya calon mempersiapkan diri seperti push-up, lari 12
menit, dan sit-up
6. Psikotes
Ketika sudah terpilih, calon akan berlatih baris-berbaris selama waktu yang sudah
ditentukan. Latihan tersebut pasti keras untuk menempa kedisiplinan. Makanya
setelah seleksi fisik juga ada seleksi psikotes. Tujuannya untuk mengetahui apakah
calon bisa menghadapi tekanan selama masa pelatihan.

Dari prosedur yang telah di lakukan, lalu maka dapat ditentukan apakah calon mampu
mengibar tingkat nasional dengan tidak ada kecurangan
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Sistem pendukung keputusan dirancang memiliki sifat yang dinamis dan fleksibel alam
perusahaan. Sistem pendukung keputusan membantu memberikan alternatif-alternatif
pada proses pengambilan keputusan, tetapi tidak menggantikan pemakai sebagai
pengambil keputusan. Konsep DSS merupakan sebuah sistem interaktif berbasis
komputer yang membantu pembuatan keputusan memanfaatkan data dan model untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat tidak terstruktur dan semi terstruktur.

Anda mungkin juga menyukai