disusun oleh
Kelompok 1
Dosen Pengampuh :
1.3 Tujuan
1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi
terstruktur.
2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya di
maksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.
3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang di ambil manajer lebih daripada
perbaikan efisiensinya.
4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan
untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah.
5. Peningkatan produktivitas.
BAB II
PEMBAHASAN
Biaya analitis pemodelan jauh lebih murah jika dibandingkan dengan biaya
eksperimen yangsama yang dilakukan pada sistem nyata.
Biaya dari kesalahan yang dibuat selama eksperimen trial-anderror jauh lebih
murah jika digunakan model dibandingkan dengan sistem nyata.
Model meningkatkan dan memperkuat pembelajaran dan pelatihan.
1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat
dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya
mencerminkan persoalan sebenarnya.
2. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) terbatas untuk memberikan alternatif dari
pengetahuan yang diberikan kepadanya (pengatahuan dasar serta model dasar)
pada waktu perancangan program tersebut.
3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang digunakan.
4. Harus selalu diadakan perubahan secara kontinyu untuk menyesuaikan dengan
keadaan lingkungan yang terus berubah agar sistem tersebut selalu up to date.
5. Bagaimanapun juga harus diingat bahwa Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
dirancang untuk membantu/mendukung pengambilan keputusan dengan
mengolah informasi dan data yang diperlukan dan bukan untuk mengambil alih
pengambilan keputusan.
2.5 Pemodelan Sitem Pendukung Keputusan
Sebuah model iconik, model abstraksi terkecil adalah replika fisik sebuah sistem,
biasanya pada suatu skala yang berbeda dari aslinya. Model iconik dapat muncul pada
tiga dimensi (miniatur maket), sebagaimana pesawat terbang, mobil, jembatan, atau alur
produksi. Photografi adalah jenis model skala iconik yang lain, tetapi hanya dalam dua
dimensi.
2. Model Analog
Sebuah model yang tidak tampak mirip dengan model aslinya, tetapi bersifat seperti
sistem aslinya. Model analog lebih abstrak dari model iconik dan merupakan
perpresentasi simbolik dari realitas. Model ini biasanya berbentuk bagan atau diagram 2
dimensi, dapat berupa model fisik, tetapi bentuk model berbeda dari bentuk sistem nyata.
Kompleksitas hubungan pada banyak sistem organisasional tidak dapat disajikan secara
model icon atau model analog, atau representasi semacam itu malah dapat menimbulkan
kesulitan dan membutuhkan banyak waktu dalam pemakaiannya. Oleh karena itu model
yang tepat dideskripsikan dengan model matematis. Sebagian besar analisis sistem
pendukung keputusan dilakukan secara numerik dengan model matematis atau model
quantitatif yang lain.
Quade membedakan model ke dalam dua tipe, yakni model kuantitatif dan model
kualitatif.
1. Model kuantitatif
Model kuantitatif (dalam hal ini adalah model matematika) adalah serangkaian
asumsi yang tepat yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis yang pasti.
Ini dapat berupa persamaan, atau analisis lainnya, atau merupakan instruksi bagi
computer, yang berupa program-program untuk computer. Adapun ciri-ciri pokok model
ini ditetapkan secara lengkap melalui asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi
logis dari asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses
dunia nyata (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.
2. Model kualitatif
Model kualitatif didasarkan atas asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang
jika dibandingkan dengan model kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui
kombinasi dari deduksi-deduksi asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan yang
lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan
model.
Gullet dan Hicks memberikan beberapa klasifikasi model pengambilan keputusan yang
kerapkali digunakan untuk memecahkan masalah seperti itu (yang hasilnya kurang
diketahui dengan pasti).
1. Model Probabilitas
Model probabilitas, umumnya model-model keputusannya merupakan konsep
probabilitas dan konsep nilai harapan member hasil tertentu (the concept of probability
and expected value).
2. Konsep tentang nilai-nilai harapan (the Concept of Expectedvalue)
Konsep tentang nilai harapan ini khususnya dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan yang akan diambilnya nanti menyangkut kemungkinan-kemungkinan yang
telah diperhitungkan bagi situasi dan kondisi yang akan datang. Adapun nilai yang
diharapkan dari setiap peristiwabyang terjadi merupakan kemungkinan terjadinya
peristiwa itu dikalikan dengan nilai kondisional. Sedangkan nilai kondisionalnya adalah
nilai dimana terjadinya peristiwa yang diharapkan masih diragukan.
3. Model matriks
Selain model probabilitas dan nilai harapan (probability and expected value), ada
juga model lainnya. Model lain tersebut misalnya adalah model matriks (the payoff
matrix model).Model matriks merupakan model khusus yang menyajikan kombinasi
antara strategi yang digunakan dan hasil yang diharapkan.
Dalam hal ini Gullett dan Hicks mengatakan : The payoff matrix is a particularly
convenient method of displaying and summarizing the expected values alternative
strategics.Model matriks terdiri atas dua hal, yakni baris dan lajur. Baris (row)
bentuknya mendatar, sedangkan lajur (column) bentuknya menegak (vertikal). Pada sisi
baris berisi macam alternative strategi yang digelarkan oleh pengambil keputusan,
sedangkan pada sisi lajur berisi kondisi dan nilai harapan dalam kondisi dan situasi yang
berlainan.
4. Model pohon keputusan (Decision Tree Model)
Model ini merupakan suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan
suatu proses untuk merinci masalah-masalah yang dihadapinya kedalam komponen-
komponen, kemudian dibuatkan alternatif-alternatif pemecahan beserta konsekuensi
masing-masing.
Dengan demikian, maka pimpinan tinggal memilih alternative mana yang
sekiranya paling tepat untuk dijadikan keputusan.
4. Model verbal
Model verbal adalah model pengambilan keputusan berdasarkan analogi yang lebih
bersifat bukan kuantitatif. Dari analog itu kemudian dibuat dalilnya yang kemudian
diterapkan untuk menyimpulkan dan mengambil keputusan yang nonkuantitatif.
Anthony down memberikan contoh model verbal yang berupa atau menyangkut
birokrasi. Down memandang birokrasi sebagai organisasi yang memiliki 4 ciri,sebagai
berikut.
1. Birokrasi mempunyai lingkungan yang cukup luas dimana peringkat
tertinggi hanya mengetahui kurang dari setengah dari seluruh anggotanya
secara pribadi. Ini berarti bahwa birokrasi itu menghadapi masalah
administratif substansial.
2. Bagian terbesar dari anggotanya adalah karyawan penuh yang sangat
menggantungkan dari pada kesempatan kerja dan gajinya pada organisasi
itu. Ini berarti bahwa pada anggotanya sangat terikat pada pekerjaannya.
3. Upahnya, kenaikan pangkatnya, dan sebagainya itu sangat tergantung pada
prestasinya dalam organisasi itu atau ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh
organisasi tersebut.
4. Sebagian besar dari hasil itu secara tidak langsung dinilai dalam pasaran.
Prestasi kerja para anggota atau karyawan secara tidak langsung juga ikut
menentukan pasaran hasil organisasinya/perusahaannya.
5. Model fisik
Dalam menjalankan kebijakan pemerintah model fisik ini tidak begitu penting untuk
dianalisis. Model ini,misalnya model dalam rangka pembuatan bangunan atau tata kota.
Dalam model pengambilan bangunan misalnya berlaku model perencanaan jaringan kerja
atau model PERT dan yang sejenisnya. Model ini merupakan serangkaian keputusan
dalam program pembangunan dan pengembangan yang cukup kompleks. Bagian-bagian
mana yang dapat dilakukan secara serentak, dalam arti tidak usah berurutan dan bagian-
bagian mana yang mengerjakan bagian berikutnya. Ini lebih merupakan tugas dan
pengambilan keputusan seorang insinyur daripada policy maker.
Dari prosedur yang telah di lakukan, lalu maka dapat ditentukan apakah calon mampu
mengibar tingkat nasional dengan tidak ada kecurangan
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Sistem pendukung keputusan dirancang memiliki sifat yang dinamis dan fleksibel alam
perusahaan. Sistem pendukung keputusan membantu memberikan alternatif-alternatif
pada proses pengambilan keputusan, tetapi tidak menggantikan pemakai sebagai
pengambil keputusan. Konsep DSS merupakan sebuah sistem interaktif berbasis
komputer yang membantu pembuatan keputusan memanfaatkan data dan model untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat tidak terstruktur dan semi terstruktur.