Anda di halaman 1dari 24

TUGAS ARTIKEL

SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dosen Pengampu : Yananto Mihadi Putra, SE, M.Si

DISUSUN OLEH :

SRI WINDA WINDIARTI (43219110144)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2020

ABSTRAK
Decision support systems (DSS) atau bisa juga disebut sistem penngambilan
keputusan adalah sistem berbasis software yang dimaksudkan untuk membantu
manajer dalam pengambilan keputusan dengan mengakses sejumlah besar
informasi yang dihasilkan dari berbagai sistem informasi terkait yang terlibat dalam
proses bisnis organisasi, seperti sistem automatis kantor, sistem pemrosesan
transaksi, dan lain-lain

DSS menggunakan ringkasan informasi, pengecualian, pola, dan tren


menggunakan model analisis. Sistem pendukung keputusan membantu dalam
pembuatan keputusan namun tidak harus memberikan keputusan itu sendiri. Para
pengambil keputusan mengumpulkan informasi yang berguna dari data mentah,
dokumen, pengetahuan pribadi, dan / atau model bisnis untuk mengidentifikasi dan
memecahkan masalah dan membuat keputusan.

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Peran manajer dalam membuat banyak keputusan bertujuan untuk mengatasi


masalah. Penyelesaian masalah dicapai melalui empat tahapan dasar dan
mempergunakan kerangka berpikir seperti model sistem perusahaan yang umum
dan model lingkungan. Dengan mengikuti pendeketan sistem untuk menyelesaikan
masalah, manajer melihat sistem secara keseluruhan.

Ke empat elemen dasar Proses pemecahan masalah tersebut terdiri atas:

1. standar,
2. informasi,
3. batasan, dan
4. solusi alternatif.

Jika keempat proses ini diikuti, pemilihan alternatif yang terbaik tidak selalu
dicapai melalui analisis logis saja dan penting untuk membedakan antara
permasalahan dan gejala.

Masalah memiliki struktur yang beragam dan keputusan untuk


menyelesaikannya dapat terprogram maupun tidak terprogram. Konsep sistem
pendukung pengambilan keputusan (decision support system-DSS) awalnya
ditujukan pada masalah-masalah yang setengah terstruktur. Output DSS yang
pertama terdiri atas laporan dan output dari model matematika. Kemudian,
kapabilitas pemecahan masalah kelompok ditambahkan, diikuti dengan kecerdasan
buatan (artifical intellgence) dan pemrosesan analitis oniline (on-line analytical
processing-OLAP).

Model matematika dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, dan


penggunaannya disebut simulasi. Lembar kerja elektronik (spreadsheet) merupakan
alat yang baik untuk membuat model matematika. Lembar kerja ini dapat digunakan
baik untuk model statik dan dinamik dan membuat manajer dapat memainkan
permainan “bagaimana jika” (what-if-game).
Kecerdasan buatan dapat menjadi salah satu komponen DSS. Dengan
menambahkan basis pengetahuan dan mesin inferensi, DSS dapat memberikan
saran solusi masalah kepada manajer.

Jika groupware ditambahkan ke DSS, maka DSS tersebut akan menjadi


sistem pendukung pengambilan keputusan kelompok (group decision support
system-GDSS). GDSS dapat diletakkan di beberapa tempat yang berbeda agar
kondusif terhadap pemecahan masalah kelompok.

II. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sistem pengambilan keputusan?


2. Bagaimana karakteristik sistem pengambilan keputusan?
3. Apa saja komponen SPK?
4. Apa tujuan dan manfaat SPK?
5. Apa saja model DSS?

III. Tujuan Penulisan

1. Memahami sistem pengambilan keputusan.


2. Mengetahui karakteristik sistem pengambilan keputusan.
3. Mengetahui komponen sistem pengambilan keputusan.
4. Memahami tujuan serta manfaat sistem pengambilan keputusan.
5. Mengetahui model DSS.
BAB II

LITERATUR TEORI

Sistem Pengambilan Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS)


adalah sebuah sistem yang memberikan pertimbangan kepada bagian manager
sampai ke direktur atau pemilik saham dalam perusahaan, untuk memutuskan
sebuah kebijakan tertentu dalam perusahaan.

DSS dapat juga diartikan sebagai sebuah sistem yang mendukung kerja
seorang manajer maupun sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semi-
terstruktur dengan cara memberikan informasi ataupun usulan menuju pada
keputusan tertentu.

Tahap – tahap dalam proses pengambilan keputusan adalah :

a) Tahap Pemahaman (Inteligence Phace)


b) Tahap Perancangan (Design Phace)
c) Tahap Pemilihan (Choice Phace)
d) Tahap Implementasi (Implementation Phace)

Tujuan sistem pendukung keputusan diantaranya yaitu:

 Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi


terstruktur.
 Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya di
maksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.
 Meningkatkan efektivitas keputusan yang di ambil manajer lebih daripada
perbaikan efisiensinya.
 Kecepatan komputasi.
 Peningkatan produktivitas.
 Dukungan kualitas.
 Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan.

Manfaat sistem pendukung keputusan menurut sistem pendukung keputusan


diantaranya yaitu:
 Sistem pendukung keputusan memperluas kemampuan pengambil keputusan
dalam memproses data / informasi bagi pemakainya.
 Sistem pendukung keputusan membantu pengambil keputusan untuk
memecahkan masalah terutama barbagai masalah yang sangat kompleks
dan tidak terstruktur.
 Sistem pendukung keputusan dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat
serta hasilnya dapat diandalkan.
BAB III

PEMBAHASAN

DEFINISI SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Sistem Pengambilan Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS)


adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer (termasuk sistem berbasis
pengetahuan (manajemen pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Jadi, DSS atau
SPK ini adalah sebuah sistem yang memberikan pertimbangan kepada bagian
manager sampai ke direktur atau pemilik saham dalam perusahaan, untuk
memutuskan sebuah kebijakan tertentu dalam perusahaan.

Definisi secara umum:

DSS adalah sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan baik


kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk
masalah semi terstruktur.

Definisi secara khusus:

DSS adalah Sebuah sistem yang mendukung kerja seorang manajer maupun
sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semi-terstruktur dengan cara
memberikan informasi ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu.

Berikut ini beberapa definisi Sistem Pengambilan Keputusan menurut para ahli:

1. Menurut Raymond McLeod


Sistem Penunjang Keputusan adalah sistem penghasil informasi spesifik yang
ditujukan untuk memecahkan suatu masalah tertentu yang harus dipecahkan
oleh manajer pada berbagai tingkatan.
2. Menurut Horold dan Cyril O’Donnell
Pengambilan keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu
cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat
dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat
dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
3. Menurut Keen, P.G.W.
DSS sebagai suatu produk dari proses pengembangan dimana pengguna
DSS, pembangun DSS, dan DSS itu sendiri mampu mempengaruhi satu
dengan yang lainnya, dan menghasilkan evolusi sistem dan pola-pola
penggunaan.
4. Menurut S.P. Siagian
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
perhitungan alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

KARAKTERISTIK DAN KAPABILITAS SISTEM PENDUKUNG


KEPUTUSAN

Karakteristik dan kapabilitas sistem pendukung keputusan menurut Turban, Sharda


& Delen (2011), diantaranya yaitu:

1. SPK menyediakan dukungan bagi pengambil keputusan terutama pada


situasi terstruktur dan tak terstruktur dengan memadukan pertimbangan
manusia dan informasi terkomputerisasi.
2. Dukungan untuk semua level manajerial, mulai dari eksekutif puncak sampai
manajer lapangan.
3. Dukungan untuk individu dan kelompok. Masalah yang kurang terstruktur
sering memerlukan keterlibatan individu dari departemen dan tingkat
organisasional yang berbeda atau bahkan dari organisasi lain.
4. Dukungan untuk keputusan independen dan atau sekuensial. Keputusan
dapat dibuat satu kali, beberapa kali atau berulang (dalam interval yang
sama).
5. Dukungan pada semua fase proses pengambilan keputusan : intelegensi,
desain, pilihan dan implementasi.
6. Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.
7. SPK selalu dapat beradaptasi sepanjang waktu. Pengambilan keputusan
harus reaktif, dapat menghadapi perubahan kondisi secara tepat dan dapat
mengadaptasikan SPK untuk memenuhi perubahan tersebut.
8. SPK mudah untuk digunakan. Pengguna harus merasa nyaman dengan
sistem. User-friendly, dukungan grafis yang baik dan antar muka bahasa yang
sesuai dengan bahasa manusia dapat meningkatkan efektivitas SPK.
9. Peningkatan terhadap efektivitas dari pengambilan keputusan (akurasi,
timeless, kualitas) ketimbang pada efisiensinya (biaya membuat keputusan,
termasuk biaya penggunaan komputer).
10. Pengambil keputusan memiliki kontrol penuh terhadap semua langkah proses
pengmbilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah. SPK ditujukan
untuk mendukung bukan menggantikan pengambil keputusan.
11. Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi sistem sendiri.
Sistem yang lebih besar dapat dibangun dengan bantuan ahli 8 sistem
informasi. Perangkat lunak OLAP dalam kaitannya dengan data warehouse
membelohkan pengguna untuk membangun SPK yang cukup besar dan
kompleks.
12. Biasanya model digunakan untuk menganalisa situasi pengambilan
keputusan.
13. Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format dan tipe mulai dari
sistem informasi geografis (GIS) sampai sistem berorientasi objek.
14. Dapat dilakukan sebagai stand-alone tool yang digunakan oleh seorang
pengambil keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan pada suatu
organisasi keseluruhan dan beberapa organisasi terkait.

KOMPONEN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

1. Data Management System

Segala aktivitas yang berhubungan dengan pengambilan, penyimpanan dan


pengaturan data- data yang relevan dengan konteks keputusan yang akan diambil.
Selain itu, komponen ini juga menyediakan berbagai fungsi keamanan, prosedur
integritas data, dan administrasi data secara umum yang berkaitan dengan SPK.
Berbagai tugas ini dilakukan dalam data management system beserta beberapa sub
sistemnya yang diantaranya meliputi database, database management system,
repository data, dan fasilitas query data.
2. Model Management System

Sistem ini menampilkan aktivitas pengambilan, penyimpanan dan pengaturan


data dengan berbagai model kuantitatif, yang menyediakan kemampuan analitis
untuk SPK.

3. Knowledge Base

Aktivitas yang berkaitan dengan pengenalan masalah, dan menghasilkan


solusi final maupun sementara, hal‐hal yang berkaitan dengan manajemen proses
pemecahan masalah merupakan inti dari komponen ini. Knowledge base merupakan
“otak” dari kelima komponen SPK. Data dan model diolah untuk kemudian hasilnya
menjadi bahan pertimbangan bagi user dalam mengambil keputusan.

4. User Interface

Adalah jalur penghubung antara sistem dengan user, sehingga komponen‐


komponen sistem SPK dapat diakses dan dimanipulasi dengan mudah oleh user
untuk memberikan dukungan pada pengambilan keputusan. Kemudahan
penggunaan dan komunikasi antar user dan SPK pada dasarnya merupakan ukuran
keberhasilan penggunaan SPK itu sendiri.

5. User(s)

Desain, implementasi dan pemanfaatan SPK tidak akan efektif jika tidak
disertai peran pengguna. Kemampuan, ketrampilan, motivasi, dan pengetahuan
pengguna sebagai pengatur SPK, akan menentukan efektivitas dari penggunaan
SPK.

DASAR-DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Menurut George R. Terry, dasar-dasar pengambilan keputusan adalah sebagai


berikut :

1. Intuisi

Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi atau perasaan bersifat subjektif,


sehingga mudah terkena pengaruh.
2. Pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi


pengetahuan praktis. Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan
keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung ruginya, baik buruknya keputusan
yang akan dihasilkan.

3. Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang


sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap
pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima
keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.

4. Wewenang

Biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih
tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.

5. Rasional

Keputusan yang dihasilkan lebih objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk
memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat
dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.

TUJUAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

Menurut Turban (2005), tujuan sistem pendukung keputusan diantaranya yaitu:

 Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi


terstruktur.
 Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya di
maksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.
 Meningkatkan efektivitas keputusan yang di ambil manajer lebih daripada
perbaikan efisiensinya.
 Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan
untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah
 Peningkatan produktivitas. Membangun suatu kelompok pengambil
keputusan, terutama para pakar, bisa sangat mahal. Pendukung
terkomputerisasi bisa mengurangi ukuran kelompok dan memungkinkan para
anggotanya untuk berada di berbagai lokasi yang berbeda-beda (menghemat
biaya perjalanan). Selain itu, produktivitas staf pendukung (misalnya analisis
keuangan dan hukum) bisa di tingkatkan. Produktivitas juga bisa di tingkatkan
menggunakan peralatan optimasi yang menentukan cara terbaik untuk
menjalankan sebuah bisnis.
 Dukungan kualitas. Komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan yang di
buat. Sebagai contoh, semakin banyak data yang di akses, makin banyak
juga alernatif yang bisa di evaluasi. Analisis resiko bisa di lakukan dengan
cepat dan pandangan dari para pakar (beberapa dari mereka berada di lokasi
yang jauh) bisa dikumpulkan dengan cepat dan dengan biaya yang lebih
rendah. Keahlian bahkan bisa di ambil langsung dari sebuah sistem computer
melalui metode kecerdasan tiruan. Dengan computer, para pengambil
keputusan bisa melakukan simulasi yang kompleks, memeriksa banyak
scenario yang memungkinkan, dan menilai berbagai pengaruh secara cepat
dan ekonomis. Semua kapabilitas tersebut mengarah kepada keputusan yang
lebih baik.
 Berdaya saing. Manajemen dan pemberdayaan sumber daya perusahaan.
Tekanan persaingan menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi
sulit. Persaingan di dasarkan tidak hanya pada harga, tetapi juga pada
kualitas, kecepatan, kustomasi produk, dan dukungan pelanggan. Organisasi
harus mampu secara sering dan cepat mengubah mode operasi, merekayasa
ulang proses dan struktur, memberdayakan karyawan, serta berinovasi.
Teknologi pengambilan keputusan bisa menciptakan pemberdayaan yang
signifikan dengan cara memperbolehkan seseorang untuk membuat
keputusan yang baik secara cepat, bahkan jika mereka memiliki pengetahuan
yang kurang.
 Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan.

MANFAAT SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

Manfaat sistem pendukung keputusan menurut sistem pendukung keputusan


diantaranya yaitu:
 Sistem pendukung keputusan memperluas kemampuan pengambil keputusan
dalam memproses data / informasi bagi pemakainya.
 Sistem pendukung keputusan membantu pengambil keputusan untuk
memecahkan masalah terutama barbagai masalah yang sangat kompleks
dan tidak terstruktur.
 Sistem pendukung keputusan dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat
serta hasilnya dapat diandalkan.

Meski suatu SPK mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang
dihadapi oleh pengambil keputusan, tapi dapat menjadi stimulan bagi pengambil
keputusan dalam memahami persoalannya,karena mampu menyajikan berbagai
alternatif pemecahan.

JENIS-JENIS KEPUTUSAN

a. Keputusan berdasarkan struktur organisasi

1) Keputusan Administratif adalah keputusan yang diambil oleh seorang


administrator/manajer puncak sebagai pucuk pimpinan organisasi.
2) Keputusan Eksekutif adalah keputusan yang diambil oleh manajer eksekutif
(pelaksana) dalam rangka meneruskan gagasan administrator dalam
fungsinya sebagai koordinator yang mengkoordinasikan para manajer
operatif.
3) Keputusan Operatif adalah keputusan yang diambil oleh manajer operatif
dalam rangka pelaksanaan gagasan, arahan, dan panduan manajer eksekutif.
4) Keputusan Teknis, keputusan ini derajatnya paling rendah yang diambil oleh
para pengawas atau mandor. Sesuai dengan namanya, keputusan ini
mengenai masalah-masalah teknis.

b. Keputusan berdasarkan struktur organisasi

1) Keputusan menurut sistem yaitu model sistem dimana keputusan diambil


sifatnya tertutup dan terbuka.
 Sistem keputusan tertutup (closed decision system).
 Sistem ini menganggap bahwa keputusan terisolasikan dari input- input
yang tidak diketahui dari lingkungan.
 Sistem keputusan terbuka (open decision system).
 Keputusan ini dipengaruhi oleh lingkungan, dan pada gilirannya proses
keputusan mempengaruhi lingkungan.
2) Keputusan menurut urgensi
 Keputusan vital adalah keputusan yang sangat penting yang
menentukan berhasil tidaknya suatu usaha
 Keputusan penting adalah keputusan yang menghindarkan kerugian,
baik kerugian uang, waktu, benda maupun tenaga.
 Keputusan biasa adalah keputusan yang tidak begitu mendesak, yang
kalau perlu dapat ditunda untuk sementara waktu.
 Keputusan formalitas adalah keputusan yang jika dilaksanakan,
tidak menimbulkan akibat apa-apa.
3) Keputusan menurut efek
 Keputusan managerial adalah keputusan yang berhubungan dengan
pengelolaan suatu pekerjaan, yang diambil untuk mengakhiri masalah
yang berkaitan dengan pengelolaan pekerjaan tersebut.
 Keputusan teknis adalah keputusan yang diambil untuk
menaggulangi masalah teknis pekerjaan.
 Keputusan ekonomis adalah keputusan yang mempunyai efek
ekonomis untuk mengakhiri masalah-masalah ekonomis.
 Keputusan yuridis adalah keputusan yang bersifat yuridis dan
mempunyai efek yuridis.
 Keputusan politis adalah keputusan yang mempunyai efek pilitis,
yang dapat berpengaruh pada bidang politik.
4) Keputusan menurut daya laku
 Keputusan definitif adalah keputusan yang pasti dan final, yang tidak
perlu ditinjau kembali.
 Keputusan sementara adalah keputusan yang belum final, yang
sewaktu-waktu dapat ditinjau kembali.
 Keputusan darurat adalah keputusan yang diambil karena keadaan
terpaksa.
5) Keputusan menurut frekuensi
 Keputusan insidental adalah keputusan yang diambil secara tiba- tiba
disebabkan situasi menghendaki demikian.
 Keputusan rutin adalah keputusan yang dilakukan berulang-ulang
secara tetap.
6) Keputusan menurut kemampuan organisasi
 Keputusan terperogram adalah keputusan yang dapat diprakhususkan
dengan suatu perangkat peraturan atau tata cara keputusan.
 Keputusan tak terperogram adalah keputusan yang berlangsung hanya
satu kali.

TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Tahap – tahap dalam proses pengambilan keputusan adalah :

a. Tahap Pemahaman (Inteligence Phace)

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup


problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses
dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.

b. Tahap Perancangan (Design Phace)

Tahap ini merupakan proses pengembangan dan pencarian alternatif tindakan /


solusi yang dapat diambil. Tersebut merupakan representasi kejadian nyata yang
disederhanakan, sehingga diperlukan proses validasi dan vertifikasi untuk
mengetahui keakuratan model dalam meneliti masalah yang ada.

c. Tahap Pemilihan (Choice Phace)

Tahap ini dilakukan pemilihan terhadap diantaraberbagai alternatif solusi yang


dimunculkan pada tahap perencanaan agar ditentukan/ dengan memperhatikan
kriteria–kriteria berdasarkan tujuan yang akan dicapai.

d. Tahap Implementasi (Implementation Phace)

Tahap ini dilakukan penerapan terhadap rancangan sistem yang telah dibuat pada
tahap perancangan serta pelaksanaan alternatif tindakan yang telah dipilih pada
tahap pemilihan.

MODEL DAN LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Prajudi (1984) menyatakan struktur dan system dari kerangka pengambilan


keputusan tergantung dari:
1) posisi orang yang berwenang, bertanggung jawab untuk mengambil
keputusan;
2) problema atau maslah yang dihadapi dan harus ditangani atau dipecahkan;
3) situasi di mana si pengambil posisi dan problem itu berada;
4) kondisi dari pada si pengambil keputusan, kekuatan dan kemampuannya
untuk menghadapi problem tersebut; dan
5) tujuan yang harus dicapai dengan pengambilan keputusan.

Pengambil keputusan harus membuat pilihan memaksimalkan nilai yang


konsisten dalam batas-batas tertentu. Ada enam langkah dalam model pengambilan
keputusan yang rasional yang dikutip dari Stephen P. Robbins (2002:90).

1) Mendefinisikan masalah: Banyak keputusan buruk berawal dari kecerobohan


seorang pengambil keputusan dalam menilai masalah atau kesalahan
mendefinisikan masalah. Suatu masalah muncul ketika terdapat
ketidaksesuaian antara kenyataan dengan kondisi yang diinginkan.
2) Mengidentifikasi kriteria keputusan: Hal ini dibutuhkan dalam pemecahan
masalah. Dalam langkah ini, pengambil keputusan sedang menentukan apa
yang relevan dalam pengambilan keputusan.
3) Menimbang kriteria: Memberi mereka prioritas yang tepat dalam keputusan
karena kriteria yang diidentifikasi tidak selalu memiliki bobot yang sama.
4) Menghasilkan alternatif: Langkah ini, tidak ada upaya yang dibuat untuk
menilai alternatif melainkan hanya untuk mendaftarnya. Begitu alternatif telah
dihasilkan, pengambilan keputusan harus secara kritis menganalisis dan
mengevaluasi masing-masing alternatif tersebut.
5) Menilai semua alternatif pada masing-masing kriteria: Kekuatan dan
kelemahan masing-masing alternatif menjadi bahan pertimbangan setelah
alternatif-alternatif tersebut dibandingkan dengan kriteria dan ditimbang
seperti yang ditetapkan dalam langkah kedua dan ketiga.
6) Menghitung keputusan optimal: Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi
masing-masing alternatif terhadap kriteria yang telah dipertimbangkan dan
memilih alternatif dengan skor tertinggi.
Model pengambilan keputusan yang rasional di atas mengandung sejumlah asumsi-
asumsi, yaitu:

1) Kejelasan masalah: masalah jelas dan tidak samar-samar. Pengambil


keputusan diasumsikan memiliki informasi lengkap sehubungan dengan
situasi keputusan;
2) Pilihan diketahui: pengambil keputusan dapat mengidentifikasi semua kriteria
yang relevan dan dapat membuat daftar dari semua alternatif yang berlaku
terus. Labih lanjut, pengambilan keputusan mengetahui semua kemungkinan
konsekuensi dari masing-masing alternatif;
3) Preferensi yang jelas: rasionalitas mngasumsikan bahwa masing-masing
kriteria dan alternatif dapat direngking dan ditimbang untuk menunjukkan
tingkat pentingnya;
4) Preferensi yang konstan: diasumsikan bahwa kriteria suatu keputusan
tertentu adalah konstan dan beban yang ditugaskan pada mereka stabil
sepanjang waktu;
5) Tidak ada batasan waktu dan biaya: pengambilan keputusan rasional dapat
memperoleh informasi yang lengkap tentang kriteria dan alternatif karena
diasumsikan bahwa tidak ada kendala waktu dan biaya; dan
6) Hasil maksimal: pengambilan keputusan rasional akan memilih alternatif yang
menghasilkan nilai yang dipandang tertinggi (Stephen P. Robbins, 2002:91).

SARANA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1) Rapat (meeting)

Dalam organisasi, rapat bisa bertaraf rapat manajer/direksi (board meeting) atau
rapat pegawai (committees meetings of workmen). Rapat mana yang akan
diselenggarakan tergantung pada besar kecilnya masalah yang akan dipecahkan.
Sudah tentu masalah yang di bawa ke rapat manajer adalah masalah yang sifatnya
manajerial yang menyangkut kebijaksanaan manajer.

2) Sumban Saran (brainstorming

Curah saran atau brainstorming adalah suatu cara untuk mendapat-kan banyak
gagasan dari sekelompok orang dalam waktu yang sangat singkat. Golberg & Larso
dalam Effendy (ibid) mengemukakan curah saran merupakan tata cara untuk
menggalakkan atau mengu-rangi faktor-faktor yang merintangi pengekspresian
gagasan-gagasan yang baru dan kreatif.

3) Teknik Delphi (Delphi Technique)

Teknik Delphi (Delphi technique) adalah teknik Pengambilan putusan dengan peran
serta anggota kelompok, tidak dalam bentuk tatap muka, tetapi dalam memperoleh
ide masukan dengan menggunakan kuesio-ner, ide tertulis. Teknik Delphi sering kali
dipakai pada tingkat manajemen puncak yang biasanya tidak mempunyai cukup
waktu untuk bertemu satu dengan yang lain.

JENIS-JENIS DSS

DSS dapat dipilah-pilah sejalan dengan tingkat dukungannya terhadap


pemecahan masalah. Ada enam jenis DSS, yaitu :

1) Mengambil elemen-elemen informasi; ini adalah dukungan terendah yang


dapat diberikan oleh DSS yakni berupa akses selektif terhadap informasi.
2) Menganalisis seluruh file; dalam tahap ini para manajer diberikan akses untuk
melihat dan menganalisa file secara lengkap.
3) Menyiapkan laporan dari berbagai file; dukungan seperti ini cenderung
dibutuhkan mengingat para manajer berhubungan dengan banyak aktifitas
dalam satu momen tertentu.
4) Memperkirakan dari akibat keputusan; dalam tahap ini manajer dimungkinkan
untuk melihat dampak dari setiap keputusan yang mungkin diambil.
5) Mengusulkan. keputusan; dukungan di tahap ini sedikit lebih maju lagi. Suatu
alternatif keputusan dapat disodorkan ke hadapan manajer untuk
dipertimbangkan.
6) Membuat keputusan; ini adalah jenis dukungan yang sangat diharapkan dari
DSS. Tahapan ini akan memberikan sebuah keputusan yang tinggal
menunggu legitimasi dari manajer untuk dijalankan.

MODEL DSS

Ketika DSS untuk pertama kalinya dirancang, model ini menghasilkan laporan
khusus dan berkala serta output dari model matematika. Laporan khusus ini
berisikan respons terhadap permintaan ke basis data. Setelah DSS diterapkan
dengan baik, kemampuan yang memungkinkan para pemecah masalah untuk
bekerja sama dalam kelompok ditambahkan ke dalam model tersebut. Penambahan
peranti lunak groupware memungkinkan sistem tersebut untuk berfungsi sebagai
sistem pendukung pengambilan keputusan kelompok (group decision support
system-GDSS).

Yang terbaru, kemampuan kecerdasan buatan juga telah ditambahkan


beserta kemampuan untuk terlibat dalam OLAP.

1) Pemodelan Matematika

Model adalah abstraksi dari sesuatu. Model mewakili suatu objek atau aktivitas,
yang disebut entitas (entity). Manajer menggunakan model untuk mewakili
permasalahan yang harus diselesaikan. Objek atau aktivitas yang menyebabkan
masalah disebut dengan entitas.

2) Jenis Model

Terdapat empat jenis dasar model, yaitu :

a) Model Fisik (Physical model)


Merupakan gambaran tiga dimensi entitasnya. Model fisik yang digunakan di
dunia bisnis mencakup model skala untuk pusat perbelanjaan dan prototipe
mobil baru.
Model fisik dibuat untuk mencapai tujuan yang tidak dapat dipenuhi oleh
benda sesungguhnya. Sebagai contoh, model fisik memungkinkan desainer
untuk mengevaluasi desain objek, seperti pesawat terbang, dan membuat
perubahan-perubahan sebelum konstruksi sesungguhnya. Ini akan
menghemat waktu dan uang.
b) Model Naratif
Salah satu jenis model yang digunakan oleh manajer setiap hari adalah
model naratif (narrative model) yang menggambarkan entitas dengan kata-
kata yang terucap atau tertulis. Pendengar atau pembaca dapat memahami
entitas tersebut dari naratifnya. Semua komunikasi bisnis adalah model
naratif, sehingga membuat model naratif jenis model yang paling populer.
c) Model Grafis
Jenis model lain yang terus digunakan adalah model grafis. Model grafis
(graphic model) menggambarkan entitasnya dengan abstraksi garis, simbol,
atau bentuk. Jumlah pemesanan ekonomis (economic order quantity-EOQ)
adalah jumlah optimum penambahan stok yang harus dipesan dari pemasok.
EOQ menyeimbangkan biaya pembelian stok dan biaya untuk menyimpannya
hingga stok tersebut digunakan atau dijual.
Model grafis juga digunakan dalam desain sistem informasi. Kebanyakan
perangkat yang digunakan oleh pengembang sistem bersifat grafis. Diagram
relasi entitas, diagram kelas, dan diagram aliran data merupakan beberapa
contoh.
d) Model Matematis
Setiap rumus atau persamaan matematika adalah model matematis
(mathematical model). Kebanyakan model matematika yang digunakan
manajer bisnis sama kompleksnya dengan yang digunakan untuk menghitung
EOQ.

TIPE DAN KOMPONEN DSS

Ada dua tipe DSS yang dikenal, yaitu: Model-driven DSS dan Data-driven DSS.

1) Model-driven DSS
Merupakan suatu sistem yang berdiri sendiri terpisah dari sistem informasi
organisasi secara keseluruhan. DSS ini sering dikembangkan langsung oleh
masing-masing pengguna dan tidak langsung dikendalikan dari divisi sistem
informasi. Kemampuan analisis dari DSS ini umumnya dikembangkan
berdasarkan model atau teori yang ada dan kemudian dikombinasikan
dengan tampilan pengguna yang membuat model ini mudah untuk digunakan.
2) Data-driven DSS
Menganalisis sejumlah besar data yang ada atau tergabung di dalam sistem
informasi organisasi. DSS ini membantu untuk proses pengambilan
keputusan dengan memungkinkan para pengguna untuk mendapatkan
informasi yang bermanfaat dari data yang tersimpan di dalam database yang
besar.
Decision Support Systems meliputi berbagai komponen yang termuat di dalam
sistem pendukung ini, yaitu:

1) DSS database
Kumpulan data berjalan atau historis dari sejumlah aplikasi yang digunakan
untuk menanyakan dan menganalisis data. Database ini dapat berupa PC
database atau massive database.
2) DSS software system
Kumpulan dari perangkat lunak yang digunakan untuk menganalisis data,
seperti: On-Line Analytical Processing (OLAP) tools, datamining tools. Model
ini dapat berupa model fisik (model rancangan ruang kerja, taman, dan model
pesawat terbang), model perhitungan matematika (seperti: persamaan,
alogaritma, anuitas, cicilan bunga kredit), atau model verbal (seperti: deskripsi
suatu prosedur untuk penulisan suatu perintah kerja/order).

PENGGUNAAN DSS PADA TELKOM E-SERVICE DI DALAM PT.TELKOM

Di dalam era persaingan yang ketat, rencana dalam jangka menengah dan
panjang tidak lagimenarik karena tuntutan supply dan demand selalu bergeser
dalam periode yang cepat. Decision Support System (DSS) sebagai metode
pengambilan keputusan yang taktis untuk pengembangan fasilitas telekomunikasi
diperlukan karena perubahan kriteria dan asumsi pendukung yang juga berubah
dengan sangat cepat. Di dalam hal ini PT. TELKOM membuat suatu aplikasi yang
dapat dipergunakan untuk mempermudah PT. Telkom dalam pengambilan
keputusan yang cepat dan akurat yang diambil berdasarkan data dan fakta yang
berada di lapangan. Aplikasi yang menggunakan Telkom e-service akan membantu
pengambilan keputusan karena hasilnya yang bersifat matematis. Sebagai
kesimpulan, aplikasi ini akan dapat membantu evaluasi pemilihan pengembangan
suatu jaringan akses yang tepat yang akan dikembangkan PT. Telkom, karena
Telkom e-service berfungsi juga agar hubungan antara PT.Telkom dan customer
terjalin. Dengan adanya Telkom e-service PT.Telkom dapat mengetahui saran-saran
yang diberikan oleh customer untuk mengembangkan bisnisnya, apa saja yang
harus dilakukan oleh system management PT.Telkom itu sendiri. Terutama saran
tentang Telkom Speedy apakah itu melalui saluran wireless (Flexi) ataukah wireline
(Direct Line Cable) . Dengan adanya DSS akhirnya PT.Telkom dapat cepat
menanggapi keluhan-keluhan pelanggan dan pengambilan perusahaan pun akan
lebih efektif dan efisien.

Sehingga dengan menggunakan DSS memberikan keuntungan bagi 2 pihak,


baik dari segi PT.Telkom maupun dari segi customer. DSS memberikan keuntungan
dari segi customer, karena dengan menggunakan DSS konsumen dapat
menyampaikan keluhan-keluhan kepada PT.Telkom secara langsung. Sedangkan
dari segi PT. Telkom DSS memberikan keuntungan yaitu, membuat konsumen lebih
dengan PT.Telkom (RCM). Dan saran-saran serta keluhan yang diberikan oleh
konsumendapat langsung ditanggapi secara tepat. Sehingga PT.Telkom dapat
mengevaluasi kekurangan-kekurangan yang ada pada PT.Telkom.

TANTANGAN DAN HAMBATAN DSS

Walaupun dirancang dengan sangat teliti dan mempertimbangkan seluruh faktor


yang ada, menurut Turban (1995: 250) DSS mempunyai kelemahan atau
keterbatasan, diantaranya yaitu:

1) Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat
dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya
mencerminkan persoalan sebenarnya.
2) DSS terbatas untuk memberikan alternatif dari pengetahuan yang diberikan
kepadanya (pengatahuan dasar serta model dasar) pada waktu perancangan
program tersebut.
3) Proses-proses yang dapat dilakukan oleh DSS biasanya tergantung juga
pada kemampuan perangkat lunak yang digunakan.
4) Harus selalu diadakan perubahan secara kontinyu untuk menyesuaikan
dengan keadaan lingkungan yang terus berubah agar sistem tersebut up to
date.
5) Bagaimanapun juga harus diingat bahwa DSS dirancang untuk
membantu/mendukung pengambilan keputusan dengan mengolah informasi
dan data yang diperlukan, dan bukan untuk mengambil alih pengambilan
keputusan.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Sistem pendukung keputusan dirancang memiliki sifat yang dinamis dan


fleksibel dalam perusahaan. Sistem pendukung keputusan membantu memberikan
alternatif-alternatif pada proses pengambilan keputusan, tetapi tidak menggantikan
pemakai sebagai pengambil keputusan. Konsep DSS merupakan sebuah sistem
interaktif berbasis komputer yang membantu pembuatan keputusan memanfaatkan
data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat tidak
terstruktur dan semi terstruktur. Keterbatasan sistem pendukung keputusan yaitu
hanya bisa menyelesaikan masalah berdasarkan program yang ditanamkan, tidak
dengan hal yang tak terduga seperti manusia.
Daftar Pustaka

Putra, Y. M., (2018). Sistem Pengambilan Keputusan. Modul Kuliah Sistem Informasi
Manajemen. FEB-Universitas Mercu Buana: Jakarta

http://irpantips4u.blogspot.com/2012/11/komponenkomponen-sistem-
pendukung.html

https://www.pelajaran.co.id/2019/28/sistem-pendukung-keputusan.html

https://giansister.wordpress.com/2017/10/16/pengertian-sistem-pengambil-
keputusan-spk-beserta-contohnya/

http://fakbar.blogspot.com/2008/09/jenis-jenis-decision-support-system.html

http://hendriansdiamond.blogspot.com/2012/01/struktur-sistem-dan-langkah-
pengambilan.html#:~:text=Menurut%20Richard%20I.,%2C%20perumusan%20dan
%20pengetesan%2C%20pemecahan.

Anda mungkin juga menyukai