Anda di halaman 1dari 59

MODUL I

Sistem Pendukung Keputusan

A. Defenisi SPK

 Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System, DSS) adalah bagian dari sistem

informasi berbasis computer.(termasuk sistem berbasis pengetahuan (manajemen

pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu

organisasi atau perusahaan.

 Dapat juga dikatakan sebagai sistem computer yang mengeloh data menjadi informasi

untuk pengembilan keputusan dari masalah semi terstruktur yang spesifik.

 Menurut Moore and Chang. SPK dapat digambarkan sebagai sistem yang berkemampuan

mendukung analisis ad hoc data dan permodelan keputusan, berorientasi keputusan,

orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan pada saat tidak biasa.

 Sistem penunjang keputusan adalah suatu kumpulan prosedur pemrosesan data dan informasi

yang berorientasi pada penggunaan model untuk menghasilkan berbagai jawaban yang dapat

membantu manajemen dalam pengambilan keputusan.

 Sistem penunjang keputusan adalah suatu sistem informasi berbasis computer yang

menghasilkan berbagai alternative keputusan untuk membantu manajemen dalam

menangani berbagai permasalahan yang terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan

menggunakan data dan model.

 Sistem penunjang keputusan adalah sistem penghasil informasi spesifik yang ditujukan

untuk memecahkan suatu masalah tertentu yang harus dipecahkan oleh manajer pada

berbagai tingkatan.

1
 Sistem penunjang keputusan adalah sistem yang interaktif, membantu pengambilan

keputusan melalui penggunaan data dan model-model keputusan untuk memecahkan

masalah-masalah yang sifatnya semi terstruktur dan tidak terstruktur.

 DSS adalah sebuah sistem yang mendukung kerja seorang manajer maupun sekelompok

manajer dalam memecahkan masalah semi-terstruktur dengan cara memberikan informasi

ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu.

 DSS adalah sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan

pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasikan untuk masalah semi

terstruktur.

B. Tahapan SPK

 Defenisi Masalah, pengumpulan data atau elemen informasi yang relevan.

 Pengolahan data menjadi informasi baik dalam bentuk laporan grafik maupun tulisan.

 Menentukan alternative-alternatif solusi (bisa dalam persentase).

C. Tujuan dari SPK

 Membantu menyelesaikan masalah semi-terstruktur.

 Mendukung manajer dalam mengambil keputusan.

 Meningkatkan efektifitas bukan efisiensi pengambilan keputusan.

 Dalam pemrosesannya, SPK dapat menggunakan bantuan dari sistem lain seperti

Artificial Intelligence, Expert Systems, Fuzzy Logic, dll.

D. Prinsip Dasar DSS.

 Struktur Masalah

Sulit menemukan masalah yang sepenuhnya terstruktur atau tak terstruktur (Kelabu)

Artinya DSS diarahkan pada area tempat sebagai besar masalah berada.

 Dukungan Keputusan.

2
DSS tidak dimasukkan untuk menggantikan manajer, computer dapat diterapkan

pada bagian masalah yang terstruktur, tetapi manajer bertanggung jawab atas bagian

yang tidak terstruktur.

 Efektifitas Keputusan

Waktu manajer berharga dan tidak boleh terbuang, tetapi manfaat utama

menggunakan DSS adalah keputusan yang baik.

E. Ciri dan Keuntungan DSS.

 Dapat menyelesaikan problem yang kompleks.

 Sistem dapat berinteraksi dengan pemakainya.

 Lebih cepat dengan hasil yang lebih baik (terutama dibandingkan dengan

pengambilan keputusan secara intuisi).

 Menghasilkan acuan data untuk menyelesaikan masalah dihadapi manajer yang

kurang berpengalaman. Untuk masalah yang berulang. DSS dapat memberikan

keputusan yang lebih efektif.

 Fasilitas untuk mengambil data dapat memberikan kesempatan bagi beberapa

manajer untuk berkomunikasi dengan lebih baik.

 Meningkatkan produktivitas dan control dari manajer.

F. Sistem Informasi.

1. Sistem adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang saling berkaitan dan susunan

prosedur yang saling berhubungan, yang melaksanakan dan mempermudah kegiatan-

kegiatan utama suatu organisasi. Infomasi adalah data yang telah diproses/diolah

sehingga memiliki arti atau manfaat yang berguna.

3
2. Informasi pun memunyai umur, yang dimaksud umur di sini adalah kapan atau sampai

kapan sebuah informasi memiliki nilai/arti bagi penggunanya. Adanya acuan pada titik

waktu tertentu dan pernyataan suatu perubahan pada suatu waktu.

3. Kualitas Informasi tergantung dari 3 hal, yaitu informasi harus :

1. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bisa atau

menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya.

2. Tepat pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh

terlambat.

3. Relevan, berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi

informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda.

Dari 3 hal tersebut maka akan di dapatkan sebuah nilai dari informasi tersebut. Nilai

informasi ditentukan dari dua hal, yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu

informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya

mendapatkannya.

4. Sistem informasi adalah kumpulan informasi di dalam sebuah basis data menggunakan

model dan media teknologi informasi digunakan di dalam pengambilan keputusan bisnis

sebuah organisasi. Di dalam suatu organisasi, informasi merupakan sesuatu yang penting

di dalam mendukung proses pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. Sistem ini

memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur manual, model

manajemen dan basis data.

G. Pendekatan Sistem

Pemecahan Masalah
 Masalah : Suatu kondisi yang memiliki potensi untuk menimbulkan kerugian atau
keuntungan luar
biasa.

4
 Pemecahan Masalah : Tindakan memberi respon terhadap masalah untuk mengatasi
akibat buruknya atau memanfaatkan peluang keuntungan.
Masalah tidak terstruktur = Manajer
Masalah Terstruktur = Komputer
Masalah Semi Terstruktur = Manajer & Komputer
 Pentingnya pemecahan masalah didasarkan pada konsekuensinya bukan jumlah
waktu.
 Keputusan : Pemilihan suatu strategi atau tindakan
 Pengambilan Keputusan : Tindakan memilih strategi/ aksi yang manajer yakini akan
memberikan solusi tebaik atas masalah.

Masalah

Elemen-elemen Sistem Konseptual


Berbagai
Pemecahan Solusi
Standar
Masalah Alternatif
Informasi Kendala

Solusi

 Gejala : Kondisi yang dihasilkan oleh masalah.

 Gejala menyerupai puncak gunung Es = Manajer harus mencari penyebab

masalah dibalik gejala.

 Suatu masalah adalah penyebab dari sutu persoalan atau penyebab dari suatu

peluang

Struktur Masalah

5
1. Masalah Terstruktur : Terdiri dari elemen dan hubungan-hubungan antar elemen

yang dapat dipahami oleh pemecah masalah.

2. Masalah tak Terstruktur : Terdiri dari elemen atau hubungan-hubungan antar elemen

yang tidak dipahami oleh pemecah masalah.

3. Masalh Semi terstruktur : Masalh yang berisi sebagian elemen atau hubungan antar

elemen yang dimengerti oleh pemecah masalah.

H. Proses Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan meliputi beberapa tahap dan melalui beberapa

proses (Lucas, 1992). Menurut Simon (1960), pengambilan keputusan meliputi

empat tahap yang saling berhubungan dan berurutan. Empat proses tersebut adalah:

(1) Intelligence

Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup

problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh,

diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan masalah.

(2) Design

Tahap ini merupakan proses menemukan dan mengembangkan alternatif.

Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan

menguji kelayakan solusi.

(3) Choice

Pada tahap ini dilakukan poses pemilihan di antara berbagai alternatif tindakan

yang mungkin dijalankan. Tahap ini meliputi pencarian, evaluasi, dan

rekomendasi solusi yang sesuai untuk model yang telah dibuat. Solusi dari

6
model merupakan nilai spesifik untuk variabel hasil pada alternatif yang

dipilih.

(4) Implementation

Tahap implementasi adalah tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil. Pada

tahap ini perlu disusun serangkaian tindakan yang terencana, sehingga hasil keputusan

dapat dipantau dan disesuaikan apabila diperlukan perbaikan.

Dalam hal ini, model Simon juga menggambarkan kontribusi Sistem

Informasi Manajemen (SIM) dan Ilmu Manajemen / Operations Research (IM /

OR) terhadap proses pengambilan keputusan, seperti terlihat pada Gambar 1

INTELLIGENCE SISTEM INFORMASI MANAJEMEN /


(PENELUSURANLINGKUP PEGOLAHAN DATA ELEKTRONIK

DESIGN
(PERANCANGAN SISTEM

PENDUKUNG
ILMU MANAJEMEN /
KEPUTUSAN
CHOICE OPERATIONS RESEARCH

IMPLEMENTATION

Gambar 1. Fase Proses Pengambilan Keputusan


Sumber: Sistem Pendukung Keputusan (Suryadi,2002)

Berdasarkan pada keempat tahap di atas, jelas bahwa Pengolahan Data

Elektronik (PDE) dan SIM mempunyai kontribusi dalam fase Intelligence,

sedangkan IM/OR berperan penting dalam fase Choice. Tidak tampak pendukung

7
yang berarti pada tahap Design, walaupun pada kenyataannya fase ini merupakan

salah satu kontribusi dasar dari suatu Sistem Pendukung Keputusan.

Pengambilan keputusan adalah pemilihan beberapa tindakan alternatif yang ada

untuk mencapai satu atau beberapa tujuan yang telah ditetapkan (Turban, 2005).

I. Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan

Turban (2005) mengemukakan karakteristik dan kapabilitas kunci dari


Sistem Pendukung Keputusan adalah sebagai berikut (Gambar 4.2):
(1) Dukungan untuk pengambil keputusan, terutama pada situasi semiterstruktur
dan tak terstruktur.
(2) Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai
manajer
lini.
(3) Dukungan untuk individu dan kelompok.
(4) Dukungan untuk semua keputusan independen dan atau sekuensial.
(5) Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan: inteligensi, desain,
pilihan, dan implementasi.
(6) Dukungan pada berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.
(7) Kemampuan sistem beradaptasi dengan cepat dimana pengambil keputusan
dapat menghadapi masalah-masalah baru dan pada saat yang sama dapat
menanganinya dengan cara mengadaptasikan sistem terhadap kondisi-kondisi
perubahan yang terjadi.
(8) Pengguna merasa seperti di rumah. User-friendly, kapabilitas grafis yang kuat,
dan sebuah bahasa interaktif yang alami.
(9) Peningkatan terhadap keefektifan pengambilan keputusan (akurasi, timelines,
kualitas) dari pada efisiensi (biaya).
(10) Pengambil keputusan mengontrol penuh semua langkah proses pengambilan

keputusan dalam memecahkan masalah.

(11) Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi sistem sederhana.

8
(12) Menggunakan model-model dalam penganalisisan situasi pengambilan

keputusan.

(13) Disediakannya akses untuk berbagai sumber data, format, dan tipe, mulai dari
sistem informasi geografi (GIS) sampai sistem berorientasi objek.
Dapat dilakukan sebagai alat standalone yang digunakan oleh seorang pengambil
keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan di satu organisasi keseluruhan dan
di beberapa organisasi sepanjang rantai persediaan.

Gambar 2Karakteristik dan Kapabilitas SPK


Sumber : Decision Support Systems and Intelligent Systems (Turban,2005)

J. Komponen-Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Turban (2005), Sistem Pendukung Keputusan terdiri dari empat


subsistem, yaitu:
(1) Manajemen Data, meliputi basis data yang berisi data-data yang relevan
dengan keadaan dan dikelola oleh perangkat lunak yang disebut dengan
Database
Management System (DBMS).

(2) Manajemen Model berupa sebuah paket perangkat lunak yang berisi

modelmodel finansial, statistik, management science, atau model kuantitatif,

9
yang menyediakan kemampuan analisa dan perangkat lunak manajemen

yang sesuai.

(3) Subsistem Dialog atau komunikasi, merupakan subsistem yang dipakai oleh

user untuk berkomunikasi dan memberi perintah (menyediakan user

interface).

(4) Manajemen Knowledge yang mendukung subsistem lain atau berlaku


sebagai

Sumber : Decision Support Systems and Intelligent Systems(Turban,2005)

a. Subsistem Manajemen Data

Subsistem manajemen data terdiri dari elemen berikut ini:


(1) DSS database adalah kumpulan data yang saling terkait yang diorganisasi
untuk memenuhi kebutuhan dan struktur sebuah oraganisasi dan dapat
digunakan oleh lebih dari satu orang untuk lebih dari satu aplikasi.
(2) Sistem Manajemen basis data adalah pembuatan, pengaksesan, dan

pembaharuan (update) oleh DBMS yang mempunyai fungsi utama

sebagai tempat penyimpanan, mendapatkan kembali (retrieval) dan

pengontrolan.

(3) Direktori merupakan sebuah katalog dari semua data di dalam basis data.

10
(4) Query Facility, yang menyediakan fasilitas akses data. Fungsi utamannya

adalah untuk operasi seleksi dan manipulasi data dengan menggunakan

model-model yang sesuai dari model management

b. Subsistem Manajemen Model

Subsistem manajemen model terdiri atas elemen-elemen berikut ini:

(1) Basis Model.

Berisikan model-model seperti manajemen keuangan, statistik, ilmu

manajemen yang bersifat kuantitatif yang memberikan kapabilitas analisis

pada sebuah SPK.

Model Strategis digunakan untuk mendukung manajemen puncak untuk

menjalankan tanggungjawab perencanaan strategis. Ketika model ini

digunakan dalam suatu SPK, maka yang menjadi tujuan di dalamnya adalah

untuk membantu pengambilan keputusan strategis yang sifatnya jangka

panjang.

Model Taktis digunakan terutama oleh manajemen madya untuk membantu

mengalokasikan dan mengontrol sumber daya organisasi.

Model Operasional digunakan untuk mendukung aktifitas kerja harian pada

oraganisasi.

Model Analitik digunakan untuk menganalisis data (untuk apllikasi sendiri),

sebagai komponen dari model yang lebih besar, dan digunakan untuk

menentukan variabel dan parameter model.

11
(2) Sistem Manajemen Basis Model

Merupakan sistem software yang fungsi utamanya untuk membuat model

dengan menggunakan bahasa pemrograman, alat SPK dan atau subrutin,

dan balok pembangun lainnya; membangkitkan rutin baru dan laporan;

pembaruan dan perubahan model; dan manipulasi model.

(3) Direktori Model

Peran direktori model sama dengan direktori basis data. Direktori model

adalah katalog dari semua model dan perangkat lunak lainnya pada basis

model. Ia berisi definisi model dan fungsi utamanya adalah menjawab

pertanyaan tentang ketersediaan dan kapabilitas model.

(4) Eksekusi Model, Integrasi, dan Prosesor Perintah

Eksekusi model adalah proses mengontrol jalannya model saat ini. Integrasi

model mencakup gabungan operasi beberapa model saat diperlukan atau

menintegrasikan SPK dengan aplikasi lain. Sedangkan prosesor model

digunakan untuk menerima dan mengintepretasikan instruksi-instruksi

pemodelan.

c. Subsistem Dialog

Komponen dialog SPK adalah perangkat lunak dan perangkat keras yang

menyediakan antarmuka untuk SPK. Istilah antarmuka pengguna mencakup

semua aspek komunikasi antara satu pengguna dan SPK. Cakupannya tidak

hanya perangkat lunak dan perangkat keras, tapi juga faktor-faktor yang berkaitan

dengan kemudahan pengguna, kemampuan untuk dapat diakses, dan interaksi

manusiamesin.

12
d. Subsistem Manajemen Knowledge

Banyak masalah tak terstruktur dan bahkan semi terstruktur yang sangat

kompleks sehingga solusinya memerlukan keahlian. Oleh karena itu banyak SPK

canggih yang dilengkapi dengan komponen manajemen knowledge. Komponen

ini menyediakan keahlian untuk memecahkan beberapa aspek masalah dan

memberikan pengetahuan yang dapat meningkatkan operasi komponen SPK

lainnya.

Berikut adalah modul-modul Sistem Pendukung Keputusan dengan

menggunakan beberapa teknik penyelesaian yang anda bisa pergunakan untuk

memahami bagaimana sebuah Sistem Pendukung Keputusan diaplikasikan.

MODUL II

PENCOCOKAN PROFIL

A. Pendahuluan

Maksud dari pencocokan profil (profile matching) adalah sebuah mekanisme

pengambilan keputusan dengan mengasumsikan bahwa terdapat tingkat variabel

predikator yang ideal yang harus dimiliki oleh pelamar, bukannya tingkat minimal

yang harus dipenuhi atau dilewati.

Dalam pencocokan profil, dilakukan identifikasi terhadap kelompok karyawan yang

baik maupun yang buruk. Para karyawan dalam kelompok tersebut diukur

menggunakan kriteria penilaian. Misalnya, karyawan yang ideal mungkin memiliki

kecerdasan rata-rata, kepekaan sosia yang baik, kebutuhan yang rendah untuk

mendominasi orang lain, dan tingkat kemampuan perencanaan yang tinggi. Dalam

13
pencocokan profil, pelamar kerja yang diangkat adalah pelamar yang paling

mendekati profil yang ideal seorang karyawan yang berhasil.

B. Aspek-aspek Penilaian

Sistem pendukung keputusan tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga

pengguna yang dalam hal ini adalah manajer bagian sumber daya manusia bisa

menentukan aspek-aspek penilaian sendiri secara dinamis sehingga sistem

pendukung keputusan tersebut bisa dipakai lebih luas.

Berikut dicontohkan menggunakan 3 aspek penilaian yaitu :

1. Aspek Kecerdasan

Aspek ini memiliki 10 faktor yaitu :

a. Common Sence, kemampuan berfikir konkrit praktis sehingga diperoleh

pandangan yang bersifat umum dan realistis

b. Verbalisasi Ide, kecakapan mengolah dan mengintegrasi suatu gagasan

pemikiran yang bersifat verbal.

c. Sistematika Berfikir, kelincahan berfikir dalam menangkap suatu hubungan

asosiasi antara satu gejala dengan gejala lain menggunakan logika yang

sistematis

d. Penalaran dan Sosial Real, kecakapan dalam memahami suatu inti persoalan

dari dua gejala secara mendalam sehingga mampu melakukan penalaran

secara logis dan merumuskan suatu hasil yang realistis

14
e. Konsentrasi, kemantapan untuk memusatkan perhatian dalam

mencamkan suatu persoalan.

f. Logika Praktis, kecakapan untuk memecahkan masalah secara logis dan

runtut dengan cara praktis dan sederhana

g. Fleksibilitas Berfikir, cara pendekatan berfikir yang bervariasi, tidak terpaku

pada satu metode saja, dan cakap menganalisis informasi secara faktual

h. Imajinasi Kreatif, kecakapan untuk mencari alternatif pemecahan masalah

secara kreatif melalui upaya membayangkan hubungan gejala secara

menyeluruh

i. Antisipasi, kecakapan dalam memprediksi suatu kejadian (akibat) dan mampu

mengenali adanya gejala-gejala perubahan

2. Aspek Sikap Kerja

Aspek ini memiliki 6 faktor yaitu :

a. Energi Psikis, mengungkap besarnya potensi energi kerja, terutama ketika

berada di bawah tekanan

b. Ketelitian dan Tanggung Jawab, menunjukkan

adanya kesediaan

bertanggung jawab, teliti, serta kepedulian, tetapi bisa berarti pula mudah

dipengaruhi, labil, dan kurang waspada

c. Kehati-hatian, adanya kecermatan, hati-hati, konsentrasi, kesiagaan, dan

kemantapan kerja terhadap pengaruh tekanan

15
d. Pengendalian Perasaan, adanya ketenangan, penyesuaian diri, dan

keseimbangan. Bisa juga berarti sebaliknya, yakni menggambarkan

temperamen secara penuh, mudah terangsang, dan cenderung egosentris.

e. Dorongan Berprestasi, menggambarkan kesediaan dan kemampuan

berprestasi, serta kemampuan untuk mengembangkan diri.

f. Vitalitas dan Perencanaan, menunjukkan ambisi untuk mengarahkan diri dan

mengatur kemampuan dalam mengatur tempo dan irama kerja.

3. Aspek Perilaku

Aspek ini memiliki 4 faktor yaitu :

a. Kekuasaan (Dominance), kemampuan untuk menahan diri dalam bersikap

egois dan menghilangkan sikap senioritas

b. Pengaruh (Influences), kemampuan karyawan untuk membimbing aktivitas

karyawan lainnya, memotivasi, dan mendayagunakan sumber daya manusia

dan sumber daya teknik yang tersedia untuk menyelesaikan tugas dan

mencapai solusi atas masalah yang dihadapi dengan berpedoman pada

kebijakan organisasi

c. Keteguhan Hati (Steadiness), kemampuan untuk menahan tekanan dan tetap

tenang dalam situasi kritis

d. Pemenuhan (Compliance), kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang

disyaratkan dengan supervisi minimum serta kemampuan untuk memenuhi

kondisi yang menantang dan memecahkan masalah dari situasi yang baru.

16
C. Pemetaan Gap Kompetensi

Gap yang dimaksud adalah perbedaan antara profil jabatan dengan profil

karyawan atau bisa ditunjukkan pada rumus berikut :

Gap = Profil Karyawan – Profil Jabatan

Pembobotan

Setelah diperoleh Gap pada masing-masing karyawan, setiap profil karyawan

diberi bobot nilai dengan patokan tabel bobot nilai Gap. Seperti berikut ini :

No Selisih Bobot Nilai Keterangan

1 05 Tidak ada selisih (kompetensi sesuai dengan yang dibutuhkan)

2 1 4,5 Kompetensi individu kelebihan 1 tingkat/level

3 -1 4 Kompetensi individu kekurangan 1 tingkat/level

4 2 3,5 Kompetensi individu kelebihan 2 tingkat/level

5 -2 3 Kompetensi individu kekurangan 2 tingkat/level

6 3 2,5 Kompetensi individu kelebihan 3 tingkat/level

7 -3 2 Kompetensi individu kekurangan 3 tingkat/level

8 4 1,5 Kompetensi individu kelebihan 4 tingkat/level

9 -4 1 Kompetensi individu kekurangan 4 tingkat/level

A. Perhitungan dan Pengelompokan Core dan Secondary Factor

Setiap aspek dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok Core Factor


dan

Secondary Factor.

Perhitungan core factor ditunjukkan menggunakan rumus yaitu :

17
Keterangan :

NCF : Nilai rata-rata core factor

NC(k,s,p) : Jumlah total nilai core factor (Kecerdasan, Sikap Kerja, Perilaku)
IC : Jumlah item core factor

Perhitungan secondary factor bisa ditunjukkan menggunakan rumus yaitu :

Keterangan :

NSF : Nilai rata-rata secondary factor

NS(k,s,p) : Jumlah total nilai secondary factor (Kecerdasan, Sikap Kerja,

Perilaku)

IS : Jumlah item secondary factor

B. Perhitungan Nilai Total

Dari hasil perhitungan setiap aspek diatas, selanjutnya dihitung nilai total

berdasarkan persentase dari core dan secondary yang diperkirakan berpengaruh

terhadap kinerja tiap-tiap profil. Contoh perhitungan bisa dilihat pada rumus berikut :

(x)% NCF(k,s,p) + (x)% NSF(k,s,p) = N(k,s,p)

Keterangan :

NCF(k,s,p) : Nilai rata-rata core factor (kecerdasan, Sikap Kerja, Perilaku)

18
NSF(k,s,p) : Nilai rata-rata secondary factor (Kecerdasan, Sikap Kerja, Perilaku)

N(k,s,p) : Nilai Total dari aspek (Kecerdasan, Sikap Kerja, Perilaku)

(x)% : Nilai Persen yang diinputkan

C. Perhitungan Penentuan Ranking

Hasil akhir dari profile matching adalah ranking dari kandidat yang diajukan

untuk mengisi suatu jabatan tertentu. Penentuan ranking mengacu pada hasil

perhitungan tertentu. Perhitungan tersebut bisa ditunjukkan dengan rumus sebagai

berikut :

Ranking = (x)%Nk + (x)% Ns +(x)%Np

Keterangan :

Nk : Nilai kecerdasan

Ns : Nilai Sikap Kerja

Np : Nilai Perilaku

(x)% : Nilai Persen yang diinputkan

Kasus

Berikut adalah contoh perhitungan nilai gap untuk variabel pengetahuan dan budaya

perusahaan yang digunakan sebagai dasar penentuan kenaikan jabatan di PT. IKSG

[8]. Pada variabel tersebut dilakukan proses perhitungan gap antara nilai profil

karyawan dan nilai profil jabatan untuk masingmasing sub-variabel, dimana pada

variabel pengetahuan dan budaya perusahaan terdiri atas 6 sub-variabel.

19
Keterangan :

BP001 : Kejujuran : memberikan data dan informasi yang sebenar-benarnya


BP002 : Komitmen : menjunjung tinggi nilai, etika, dan peraturan perusahaan
BP003 : Keunggulan : memberikan yang terbaik bagi tujuan dan kepentingan
BP004 : Memahami visi, misi dan tujuan perusahaan
BP005 : Memahami dan menguasai job description sesuai jabatan
BP006 : Meningkatnya pengetahuan sesuai dengan tuntutan pekerjaan

Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa nilai profil jabatan untuk tiap sub-variabel
yang tertera dalam tabel tersebut adalah sama yaitu bernilai 4. Selanjutnya,
sebagai contoh diambil karyawan dengan Kode Karyawan T990980 dimana nilai
profilnya adalah :
(BP001) = 2 (BP002) = 3 (BP003) = 3 (BP004) = 4 (BP005) = 5 (BP006) =
3
Sehingga nilai gap yang terjadi untuk tiap sub variabelnya adalah :
(BP001) = -2 (BP002) = -1 (BP003) = -1 (BP004) = 0 (BP005) = 1 (BP006) =
-1.

Proses yang sama juga dilakukan untuk variabel kemampuan dan kepribadian.

20
Setelah didapatkan nilai gap masing-masing karyawan, maka tiap nilai profil

karyawan diberi bobot nilai dengan patokan tabel bobot nilai gap. Seperti yang

dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

TABEL 2. TABEL BOBOT NILAI GAP


No Gap Bobot Nilai Keterangan
1. 0 5 Kompetensi sesuai kebutuhan
2. 1 4.5 Kompetensi kelebihan 1 tingkat/level
3. -1 4 Kompetensi kekurangan 1
tingkat/level
4. 2 3.5 Kompetensi kelebihan 2 tingkat/level
5. -2 3 Kompetensi kekurangan 2
tingkat/level
6. 3 2.5 Kompetensi kelebihan 3 tingkat/level
7. -3 2 Kompetensi kekurangan 3
tingkat/level
8. 4 1.5 Kompetensi kelebihan 4 tingkat/level
9. -4 1 Kompetensi kekurangan 4
tingkat/level

Dari hasil konversi nilai gap menjadi bobot akan diperoleh nilai bobot untuk setiap

karyawan. Sehingga tiap karyawan akan memiliki tabel bobot seperti contoh-

contoh tabel yang ada di bawah ini.

Contoh hasil pemetaan gap variabel Pengetahuan dan budaya perusahaan:

TABEL 3. BOBOT NILAI GAP VARIABEL PENGETAHUAN DAN BUDAYA


PERUSAHAAN

Proses yang sama dilakukan untuk menentukan bobot nilai gap variabel kemampuan
dan kepribadian. Setelah seluruh bobot nilai gap diperoleh, maka proses berikutnya
adalah mengelompokkan variabel-variabel tersebut kedalam kelompok Core Factor
(CF) dan Secondary Factor (SF). Untuk perhitungan core factor dapat ditunjukkan pada
rumus di bawah ini:

21
∑NC
NCF = (2)
∑IC

Keterangan:
NCF : Nilai rata-rata core factor NC : Jumlah total nilai core
factor
IC : Jumlah item core factor

Sedangkan untuk perhitungan secondary factor dapat ditunjukkan pada rumus di


bawah ini:
∑NS
NSF = (3)
∑IS

Keterangan:

NSF : Nilai rata-rata secondary factor NS : Jumlah total nilai secondary actor IS
: Jumlah item secondary factor
Untuk lebih jelasnya pengelompokkan bobot nilai gap dapat dilihat pada

contoh perhitungan variabel Pengetahuan dan Budaya Perusahaan berikut ini.

Penghitungan core factor dan secondary factor diawali dengan terlebih dahulu

menentukan sub-variabel mana yang menjadi core factor. Misalnya sub-variabel

BP001, BP002, dan BP003, maka sub-variabel sisanya akan menjadi

secondary factor. Kemudian nilai core factor dan secondary factor ini dijumlahkan

sesuai rumus (1) dan (2) diatas, sehingga diperoleh nilai sebagai berikut.

NCF = = = 3,666

NSF = 5 + 4,5 + 4 = 13,5 = 4,5


3 3

22
Tabel berikut adalah hasil proses perhitungan nilai variabel CF dan SF untuk variabel

Pengetahuan dan Budaya Perusahaan.

TABEL 4. NILAI CF DAN SF UNTUK VARIABEL PENGETAHUAN DAN BUDAYA PERUSAHAAN

Dari hasil perhitungan tiap variabel diatas, kemudian dihitung nilai total
berdasar prosentase dari core dan secondary yang diperkirakan berpengaruh
terhadap kinerja tiap-tiap profil. Contoh perhitungan dapat dilihat pada rumus
dibawah ini:

NT=(X)%NCF+(X)%NSF [4]

Keterangan:
NCF : Nilai Rata-rata Core Factor
NSF : Nilai Rata-rata Secondary Factor
NT : Nilai Total dari variabel
(x)% : Nilai persen yang dimasukkan

Untuk lebih jelasnya perhitungan nilai total dapat dilihat pada contoh perhitungan

variabel Pengetahuan dan Budaya Perusahaan dengan nilai prosentase 60% dan

40% berikut ini:

NT(bp) = (60%x3,666) + (40%x4,5) = 3,9996

TABEL 5. NILAI TOTAL VARIABEL PENGETAHUAN DAN BUDAYA PERUSAHAAN

No Kode Karyawan CF SF NT (bp)


1 T990980 3.666 4.5 3.9996
2 T000767 4.166 4.5 4.2996

23
3 T960098 3.666 4.833 4.1328

Hasil akhir dari proses profile matching adalah ranking dari kandidat yang
diajukan untuk mengisi suatu jabatan tertentu. Penentuan ranking
mengacu pada hasil perhitungan rumus dibawah ini:

Skor = (x)%NT(bp) + (x)%NT(km) + (x)%NT(kp) [5]

Keterangan :

NT(bp) : Nilai Total variabel Pengetahuan dan Budaya Perusahaan


NT(km) : Nilat total variabel kemampuan
NT(kp) : Nilai total variabel kepribadian
(x)% : Nilai prosentase setiap variabel

Proses perhitungan raking setiap kandidat adalah sebagai berikut :


1. Nilai prosentase untuk setiap variabel adalah 30% (pengetahuan dan budaya perusahaan),
40% (kemampuan) dan 30% (Kepribadian)
Skor = (30% x 3,996) + (40% x 4,5) + (30% x 4,6998)
Skor = 1,1999 + 1,8 + 1,4099
Skor = 4,4098

Tabel 6. Hasil Akhir Proses Profile Matching

Dari tabel di atas menunjukan bahwa karyawan dengan kode T990980 menduduki peringkat
pertama sebagai kandidat terbaik

MODUL III

LINEAR PROGRAMMING

A. Pendahuluan

24
 Banyak keputusan utama yang dihadapi oleh seorang manajer perusahaan

untuk mencapai tujuan perusahaan dibatasi oleh situasi lingkungan operasi.

 Batasan dapat berupa:

 Sumber daya

 Batasan Pedoman

 Secara umum tujuan perusahaan :

 Memaksimalkan laba

 Meminimalkan biaya

Program Linear menggambarkan bahwa fungsi linier dalam model matematika

adalah linier dan teknik pemecahan masalah terdiri dari langkah-langkah

matematika yang telah ditetapkan disebut program.

Kasus

 Perusahaan barang tembikar Colonial memproduksi 2 produk setiap hari,

yaitu :

 mangkok

 cangkir

 Perusahaan mempunyai 2 sumber daya yang terbatas jumlahnya untuk

memproduksi produk-produk tersebut yaitu:

 Tanah liat (120 kg/hari)


 Tenaga kerja (40 jam/hari)
 Dengan keterbatasan sumber daya, perusahaan ingin mengetahui berapa
banyak mangkok dan cangkir yang akan diproduksi tiap hari dalam rangka
memaksimumkan laba
 Kedua produk mempunyai kebutuhan sumber daya untuk produksi serta laba
per item seperti ditunjukkan pada table

25
Penyelesaian
 Fungsi Tujuan
Z = 4000 X1 + 5000 X2
Menjadi
Z - 4000X1 -5000X2 = 0
 Batasan Batasan
1 X1 + 2 X2 <=40
3 X1 + 2 X2 <= 120
Menjadi
1 X1 + 2 X2 + X3 = 40
3 X1 + 2 X2 + x4 = 120

 Kolom kunci : kolom yang merupakan dasar untuk mengubah tabel diatas
 Kolom yang dipilih adalah kolom yang mempunyai nilai pada baris fungsi
tujuan yang bernilai negatif degnan angka terbesar
 Jika tidak ada nilai negatif pada baris fungsi tujuan maka, solusi optimal
sudahdiperoleh

26
 solusi maksimalnya adalah X1 = 40, X4 = 0 dan Z = 160000
 Jika ini disubstitusikan ke persamaan
Z = 4000 X1 + 5000 X2
160000 = 4000*40 + 5000*X2
X2 = 0

27
 solusi maksimalnya adalah X1 = 40, X2 = 0 dan Z = 160000

 Ini berarti jumlah produksi mangkok per hari adalah 40, jumlah produksi
cangkir per hari adalah 0 dengan keuntungan yang akan diperoleh
perusahaan sebesar Rp. 160.000,-

 Dari hasil ini, kita juga bisa mengetahui bahwa jam kerja yang terpakai adalah
sebesar:

1 X1 + 2 X2 = 40 + 2 * 0

= 40

 Karena sumber daya jam kerja yang dimiliki adalah 40 jam, berarti semua

sumber daya jam kerja dipakai untuk memproduksi.

 Sedangkan tanah liat yang dibutuhkan untuk produksi sehari sebesar:

3 X1 + 2 X2 = 3*40 + 2*0

28
= 120

Karena sumber daya tanah liat yang tersedia di perusahaan sebesar 120

kg/hari, berarti semua sumber daya tanah liat dipakai untuk memproduksi.

LATIHAN

 Jaringan Toko serba ada The Biggs menyewa perusahaan periklanan

untuk jenis dan jumlah iklan yang harus diperoleh untuk toko.

 Tiga jenis iklan yang tersedia adalah iklan komersial radio, televisi dan

iklan surat kabar.

 Jaringan toko ingin mengetahui jumlah setiap jenis iklan yang harus dibeli

dalam rangka memaksimumkan tujuannya.

29
 Berikut ini perkiraan setiap iklan komersial yang akan mencapai pemirsa

potensial dari biaya tertentu.

 Batasan Sumber daya

 Batas Anggaran untuk iklan adalah 1.000.000.000

 Stasiun televisi memiliki 4 waktu komersial

 Stasiun radio memiliki 10 waktu komersial

 Surat kabar mempunyai jatah yang tersedia untuk 7 iklan

 Perusahaan iklan hanya mempunyai waktu dan karyawan untuk

memproduksi tidak melebihi 15 iklan

 Pertanyaan

 variabel-variabel keputusan

 fungsi tujuan

 batasan-batasan model

30
 penyelesaian model dengan metode simplex

MODUL IV

SAW

(Simple Additive Weighting)

A. Pendahuluan

 Metode Simple Additive Weighting (SAW) sering juga dikenal istilah metode

penjumlahan terbobot.

 Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating

kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut (Fishburn, 1967)

(MacCrimmon, 1968).

 Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke

suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang

ada..

 Formula untuk melakukan normalisasi tersebut adalah sebagai berikut:

{ X ij }

{
Jika j adalahatribut keuntungan ( benefit )
max x ij
i
Minx x ij
i
X ij
dan jika j atribut biaya(cost )

31
 dengan rij adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif A i pada atribut Cj;

i=1,2,...,m dan j=1,2,...,n.

 Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) diberikan sebagai:


n

Vi ¿ ∑ w r j ij

J=1

 Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif A i lebih terpilih.

Contoh Kasus

 Suatu institusi perguruan tinggi akan memilih seorang


karyawannya untuk dipromosikan sebagai kepala unit sistem
informasi.

 Ada empat kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian,


yaitu:

 C1 = tes pengetahuan (wawasan) sistem informasi

 C2 = praktek instalasi jaringan

 C3 = tes kepribadian

 C4 = tes pengetahuan agama

 Pengambil keputusan memberikan bobot untuk setiap kriteria


sebagai berikut: C1 = 35%; C2 = 25%; C3 = 25%; dan C4 =
15%.

 Ada enam orang karyawan yang menjadi kandidat (alternatif)


untuk dipromosikan sebagai kepala unit, yaitu:

 A1 = Indra,
 A2 = Roni,
 A3 = Putri,
 A4 = Dani,
 A5 = Ratna, dan

32
 A6 = Mira

 Buatlah Penyelesaian dari kasus di atas dengan menggunakan


metode SAW

MODUL 4

Weighted Product (WP)

 Metode Weighted Product (WP) menggunakan perkalian untuk

menghubungkan rating atribut, dimana rating setiap atribut harus

dipangkatkan dulu dengan bobot atribut yang bersangkutan.

 Proses ini sama halnya dengan proses normalisasi.

 Preferensi untuk alternatif Ai diberikan sebagai berikut: n


n
Si=∏ X ijwj
j=1

dengan i=1,2,...,m; dimana wj = 1.


 wj adalah pangkat bernilai positif untuk atribut keuntungan, dan

bernilai negatif untuk atribut biaya.

Contoh:

 Suatu perusahaan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ingin membangun


sebuah gudang yang akan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan
sementara hasil produksinya.  Ada 3 lokasi yang akan menjadi alternatif,
yaitu:
 A1 = Ngemplak,
 A2 = Kalasan,

33
 A3 = Kota Gedhe.
 Ada 5 kriteria yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan,

yaitu:

 C1 = jarak dengan pasar terdekat (km),


 C2 = kepadatan penduduk di sekitar lokasi (orang/km2);
 C3 = jarak dari pabrik (km);
 C4 = jarak dengan gudang yang sudah ada (km);  C5 = harga tanah
untuk lokasi (x1000 Rp/m2).
 Tingkat kepentingan setiap kriteria, juga dinilai dengan 1 sampai 5, yaitu:
 1 = Sangat rendah,
 2 = Rendah,
 3 = Cukup,
 4 = Tinggi,
 5 = Sangat Tinggi.
 Pengambil keputusan memberikan bobot preferensi sebagai:

W = (5, 3, 4, 4, 2)

Nilai setiap alternatif di setiap kriteria:

Kriteria
Alternatif

C1 C2 C3 C4 C5

A1 0,75 2000 18 50 500

A2 0,50 1500 20 40 450

0,90 2050 35 35 800


A3

 Kategori setiap kriteria:

34
 Kriteria C2 (kepadatan penduduk di sekitar lokasi) dan

C4 (jarak dengan gudang yang sudah ada) adalah

kriteria keuntungan;

 Kriteria C1 (jarak dengan pasar terdekat), C3 (jarak

dari pabrik), dan C5 (harga tanah untuk lokasi) adalah

kriteria biaya.

Sebelumnya dilakukan perbaikan bobot terlebih

dahulu seperti sehingga w = 1, diperoleh w1 = 0,28;

w2 = 0,17; w3 = 0,22; w4 = 0,22; dan w5 = 0,11.

Kemudian vektor S dapat dihitung sebagai berikut:

S1=( 0,75−0,28 ) (2000¿ ¿ 0,17) ( 18−0,22) ( 50 0,22) ( 500−0,11 ) =2,4187 ¿


S2 = ( 0,5−0,28 ) ( 15000,17 ) ( 20−0,22 ) ( 40 0,22) ( 450−0,11 )=2,4270
S3= ( 0,9−0,28 )( 20500,17 ) ( 35−0,22 ) ( 350,22 ) ( 800−0,11 )=1,7462

V1= = 0,3669

V 2= = 0,3682

V3 = = 0,2649

35
 Nilai terbesar ada pada V2 sehingga alternatif A2 adalah alternatif

yang terpilih sebagai alternatif terbaik.

 Dengan kata lain, Kalasan akan terpilih sebagai lokasi untuk

mendirikan gudang baru.

Kasus

Buat Sebuah kasus yang harus diselesaikan dengan metode WP seperti contoh

diatas, kasusnya anda defenisikan sendiri.

Modul 5

TOPSIS

 Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS)

didasarkan pada konsep dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya

memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif, namun juga memiliki jarak

terpanjang dari solusi ideal negatif.

 TOPSIS banyak digunakan dengan alasan:

 konsepnya sederhana dan mudah dipahami;

 komputasinya efisien; dan

 memiliki kemampuan untuk mengukur kinerja relatif dari


alternatifalternatif keputusan dalam bentuk matematis yang sederhana.

36
 Langkah-langkah penyelesaian masalah MADM dengan TOPSIS:

 Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi;

 Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot;

 Menentukan matriks solusi ideal positif & matriks solusi ideal negatif;

 Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi


ideal positif & matriks solusi ideal negatif;

 Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif.

TOPSIS membutuhkan rating kinerja setiap alternatif A i pada setiap kriteria

Cj yang ternormalisasi, yaitu:

x ij
rij = m
∑ x 2ij
i=1

Solusi ideal positif A+ dan solusi ideal negatif A- dapat ditentukan berdasarkan

rating bobot ternormalisasi (yij) sebagai berikut:

yij = wirij

( Y +¿¿ Y +¿¿
);
+¿¿
A+¿ ¿
= 1
, 2
,,Y n

A−¿¿
= ( Y −¿
1
¿
Y −¿
, 2
¿

,,Y
−¿ ¿
n
);

37
Dengan:

max y ij ;
y +¿¿
j =
i
min y ij
i
{ jika j adalah atribut keuntungan, dan jika j adalah atribut biaya

min y ij ;
y−¿
j =
¿ i
max y ij;
i
{ jika j adalah atribut keuntungan, dan jika j adalah atribut biaya

Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal positif dirumuskan sebagai:

n
+¿=
Di
√∑ j=1
¿¿ ¿¿

Jarak antara alternatif Ai dengan solusi ideal negatif dirumuskan sebagai

n
−¿=
Di
√∑ j=1
¿ ¿¿¿

Nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) diberikan sebagai berikut:

D i
¿
D¿i ¿

38
 Contoh:

 Suatu perusahaan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ingin membangun


sebuah gudang yang akan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan
sementara hasil produksinya.  Ada 3 lokasi yang akan menjadi alternatif,
yaitu:
 A1 = Ngemplak,
 A2 = Kalasan,
 A3 = Kota Gedhe.
 Ada 5 kriteria yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan,

yaitu:
 C1 = jarak dengan pasar terdekat (km),
 C2 = kepadatan penduduk di sekitar lokasi (orang/km2);
 C3 = jarak dari pabrik (km);
 C4 = jarak dengan gudang yang sudah ada (km);  C5 = harga
tanah untuk lokasi (x1000 Rp/m2).
 Tingkat kepentingan setiap kriteria, juga dinilai dengan 1 sampai 5,
yaitu:
 1 = Sangat rendah,
 2 = Rendah,
 3 = Cukup,
 4 = Tinggi,
 5 = Sangat Tinggi.

 Pengambil keputusan memberikan bobot preferensi sebagai:

W = (5, 3, 4, 4, 2)

Kasus

Buatlah penyelesaian dari modul 4 dengan mempergunakan metode TOPSIS

39
Modul 6

AHP

(Analityc Hierarchy Process)

Metode AHP

Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi :

(1) Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu

kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki seperti

(Gambar 4):

Tujuan Sasaran

40

Kriteria Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4 Kriteria n


Alternatif Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif n

Gambar 4 Struktur Hierarki AHP


Sumber: Decision Making For Leaders(Saaty,2001)

(2) Penilaian Kriteria dan Alternatif

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty

(2001), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam

mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala

perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Skala Nilai Perbandingan Berpasangan


Sumber: Decision Making For Leaders (Saaty,2001)

Nilai Keterangan

1 Kriteria/alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B

3 A sedikit lebih penting dari B

5 A jelas lebih penting dari B

7 A sangat jelas lebih penting dari B

9 Mutlak lebih penting dari B

2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan

Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan


menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses
perbandingan berpasangan, dimulai dari tingkat hirarki paling tinggi, dimana suatu
kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan. Susunan dari elemen-
elemen yang dibandingkan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

41
A1 A2 ... A 3

A 1 A 11 A 12 ... A 1n

A 2 A 21 A 12 ... A 2n

: : : : :

: : : : :

A n a n1 a n2 ... a nn

Gambar 5 Matriks Perbandingan Berpasangan


Sumber: Decision Making For Leaders (Saaty,2001)

Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala

bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 4.1. Penilaian ini dilakukan oleh seorang

pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan

mempunyai kepentingan terhadapnya.

Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika

elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j

dengan elemen i merupakan kebalikannya.

Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung

(direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya

nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan

pengertian detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan

memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan

yang dihadapi, maka ia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap

42
alternatif.

(3) Penentuan Prioritas

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan

(pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk

menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif.

Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai

dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas

yang dihitung dengan manipulasi matriks atau penyelesaian matematik.

(4) Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara

konsisten dengan suatu kriteria yang logis. Matriks bobot yang diperoleh dari

hasil perbandingan secara berpasangan tersebut, harus mempunyai

hubungan kardinal dan ordinal, sebagai berikut.

Hubungan Kardinal : aij. ajk = aik

Hubungan Ordinal : Ai > Aj> Al> Ak, maka Ai> Ak

Hubungan tersebut dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut:

a. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak 4 kali dari

mangga, dan mangga lebih enak 2 kali dari pisang, maka anggur lebih enak 8

kali dari pisang.

43
b. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga dan

mangga lebih enak dari pisang, maka anggur lebih enak dari pisang.

Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan

tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsistensi sempurna. Hal ini terjadi karena

ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang.

Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Mengalikan matriks dengan prioritas bersesuaian.

b. Menjumlahkan hasil kali per baris.

c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya

dijumlahkan.

d. Hasil poin c dibagi jumlah elemen, akan didapatkan λ maks.


n
e. Indeks Konsistensi CI  maks

n1

CI
f. Rasio Konsistensi CR  , dimana RI adalah indeks random konsistensi. Jika RI

rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan. Nilai indeks

random konsitensi dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2Nilai Indeks Random


Sumber: Decision Making For Leaders(Saaty,2001)

Ukuran Matrik Nilai RI

44
1,2 0,00

3 0,58

4 0,90

5 1,12

6 1,24

7 1,32

8 1,41

9 1,45

10 1,49

11 1,51

12 1,48

13 1,56

14 1,57

15 1,59

Contoh Kasus

Sebuah perusahaan ingin memilih karyawan berprestasi dengan memperhatikan

beberapa kriteria. Kriteria yang dipertimbangkan oleh manajer beserta penilaiannya

adalah:

45
1. Kedisiplinan : Baik, cukup, Kurang

2. Prestasi Kerja : Baik, cukup, kurang

3. Pengalaman Kerja : Baik cukup Kurang

4. Perilaku : Baik, cukup, kurang

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menentukan pegawai yang

berprestasi adalah sebagai berikut:

1. Menentukan prioritas kriteria

Langkah yang harus dilakukan dalam menentukan prioritas kriteria adalah

sebagai berikut:

a. Membuat matriks perbandingan berpasangan

Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria

dengan kriteria yang lain, hasil penilaian bisa dilihat pada tabel 3.

Tabel 3
Matriks perbandingan berpasangan

Kedisiplinan Prestasi Kerja Pengalaman Kerja Perilaku


Kedisiplinan 1,00 2,00 2,00 3,00
Prestasi Kerja 0,50 1,00 2,00 2,00
Pengalaman Kerja 0,50 0,50 1,00 2,00
Perilaku 0,33 0,50 0,50 1,00
Jumlah 2,33 4,00 5,50 8,00

Angka satu pada kolom kedisiplinan baris kedisiplinan menggambarkan tingkat

kepentingan yang sama antara kedisplinan dengan kedisplinan.

46
Sedangkan angka 2 pada kolom prestasi kerja baris kedisiplinan menunjukan
prestasi kerja sedikit lebih penting dibandingkan dengan kedisplinan. Angka 0,5
pada kolom kedisiplinan baris prestasi kerja merupakan hasil perhitungan 1/nilai
pada kolom prestasi kerja baris kedisplinan (2). Angka-angka yang lain diperoleh
dengan cara yang sama.
b. Membuat matriks nilai kriteria

Matriks ini diperoleh dengan rumus berikut:

Nilai baris kolom baru = nilai baris kolom lama/jumlah masing-masing


kolom lama.
Hasil perhitungan bisa dilihat pada tabel 4
Tabel 4
Matriks nilai kriteria

Kedisiplinan Prestasi Pengalaman Perilaku Jumlah Prioritas


Kerja Kerja
Kedisiplinan 0,43 0,50 0,36 0,38 1,67 0,42
Prestasi Kerja 0,21 0,25 0,36 0,25 1,08 0,27
Pengalaman 0,21 0,13 0,18 0,25 0,77 0,19
Kerja
Perilaku 0,14 0,13 0,09 0,13 0,48 0,12

Nilai 0,43 pada kolom kedisplinan baris kedisiplinan tabel 4 diperoleh dari nilai kolom

kedisiplinan baris kedisiplinan tabel 3 dibagi jumlah kolom kedisiplinan tabel 3.

Nilai kolom jumlah pada tabel 4 diperoleh dari penjumlahan pada setiap barisnya.

Untuk baris pertama nilai 1,67 merupakan hasil penjumlahan dari

0,43+0,50+0,36+0,38.

Nilai pada kolom prioritas diperoleh dari nilai pada kolom jumlah dibagi dengan

jumlah kriteria dalam hal ini 4.

c. Membuat matriks penjumlahan setiap baris Matriks ini dibuat dengan mengalikan
nilai prioritas pada tabel 4 dengan matriks perbandingan berpasangan (tabel 3),
hasil perhitungan disajikan dalam tabel 5

47
Tabel 5
Matriks penjumlahan setiap baris

Kedisiplinan Prestasi Kerja Pengalaman Kerja Perilaku Jumlah


Kedisiplinan 0,42 0,54 0,39 0,36 1,70
Prestasi Kerja 0,21 0,27 0,39 0,24 1,11
Pengalaman 0,21 0,13 0,19 0,24 0,78
Kerja
Perilaku 0,14 0,13 0,10 0,12 0,49

d. Penghitungan rasio konsistensi

Penghitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio

konsistensi (CR) <= 0,1. Jika ternyata nilai CR lebih besar dari 0,1, maka

matriks perbandingan harus diperbaiki. Untuk menghitung rasio konsistensi

dibuat tabel seperti yang terlihat pada tabel 6.

Tabel 6
Perhitungan rasio konsistensi

Jumlah per Prioritas Hasil


Baris
Kedisiplinan 1,70 0,42 2,12
Prestasi Kerja 1,11 0,27 1,38
Pengalaman Kerja 0,78 0,19 0,97
Perilaku 0,49 0,12 0,61
Jumlah 5,08

Kolom jumlah per baris diperoleh dari kolom jumlah pada tabel 5, sedangkan

kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas pada tabel 4.

Dari tabel 6 diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:

Jumlah (hasil penjumlahan dari niai-nilai hasil) = 5,08

N (jumlah kriteria λ =4
λmaks(jumlah/n) = 1,27 CI((λ maks-N)/N) = 0,68

48
CR(CI/IR(lihat tabel 2)) = -0,76

Oleh karena CR < 0,1 maka rasio konsistensi dai perhitungan tersebut bisa

diterima.

2. Menentukan prioritas subkriteria

Penghitungan subkriteria dilakukan terhadap sub-sub dari semua kriteria, dalam

hal ini terdapat 4 kriteria yang berarti akan terdapat 4 perhitungan prioritas

subkriteria.

a. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria kedisiplinan

1. Membuat matriks perbandingan berpasangan

Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks berpasangan pada

tabel 3. Hasil perhitungan disajikan pada tabel 7.

Tabel 7
Matriks berpasangan subkriteria kedisplinan

Baik Cukup Kurang


Baik 1,0 3,00 5,00
0
Cukup 0,3 1,00 3,00
3
Kurang 0,2 0,33 1,00
0
Jumlah 1,5 4,33 9,00
3

2. Membuat matriks nilai kriteria

Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks berpasangan

pada tabel 4, nilai pada prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada

baris tersebut dibagi dengan nilai tertinggi pada pada kolom prioritas. Hasil

perhitungan di sajikan pada tabel 8.

49
Tabel 8
Matriks nilai subkriteriake kedisiplinan
Baik Cukup Kurang Jumlah Prioritas Prioritas Subkriteria
Baik 0,65 0,69 0,56 1,90 0,63 1,00
Cukup 0,22 0,23 0,33 0,78 0,26 0,41
Kurang 0,13 0,08 0,11 0,32 0,11 0,17

Pada matrik

3. Membuat matriks penjumlahan setiap baris

Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks berpasangan pada

tabel 5. Hasil perhitungan disajikan pada tabel 9.

Tabel 9
Matrik penjumlahan

4. Perhitungan rasio konsistensi

Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks

berpasangan pada tabel 6. Hasil perhitungan disajikan pada tabel

10.

Tabel 10
Perhitungan rasio konsistensi

50
Dari tabel 10 diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:

Jumlah (hasil penjumlahan dari niai-nilai hasil) = 4,06

N (jumlah kriteria = 3

λmaks(jumlah/n) = 1,35

CI((λ maks-N)/N) = -0,55

CR(CI/IR(lihat tabel 2)) = -0,76

Oleh karena CR < 0,1 maka rasio konsistensi dari perhitungan

tersebut bisa diterima.

b. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria prestasi kerja

1. Membuat matriks perbandingan berpasangan

Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks

berpasangan pada tabel 7. Hasil perhitungan disajikan pada tabel

11.

Tabel 11
Matriks perbandingan berpasangan

Baik Cukup Kurang


Baik 1,00 2,00 6,00
Cukup 0,50 1,00 2,00
Kurang 0,17 0,50 1,00
Jumlah 1,67 3,50 9,00

2. Membuat matriks nilai riteria

Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks

berpasangan pada tabel 8. Hasil perhitungan disajikan pada tabel

12.

51
Tabel 12
Matrik nilai kriteria

Priorita Prioritas
Baik Cukup Kurang Jumlah s Subkriteria
Baik 0,60 0,57 0,67 1,84 0,61 1,00
Cukup 0,30 0,29 0,22 0,81 0,27 0,44
Kurang 0,10 0,14 0,11 0,35 0,12 0,19

3. Membuat matriks penjumlahan setiap baris

Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks

berpasangan pada tabel 9. Hasil perhitungan disajikan pada tabel

13

Tabel 13
Matrik penjumlahan tiap baris

Baik Cukup Kurang Jumlah


Baik 0,61 0,54 0,71 1,86
Cukup 0,31 0,27 0,24 0,81
Kurang 0,10 0,13 0,12 0,35

4. Perhitungan rasio konsistensi

Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks

berpasangan pada tabel 10. Hasil perhitungan disajikan pada

tabel 14

Tabel 14
Perhitungan rasio konsistensi

Jumlah
Perbaris Prioritas Hasil
Baik 1,86 0,61 2,47
Cukup 0,81 0,27 1,08
Kurang 0,35 0,12 0,47
Jumlah 4,02

Dari tabel 14 diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:

Jumlah (hasil penjumlahan dari nilai-nilai hasil) = 4,02

52
N (jumlah kriteria = 3

λmaks(jumlah/n) = 1,34

CI((λ maks-N)/N) = -0,55

CR(CI/IR(lihat tabel 2)) = -0,95

Oleh karena CR < 0,1 maka rasio konsistensi dari perhitungan

tersebut bisa diterima.

c. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria Pengalaman Kerja

1. Membuat matriks perbandingan berpasangan


Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks

berpasangan pada tabel 11. Hasil perhitungan disajikan pada

tabel 15.

Tabel 15
Matrik perbandingan berpasangan

Baik Cukup Kurang


Baik 1,00 3,00 4,00
Cukup 0,33 1,00 3,00
Kurang 0,25 0,33 1,00
Jumlah 1,58 4,33 8,00

2. Membuat matriks nilai kriteria

Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks

berpasangan pada tabel 12. Hasil perhitungan disajikan pada

tabel 16.

Tabel 16
Matriks nilai kriteria

Baik Cukup Kurang Jumlah Priorita Prioritas Subkriteria


s
Baik 0,63 0,69 0,50 1,82 0,61 1,00

53
Cukup 0,21 0,23 0,38 0,82 0,27 0,45
Kurang 0,16 0,08 0,13 0,36 0,12 0,20

3. Membuat matriks penjumlahan setiap baris

Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks

berpasangan pada tabel 13. Hasil perhitungan disajikan pada

tabel 17

Tabel 17
Matriks penjumlahan tiap baris.

Baik Cukup Kurang Jumlah


Baik 0,61 0,82 0,48 1,90
Cukup 0,20 0,27 0,36 0,83
Kurang 0,15 0,09 0,12 0,36

4. Perhitungan rasio konsistensi

Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks

berpasangan pada tabel 14. Hasil perhitungan disajikan pada

tabel 18

Tabel 18
Perhitungan rasio konsistensi

Jumlah Perbaris Prioritas Hasil


Baik 1,9 0,61 2,51
Cukup 0,83 0,27 1,1
Kurang 0,36 0,12 0,48
Jumlah 4,09

Dari tabel 18 diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:

Jumlah (hasil penjumlahan dari nilai-nilai hasil) = 4,09

N (jumlah kriteria = 3

λmaks(jumlah/n) = 1,36

54
CI((λ maks-N)/N) = -0,55

CR(CI/IR(lihat tabel 2)) = -0,95

Oleh karena CR < 0,1 maka rasio konsistensi dari perhitungan

tersebut bisa diterima.

d. Menghitung prioritas subkriteria dari kriteria Perilaku

1. Membuat matriks perbandingan berpasangan

Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks

berpasangan pada tabel 15. Hasil perhitungan disajikan pada

tabel 19

Tabel 19
Matriks perbandingan berpasangan

Baik Cukup Kurang


Baik 1,00 2,00 5,00
Cukup 0,50 1,00 4,00
Kurang 0,20 0,25 1,00
Jumlah 1,70 3,25 10,00

2. Membuat matriks nilai kriteria

Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks

berpasangan pada tabel 16. Hasil perhitungan disajikan pada

tabel 20

Tabel 20
Matriks nilai kriteria

Baik Cukup Kurang Jumlah Prioritas Prioritas Subkriteria


Baik 0,59 0,62 0,50 1,70 0,57 1,00
Cukup 0,29 0,31 0,40 1,00 0,33 0,59
Kurang 0,12 0,08 0,10 0,29 0,10 0,17

3. Membuat matriks penjumlahan setiap baris

55
Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks

berpasangan pada tabel 17. Hasil perhitungan disajikan pada

tabel 21

Tabel 21
Matriks penjumlahan tiap baris

Baik Cukup Kurang Jumlah


Baik 0,57 0,67 0,49 1,73
Cukup 0,28 0,33 0,39 1,01
Kurang 0,11 0,08 0,10 0,30

4. Perhitungan rasio konsistensi

Langkah ini sama dengan langkah pembuatan matriks

berpasangan pada tabel 18. Hasil perhitungan disajikan pada

tabel 22.

Tabel 22
Perhitungan rasio konsistensi

Jumlah Perbaris Prioritas Hasil


Baik 1,73 0,57 2,3
Cukup 1,01 0,33 1,34
Kurang 0,3 0,1 0,4
Jumlah 4,04

Dari tabel 22 diperoleh nilai-nilai sebagai berikut:

Jumlah (hasil penjumlahan dari nilai-nilai hasil) = 4,04

N (jumlah kriteria = 3
λmaks(jumlah/n) = 1,35
CI((λ maks-N)/N) = -0,55
CR(CI/IR(lihat tabel 2)) = -0,95
Oleh karena CR < 0,1 maka rasio konsistensi dari perhitungan

tersebut bisa diterima.

56
3. Menghitung Hasil

Prioritas hasil perhitungan pada pada langkah 1 dan 2 kemudian

dituangkan dalam matriks hasil seperti yang terlihat pada tabel 23.

Tabel 23
Matriks hasil perhitungan

Kedisipina Prestasi Kerja Pengalaman Kerja Perilaku


n
0,42 0,27 0,19 0,12
Baik Baik Baik Baik
1 1 1 1
Cukup Cukup Cukup Cukup
0,41 0,44 0,45 0,59
Kurang Kurang Kurang Kurang
0,17 0,19 0,2 0,17
Seandainya diberikan data nilai dari 3 orang karyawan seperti yang

terlihat pada tabel 24.

Tabel 24.
Nilai Karyawan

Kedisiplinan Prestasi Kerja Pengalaman Kerja Perilaku


A Cukup Cukup Baik Baik
B Baik Kurang Cukup Cukup
C Cukup Baik Baik Baik

Maka hasilnya akan tampak pada tabel 25.

Tabel 25
Hasil Akhir

Kedisiplinan Prestasi Kerja Pengalaman Kerja Perilaku Total


A 0,17 0,12 0,19 0,12 0,60
B 0,42 0,05 0,09 0,07 0,63
C 0,17 0,27 0,19 0,12 0,75

57
Nilai 0,17 pada kolom kedisiplinan baris A diperoleh dari nilai

karyawan A untuk kedisiplinan, yaitu cukup dengan prioritas 0,41

(tabel 24) dikalikan dengan prioritas kedisplinan 0,42 (tabel 24).

Kololm total paa tabel 25 diperoleh dari penjumlahan pada masing-masing barisnya.

Nilai total inilah yang dipakai sebagai dasar untuk merangking prestasi pegawai.

Semakin besar nilainya, pegawai tersebut akan semakin berprestasi.

Kasus

Saya ingin membeli HP yang harganya relatif murah, memorinya besar, warnanya

banyak, ukuran piksel pada kamera besar, beratnya ringan, dan bentuknya unik.

Ada 4 alternatif yang saya bayangkan, yaitu: N70 , N73 , N80 dan N90

Alterna-tif Harga Memori Warna Kamera Berat


(gr)
(juta Rp) (MB) (MP)

N70 2,3 35 256 kb 2 126

N73 3,1 42 256 kb 3,2 116

N80 3,7 40 256 kb 3,2 134

N90 4,7 90 16 MB 2 191

58
Buat penyelesaian mempergunakan metode AHP dengan:

 Tentukan tujuan: Membeli HP dengan kriteria tertentu

 Tentukan kriteria: Harga, kapasitas memori, ukuran warna, ukuran

piksel kamera, berat, dan keunikan,

 Tentukan alternatif: N70, N73, N80, dan N90

59

Anda mungkin juga menyukai