Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI

DOSEN PENGAMPU:

DISUSUN OLEH:
Kelompok 3
1. Melliya D1061181034
2. Nyemas Wulandari D1061181035
3. Farrahdiera Siregar D1061181036
4. Sinta Fitriana D1061181037
5. Ceryne

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2020
JENIS-JENIS SISTEM INFORMASI
Sistem Informasi (SI) adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas
orang yang menggunakan teknologi itu untuk mendukung operasi dan
manajemen. Secara arti yang sangat luas, istilah sistem informasi yang sering
digunakan merujuk kepada interaksi antara orang, proses algoritmik, data, dan
teknologi. Sistem informasi yaitu suatu sistem yang menyediakan informasi untuk
manajemen dalam mengambil keputusan dan juga untuk menjalankan operasional
perusahaan, di mana sistem tersebut merupakan kombinasi dari orang-orang,
teknologi informasi dan prosedur-prosedur yang tergorganisasi. Biasanya suatu
perusahan atau badan usaha menyediakan semacam informasi yang berguna bagi
manajemen. Sebagai contoh: Perusahaan toko buku mempunyai sistem informasi
yang menyediakan informasi penjualan buku-buku setiap harinya, serta stock
buku-buku yang tersedia, dengan informasi tersebut, seorang manajer bisa
membuat kebutusan, stock buku apa yang harus segera mereka sediakan untuk
toko buku mereka, manajer juga bisa tahu buku apa yang paling laris dibeli
konsumen, sehingga mereka bisa memutuskan buku tersebut jumlah stocknya
lebih banyak dari buku lainnya.
DSS (Decision Support Systems)
Sistem pendukung pengambilan keputusan kelompok (DSS) adalah sistem
berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan dalam
menggunakan data dan model untuk menyelesaikan masalah yang tidak
terstruktur. Sistem pendukung ini membantu pengambilan keputusan manajemen
dengan menggabungkan data, model-model dan alat-alat analisis yang komplek,
serta perangkat lunak yang akrab dengan tampilan pengguna ke dalam satu sistem
yang memiliki kekuatan besar (powerful) yang dapat mendukung pengambilan
keputusan yang semi atau tidak terstruktur. DSS menyajikan kepada pengguna
satu perangkat alat yang fleksibel dan memiliki kemampuan tinggi untuk analisis
data penting. Dengan kata lain, DSS menggabungkan sumber daya intelektual
seorang individu dengan kemampuan komputer dalam rangka meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan. DSS diartikan sebagai tambahan bagi para
pengambil keputusan, untuk memperluas kapabilitas, namun tidak untuk
menggantikan pertimbangan manajemen dalam pengambilan keputusannya.
Konsep DSS dimulai pada akhir tahun 1960-an dengan timesharing
komputer. Untuk pertama kalinya seseorang dapat berinteraksi langsung dengan
komputer tanpa harus melalui spesialis informasi. Baru pada tahun 1971, istilah
DSS diciptakan oleh G. Anthony Gorry dan Michael S. Scott Morton, keduanya
professor MIT. Mereka merasa perlunya suatu kerangka kerja untuk mengarahkan
aplikasi komputer kepada pengambilan keputusan manajemen dan
mengembangkan apa yang telah dikenal sebagai Garry & Scott Morton Grid.
Matrik (Grid) ini didasarkan pada konsep Simon mengenai keputusan terprogram
dan tak terprogram serta tingkat-tingkat manajemen Robert N. Anthony.
Gory dan Scott Morton menggambarkan jenis-jenis keputusan menurut
struktur masalah, dan terstruktur hingga tidak terstruktur. Anthony menggunakan
nama perencanaan strategis, pengendalian manajemen, dan pengendalian
operasional untuk menjelaskan tingkat manajemen puncak, menengah dan bawah.
Tahap-tahap pengambilan keputusan Simon digunakan untuk menentukan
struktur masalah, masalah terstruktur merupakan suatu masalah yang memiliki
struktur pada tiga tahap pertama Simon, yaitu intelijen, rancangan, dan pilihan.
Jadi, dapat dibuat algoritma, atau alternatif diidentifikasi dan dievaluasi, serta
suatu solusi dipilih. Masalah tak terstruktur, sebaliknya, merupakan suatu masalah
yang sama sekali tidak memiliki struktur pada tiga tahap Simon di atas. Masalah
semi terstruktur merupakan masalah yang memiliki struktur hanya pada satu atau
dua tahap Simon.
Gory dan Scoot Morton memisahkan masalah yang telah, pada saat itu,
berhasil dipecahkan dengan komputer dari masalah yang belum terkena
pengolahan komputer. Area yang berhasil dipecahkan dengan komputer
dinamakan sistem keputusan terstruktur (structure decision system-SDS), dan area
yang belum terkena pengolahan komputer dinamakan sistem pendukung
keputusan (decision support system-DSS). Gory dan Scott Morton awalnya
menggunakan istilah DSS hanya untuk aplikasi komputer di masa depan.
Selanjutnya istilah tersebut diterapkan pada semua aplikasi komputer yang
didedikasikan untuk dukungan keputusan baik sekarang maupun masa depan.
Decision Support System dimaksudkan untuk melengkapi sistem informasi
manajemen dalam meningkatkan pengambilan keputusan. Sistem informasi
manajemen terutama menyajikan informasi mengenai kinerja aktivitas untuk
membantu manajemen memonitor dan mengendalikan kegiatan. Sistem informasi
manajemen ini umumnya menghasilkan pelaporan yang terjadwal secara reguler
dan tetap, berdasarkan data yang diperoleh dan diikhtisarkan dari sistem
pemrosesan kegiatan atau transaksi yang dilaksanakan. Format atau bentuk dari
pelaporan-pelaporan ini umumnya sudah ditentukan sebelumnya (baku). Satu
bentuk pelaporan berbasiskan sistem informasi manajemen mungkin
menunjukkan suatu ikhtisar realisasi penyerapan anggaran per bulan untuk setiap
satuan kerja pada suatu instansi. Kadangkala laporan sistem informasi manajemen
ini merupakan laporan eksepsi (exception reports), yaitu hanya menyoroti
kondisi-kondisi yang khusus. Sistem informasi manajemen yang tradisional
umumnya menyajikan pelaporan yang tercetak (hard copy reports).
Dewasa ini, pelaporan yang semacam itu dapat diperoleh secara on-line
melalui intranet dan mungkin lebih banyak lagi laporan yang dapat dihasilkan
berdasarkan kebutuhan. Jika Management Information System (MIS) menyajikan
kepada penggunanya data atau informasi untuk pengambilan keputusan yang
sudah pasti dan tetap (terstruktur atau rutin), maka DSS menyajikan seperangkat
kemampuan untuk keputusan yang sifatnya tidak terstruktur, di mana DSS lebih
menekankan pada pengambilan keputusan atas situasi yang dengan cepat
mengalami perubahan, kondisi yang memerlukan fleksibilitas, dan berbagai
keputusan untuk respon yang segera.
1. Jenis-Jenis DSS
Pada tahun 1976, Steven L. Alter, saat itu mahasiswa tingkat doktor di MIT,
dengan berdasarkan kerangka kerja Gory dan Scott Morton melakukan
penelitian atas 56 sistem pendukung keputusan. Penelitian ini memungkinkan
mengembangkan suatu taksonomi dan enam jenis DSS yang didasarkan pada
tingkat dukungan pemecahan masalah.
Jenis yang memberikan dukungan paling sedikit adalah jenis yang
memungkinkan manajer mengambil elemen-elemen informasi. Manajer dapat
bertanya pada database untuk mendapatkan angka penjualan dari salah satu
wilayah pemasaran. Dukungan yang sedikit lebih diberikan oleh DSS yang
memungkinkan manajer menganalisis semua file. Manajer dapat bertanya pada
database mengenai suatu laporan khusus yang menggunakan data dari file
Persediaan. Contoh lain adalah laporan gaji Bulanan yang disiapkan dari file
gaji. Dukungan yang lebih lagi diberikan oleh sistem yang menyiapkan laporan
dari berbagai file. Contoh dari laporan seperti itu adalah perhitungan rugi laba
dan analisis penjualan produk menurut pelanggan.
Ketiga jenis pertama DSS ini memberikan dukungan dalam bentuk laporan
khusus sebagai jawaban atas database query, dan laporan periodik. Tiga jenis
terakhir DSS melibatkan penggunaan model matematika.
Decision Support System yang memungkinkan manajer melihat dampak-
dampak yang mungkin dari berbagai keputusan adalah model yang dapat
memperkirakan akibat keputusan. Mungkin manajer memasukkan suatu harga
ke dalam model penentuan harga untuk melihat dampaknya pada laba bersih.
Model tersebut menjawab, misalkan Anda menurunkan harga Rp 25.000, maka
laba bersih akan naik sebesar Rp 5.000.000. Model tersebut tidak dapat
menentukan apakah Rp 25.000 merupakan harga terbaik, hanya menentukan
apa yang mungkin terjadi jika keputusan itu dibuat. Model ini juga
memungkinkan pemakai untuk menentukan probabilita subyektif. Contohnya
adalah model analisis resiko yang menggunakan perkiraan distribusi
probabilita untuk tiap faktor penting.
Dukungan yang lebih lagi disediakan oleh model yang dapat mengusulkan
keputusan. Misalnya, seorang manajer manufaktur memasukkan data yang
menjelaskan pabrik dan peralatannya, dan suatu model pemrograman linier
menentukan tata letak yang paling efisien.
Jenis DSS Alter yang memberikan paling banyak adalah jenis yang dapat
membuat keputusan untuk manajer. Alter menggunakan contoh suatu model
komputer yang menentukan premi asuransi. Manajemen perusahaan asuransi
sangat yakin pada model tersebut sehingga mereka membiarkannya membuat
keputusan- keputusan tertentu.
Penelitian Alter penting karena dua alasan. Pertama, penelitian ini didukung
oleh konsep mengembangkan sistem untuk menangani keputusan-keputusan
tertentu. Kedua, menjelaskan bahwa DSS tidak terbatas pada penedekatan yang
lebih eksotik dan database query dan pembuatan model keputusan tetapi dapat
juga mencakup pelaporan periodik.
2. Karakteristik dan Keuntungan Sistem DSS
Beberapa karakteristik dari DSS, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Mendukung seluruh kegiatan organisasi.
b. Mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi.
c. Dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan.
d. Terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model.
e. Menggunakan baik data ekternal maupun internal.
f. Memiliki kemampuan what-if analysis dan goal seeking analysis.
g. Menggunakan beberapa model kuantitatif.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh sebuah sistem pendukung
keputusan/DSS, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menunjang pembuatan keputusan manajemen dalam menangani masalah
semi terstruktur dan tidak terstruktur.
b. Membantu manajer pada berbagai tingkatan manajemen, mulai dari
manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah.
c. Menunjang pembuatan keputusan secara kelompok dan perorangan.
d. Menunjang pembuatan keputusan yang saling bergantungan dan berurutan.
e. Menunjang tahap-tahap pembuatan keputusan antara lain intelligence,
design,choice dan implementation.
f. Menunjang berbagai bentuk proses pembuatan keputusan dan jenis
keputusan.
g. Kemampuan untuk melakukan adaptasi setiap saat dan bersifat fleksibel.
h. Kemudahan melakukan interaksi sistem.
i. Meningkatkan efektivitas dalam pembuatan keputusan daripada efisiensi.
j. Mudah dikembangkan oleh pemakai akhir.
k. Kemampuan pemodelan dan analisis dalam pembuatan keputusan.
l. Kemudahan melakukan pengaksesan berbagai sumber dan format data.
Disamping berbagai kemampuan dan karakteristik seperti dikemukakan
diatas, sistem pendukung keputusan memiliki juga keterbatasan, antara lain:
a. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat
dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya
mencerminkan persoalan yang sebenarnya.
b. Kemampuan suatu sistem pendukung keputusan terbatas pada pengetahuan
dasar serta model dasar yang dimilikinya.
c. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh sistem pendukung keputusan
biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang
digunakannya.
d. Sistem pendukung keputusan tidak memiliki intuisi seperti yang dimiliki
oleh manusia. Karena sistem pendukung keputusan hanya suatu kumpulan
perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi
oleh kemampuan berpikir.
Secara implisit, sistem pendukung keputusan berlandaskan pada kemampuan
dari sebuah sistem berbasis komputer dan dapat melayani penyelesaian
masalah. Beberapa keuntungan penggunaan SPK antara lain adalah sebagai
berikut (Surbakti, 2002):
a. Mampu mendukung pencarian solusi dari berbagai permasalahan yang
kompleks.
b. Dapat merespon dengan cepat pada situasi yang tidak diharapkan dalam
kondisi yang berubah-ubah.
c. Mampu untuk menerapkan berbagai strategi yang berbeda pada konfigurasi
berbeda secara cepat dan tepat.
d. Pandangan dan pembelajaran baru.
e. Sebagai fasilitator dalam komunikasi.
f. Meningkatkan kontrol manajemen dan kinerja.
g. Menghemat biaya dan sumber daya manusia (SDM).
h. Menghemat waktu karena keputusan dapat diambil dengan cepat.
i. Meningkatkan efektivitas manajerial, menjadikan manajer dapat bekerja
lebih singkat dan dengan sedikit usaha.
j. Meningkatkan produktivitas analisis.
3. Jenis Keputusan DSS (Decision Support System)
a. Keputusan Terprogram
Keputusan terprogram yang dimaksud adalah jenis keputusan yang
dilakukan secara berulang dan rutin. Informasi yang dibutuhkan spesifik,
terjadwal, padat, interaktif, tepat waktu, internal, dan detail. Prosedur yang
dilakukan untuk mengambil keputusan sangat jelas. Keputusan ini utamanya
dilakukan oleh manajemen tingkat bawah.
Contoh dari keputusan ini adalah keputusan untuk memesan barang dan
keputusan penagihan hutang, menentukan kelayakan lembur, mengisi
persediaan, dan menawarkan kredit pada pelanggan.
b. Keputusan Semi terprogram
Keputusan semiterprogram merupakan keputusan yang bersifat
sebagian keputusan dapat diselesaikan oleh komputer namun keputusan lain
tetap harus diselesaikan oleh pengambil keputusan itu sendiri. Informasi
yang dibutuhkan spesifik, interaktif, internal, real time, dan terjadwal.
Contoh dari keputusan ini adalah mengevaluasi kredit, menjadwalkan
produksi dan mengendalikan persediaan, merancang rencana pemasaran,
dan mengembangkan anggaran departemen.
c. Keputusan Tidak Terprogram
Keputusan tak terprogram ialah keputusan yang penanganannya rumit
karena tidak terjadi secara berulang atau jarang terjadi. Informasi yang
dibutuhkan adalah informasi yang bersifat umum, luas, internal,
dan eksternal. Keputusan ini biasanya terjadi pada manajemen tingkat atas. 
Keputusan tidak terprogram terjadi dalam situasi yang tidak biasa
ditangani, maka :
1. Keputusan yang diambil akan menjadi keputusan baru.
2. Tidak ada peraturan yang harus diikuti.
3. Keputusan ini dibuat dengan informasi yang tersedia.
4. Keputusan ini diambil berdasarkan naluri, persepsi dan penilaian.
Contoh dari keputusan ini adalah investasi dan atau pengembangan
dalam teknologi baru, keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain,
perekrutan eksekutif.
Sistem pendukung keputusan umumnya melibatkan keputusan yang
tidak terprogram. Laporan ini dibuat dengan cepat. Oleh karena itu, dalam
laporan ini tidak akan format yang tetap.
4. Tujuan DSS (Decision Support System)
Perintis DSS yang lain Peter G. W. Keen, bekerjasama dengan Scott
Morton mendefinisikan tiga tujuan yang harus dicapai DSS. Tujuan-tujuan ini
berhubungan dengan tiga prinsip dasar dari konsep DSS – struktur masalah,
dukungan keputusan, dan efektivitas keputusan. Mereka percaya bahwa DSS
harus:
a. Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi
terstruktur.
b. Mendukung penilaian manajer bukan mencoba menggantikannya.
c. Meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan manajer daripada
efisiensinya.
d. Membantu mencari penyelesaian masalah semi-terprogram.
e. Mendukung manajer ketika mengambil keputusan dari suatu masalah.
f. Meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan.
5. Tipe DSS (Decision Support System)
Ada dua tipe DSS yang dikenal, yaitu: Model-driven DSS dan Data-driven
DSS. Jenis DSS yang pertama merupakan suatu sistem yang berdiri sendiri
terpisah dari sistem informasi organisasi secara keseluruhan. DSS ini sering
dikembangkan langsung oleh masing-masing pengguna dan tidak langsung
dikendalikan dari divisi sistem informasi. Kemampuan analisis dari DSS ini
umumnya dikembangkan berdasarkan model atau teori yang ada dan
kemudian dikombinasikan dengan tampilan pengguna yang membuat model
ini mudah untuk digunakan. Contoh dari model-driven DSS ini yang
dipergunakan di perusahaan pelayaran yaitu voyage estimating decision
support systems. DSS ini mempunyai kemampuan/kapabilitas untuk
menghitung rincian pelayaran baik untuk masalah keuangan maupun
perhitungan teknis. Penghitungan aspek keuangan meliputi biaya untuk
pelayaran (bahan bakar, upah pekerja, dan modal yang dibutuhkan), tarif
angkut untuk berbagai tipe pengiriman kargo, dan biaya pelabuhan. Rincian
teknis meliputi faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah pelayaran,
seperti: kapasitas kargo, kecepatan, jarak, konsumsi bahan bakar dan
kebutuhan air, serta pola bongkar muat. Sistem ini dapat menjawab berbagai
pertanyaan, seperti: Kapal mana yang digunakan untuk memberikan
keuntungan yang maksimum? Berapa kecepatan optimal yang dapat
memaksimumkan keuntungan? Apa tipe dari bongkar muat yang optimal? DSS
ini dapat dioperasikan dalam sebuah desktop komputer yang menyajikan
sistem menu yang membuat pengguna mudah untuk memasukkan data atau
mendapatkan informasi. Jenis DSS yang kedua, data-driven DSS, menganalisis
sejumlah besar data yang ada atau tergabung di dalam sistem informasi
organisasi. DSS ini membantu untuk proses pengambilan keputusan dengan
memungkinkan para pengguna untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat
dari data yang tersimpan di dalam database yang besar. Banyak organisasi atau
perusahaan mulai membangun DSS ini untuk memungkinkan para
pelanggannya memperoleh data dari website-nya atau data dari sistem
informasi organisasi yang ada.
Penting untuk dicatat bahwa DSS tidak memiliki suatu model tertentu
yang diterima atau dipakai di seluruh dunia. Banyak teori DSS yang
diimplementasikan, sehingga terdapat banyak cara untuk mengklasifikasikan
DSS.
a. DSS pasif yaitu DSS yang berguna untuk mengumpulkan data dan
membuatnya terorganisir secara efektif, tidak memberikan suatu keputusan
yang spesifik, hanya menampilkan data.
b. DSS aktif yaitu DSS yang memproses data dan memberikan solusi yang
berasal dari data yang diperoleh.
c. Model Driven DSS yaitu tipe DSS yang memiliki cara kerja para pengambil
keputusan menggunakan simulasi statistik atau model keuangan demi
mendapatkan penyelesaian masalah tanpa harus mengumpulkan data.
d. Communication Driven DSS adalah DSS yang banyak dikombinasikan
dengan metode atau aplikasi lain supaya dapat memberikan rangkaian
penyelesaian masalah.
e. Data Driven DSS menekankan pada pengumpulan data yang kemudian
dimanipulasi agar sesuai dengan kebutuhan pengambil keputusan, dapat
berupa data internal atua eksternal dan memiliki beragam format. Sangat
penting bahwa data dikumpulkan serta digolongkan secara sekuensial,
contohnya data penjualan harian, anggaran operasional dari satu periode ke
periode lainnya, inventori pada tahun sebelumnya, dsb.
f. Document Driven DSS menggunakan beragam dokumen dalam bermacam
bentuk seperti dokumen teks, excel, dan rekaman basis data, untuk
menghasilkan keputusan serta strategi dari manipulasi data.
g. Knowledge Driven DSS adalah tipe DSS yang menggunakan aturan-aturan
tertentu yang disimpan dalam komputer, yang digunakan manusia untuk
menentukan apakah keputusan harus diambil. Misalnya, batasan berhenti
pada perdagangan bursa adalah suatu model knowledge driven DSS.
6. Komponen DSS (Decision Support System)
Berikut adalah komponen Sistem Pendukung Keputusan / Decision
Support System:
1. Database Management System (DBMS): Untuk mengatasi masalah data
yang diperlukan bisa berasal dari database internal atau eksternal. Dalam
sebuah organisasi, data internal dihasilkan oleh sistem. Data eksternal
berasal dari berbagai sumber seperti surat kabar, layanan data online,
database (keuangan, pemasaran, sumber daya manusia).
2. Model Management System: Ini menyimpan dan mengakses model yang
manajer gunakan untuk membuat keputusan. Model seperti itu digunakan
untuk merancang fasilitas manufaktur, menganalisis kesehatan keuangan
suatu organisasi, meramalkan permintaan akan produk atau layanan, dll.
3. Communication: User dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada
DSS melalui subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka.
4. Knowledge Management:Subsistem optional ini dapat mendukung
subsistem lain atau bertindak atau bertindak sebagai komponen yang berdiri
sendiri.
5. Alat Pendukung: Alat pendukung seperti bantuan online; Diagram-Diagram,
interface yang mudah digunakan, analisis grafis, mekanisme koreksi
kesalahan, memudahkan interaksi pengguna dengan sistem.
7. Contoh DSS (Decision Support System)
1. Contoh pada Maskpai Penerbangan
Pada dasarnya, konsep implementasi DSS di dunia kerja banyak sekali
digunakan oleh berbagai perusahaan berbasis data. Namun, yang paling
sering menerapkan DSS adalah Business Intelligence dalam hal
pengumpulan data dan presentasi data dalam bentuk Dashboard. Selain itu,
bidang industri perusahaan yang bisa dijadikan contoh ialah airline industri
atau maskapai penerbangan. Teknologi aplikasi yang digunakan ialah sistem
aplikasi berbasis website dan bisa diakses pada suatu URL tertentu dari PC
ataupun smartphone milik pengguna dengan kapasitas minimum, baik kapan
saja dan dimana saja pengguna berada. Metodologi, proses, dan perangkat
pelaporan Business Intelligence atau BI ialah komponen kunci yang
memberikan analisa data, pelaporan, serta monitoring yang kaya pada
pengguna sistem.
Pemilihan karyawan yang sesuai dengan criteria yang ada pada suatu
jabatan tertentu melalui sistem pendukung keputusan (DSS) untuk proses
profile matching dan analisis gap yang dibuat berdasarkan data dan norma-
norma sumber daya manusia yang terdapat di perusahaan tersebut. Proses
profile matching dilakukan untuk menentukan rekomendasi karyawan dalam
sistem kenaikan jabatan dan perencanaa karir berdasarkan kapasitas
intelektual, sikap kerja dan perilaku. Hasil proses ini berupa ranking
karyawan sebagai rekomendasi bagi pengambil keputusan untuk memilih
karyawan yang cocok pada jabatan yang kosong tersebut.
Alat bantu dalam perencanaan anggaran yang dapat mensimulasikan
pengaruh kebijakan manajemen terhadap anggaran operasional, dan
menghasilkan informasi keuangan untuk digunakan dalam menetapkan
alternatif pemodelan anggaran yang akan diterapkan. DSS berbasis
spreadsheet digunakan untuk menentukan besaran komposisi anggaran
operasional pendidikan dari tahun ke tahun dalam bentuk program analisis
anggaran.
2. Contoh penerapan DSS pada PT. ReAsuransi Internasional Indonesia
(ReINDO)
Saat ini bisnis Asuransi mengalami perkembangan yang begitu cepat
seiring dengan dinamika pertumbuhan ekonomi. Begitu juga dengan
perkembangan bisnis ReAsuransi di PT. ReAsuransi Internasional Indonesia
(ReINDO) dari tahun ke tahun telah mengalami pertumbuhan Premi yang
begitu signifikan. Dengan dinamika pekembangan bisnis yang semakin
besar tentu sangat berpengaruh pada proses bisnis melalui penanganan
administrasi berbasis komputer.
Sistem aplikasi berbasis komputer untuk menangani administrasi bisnis
Asuransi Jiwa yang digunakan di PT. ReAsuransi Internasional Indonesia
(ReINDO) telah dikembangkan dan dimplementasikan mulai tahun 1997.
Sampai dengan saat ini (lebih dari 10 tahun implementasi) system tersebut
telah mengalami banyak perubahan baik dalam model proses bisnis, model
database dan jumlah data. Perubahan-perubahan ini telah mengakibatkan
masalah pada implementasi system seperti link data, integrasi modul
system, penyediaan infrastruktur dan kecepatan proses data. Namun setelah
dilakukan migrasi dari database Informix ke Database Oracle, dan juga
dilakukan rewrite program dari Informix SQL/4GL ke Oracle Form/Report
Developer menjadikan tampilan aplikasi lebih menarik karena dengan
tampilan web base sehingga lebih flexible. Dengan menggunakan fitur web
util pada oracle, dapat dibuatkan program aplikasi EIS, sehingga membantu
manajemen untuk mengambil keputusan.
Pembuatan program mengenai penyampaian informasi pada tingkat top
level eksekutif di PT. ReAsuransi Internasional Indonesia (ReINDO), dibuat
dengan program fitur webutil yang terintegrasi dengan form pada oracle
10g. Executive Information System EIS merupakan salah satu sistem penting
dalam mendukung perkembangan suatu perusahaan. EIS ini merupakan
integrasi antara Management Information System dengan Decission Support
System yang membantu pihak eksekutif mendapatkan informasi dan mampu
untuk mengidentifikasikan dasar suatu masalah dalam perusahaan. Sebagai
implementasinya, aplikasi ini dibangun berbasiskan komputer dalam bentuk
interface berupa form yang menggunakan database Oracle 10g.
Hasil yang diperoleh dari sistem ini adalah informasi yang diberikan
kepada pihak ekesekutif merupakan informasi yang berhubungan dengan
informasi keuangan perusahaan. Analisa yang dibuat mencakup perhitungan
klaim, Net Balance, Premium, Inward, Outward, baik system konvensional
maupun sistem Syariah. Dengan EIS ini, manajemen  mempunyai
kemampuan untuk menganalisa produski sehingga dapat memberikan
keputusan terutama dalam memberikan kebijakan terutama yang menyakut
kondisi cashflow keuangan perusahaan.
8. Sistem Kelompok Pendukung Pengambilan Keputusan - Group Decision
Support Systems (GDSS)
Sudah merupakan suatu fakta yang sangat lazim bahwa para pimpinan
(manajer) suatu instansi jarang sekali dapat memecahkan masalahnya
sendirian. Komite, tim kerja, tim proyek dan gugus tugas yang banyak dibentuk
dalam organisasi pemerintahan merupakan pendekatan kelompok untuk
pemecahan masalah. GDSS merupakan sistem berbasis komputer yang
interaktif untuk memudahkan pencapaian solusi oleh sekelompok pengambil
keputusan atas permasalahan yang sifatnya tidak terstruktur. GDSS
dikembangkan untuk menjawab tantangan terhadap kualitas dan efektivitas
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang (kelompok
orang). Permasalahan yang perlu digarisbawahi untuk pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh sekelompok orang antara lain adalah banyaknya para
pengambil keputusan, waktu yang harus dialokasikan, dan meningkatnya
peserta yang ada. GDSS memberikan dukungan pada pemecahan masalah
dengan menyediakan suatu pengaturan yang mendukung komunikasi bagi
anggota yang tergabung dalam kelompok. Pada tiap keadaan para anggota
kelompok dapat bertemu pada waktu yang bersamaan atau berbeda. Pertemuan
dalam waktu yang sama biasanya disebut rapat, pertemuan/meeting, sedangkan
pada waktu yang berbeda komunikasi dilakukan melalui surat elektronik (e-
mail). Penggunaan GDSS mampu untuk mengatasi berbagai masalah atau
potensi masalah ang mungkin akan timbul.
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan penggunaan GDSS ini, antara
lain adalah:
1. Meningkatkan perencanaan awal, yaitu untuk membuat diskusi atau
pertemuan menjadi lebih efektif dan efisien.
2. Meningkatkan partisipasi, sehingga setiap peserta dari berbagai latar
belakang dapat memberikan kontribusinya dengan optimal.
3. Menciptakan iklim yang lebih terbuka dan kolaboratif, yaitu tanpa membuat
pihak yang tingkatannya lebih rendah merasa takut dan terancam. Dan juga
tidak membuat pihak yang tingkatannya lebih tinggi mendominasi jalannya
suatu rapat, pertemuan/meeting.
4. Setiap ide yang ditawarkan bebas dari kritik, memungkinkan peserta rapat,
pertemuan/meeting mengkontribusikan ide atau pendapatnya tanpa takut
untuk dikritik.
5. Evaluasi yang objektif, menciptakan atmosfir di mana suatu ide akan
dievaluasi secara objektif dan tidak memandang siapa yang memberikan ide
tersebut.
6. Menghasilkan ide organisasi, yaitu bagaimana tetap memfokuskan pada
tujuan rapat, pertemuan/meeting, mencari cara yang paling efisien untuk
mengorganisir ide yang dihasilkan dalam sesi brainstorming, dan
mengevaluasi ide dalam batasan waktu yang paling sesuai.
7. Menetapkan prioritas dan mengambil keputusan, yaitu mencari cara untuk
menampung seluruh pemikiran dalam pengambilan keputusan.
8. Dokumentasi hasil rapat, pertemuan/meeting, sehingga seluruh peserta dapat
memperoleh dokumen yang lengkap dan terorganisir yang dibutuhkan untuk
melanjutkan pekerjaan dari projek atau aktivitas yang dievaluasi.
9. Mampu melakukan akses informasi eksternal, yang memungkinkan
ketidaksepakatan yang signifikan dan faktual dapat diselesaikan dengan
tepat waktu, sehingga memungkinkan meeting dapat terus dilanjutkan dan
produktif.
Menghasilkan notulen hasil diskusi, sehingga pihak yang tidak dapat
berpartisipasi langsung dapat tetap memahami hasil dan isi dari meeting.
Permasalahan yang mungkin timbul dalam GDSS adalah karena
digunakannya berbagai metode baru untuk mengorganisir dan melaksanakan
rapat, pertemuan/meeting maka mungkin ada keengganan atau penolakan di
awal dari penggunaan GDSS ini. Berbagai teknik seperti teknik fasilitasi,
brainstorming, dan atmosfir yang terbuka dan transparan harus mulai
dikembangkan sebagai langkah awal untuk menggunakan GDSS ini. Dalam
pemanfaatan GDSS ini, maka beberapa alat dalam perangkat lunak yang
dibutuhkan di sini, antara lain adalah:
a. Kuesioner Elektronik; alat ini membantu untuk membuat perencanaan awal
dengan mengidentifikasi permasalahan yang menjadi perhatian dan
membantu memastikan bahwa informasi yang penting tidak terlewatkan.
b. Sarana Diskusi Elektronik; memungkinkan kelompok orang yang terlibat
untuk secara bersama dan tanpa diketahui (tetap terjaga kerahasiaannya)
untuk mengkontribusikan ide atau pemikirannya atas topik yang dibahas
dalam kelompok.
c. Pengelola Ide; memudahkan integrasi yang diorganisir dan sintesa ide yang
dihasilkan selama proses brainstorming.
d. Alat Pembuat Kuesioner; mendukung fasilitator dan pimpinan kelompok
untuk pengumpulan informasi, sebelum maupun selama proses penetapan
prioritas.
e. Alat untuk voting; memberikan kemudahan dengan menyediakan metode
atau teknik untuk penetapan prioritas atau voting.
f. Alat identifikasi dan analisa stakeholder; menggunakan pendekatan yang
terstruktur untuk mengevaluasi dampak usulan yang timbul di organisasi
dan mengidentifikasi serta menilai dampak potensial dari proyek yang
diusulkan.
g. Alat pernyataan kebijakan; menyajikan dukungan yang terstruktur untuk
pengembangan kesepakatan atas penggunaan kata-kata dalam pernyataan
kebijakan.
h. Istilah-istilah group; mendokumentasikan kesepakatan kelompok atas kata-
kata dan istilah-istilah yang disepakati.

Referensi
Abdul Kadir, Pengenalan Sistem Informasi, Percetakan Andi, Yogyakarta
Kenneth C. Laudon dan Jane P. Laudon. Sistem Informasi Manajemen, Buku 1
(edisi 10). Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai