Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

Disusun oleh :
Mohamad Amin Hariyadi Rakhman
Teknik Industri
1411180034
2018 B
Dosen Pembimbing :
Amaludin Arifia
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat, karunia, serta kasih sayang terbesar-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Makalah Sistem Pendukung Keputusan”.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pendukung
Keputusan. Selain itu sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan memotivasi
mahasiswa dalam menyusun karya tulis.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sekalian demi memperbaiki makalah ini dalam penulisan lain di kemudian hari.
Dan semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi kita semua.
Sekian dan terimakasih.
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………....
BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................
2.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan...............................................................
2.2 Fase Pemecahan masalah........................................................................................
2.3 Membangun Konsep dan Elemen Proses Pemecahan Masalah………………......
2.4 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan..........................................................
2.5 Model DSS............................................................................................................
2.6 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Kelompok…………………….......
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN……………………………………..........
3.1 Kasus……………………………………………………………………………....
3.2 Pembahasan……………………………………………………………………......
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran manajer dalam membuat banyak keputusan bertujuan untuk mengatasi masalah.
Penyelesaian masalah dicapai melalui empat tahapan dasar dan mempergunakan kerangka
berpikir seperti model sistem perusahaan yang umum dan model lingkungan. Dengan
mengikuti pendeketan sistem untuk menyelesaikan masalah, manajer melihat sistem secara
keseluruhan.

Ke empat elemen dasar Proses pemecahan masalah tersebut terdiri atas:


1) standar,
2) informasi,
3) batasan, dan
4) solusi alternatif.

Jika ke-emapat proses ini diikuti, pemilihan alternatif yang terbaik tidak selalu dicapai
melalui analisis logis saja dan penting untuk membedakan antara permasalahan dan gejala.

Masalah memiliki struktur yang beragam dan keputusan untuk menyelesaikannya dapat
terprogram maupun tidak terprogram. Konsep sistem pendukung pengambilan keputusan
(decision support system-DSS) awalnya ditujukan pada masalah-masalah yang setengah
terstruktur. Output DSS yang pertama terdiri atas laporan dan output dari model matematika.
Kemudian, kapabilitas pemecahan masalah kelompok ditambahkan, diikuti dengan
kecerdasan buatan (artifical intellgence) dan pemrosesan analitis oniline (on-line analytical
processing-OLAP).

Model matematika dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, dan penggunaannya


disebut simulasi. Lembar kerja elektronik (spreadsheet) merupakan alat yang baik untuk
membuat model matematika. Lembar kerja ini dapat digunakan baik untuk model statik dan
dinamik dan membuat manajer dapat memainkan permainan “bagaimana jika” (what-if-
game).
Kecerdasan buatan dapat menjadi salah satu komponen DSS. Dengan menambahkan basis
pengetahuan dan mesin inferensi, DSS dapat memberikan saran solusi masalah kepada
manajer.
Jika groupware ditambahkan ke DSS, maka DSS tersebut akan menjadi sistem pendukung
pengambilan keputusan kelompok (group decision support system-GDSS). GDSS dapat
diletakkan di beberapa tempat yang berbeda agar kondusif terhadap pemecahan masalah
kelompok.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sistem pendukung keputusan?
2. Apa saja fase pemecahan masalah ?
3. Bagaimana membangun konsep dan elemen proses pemecahan masalah?
4. Bagaimana sistem pendukung pengambilan keputusan?
5. Apa saja model DSS (Decision Support Systems) ?
6. Bagaimana sistem pendukung pengambilan keputusan kelompok?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan


Decision Support System (DSS) merupakan salah satu produk perangkat lunak yang
dikembangkan secara khusus untuk membantu manajemen dalam proses pengambil
keputusan. Sesuai namanya, tujuan digunakannya system ini adalah sebagai “second opinion”
atau “information source” yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan sebelum seorang
manajermemutuskan kebijakan tertentu.
Pendekatan yang paling sering digunakan dalam proses perancangan sebuah DSS
adalah dengan menggunakan teknik simulasi yang interaktif, sehingga selain dapat menarik
minat manajer untuk menggunakannya , diharapkan system ini dapat merepresentasikan
keadaan dunia nyata atau bisnis yang sebenasrnya. Hal yang perlu ditekankah adalah bahwa
keberadaan DSS bukan untuk menggantikan tugas-tugas, tetapi untuk menjadi sarana
penunjang (tools) bagi mereka.
DSS sebenarnya merupakan implementasi teori-teori pengambilan keputusan yang telah
diperkenalkan oleh ilmu-ilmu seperti operation research dan management science. Hanya
bedanya adalah bahwa jika dahulu untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi harus
dilakukan perhitungan iterasi secara manual (biasanya untuk mencari nilai minimum,
maksimum, atau optimum), saat ini komputer PC telah menawarkan kemampuannya untuk
menyelesaikan persoalan yang sama dalam waktu relatif singkat. Dalam kedua bidang ilmu di
atas, dikenal istilah decision modeling, decision theory, dan decision analysis – yang pada
hakekatnya adalah merepresentasikan permasalah dan manaje-men yang dihadapi setiap hari
ke dalam bentuk kuantitatif (misalnya dalam bentuk model matematika).
Contoh-contoh klasik dari persoalan dalam bidang ini adalah linear programming, game’s
theory, transportation problem, inventory system, decision tree, dan lain sebagainya. Dari
sekian banyak problem klasik yang kerap dijumpai dalam aktivitas bisnis perusahaan sehari-
hari, sebagian dapat dengan mudah disimulasikan dan diselesaikan dengan menggunakan
formula atau rumus-rumus sederhana. Tetapi banyak pula masalahan yang ada sangat rumit
sehingga membutuhkan kecanggihan komputer. Sprague dan Carlson mendefinisikan DSS
dengan cukup baik, sebagai sistem yang memiliki lima karakteristik utama (Sprague et.al.,
1993):
1. Sistem yang berbasis komputer.
2. Dipergunakan untuk membantu para pengambil keputusan
3.Untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang “mustahil” dilakukan dengan kalkulasi
manual.
4. Melalui cara simulasi yang interaktif.
5. Dimana data dan model analisis sebagai komponen utama.
Adapun Prinsip Dasar DSS adalah sebagai berikut :
1) Struktur MasalahSulit utk menemukan masalah yg sepenuhnya terstruktur atau tak
terstruktur - area kelabu Simon. Ini berarti DSS diarahkan pada area tempat sebagai besar
masalah berada.
2) Dukungan Keputusan DSS tidak dimaksudkan untuk menggantikan manajer. Komputer
dapat diterapkan pada bagian masalah yg terstruktur, tetapi manajer bertanggung jawab atas
bagian yang tidak terstruktur.
3) Efektivitas Keputusan waktu manajer berharga dan tidak boleh terbuang, tetapi manfaat
utama menggunakan DSS adalah keputusan yg baik

2.2 Fase Pemecahan masalah


Menurut Simon, orang yang memecahkan masalah terlibat dalam :
 Aktivitas Intelijen. Mencari di sekitar lingkungan kondisi yang harus dipecahkan.
 Aktivitas perancangan. Menemukan, mengembangkan, dan menganalisis tindakan-
tindakan yang mungkin dilakukan.
 Aktivitas pemilihan. Memilih tindakan tertentu dari beberapa yang tersedia.
 Aktivitas Pengkajian. Memeriksa pilihan-pilihan yang lalu.

2.3 . Membangun Konsep dan Elemen Proses Pemecahan Masalah


Kebanyakan masalah yang dipecahkan manajer dapat dianggap sebagai permasalahan
sistem. Sebagai contoh, perusahaan sebagai suatu sistem tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Atau, terdapat masalah dengan sistem persediaan, sistem komisi penjualan, dan
seterusnya. Solusi masalah sistem adalah solusi yang membuat sistem tersebut memenuhi
tujuannya dengan paling baik, seperti yang dicerminkan dalam standar kinerja sistem.
Standar ini menggambarkan situasi yang diinginkan (desired state) apa yang harus dicapai
sistem tersebut. Sebagai tambahan, manajer tersebut harus memiliki informasi yang
menggambarkan keadaan saat ini (current state) apa yang dicapai sistem tersebut sekarang
ini. Jika dua keadaan ini berbeda, maka ada masalah yang menjadi penyebabnya dan harus
dipecahkan.
Perbedaan antara keadaan saat ini dengan keadaan yang diinginkan disebut dengan kriteria
solusi (solution criterion), atau apa yang harus terjadi agar situasi saat ini berubah menjadi
situasi yang diinginkan. Tentu saja, jika situasi saat ini menunjukkan tingkat kinerja yang
lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan yang diinginkan, maka tugas yang harus dilakukan
bukanlah menyamakan keadaan saat ini. Melainkan, tugas yang harus dilakukan adalah
menjaga agar situasi saat ini tetap berada pada tingkatan yang lebih tinggi. Jika kinerja
tingkat tinggi dapat dipertahankan, maka situasi yang diinginkan harus ditingkatkan.

Tanggung jawab manajer adalah mengidentifikasi solusi alternatif, yang selalu ada. Ini
merupakan satu langkah dari proses penyelesaian masalah di mana komputer tidak terlalu
banyak membantu. Manajer biasanya mengandalkan pengalaman sendiri atau mencari
bantuan dari pemroses informasi nonkomputer, seperti input dari pihak lain baik di dalam
maupun di luar perusahaan.

Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, sistem informasi dapat digunakan untuk


mengevaluasinya. Evaluasi ini harus mempertimbangkan batasan (constraint) yang ada, yang
dapat berasal baik dari internal maupun lingkungan. Batasan internal (internal constraint)
biasanya berbentuk sumber daya yang terbatas yang ada di dalam perusahaan. Sebagai
contoh, unit TI tidak dapat merancang sistem CRM karena kurangnya keahlian dalam OLAP.
Batasan lingkungan (environmental constraint) berbentuk tekanan dari berbagai elemen
lingkungan yang membatasi aliran sumber daya dari dan keluar perusahaan. Salah satu
contoh adalah peningkatan suku bunga oleh Federal Reserve Board yang meningkatkan biaya
ekspansi pabrik.
Membangun berdasarkan konsep :
1. Memilih Solusi yang Terbaik
Pemilihan solusi yang terbaik dapat dicapai dengan berbagai cara. Herry Mintzberg,
seorang ahli teori manajemen, telah mengidentifikasi tiga pendekatan :
 Analisis
Evaluasi atas pilihan-pilihan secara sistematis, dengan mempertimbangkan konsekuensi
pilihan-pilihan tersebut pada tujuan organisasi. Salah satu contohnya adalah pertimbangan
yang dilakukan oleh para anggota komite pengawas SIM untuk memutuskan pendekatan
mana yang harus diambil dalam mengimplementasikan sistem informasi eksekutif.
 Penilaian
Proses pemikiran yang dilakukan oleh seorang manajer. Sebagai contoh, manajer produksi
menerapkan pengalaman dan intuisi dalam mengevaluasi gambar pabrik baru yang diusulkan
dari model matematika.
 Penawaran
Negosiasi antara beberapa manajer. Salah satu contoh adalah proses memberi dan menerima
yang berlangsung antara para anggota komite eksekutif mengenai pasar yang mana yang
harus dimasuki selanjutnya. Di sinilah tempat di mana pengaruh politik dalam perusahaan
dapat dilihat dengan jelas.
2. Permasalahan versus Gejala
Penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara masalah dan gejala dari suatu masalah.
Jika tidak demikian, kita dapat menghabiskan banyak waktu dan uang untuk menyelesaikan
permasalahan yang salah atau sesuatu yang sesungguhnya bukanlah suatu masalah. Gejala
(symptom) adalah kondisi yang dihasilkan masalah. Sering kali seorang manajer melihat
gejala dan bukan masalah.

3. Struktur Permasalahan
Masalah terstruktur terdiri atas unsur dan hubungan antara berbagai elemen yang semuanya
dipahami oleh orang yang memecahkan masalah. Masalah tidak terstruktur merupakan
masalah yang tidak memiliki elemen atau hubungan antar elemen yang dipahami oleh yang
memecahkan masalah. Masalah semiterstruktur merupakan masalah yang terdiri atas
beberapa elemen atau hubungan yang dipahami oleh si pemecah masalah dan beberapa yang
tidak dapat dipahami.

4. Jenis Keputusan
Selain memberikan tahap-tahap pemecahan masalah, Herbert A.Simon juga menemukan
metode untuk mengklasifikasikan keputusan, yaitu :
 Keputusan terprogram (programmed decision) bersifat “repetitif dan rutin,
dalam hal prosedur tertentu digunakan untuk menanganinya sehingga
keputusan tersebut tidak perlu dianggap de novo (baru) setiap kali terjadi.”
 Keputusan yang tidak terprogram (nonprogrammed decision) bersifat “baru,
tidak terstruktur, dan penuh konsekuensi. Tidak terdapat metode yang pasti
untuk menangani masalah seperti ini karena masalah tersebut belum pernah
muncul sebelumnya, atau karena sifat dan strukturnya sulit dijelaskan dan
kompleks, atau karena masalah tersebut demikian penting sehingga
memerlukan penanganan khusus.”

2.4 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan


Istilah sistem keputusan terstruktur (structured decision system-SDS) digunakan untuk
mendeskripsikan sistem-sistem yang mampu menyelesaikan masalah yang teridentifikasi.
Masalah-masalah di bawah garis menyulitkan pemrosesan komputer, dan Gorry dan Scott-
Morton menggunakan istilah sistem pendukung pengambilan keputusan (decision support
system-DSS) untuk menggambarkan sistem yang dapat memberikan dukungan yang
dibutuhkan.

2.5 Model DSS

Ketika DSS untuk pertama kalinya dirancang, model ini menghasilkan laporan khusus
dan berkala serta output dari model matematika. Laporan khusus ini berisikan respons
terhadap permintaan ke basis data. Setelah DSS diterapkan dengan baik, kemampuan yang
memungkinkan para pemecah masalah untuk bekerja sama dalam kelompok ditambahkan ke
dalam model tersebut. Penambahan peranti lunak groupware memungkinkan sistem tersebut
untuk berfungsi sebagai sistem pendukung pengambilan keputusan kelompok (group decision
support system-GDSS). Yang terbaru, kemampuan kecerdasan buatan juga telah ditambahkan
beserta kemampuan untuk terlibat dalam OLAP.
 Pemodelan Matematika

Model adalah abstraksi dari sesuatu. Model mewakili suatu objek atau aktivitas, yang
disebut entitas (entity). Manajer menggunakan model untuk mewakili permasalahan yang
harus diselesaikan. Objek atau aktivitas yang menyebabkan masalah disebut dengan entitas.

 Jenis Model

Terdapat empat jenis dasar model, yaitu :

1. Model Fisik (Physical model)

Merupakan gambaran tiga dimensi entitasnya. Model fisik yang digunakan di dunia bisnis
mencakup model skala untuk pusat perbelanjaan dan prototipe mobil baru.

Model fisik dibuat untuk mencapai tujuan yang tidak dapat dipenuhi oleh benda
sesungguhnya. Sebagai contoh, model fisik memungkinkan desainer untuk mengevaluasi
desain objek, seperti pesawat terbang, dan membuat perubahan-perubahan sebelum
konstruksi sesungguhnya. Ini akan menghemat waktu dan uang.
2. Model Naratif

Salah satu jenis model yang digunakan oleh manajer setiap hari adalah model naratif
(narrative model) yang menggambarkan entitas dengan kata-kata yang terucap atau tertulis.
Pendengar atau pembaca dapat memahami entitas tersebut dari naratifnya. Semua komunikasi
bisnis adalah model naratif, sehingga membuat model naratif jenis model yang paling
populer.

3. Model Grafis

Jenis model lain yang terus digunakan adalah model grafis. Model grafis (graphic model)
menggambarkan entitasnya dengan abstraksi garis, simbol, atau bentuk. Jumlah pemesanan
ekonomis (economic order quantity-EOQ) adalah jumlah optimum penambahan stok yang
harus dipesan dari pemasok. EOQ menyeimbangkan biaya pembelian stok dan biaya untuk
menyimpannya hingga stok tersebut digunakan atau dijual.

Model grafis juga digunakan dalam desain sistem informasi. Kebanyakan perangkat yang
digunakan oleh pengembang sistem bersifat grafis. Diagram relasi entitas, diagram kelas, dan
diagram aliran data merupakan beberapa contoh.

4. Model Matematis

Setiap rumus atau persamaan matematika adalah model matematis (mathematical model).
Kebanyakan model matematika yang digunakan manajer bisnis sama kompleksnya dengan
yang digunakan untuk menghitung EOQ.

Biaya penyimpanan mencakup semua biaya yang terjadi dalam penyimpanan barang, seperti
asuransi, kerusakan, dan kehilangan karena pencurian.

Beberapa model matematika menggunakan ratusan atau bahkan ribuan persamaan. Sebagai
contoh, model perencanaan keuangan yang dirancang Sun Oil Company pada tahun-tahun
pertama penggunaan SIM-nya menggunakan sekitar 2.000 persamaan. Model besar seperti ini
cenderung lamban dan sulit untuk digunakan. Tren yang berlangsung saat ini adalah
penggunaan model yang lebih kecil.
2.6 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Kelompok
Berbagai komite, tim proyek, dan satuan tugas yang ada di banyak perusahaan merupakan
contoh pendekatan kelompok terhadap pemecahan masalah. Menyadari fakta ini, para
pengembang sistem telah mengadaptasi DSS ke dalam pemecahan masalah secara kelompok.
 Konsep GDSS
Sistem pendukung pengambilan keputusan (group decision support system-
GDSS) merupakan sistem berbasis komputer yang mendukung sekelompok orang yang
tergabung didalam satu tugas atau sasaran yang sama dan memiliki satu sarana tertentu yang
berfungsi saling menghubungkan orang-orang yang ada dalam kelompok tersebut.
Istilah-istilah lain juga digunakan untuk menggambarkan aplikasi teknologi informasi ke
dalam situasi kelompok. Istilah ini antara lain: sistem pendukung kelompok (group support
system-GSS), kerja sama berbantuan komputer (computer-supported cooperative work-
CSCW), dukungan kerja kolaboratif terkomputerisasi (computerized collaborative work
support), dan sistem pertemuan elektronik (electronic meeting system-EMS). Perangkat lunak
yang digunakan dalam situasi-situasi ini diberi nama groupware.

 Bagaimana GDSS Membantu Pemecahan Masalah


Asumsi yang mendasari GDSS adalah komunikasi yang lebih baik memungkinkan
terbuatnya keputusan yang lebih baik. Komunikasi yang lebih baik dicapai dengan menjaga
agar diskusi kelompok tetap berfokus pada masalah yang dibicarakan, sehingga waktu tidak
terbuang sia-sia.
Ekstra waktu yang dimiliki dapat digunakan untuk mendiskusikan masalah secara lebih
mendetail, sehingga didapatkan defenisi masalah yang lebih baik atau ektra waktu
yangdimiliki dapat diguakan mengindetifikasi alternatif-alternatif yang sebelumnya tampak
tidak mungkin. Evaluasi alternatif yang lebih banyak akan meningkatkan kesempatan
mendapatkan solusi yang terbaik.

 Rancangan lingkungan GDSS


GDSS berkontribusi terhadap pemecahan masalah dengan cara menyediakan sebuah
rancangan yang kondusif terhadap komunikasi. Letak lingkungan GDSS sebagai berikut:
a. Ruang keputusan
Ruang keputusan (decision room) adalah tempat sekelompok kecil orang yang bertemu
langsung. Ruangan ini membantu komunikasi melalui kombinasi perabotan, peralatan, dan
tempat. Peralatan mencakup kombinasi komputer, mikrofon penangkap suara, kamera video,
dan layar lebar. Di tengah-tengah ruangan terletak konsol fasilitator. Fasilitator (Facilitator)
adalah seseorang yang tugas utamanya adalah menjaga diskusi di jalurnya.

Berdasarkan pengaturan yang ditentukan untuk masing-masing sesi, pesan yang dimasukkan
oleh salah seorang anggota kelompok kepada anggota lain dapat ditampilkan pada layar lebar
untuk dilihat seluruh anggota kelompok. Materi lain yang penting untuk diskusi ini juga dapat
ditampilkan dari media seperti gambar PowerPoint, videotape, slide berwarna, dan
transparansi.

Dua buah fitur GDSS yang unik adalah komunikasi paralel dan anonimitas. Komunikasi
paralel (parallel communication) terjadi ketika semua peserta memasukkan komentar pada
saat yang bersamaan, dan anonimitas (anonimity) adalah ketika tidak ada yang dapat
mengetahui siapa yang memberikan komentar tertentu. Anonimitas memungkinkan para
peserta untuk mengatakan apa yang mereka pikirkan tanpa takut diejek oleh anggota
kelompok yang lain. Selain itu, fitur ini memungkinkan masing-masing ide untuk dievaluasi
berdasarkan kelebihannya dan bukan berdasarkan siapa yang memberikannya.

b. Jaringan keputusan wilayah lokal


Jika tidak memungkinkan untuk sekelompok kecil orang untuk bertemu langsung, maka para
anggota dapat berinteraksi melalui LAN. Seorang anggota dapat memasukkan komentar ke
dalam komputer dan melihat komentar yang diberikan anggota lain di layar.

c. Sesi legislatif
Jika kelompok yang ada terlalu besar untuk suatu ruang keputusan, maka akan dibutuhkan
sesi legislatif. Ukuran yang besar akan membatasi komunikasi. Kesempatan partisipasi secara
rata oleh semua anggota kelompok menjadi berkurang atau waktu yang tersedia akan
berkurang. Salah satu solusi untuk masalah ini adalah fasilitator memutuskan materi mana
yang harus ditampilkan di layar untuk dilihat seluruh kelompok.

d. Konferensi dengan media komputer


Beberapa aplikasi virtual memungkinkan komunikasi antara kelompok-kelompok besar yang
memiliki anggota yang tersebar di berbagai wilayah geografis. Aplikasi ini secara kolektif
dikenal sebagai aplikasi konferensi jarak jauh, yang mencakup konferensi komputer,
konferensi audio, dan konferensi video.

BAB III
3.1 Kasus
Perusahaan PT. Mahera dalam pengelolaan ikan dengan meninggalkan limbah ke sungai atau
ke laut di daerah desa Kradenan
3.2 Pembahasan
Dalam pembuangan limbah untuk menyelesaikannya membutuhkan waktu yang lama jika itu
limbah plastik atau anorganik pasalnya limbah tersebut kurang bisa diuraikan dalam tanah
solusinya dengan mendaur ulang atau mengubah menjadi barang bermanfaat jika itu limbah
organik masih bisa diuraikan dengan tanah atau bisa menjadi barang yang bermanfaat
3.3 Kesimpulan
Dalam pengambilan keputusan menyesuaikan kondisi dalam suatu perusahaan dalam
penyidikan untuk lebih baik

DAFTAR PUSTAKA
Mcleod, Raymond. (2004). Sistem Informasi Manajemen, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
McLeod, R., & Schell, G. P. (2007). Management Information Systems. USA:
Pearson/Prentice Hall.
Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2016). Management Information System. Pearson Education
India.
Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2018). Management Information Systems: Managing The
Digital Firm. Pearson.
O'Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2006). Management Information Systems (Vol. 6).
McGraw-Hill Irwin.

Anda mungkin juga menyukai