Anda di halaman 1dari 7

Bab Pendahuluan

Sistem dapat diartikan sebagai suatu prosedur, suatu proses atau pengendalian suatu jaringan, suatu
metode, suatu paket pemrosesan data berbasis komputer dan lain lain.

System thinking

Dalam pengertian sederhana, system thinking merupakan suatu cara panang dan pembicaraan
tentang realitas. System thinking ini memberikan suatu cara pandang tentang bekerjanya dunia
secara nyata. Bertolak belakang dengan pemahaman yang bersifat tradisional reduksionis , analistik
yang memandang segala sesuatu meruakan penjumlahan dari bagian bagiannya, system thinking ini
memamndang secara keseluruhan dari bagian bagian pada hubungan antar bagian, serta
memperlajari keseluruhan dalam rangka memahami bagian bagian (O’cornor, 1977). Hal ini yang
memungkinkan bagi seseorang memahami penyebab dan akibat ermasalahan serta bagaimana
berbagai aspek yang berbeda dalam masyarakat dan lingkungan alam saling berkaitan melalui apa
yang biasanya disebut umpan balik (feedback).
mengapa cara sistem thinking inidiperlukan, terdapat 6 alasan mengapa metode system thinking ini
dibutuhkan menurut Mooni (2000):

 Meningkatnya kompleksitas dan perubahan dalam kehidupan, pendekatan system thinking


ini memusatkan perhatian pada bagaimana sesuatu yang dipelajari berinteraksi dengan
bagian bagian lainnya dalam suatu sistem (bagian kecil ke bagian yang lebih kecil lagi).
System thinking bekerja dengan mengembangkan cara pandang untuk menjelaskan
sejumlah interaksi yang lebih besar dari suatu isu/permasalahan yang sedang dipelajari.
Bertambahnya kompleksitas dan dinamika perubahan telah menyebabkan kita semua
membutuhkan cara berpikir lain yang lebih sistemik untuk menyelesaikannya. Oleh karena
itu, system thinking mampu memberikan gambaran menyeluruh walaupun dengan semakin
bertambahnya kompleksitas dan dinamika perubahan dunia yang kita hadapi.
 Tumbuh dan Meningkatnya Kesalingbergantungan dari dunia ini, dunia saat ini semaking
saling berkaitan datu sama lain. Suatu kejadian yang muncul dan berada jauh dari tempat
kita, secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaryhi dan menganggu stabilitas
kehidupan kita. Seperti contoh; timbulnya banjir di kota jakarta, yang ternyata ada kaitannya
dengan gundulnya pepohonan yang ada di hutan dan di gunung daerah bogor dan
skeitarnya, banyaknya sungai yang mengalir ke kota jakarta, kondisi geografis yang hampir
sebagian kota jakarta dibawah permukaan laut serta tidak disiplinnua masyarakat jakarta
dalam membuang sampah. Untuk dapat memahami peristiwa ini kita memerlukan cara
berpikir baru yang lebih sistemik.
 Adanya revolusi pemikiran dalam manajemen teori dan praktek, dimana teori yang
dikemukakan oleh tokoh abad 17 sudah tidak relevan jika di praktekkan dalam kehidupan
saat ini. Seperti contoh pemikiran Taylor tentang stryuktur pembagian tugas, tanggung
jawab dan wewenang. konsep yang dikembangkan oleh Taylor yang pada dasarnya banyak
yang serupa dengan model organisais birokrasi yang dikembangkan oleh max weber.
Kesamaannya terletak pada anggapan yang digunakan bahwa mansia merupakan makjluk
rasionak, tertuang dalam berbagau aturan maupun prosedur rasonal dalam cara
pengorganiasian . cara pandang seperti ini sudah tidak dapat dipertahankan, sebagai akibat
adanya berbagai isu terutama menyangkit aspek hubngan antar manusia dalam organisasi
pada era antara tahun 1940 hingga 1970an. Kemudian muncul beberapa pemikiran
pemikiran baru yang berkembang pada periode tersebut dalam bidang manajamen antara
lain model dua faktor teori X, Teori Y, Teori Z dsb. Kemudan pada 1980 an munul paradigma
manajemen baru dikenal dengan Total Quality Management (TMQ) yg menekankan pada
orientasi terhadap pelanggan, perbaikan terus menerus dan partisipasi semua pihakk dalam
organisasi. Kemudian muncul pemikiran manajemen ari Business Procesess Reengineering
(BPR) atau rekayasa Ulang Bisnis. Selanjutnya pada tahun 1990 an muncul pemikiran baru
yang dipelopori oleh Peter Senge dan teman temannya yaitu System Thinking. Gagasannya
tsb dituangkan dalam buku The Fifth Dicipline : The Art and Practice of the Learning
Organization. Ini juga dianggap manajemen kunci abad 21.
 Terus meningkatnya kesadaran Global meskipun pengambilan masih bersifat lokal.
Semakin bertambahnya kesadaran masyarakaat dunia untuk menghadapi bahaya hancurnya
kehidupan di muka bumi ini akibat pemanasan global yang terus mengalami peningkatan
pada saat ini. Fenomena ini memberikan gambaran akan adanya kesadaran global.
 Meningkatnya penghargaan terhadap pembelajaran sebagai suatu kunci kemampuan
organisasi. Ketika dunia menjdi saling bergantung dan bisnis semakin kompleks dan dinamis
maka pekerjaan menjadi lebih dapat “dipelajari”. Tidak cukup hanyabelajar organisasi,
tidakmungkin juga ganya memperoleh pemahaman dari pemimpin puncak dan membuat
orang lain mengikuti perintaah atas “strategi besar”. Organisasi yang akan memperoleh
keunggulan di masa depan akan menjadi organisasi yang dapat menemukan bagaimana
meminta komitmen orang dan kapasitas belajar pada semua tingkat organisasi.
 Permasalahan yang muncul tak dapat diselesaikan dengan cara berpikir yangmenciptakan
masalah tersebut. Perubahan yang kompleks ini mengakibatkan adanya suatu tindakan yang
memiliki konsekuensi setempat yang sama sekali berbeda dengan konsekuensi di bagian lain
dalam suatu sistem yang sama. Dengan demikian perubahan muncul pada saat ini dan
dimasa mendatang bila tidak dapat kita pahami dan antisipasi dengan baik dapat
berimplikasi serius. Dengan kata lain bahwa sesungguhnya perubahan tersebut tidaklah
berbahaya jk dapat disikapi dengan baik (Sudarsono, 2003).

Apa Manfaat yang di dapat dari System Thinking

O’Comor (1997)

 Mendapat pengaruh atas hidup dengan melihat pola yang menggerakkan peristiwa peristiwa
yang terjadi
 Mempunyai cara yang lebih efektif dalam menghadapi permasalahan permasalahan yang
dihadapi
 Mengurangi penyelesaian masalah secara coba coba, dan menemukan engesel pintu yang
tepat sasaran dalam menyelesaikan masalah
 System thingking menjadi dasar untuk berpikir dan berkomunikasi dengan jelas, serta suatu
cara untuk melihat lebih jauh kedepan
 Membantu kita untuk melangkah lebih jauh dibandingkan dengan sekedar menyalahkan
orang lain dan diri sendiri
 Sebagai perangkat penting dalam mengelola diri kita dan orang lain menjadi lebih efektif.
BAB 3 SYSTEM THINKING

1. Sejarah Ringkas Systems Thinking

Pada awalnya sistem ini muncul sebagai suatu reaksi terhadap kesulitan kesulitan sains
untuk menghadapi berbagai permasalahan dalam sistem kompleks. Sejarah system thinking
dapat ditemukan dalam Checkland (1981) dan Richordson (1991). Menurut Chapra (1994),
penggagas awal system thinking muncul dari para ahli biologi, yang memandang bahwa
organisme hidup merupakan suatu keseluruhan dan sifat sifatnya tidak dapat dipisahkan atau
direduksi menjadi bagian bagian yang lebih kecil, dan ebagai pionirnya adalah ludwig von
bertalanaffy dengan General System Theorynya. Setelah itu diperkaya oleh ahli psikologi yang
memandang bahwa organisasi hidup tidak dapat dipersepsi sebagai elemen yang terisolasi, akan
tetap harus dipersepsi dalam konteks pola pola persepsi yang terintograsi. Kontributor
selanjutnya adalah ahli ekologi yang memusatkan perhatian pada studi komunitas hidup
(ekosistem), yang menolak melakukan reduksi suatu keseluruhan. Terakhir system thinking
muncul dari para ahli fisika kuantum, salah satunya adalah Werner Heisenberg yang
mempertanyakan kebenaran teori mekanik newton dengan memformulasikan
“prinsipketidakadilan” pada tahun 1923 (Maani, 2000).

Sejalan dengan perkembangannya Norbert Weiner dan John Von Neumann


mengemangkan kibernatika, sains yang menjelaskan hubungan antara manusia mesin. Mereka
mengembangkan konsep tentang umpan balik dan pengaturan diri (self-regulation) dalam
bidang rekayasa dan memperluas konsep studi pada pola pola yang secara cepat mendorong
pada perkemangan teori pengorganisasian )self organization). Kemudian mendemostrasikan
penerapan teori pengendalian umpan balik (feedback control theory) dalam bentuk simulasi
model organisasi. Forrester selanjutnya mengembangkan suatu bidang yang dikenal dengan
system dynamics, yang merupakan aplikasi teori teori sistem pada bidang ekonomi dan
organisasi. Yang kemudian diperluas dan dikembangkan konsep sistem dinamik ini kedalam 5
disiplin untuk pembelajaran organisasi. Senge menerapkan system thinking sebagai disiplin
terkhir (kelima) dalam organisasi pembelajaran serta menerapkan penggunaan pola pola dasar
system untuk membantu memecahkan persoalan persoalan yang umum ditemukan dalam
bidang bisnis dan manajemen.

Suatu pendekatan lain yang berbeda dengan system thinking dikembangkan dan
dikenalkan di Inggris pada awal Tahun 1980 an oleh Peter Checkland, dikenal dengan Soft
Systems Methodology (SSM). SSM didasarkan pada pendapat bahwa faktor faktor manusia dan
organisasi tidak dapat dipisahkan dari pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dengan
demikian SSM menggunakan pendekatan sistem dalam memandang Organisasi.

2. Bagaimana kita mengartikan dunia ini


Jika kita mulai melihat dunia sebagai pola perilaku terhadap waktu, maka dapat
mengantisipasi permasalahan permasalahan tersebut dan mengakomondasinya.
Pengelolaan pada tingkatan ini mebolehkan kita untuk melakukan antisipasi terhadap
kecenderungan yang terjadi (trend) dan mengakomondasinya. Pada tingkatan ini kita masih
melakukan respon terhadap peristiwa yang terjadi dalam bentuk lebih proaktif.
Jika masuk dalam tingkatan struktural sistemik, ini membolehkan kita untuk mengubah
sumber suatu permasalahan daripada berhadapan dengan gejalanya saja. Kekuatan system
thinking lebih memusatkan perhatian pada tingkatan struktur sistemik, dimana ia
merupakan letak pengungkit terbesar untuk menyelesaikan berbagai permasalahan
kompleks. Pendekatan sistem ini dapat membantu kita menggambarkan kembali
permasalahan tersebut dari suatu perspektif yang berbeda secara fundamental.
3. Definisi system thinking
Menurut McNamara (2003), secara mendasar system thinking merupakan suatu cara
membantu orang untuk memandang dunia, termasuk organisasinya dari perspektif yang
luas melibatkan struktur, pola pola dan peristiwa daripada hanya melihat peristiwanya saja
Senge (1990) mendefinisikan system thinking sebagai suatu disiplin untuk melihat
keseluruhan ,mengenali pola pla dan saling keterkaitan dan pembelajaran bagaimana untuk
menstrukturkan kesalingterkaitan ini dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Beberapa
point penting yang dapat dirangkum dari system thinking antara lain:
 System thinking merupakan suatu cara pandang baru yang digunakan untuk membantu
orang dalam memandang dan memahami kompleksitas realitas pada saat ini
 System thinking merupakan suatu disiplin untuk melihat keseluruhan dari keterkaitan
keterkaitan
 System thinking meruakan suatu kerangka kerja untuk melihat hubungan saling keterkaitan
dan pola pola daripdada potret sesaat
 System thinking berisi sekumpulan prinsip, perangkat dan teknik yang memungkinkan kita
dapat memahami permasalahan permasalahan sistem dengan lebih baik
4. Apa esensi berpikir sistem
Esensi disiplin system thinking terletak pada pergeseran cara berpikir, ada 6 yang berkaitan
dengan pergeseran cara berpikir ini (Senge, 1990, Capra 1994)
 Pergeseran cara berpikir dari hubungan sebab akibat searah ke hubungan saling keterkaitan
 Pergeseran cara berpikir dari melihat potret sesaat ke adanya proses perubahan
 Pergeseran cara berpikir dari melihat bagian bagian ke keseluruhan
 Pergeseran cara berpikir dari analisis ke konteks
 Pergeseran cara berpikir dari melihat objek ke hubungann
 Pergeseran cara berpikir dari hirarki ke jejaring
 Pergeseran cara berpikir dari struktur ke proses
5. Dimensi system thinking
System thinking dibagi dalam 3 dimensi antara lain
 System thinking Sebagai suatu paradigma, system thinking merupakan suatu cara berpikir
dan cara menjelaskan hubungan dinamik yang mempengaruhi perilaku sistem. Terdapat 7
keahlian cara berpikir untuk dapat memahaminya sebagai suatu paradigma yaitu
o Berpikir dinamik, fenomena harus dilihat dan dipikirkan sebagai ssesuatu yang
dimunculkan oleh proses yang melingkar (kausalitas) yang terus berlanjut seiring
dengan berjalannya waktu dan tidak dipikirkan hanya sebagai suatu yang
dimunculkan oleh sejumlah faktor
o Berpikir simpel dan tertutup, melihat suatu kumpulan proses yang saling bergantung
dan terus berlanjut dengan terus berjalannya waktu, dan tidak dilihat sebagai
hubungan satu arah dari sekumpulan faktor
o Berpikir generik, bagaimana melihaat perilaku perilaku fenomena yang mirip secara
kualitatif walaupun berasal dari sistem sistem yang berbeda
o Berpikir strukural, kemampuan untuk memikirkan suatu besaran (variabel) dalam
konteks unit pengukuran dan dimensi dimensi
o Berpikir operasional, berpikir dalam konteks bagaimana segala sesuatu benar benar
bekerja
o Berpikir kontinum, melihat fenomena fenomena sosio-tekno-ekonomi-lingkungan
berubah secara kontinyu dan tidak secara diskrit
o Berpikir ilmiah, melihat suatu besaran tidak hanya menyangkut masalah masalag
pengukuran numerik absolutenya saja, akan tetapi menyangkut masalah
kuantifikasinya
 System thinking Sebagai Suatu bahasa
Dianggap sebagai sebuah bahasa karena digunakan utnuk mengkomunikasikan kompleksitas
dan kesaling bergantungan atau menyediakan suatu perangkat untuk memahami
kompleksitas dan dinamika dalam pembuatan keputusan. Berpikir sistem sebagai suatu
bahasan :
o Fokus pada kesalingbergantungan tertutup
o Menawarkan suatu “bahasa visual”
o Menambah akurasi
o Memaksa pengungkapan modelmodel mental
o Membolehkan melakukan pemeriksaan dan penyelidikan
 System thinking Sebagai suatu metodologi
Berisi sekumpulan perangkat dan teknologi permodelan dan pembelajaran. Perangkat
permodelan ini yang digunakan untuk memahami struktur suatu sistem, keterkaitan antar
komponennya dan bagaimana perubahan perubahan dalam suatu area akan mempengaruhi
keseluruhan sistem dan bagian bagiannya selama berjalannya waktu.
Perangkat system thinking dibagi menjadi 2 kelompok besar, perangkat permodelan
kualitatif, perangkat yang digunakan untuk melakukan strukturisasi dan mempelajari suatu
sistem termasuk di dalamnya diagram simpalkausal, perangkat Soft System Methodology
dan magnetic Hexagon, perangkat permodelan Kuantitatif, perangkat yang umumnya
digunakan untuk mendapatkan permohonan yang lebih mendalam tentang perilaku sistem
dan biasanya dibanti dengan simulasi komputer, salah satunya sistem dinamik.

6. Prinsip prinsip system thinking


 Prinsip melihat gambar besar, melihat hutan dan pohon. Dimana apapun situasi dan kondiri
diri kita atau permasalahan yang diharapi dikaitan dengan sistem yang lebih luas
 Solusi jangka pendek dan jangka panjang. Selagi kebiasaan “penyelesaian” jangka pendek
dapat mengurangi outcomes jangka panjang, seseorang tidak dapat mengabaikan
pengukuran jangka pendek
 Indikator indikator yang soft. Ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak dapat dilihat dari
suatu permasalahan
 Sisem sebagai sebab/alasan. Kita berkontribusi terhadap permasalahan tidak hanya karena
adanya konsekuensi yang tidak diharapkan dari keputusan dan tindakan yang diambil, tetapi
juga karena model mental (asumsi,kepercayaan, nilai dsb).
 Ruang dan waktu. Sebab akibat seringkali jarak dan waktunya tidak berdekatan dan bahwa
penundaan waktu dan pengaruh tindakan seringkali menutup keterkaitan antara sebab dan
akibat.
 Sistem lawan gejala. Suatu permasalahan tidak dapat diselesaikan tanpa memahami sistem
yang membangkitkan permasalahan tersebut. Prinsip ini menganggap bahwa akar penyebab
masalah harus diidentifikasikan (menggunakan diagram sebab akibat, diagram tulang ikan)
sebelum solusi akhir dapat ditemukan
 Dan lawan atau. Terdapat beberapa penyebab dari suatu permasalahan atau situasi. Yang
bertentangan dengan “penyebab tunggal” atau “salah satu dari atau” yang lazim terjadi
dalam masyarakat secara umum dan khususnya dalam praktek manajemen.

7. Memahami system thinking,ada2 cara untuk memahami system thinking,


 System thinking sebagai Disiplin Belajar
Dengan mencoba memahami konsep pembelajaran dan organisasi pembelajaran. Terdapat 3
proses pembelajaran (Raka 2000, Sudarsono, 2003)
o Proses untuk selalu mempelajari, memaham,menghayati dan melaksanakan
paradigma baru (Learning how to learn)
o Proses untuk selalu mengevaluasi, mengedepankan dan meninggalkan paradigma
yang ternyata sudah tidak sesuai dengan tantangan terkini (learning how to unlearn)
o Proses untuk selalu menggali, menemukan dan mendayagunakan kearifan lama yang
ternyata memberikan kontribusi untuk pemecahan problem saat ini (learning how to
relearn)

Ketiga proses ini tidak hanya digunakan oleh perseorangan namun juga digunakan
pada tingkat kelompok, tingkat organisasi bahkan tingkat bangsa (negara). Untuk itu
bagi setiap individu, kelompok, organisasi maupun bangsa yang melaksanakan
proses pembelajaran seharusnya ditandai dengan pemahaman dan penerapan (ini
yang disebut dengan disiplin belajar).
 Membangun organisasi pembelajaran,
Suatu organisasi yang melaksanakan proses pembelajaran secara berkelanjutan sehingga
dapat bertahan dan bersaing disebut organisasi pembelajaran. Organisasi pembelajaran
memiliki budaya organisasi yang terbuka terhadap pengalaman, anjuran atau dorongan
untuk mencoba hal hal baru atau mengambil resiko yang diperhitungkan dan juga siap
menerima kegagalan dan belajar daripadanya. Organisasi pembelajaran memberikan
penghargaan pada anggotanya yang punya semangat, kapasitas dan kemampuan belajar
yang tinggi. organisasi pembelajaran ditandai oleh kemampuan anggotannya yang sangat
tinggi untuk bekerja dalam tim. Organisasi bersifat lentur dan cepat tanggap terhadap
perubahan. Organisasi pembelajaran juga tidak segan segan belajar dari organisasi lain.
Disamping itu pemimpin pemimpin pada organisasi pembelajaran adalah pembelajar yang
sangat baik, mereka menjadi contoh bagi anggota organisasi.
 Hambatan Belajar
Senge (1990), mengidentifikasikan tujuh ketidakmampuan belajar yang berkaitan dengan
kesalahan untuk berpikir secara sistematik, yaitu:
o Saya dalam posisi saya, sikap arogan merasa yang terbaik dan tidak perlu belajar dari
orang lain
o Musuh ada di luar sana, kebiasaan mencari kambing hitam, kebiasaan ini sering
berkembang pada organisasi yang sangat mudah menghukum kalau terjadi
kesalahan, bukan belajar dari keselahan
o Perumpamaan “Kodok Rebus”. Ketidak mampuan organisasi untuk mengamati dan
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
o Bayangan pengalaman belajar. Organisasi yang terbuai oleh keberhasilan masa lalu
o Ilusi mengambil tanggung jawab. Kurangnya kemampuan membedakan hal yang
penting dari hal yang mendesak.
o Fiksiasi / pendapat mendalam atas peristiwa. Organisasi yang terpaku pada masalah
masalah jangka pendek dan kurang perhatian pada program jangka panjang

 System thinking sebagai Konsepsi, sosok pengetahuan dan alat berpikir


Diawali dengan melakukan pergeseran cara berpikir atau perubahan pola pikir dengan cara
belajar (belajar hubungan sebab akibat, hubungan saling keterkaitan, melihat potret potret
sesaat ke adanya proses perubahan dsb), kemudian memahami fenomena hubungan kausal
yang menggambarkan interaksi dinamis antar variabel yang diamati, konsep diagram simpal
kausal yang digunakan sebagai perangkat yang membantu melakukan strukturisasi dan
konseptualisasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih mendalam tentang perilaku sistem, pemodelan yang dibantu dengan simulasi
komputer dalah satunya dengan sistem dinamik, yang dapat digunakan.

Anda mungkin juga menyukai