Sistem dapat diartikan sebagai suatu prosedur, suatu proses atau pengendalian suatu jaringan, suatu
metode, suatu paket pemrosesan data berbasis komputer dan lain lain.
System thinking
Dalam pengertian sederhana, system thinking merupakan suatu cara panang dan pembicaraan
tentang realitas. System thinking ini memberikan suatu cara pandang tentang bekerjanya dunia
secara nyata. Bertolak belakang dengan pemahaman yang bersifat tradisional reduksionis , analistik
yang memandang segala sesuatu meruakan penjumlahan dari bagian bagiannya, system thinking ini
memamndang secara keseluruhan dari bagian bagian pada hubungan antar bagian, serta
memperlajari keseluruhan dalam rangka memahami bagian bagian (O’cornor, 1977). Hal ini yang
memungkinkan bagi seseorang memahami penyebab dan akibat ermasalahan serta bagaimana
berbagai aspek yang berbeda dalam masyarakat dan lingkungan alam saling berkaitan melalui apa
yang biasanya disebut umpan balik (feedback).
mengapa cara sistem thinking inidiperlukan, terdapat 6 alasan mengapa metode system thinking ini
dibutuhkan menurut Mooni (2000):
O’Comor (1997)
Mendapat pengaruh atas hidup dengan melihat pola yang menggerakkan peristiwa peristiwa
yang terjadi
Mempunyai cara yang lebih efektif dalam menghadapi permasalahan permasalahan yang
dihadapi
Mengurangi penyelesaian masalah secara coba coba, dan menemukan engesel pintu yang
tepat sasaran dalam menyelesaikan masalah
System thingking menjadi dasar untuk berpikir dan berkomunikasi dengan jelas, serta suatu
cara untuk melihat lebih jauh kedepan
Membantu kita untuk melangkah lebih jauh dibandingkan dengan sekedar menyalahkan
orang lain dan diri sendiri
Sebagai perangkat penting dalam mengelola diri kita dan orang lain menjadi lebih efektif.
BAB 3 SYSTEM THINKING
Pada awalnya sistem ini muncul sebagai suatu reaksi terhadap kesulitan kesulitan sains
untuk menghadapi berbagai permasalahan dalam sistem kompleks. Sejarah system thinking
dapat ditemukan dalam Checkland (1981) dan Richordson (1991). Menurut Chapra (1994),
penggagas awal system thinking muncul dari para ahli biologi, yang memandang bahwa
organisme hidup merupakan suatu keseluruhan dan sifat sifatnya tidak dapat dipisahkan atau
direduksi menjadi bagian bagian yang lebih kecil, dan ebagai pionirnya adalah ludwig von
bertalanaffy dengan General System Theorynya. Setelah itu diperkaya oleh ahli psikologi yang
memandang bahwa organisasi hidup tidak dapat dipersepsi sebagai elemen yang terisolasi, akan
tetap harus dipersepsi dalam konteks pola pola persepsi yang terintograsi. Kontributor
selanjutnya adalah ahli ekologi yang memusatkan perhatian pada studi komunitas hidup
(ekosistem), yang menolak melakukan reduksi suatu keseluruhan. Terakhir system thinking
muncul dari para ahli fisika kuantum, salah satunya adalah Werner Heisenberg yang
mempertanyakan kebenaran teori mekanik newton dengan memformulasikan
“prinsipketidakadilan” pada tahun 1923 (Maani, 2000).
Suatu pendekatan lain yang berbeda dengan system thinking dikembangkan dan
dikenalkan di Inggris pada awal Tahun 1980 an oleh Peter Checkland, dikenal dengan Soft
Systems Methodology (SSM). SSM didasarkan pada pendapat bahwa faktor faktor manusia dan
organisasi tidak dapat dipisahkan dari pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dengan
demikian SSM menggunakan pendekatan sistem dalam memandang Organisasi.
Ketiga proses ini tidak hanya digunakan oleh perseorangan namun juga digunakan
pada tingkat kelompok, tingkat organisasi bahkan tingkat bangsa (negara). Untuk itu
bagi setiap individu, kelompok, organisasi maupun bangsa yang melaksanakan
proses pembelajaran seharusnya ditandai dengan pemahaman dan penerapan (ini
yang disebut dengan disiplin belajar).
Membangun organisasi pembelajaran,
Suatu organisasi yang melaksanakan proses pembelajaran secara berkelanjutan sehingga
dapat bertahan dan bersaing disebut organisasi pembelajaran. Organisasi pembelajaran
memiliki budaya organisasi yang terbuka terhadap pengalaman, anjuran atau dorongan
untuk mencoba hal hal baru atau mengambil resiko yang diperhitungkan dan juga siap
menerima kegagalan dan belajar daripadanya. Organisasi pembelajaran memberikan
penghargaan pada anggotanya yang punya semangat, kapasitas dan kemampuan belajar
yang tinggi. organisasi pembelajaran ditandai oleh kemampuan anggotannya yang sangat
tinggi untuk bekerja dalam tim. Organisasi bersifat lentur dan cepat tanggap terhadap
perubahan. Organisasi pembelajaran juga tidak segan segan belajar dari organisasi lain.
Disamping itu pemimpin pemimpin pada organisasi pembelajaran adalah pembelajar yang
sangat baik, mereka menjadi contoh bagi anggota organisasi.
Hambatan Belajar
Senge (1990), mengidentifikasikan tujuh ketidakmampuan belajar yang berkaitan dengan
kesalahan untuk berpikir secara sistematik, yaitu:
o Saya dalam posisi saya, sikap arogan merasa yang terbaik dan tidak perlu belajar dari
orang lain
o Musuh ada di luar sana, kebiasaan mencari kambing hitam, kebiasaan ini sering
berkembang pada organisasi yang sangat mudah menghukum kalau terjadi
kesalahan, bukan belajar dari keselahan
o Perumpamaan “Kodok Rebus”. Ketidak mampuan organisasi untuk mengamati dan
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.
o Bayangan pengalaman belajar. Organisasi yang terbuai oleh keberhasilan masa lalu
o Ilusi mengambil tanggung jawab. Kurangnya kemampuan membedakan hal yang
penting dari hal yang mendesak.
o Fiksiasi / pendapat mendalam atas peristiwa. Organisasi yang terpaku pada masalah
masalah jangka pendek dan kurang perhatian pada program jangka panjang