Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengelolahan ialah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor sumber daya
yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk penyelesaian suatu tujuan kerja
tertentu. Pengelolaan adalah suatu pekerjaa pengelola (umumnya pemimpin) untuk
menggerakan dan mengarahkan sumber daya secara terpadu mencapai tujuan yang
diinginkan.
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok
sektor swasta, serta individu. . Kebijakan adalah suatu keputusan atau tindakan
pelaku (umumnya pemimpin) untuk mempengaruhi sistem mencapai tujuan yang
diinginkan.
Pengelolaan kebijakan adalah proses memandang dan menetapkan langkah-
langkah penempatan dan pembagian sumber daya yang menghasilkan suatu
keputusan atau tindakan yang peka untuk mempengaruhi kinerja sebuah sistem.
Ringkasnya pengelolaan kebijakan adalah kemampuan mengelola masalah menjadi
pemecahan.
Sistemik dalam KBBI berarti susunan atau aturan. Berpikir sistemik
membantu kita untuk melihat kesalingterkaitan di antara berbagai faktor, memeriksa
akar masalah dibalik gejala, dan menemukan jalur-jalur untuk mengambil tindakan
yang konstruktif. Analisis kebijakan pada dasarnya adalah tentang metodologi
sistem. Dengan demikian, penguasaan terhadap metodologi sistem tertentu
menunjukan suatu kemampuan analisi kebijakan dengan metode tertentu. Dalam
penerapannya, dewasa ini metodologi sistem di kelompokan kedalam dua corak,
yaitu metode sistem keras dan lunak. Istilah keras dan lunak ini dipakai oleh pakar
sistem untuk membedakan jalan yang di tempuh dalam berpikir sistemik.

1.2 Rumusan Masalah


1. apa itu pengelolaan kebijakan dengan dinamika sistem
2. Bagaimana pengembangan kebijakan dengan analisis kebijakan

1
3. Bagaimana pengelolaan kebijakan dengan dinamika sistem
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan apa itu pegelolaan kebijakan dengan dinamika sistem
2. Menjelaskan bagaimana pengembangan kebijakan dengan analisis kebijakan
3. Menjelaskan bagaimana pengelolaan kebijakan dengan dinamika sistem

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengelolaan Kebijakan Dengan Dinamika Sistem


Pengelolaan kebijakan mengandung dua kata, yaitu pengelolaan dan kebijakan.
Pengelolaan adalah suatu pekerjaa pengelola (umumnya pemimpin) untuk
menggerakan dan mengarahkan sumber daya secara terpadu mencapai tujuan yang
diinginkan. Kebijakan adalah suatu keputusan atau tindakan pelaku (umumnya
pemimpin) untuk mempengaruhi sistem mencapai tujuan yang diinginkan. Pada sisi
pengelolaan, pekerjaan pengelola tersebut adalah suatu proses memandang serta
menetapkan langkah-langkah penempatan dan pembagian sumber daya, yang dapat
di terima dan layak diterapkan. Karena sasarannya adalah penerimaan dan kelayakan,
maka langkah-langkah tersebut bersifat hemat, aman, dan manjur. Di lain pihak, pada
sisi kebijakan, keputusan atau tindakan pelaku tersebut bersifat peka untuk
mempengaruhi kinerja sebuah sistem. Karena sasarannya adalah mempengaruhi
sistem, maka keputusan atau tindakan tersebut bersifat strategis, yaitu bersifat jangka
panjang dan menyeluruh. Dengan demikian, pengelolaan kebijakan adalah proses
memandang dan menetapkan langkah-langkah penempatan dan pembagian sumber
daya yang menghasilkan suatu keputusan atau tindakan yang peka untuk
mempengaruhi kinerja sebuah sistem. Ringkasnya pengelolaan kebijakan adalah
kemampuan mengelola masalah menjadi pemecahan.
Kemampuan mengelola masalah kebijakan tersebut merujuk kepada cara
berpikir dalam memandang masalah kebijakan, yang diwujudkan dalam analisis
kebijakan. Disini analisis adalah suatu pekerjaan otak untuk memperoleh pengertian
dan pemahaman. Dalam analisis, pekerjaan otak tersebut adalah suatu proses
memilah dan mengelompokkan obyek kedalam bagian yang lebih rincih sehingga di
peroleh pengetahuan tentang ciri dan cara kerja dari obyek tersebut.
Analisis kebijakan, dengan demikian, adalah pekerjaan otak memilah obyek
kebijakan dan mengelompokkan bagian obyek kebijakan itu untuk memperoleh
pengetahuan tentang cara-cara yang strategis dalam mempengaruhi sistem mencapai
tujuan yang diinginkan. Ringkasnya analisis kebijakan adalah pengetahuan tentang
cara mempengaruhi sistem. Analisis kebijakan pada dasarnya adalah tentang
metodologi sistem. Dengan demikian, penguasaan terhadap metodologi sistem
tertentu menunjukan suatu kemampuan analisi kebijakan dengan metode tertentu.
Dalam penerapannya, dewasa ini metodologi sistem di kelompokan kedalam dua
corak, yaitu metode sistem keras dan lunak. Istilah keras dan lunak ini dipakai oleh
pakar sistem untuk membedakan jalan yang di tempuh dalam berpikir sistemik. Jalan
berpikir sistem keras adalah pemecahan masalah berdasarkan tujuan termasuk

3
menggunakan cetakan baku. Sebaliknya, jalan berpikir sistem lunak adala
pemecahan masalah berdasarkan proses. Utamanya yang melibatkan kegiatan
manusia.
Dalam berpikir sistem keras, masalah kebijakan di pikirkan sebagai sesuatu
yang tidak sesuai dengan cetakan pikiran yang baku. Disini penekannya adalah pada
analisis isi kebijakan. Dalam analisis isi kebijakan, cetakan pikiran yang baku
menjadi acuan. Masalah kebijakan adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan cetakan
pikiran itu kemudian dirumuskan pilihan saran kebijakan yang nalar untuk mencapai
keadaan yang sesuai dengan cetakan pikiran tersebut. Kelemahannya adalah masalah
dan pemecahan dibatasi sesuai cetakan pikiran. Pertanyaannya sejauh mana cetakan
pikiran itu mewakili kerumitan dunia nyata pada ruang, tempat dan waktu sekarang.
Mungkin saja cetakan itu cocok dalam keadaan tertentu, di daerah tertentu dan pada
waktu dulu. Contohnya, cetakan pikiran tentang pembangunan ekonomi nasional
berbasis modal fisik di rumuskan abad lalu, sejauh mana itu masih cocok dipakai
untuk menganalisis kerumitan masalah perekonomian lintas-nasional atau jejaring
sejagat berbasis modal ilmu pengetahuan dalam abad ke-21.
Selanjutnya, dalam berpikir sistem lunak, masalah kebijakan di pikirkan
sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan pikiran yang tidak berkembang. Disini
penekannya adalah analisis proses kebijakan. Dalam analisi proses kebijakan,
penyatupaduan pikiran yang berkembang menjadi acuan. Masalah kebijakan adalah
sesuatu yang tidak sesuai dengan kesatupaduan pikiran berkembang, kemudian
dirumuskan pilihan saran kebijakan yang diinginkan dan layak untuk mencapai
keadaan sesuai pikiran berkembang. Kelemahannya adalah masalah dan pemecahan
dapat meluas sesuai perkembangan pikiran. Pertanyaannya sejauh mana pikiran yang
berkembang itu dalam batas kerumitan yang masih dapat ditangani secara terpadu.
Mungkin saja pikiran yang berkembang itu melezat jauh menciptakan kerumitan dan
ketidak pastian. Contohnya, zaman informasi sekarang telah mengubah nilai,
wawasan, pendapat, kelakuan, sikap, tindakan dalam masyarakat, hal-hal yang dulu
diabaikan sekarang di butuhkan. Perkembangan pemikiran yang menonjol sekarang
adalah kebutuhan demokrasi dalam segala bidang kehidupan. Untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat tersebut, banyak hal yang telah diubah mulai dari undang-
undang dasar, administrasi pemerintahan, perencanaan dan kebijakan pembangunan
sesuai dengan semangat demokrasi, yang maknanya adalah kebebasan dengan
banyak kemungkinan kejadian rumit susul-menyusul untuk ditangani.
Pada umumnya, berpikir sistem keras cocok untuk analisis sistem yang nyata
dan mantap sebaliknya berpikir sistem lunak cocok untuk analisis sistem yang samar
dan bergerak. Sistem yang mantap umumnya terdapat dalam benda-benda fisik,
mekanik, dan perekayasaan. Sebaliknya, sistem yang bergerak umunya terdapay
dalam benda-benda hidup, sosial, dan kemanusiaan. Dalam kehidupan, benda nyata
dan samar itu adalah suatu kesatuan. Keadaan mantap tidak dapat dipisahkan dengan
proses bergerak, seperti halnya kita tidak dapat memisahkan keadaan dan proses

4
antara barang, produk/jasa, teknologi, ekonomi, politik, sosial dan budaya. Berpikir
sistemik yang baik adalah berpikir yang dapat menangani dua benda nyata dan samar
secara berimbang. Salah satu alat berpikir sistemik tersebut adalah dinamika sistem,
yang telah di uraikan dalam bab terdahulu. Dinamika sistem adalah alat yang baik
untuk menangani sistem yang rumit, rubah, dan bergelombang akibat percampuran
benda nyata dan samar. Dari sisi pengelolaan kebijakan,penerapan dinamika sistem
cocok untuk perencaan kebijakan jangka panjang yang memerlukan kelenturan
terhadap tanggapan tak terduga didalam sistem dan perubahan cepat lingkungan.
Proses analisis dinamika sistem dimulai dari kejadian, dan apabila kejadian
berulang menurut waktu akan membentuk pola, kemudian dibelakang pula itu
dipetakan rangkaian unsur yang membentuk pola kejadian. Rangkaian unsur tersebut
dalam dunia nyata sangat rumit dan penuh ketidak pastian karena berubah menurut
waktu. Untuk memperoleh dan pemahaman terhadap rangkaian unsur yang rumit dan
dinamis itu, diperlukan gambar tiruan sebagai penyederhanaan dari kerumitan.
Tiruan ini bisa berbentuk susunan kata, angka, sketsa, gambar, cetakan, dan benda
yang menirukan keadaan dan proses nyata. Langkah pertama analisis dinamika
sistem adalah membangun gambar tiruan. Berikut ini proses membangun gambar
tiruan.
i) Pengungkapan semua gejala yang berhubungan dengan kegiatan para pihak
terkait, menghasilkan rumusan berbagai gejala.
ii) Pembahasan saling-hubungan antara gejala-gejala, arakan perhatian
menghasilkan suatu rangka masalah yang dalam berbagai bidang, kelompok, dan
sifat.
iii) Pembahasan saling peranguh antara gejala, arakan perhatian untuk menghasilkan
berbagai kemungkinan hasil dan dampak yang tidak terduga dari para pihak
terkait.
iv) Pengembangan kemungkinan kejadian itu dalam ketidak pastian, dengan
memikirkan secara berdaya cipta tentang berbagai kemungkinan, terutama
kemungkinan kecil yang berdampak besar pada rencana semula. Hal ini penting
karena dalam ketidak pastian dapat muncul kejadian sepeleh yang dapat
memberantakan rencana besar.
Selanjutnya, proses analisis kebijakan dengan dinamika sistem dilakukan
dengan permainan tiruan. Mengapa analisis kebijakan dengan permainan tiruan?
Dengan membuat permainan tiruan itu proses akan lebih cepat, bersifat menyeluruh,
hamat, dan dapat di pertanggung jawabkan. Sebaliknya, analisis kebijakan dengan
pecobaan langsung terhadap sistem nyata akan lebih lama sifat terbatas, mahal dan
resikonya kurang diperhitubgkan. Contoh-contoh yang sederhana adalah:
i) Percobaan kebijakan penggunaan sabuk pengaman tidak dapat dijalankan,
akhirnya di tunda dan dikaji lagi atau perlu waktu lebih lama;

5
ii) Percobaan kebijakan menaikan BBM sesuai saran IMF menimbulkan gejolak
sosial, akhirnya dicabut kembali akibat percobaan di titik beratkan terbatas pada
aspek efisiensi ekonomi;
iii) Percobaan pembubaran bank sesuai saran IMF dalam waktu yang tidak tepat
menimbulkan kepanikan masyarakat, akhirnya biaya yang mahal (BLBI)
ditanggung pemerintah untuk menjamin dana masyarakat;
iv) Percobaan serangkaian kebijakan keuangan sesuai sasaran IMF diperbincangkan
gagal menyehatkan ekonomi yang sakit, akhirnya skala akibat buruk yang kuat
diperhitungkan IMF ditanggung masyarakat.
Hal itu terjadi akibat percobaan kebijakan dengan menggunakan masyarakat
sebagai obyek, atau seolah-olah dijadikan kelinci dalam percobaan. Sebaliknya,
dalam permainan tiruan, percobaan kebijakan menggunakan laboratorium sebagai
tempat percobaan, biasanya seperangkat program komputer atau permainan lainnya
sehingga dalam percobaan tersebut tidak ada unsur obyek yang dirugikan.

2.2 Pengembangan Kebijakan dan Analisis Kebijakan


Pengembangan kebijakan membuka sembarangan pilihan-pilihan kebijakan yang
mungkin dilakukan untuk membawa sistem menuju keadaan yang diinginkan.
Perubahan keadaan tersebut dapat sebagai pemecahan masalah atau menuju
perbaikan. Pilihan-pilihan kebijakan tersebut dalam dinamika sistem adalah titik-titik
campur tangan terhadap tiruan sistem. Titik-titik tersebut adalah tempat yang peka
mengerakkan perubahan memecahkan masalah atau memperbaiki keadaan.
Penggunaan dinamika sistem tidak hanya bermanfaat untuk memahami suatu sistem,
tetapi yang lebih penting dalam dinamika sistem, yang merupakan keunggulannya,
adalah bagaimana menciptakan dan membawa perubahan sistemik ke arah yang
diinginkan dengan memperhatikan sifat-sifat sistem untuk pengembangan dan
analisis kebijakan strategis.
i) Pengembangan Kebijakan
Pengembangan kebijakan adalah suatu proses berpikir menciptakan gagasan baru
tentang tindakan yang diperlukan dalam mempengaruhi sistem mencapai tujuan.
Mengapa gagasan baru? Karena mengikuti masalah sering merupakan akibat dari
gagasan lama, yang sudah tidak cocok lagi untuk menangani masalah sekarang.
Sekurangya, dalam pemgembangan kebijakan diperlukan pembaruan gagasan lama
yang lebih dari sekedar pengulangan gagasan lama. Ada tiga cara untuk
pengembangan gagasan kebijakan baru dengan permainan tiruan dari sistem nyata:
i) Rangka dasar dan unsur sistem dibiarkan tetap, tetapi ciri unsur sistem
diperbarui;
ii) Rangka dasar sistem dibiarkan tetap, tetapi unsur dan hubungan unsur sistem
diperbarui, dan;

6
iii) Pembaruan rangka dasar sistem menghasilkan suatu rangka baru yang
mengandung gagasan perubahan mendasar.

a. Pembaruan Ciri Unsur Sistem


Pembaruan ciri unsur adalah mengubah faktor-faktor yang mempengaruhi kerja dan
kinerja sistem. Campur tangan dengan menggunakkan faktor-faktor yang mengubah
kekuatan dan kecepatan fungsi unsur ini disebut pilihan kebijakan fungsional.
Beberapa contoh kebijakan adalah :
i) Kebijakan peningkatan kinerja sistem dengan meningkatkan nilai faktor yang
mempengaruhi kinerja sistem, misalnya peningkatan kinerja ekspor dengan alat
subsidi, pajak, dan pembakuan barang ekspor;
ii) Kebijakan pemantapan kinerja sistem dengan menjngkatkan kemampuan
persediaan penyangga, misalanya pemantapan harga sembako oleh Bulog
dengan alat persediaan penyangga;
iii) Kebijakan percepatan/penundaan pelaksaan unsur yang berkaitan dengan kerja
sistem, misalnya, penundaan untuk kesekian kalinya pembangunan kerja kereta
api bawah tanah di Jakarta. Kemampuan kereta api yang semula diperkirakan
memenuhi permintaan kemudian pada waktu dibangun menjadi kekurangan
kemampuan akibat penundaan;
iv) Kebijakan pengendalian untuk mencapai sasaran kinerja sistem, misalnya alat
pajak pencemaran terhadap industri yang mengeluarkan limbah, dan;
v) Kebijakan pemajuan untuk meningkatkan kinerja, misalnya bermacam alat
kemudahan penanaman modal.

b. Pembaruan Unsur dan Hubungan Unsur Sistem


Pembaruan unsur dan /atau hubungan unsur adalah menambah atau mengurangi
unsur dan hubungan unsur dalam/untuk membuat penyesuaian terhadap rangka
sistem. Campur tangan dengan menambah atau mengurangi unsur dengan hubungan
ini disebut pilihan kebijakan struktural. Berikut ini beberapa contoh kebijakan:
i) Memotong rantai lingkaran dinamika sistem dengan merubah ketentuan dan
acuan proses dalam sistem dalam menanggapi kebutuhan perubahan lingkungan,
misalnya kebijakan sistem rangsangan yang dikaitkan dengan proses penciptaan
dan pembaruan dalam industri;
ii) Memintas rantai dinamika sistem, dengan cara mengubah fungsi-fungsi tertentu
melalui kebijakan penegakkan ketentuan, acuan, dan baku proses dalam sistem,
misalnya kebijakan pembakuan pelayan publik, dan;

7
iii) Menambah unsur baru dengan rantai baru dengan lingkaran dinamika sistem,
yaitu menambah/menghilangkan faktor yang mempengaruhi unsur tertentu
dengan pengubahan rantai kinerja sistem, mjsalnya kebijakan pembangunan
sungai buatan untuk mengatasi banjir. Contoh lain adalah pelibatan masyarakat
dalam pengendalian terhadap dampak buruk program, mjsalnya kebijakan
membuka arus informasi, yaitu saluran penghubung cepat mengetahui hal yang
merugikan masyarakat untuk pemecahan masalah lebih awal.
c. Pembaruan Rangka Dasar Sistem
Pembaruan rangka dasar sistem sehingga menciptakan sistem yang bernilai lebih,
dengan cara perubahan tujuan dan perubahan nilai menjadi kekuatan atau kelemahan
sistem. Pembaruam rangka dasar dengan mempertanyakan sejauhmana kinerja sistem
yang berlaku masih cocok dengan lingkungan sistem.
Prosedurnya adalah sebagai berikut :
i) Ungkapkan pola lingkaran umpan balik yang menyusun sistem;
ii) Ungkapkan perubahan yang telah terjadi dalam lingkungan sistem, baik dimasa
lampau maupun prakiraan kedepan;
iii) Kembangkan pilihan rangka sebagai bangunan pikiran baru yang diinginkan dan
layak.
iv) Kemudian lakukan permainan terhadap bangunan pikiran itu untuk melihat
kecenderungan dan dampaknya. Proses inj disebut pengembangan pilihan
kebijakan mendasar. Contohnya adalah langkah kebijakan keuangan yang berani
oleh Perdana Menteri Mahathir Muhammad dengan penerapan ”nilai tukar tetap
terhadap mata uang Ringgit Malaysia” untuk meredam tekanan dari gejolak
keuangan sejagat terhadap perekonomian di Malaysia.

ii) Analisis Kebijakan

a. Kebijakan Fungsional dan Struktural


Seperti telah dijelaskan, analisis kebijakan pada dasarnya adalah menemukan
langkah strategis untuk mempengaruhi sistem. Dalam upaya mempengaruhi sistem
tersebut ada dua pilihan, yaitu sistemnya tetap atau berubah. Jika sistemnya tetap,
maka analisis terhadap langkah-langkah yang diambil menghasilkan pilihan langkah
yang mempengaruhi fungsi dari unsur sistem atau disebut sebagai kebijakan
fungsional. Sebaliknya, apabila sistemnya diubah, maka analisis terhadap langkah-
langkah yang diambil menghasilkan pilihan langkah yang menciptakan suatu rangka
sistem yang berbeda dengan sistem semula atau disebut juga kebijakan
penyesuaian/perubahan struktural. Pada umumnya, pemilihan langkah ini dikaitkan
dengan prakiraan kecenderungan lingkungan sistem ke depan.

8
Pengambilan langkah kebijakan fungsional dalam prakiraan lingkungan yang
tetap umumnya tindakan yang bersifat giat, misalnya suku bunga bank untuk
menekan inflasi dan menurunkan suku bunga bank untuk meningkatkan investasi.
Sebaliknya, pengambilan langkah kebijakan struktural dalam prakiraan lingkungan
yang mantap umumnya suatu tindakan yang bersifat berjaga-jaga, misalnya
penstruktural ulang perbankan dalam menghadapi kecenderungan keuangan sejagat.
Pengambilan langkah kebijakan fungsional dalam lingkungan sistem yang berubah
cepat umunya suatu tindakan bersifat menaham, misalnya campur tangan bank
sentral untuk memantapkan nilai tukar rupiah terhadap karena gejolak keuangan
kawasan Asia. Sebaliknya, pengambilan langkah kebijakan struktural dalam
lingkungan sistem yang berubah cepat umumnya suatu tindakan yang bersifat
penyesuaian, misalnya pelepasan pita batas nilai tukar rupiah terhadap dolar menurut
kemauan pasar dalam gejolak keuangan yang penuh ketidakpastian.
b. Pemilihan Kebijakan
Gagasan kebijakan baru, baik yang bersifat fungsional maupun struktural, sebagai
hasil proses berpikir untuk membawa perubahan mestinya bersifat nalar dan masuk
akal. Nalar artinya didukung oleh penalaran yang jelas. Masuk akal artinya didukung
oleh alat kebijakan yang dapat dilaksanakan artinya lam dunia nyata. Dalam
pemilihan kebijakan, faktor masuk akal penting sehingga suatu gagasan kebijakan
yang semula kurang nalar akan diterima sebagai nalar dengan dukungan alat yang
masuk akal. Contoh sederhana adalah, banyak kejahatan penodongan di lampu merah
yang luput dari pengawasan aparat sehingga penanganan oleh aparat selalu terlambat.
Gagasan kebijakan yang dikembangkan misalnya, dengan keterbatasan jumlah
aparat, mestinya mata aparat bukan dua, tetapi tiga, satu di belakang, ini gagasan
yang tidak nalar. Dalam permainan tiruan, penambahan satu mata aparat di belakang
ini, dapat diterjemahkan dengan alat
i) Pengalihan profesi pengamen jalanan sebagai satuan pengawas ketertiban umum
merupakan tambahan dari mata aparat, dan
ii) Pemasangan kamera video pada setiap lampu merah juga merupakan tambahan
mata aparat
Pemilihan terhadap kebijakan fungsional dalam suatu lingkungan yang
berubah cepat umumnya mempertimbangkan, sejauh mana berkelanjutan sistem yang
lama tetap bertahan dalam perubahan lingkungan sistem ke depan. Sebaliknya,
pemilihan kebijakan perubahan struktural dalam lingkungan yang tetap, umumnya
mempertimbangkan sejauh mana pergeseran dari sistem lama menjadi sistem baru
dapat bekerja dan cocok untuk menciptakan sebuah lingkungan sistem yang baru.
Inti dari pertimbangan tersebut adalah soal keinginan dan kelayakan terhadap suatu
kebijakan. Pengertian diinginkan adalah memperoleh dukungan dari semua pihak,
sedangkan pengertian layak adalah kebijakan itu dapat dilaksanakan dalam dunia
nyata.

9
Apabila suatu kebijakan diinginkan dan layak maka kebijakan tersebut
dapat :
i) Menghasilkan sesuatu, misalnya kebijakan subsidi pupuk untuk petani, dan
ii) memperbaiki sesuatu, misalnya kebijakan pemotongan mata rantai distribusi
sembako.

Selanjutnya, apabila suatu kebijakan diinginkan tetapi tidak layak maka


kebijakan tersebut dapat menurunkan hasil, misalnya kebijakan bantuan sembako
berkepanjangan menghasilkan sifat malas dan menurunkan hasil guna, serta
menghancurkan sesuatu, misalnya kebijakan reformasi total dalam waktu singkat.
Selanjutnya, apabila suatu kebijakan tidak diinginkan tetapi layak maka kebijakan
tersebut dapat menciptakan:

i) Penolakan unsur, misalnya penolakan unsur bisnis tertentu terhadap kebijakan


mobil nasional (karena Timor, mestinya BUMN) meskipun secara ekonomis
layak (kalau didukung) dan
ii) penolakan sistem, misalnya penolakan kelompok ekonomi terhadap gagasan
sistem ekonomi kerakyatan, meskipun layak untuk dikembangkan karena telah
terbukti mampu menyangga kehancuran dalam krisis ekonomi.
Dari pengelompokan di atas, tampak bahwa setiap pilihan langkah akan
menghadapi dua kemungkinan, yaitu berhasil atau gagal, yang bergantung pada
keadaan lingkungan sistem dan ciri yang melekat pada langkah kebijakan tersebut.
Dengan pertimbangan terhadap kemungkinan berhasil atau gagal tersebut, yang perlu
dianalisis adalah seberapa besar tingkat keberhasilan atau kegagalannya dalam
pelaksanaan. Analisis menyeluruh terhadap hasil dan dampak ke depan dari suatu
kebijakan tersebut dilakukan dengan permainan tiruan. Dengan pengertian dan
pemahaman terhadap segala kemungkinan baik dan buruk, maka akan dapat
dirumuskan alat yang diperlukan tersebut juga sebaiknya diterapkan setelah diuji
dengan permainan tiruan. Intinya, proses permainan dinamika kebijakan adalah salah
satu upaya menemukan pengungkit terbaik, yaitu aman dan manjur mendorong
perubahan secara sistemik ke arah yang diinginkan.

2.3 Pengelolaan Kebijakan Secara Sistemik


Pengelolaan kebijakan sebagai kemampuan mengelola masalah menjadi pemecahan.
Secara sistemik, pengelolaan tersebut merupakan langkah menyeluruh menghasilkan
keterpaduan pemecahan. Sebagaimana diketahui keterpaduan pemecahan tersebut
berawal dari pemahaman terhadap keseluruhan masalah dalam sistem. Keseluruhan
masalah tersebut dapat digambarkan dengan satu atau campuran pola lingkaran
umpan balik tertentu. Setiap pola lingkaran umpan balik memiliki titik peka tertentu,

10
yang penting untuk pengelolaan kebijakan. Dengan pengenalan titik peka tersebut
maka sistem dapat dikendalikan menuju arah yang diinginkan. Sesuai dengan
sembilan pola lingkaran umpan balik yang telah dijelaskan dalam bab terdahulu,
disini juga ada sembilan hal yang perlu dihindari dalam pengelolaan kebijakan secara
sistemik. Dalam penerapannya, sembilan hal tersebut dapat digunakan sebagai salah
satu acuan berpikir sistemik dalam pengelolaan kebijakan.

i) Menghindari Perbaikan Terlambat


Dalam pola tindakan perbaikan yang tidak langsung menghasilkan perbaikan,
masalah akan meningkat, yang mengakibat membutuhkan tindakan perbaikan yang
lebih besar. Efek tindakan perbaikan yang besar itu akan menurunkan masalah
berikutnya, yang berakibat tindakan perbaikan selanjutnya menurun. Demikian
seterusnya, sehingga kelakuan kejadian nyata akan turun naik bergelombang.
Contohnya adalah penanaman modal memerlukan waktu berefek pada pertumbuhan
sehingga membutuhkan penanaman modal lebih besar agar berefek pada
pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan meninggi, penanaman modal sudah melampaui
kebutuhan sehingga terjadilah penurunan penanaman modal. Pengelolaan kebijakan
dalam sistem bercirri tindakan perbaikan yang tertunda adalah merancang tindakan
perbaikan untuk perkiraan pemburukan masalah kedepan. Caranya adalah belajar
dari keadaan masa depan yang diperkirakan mengandung pemburukan masalah. Dan
menemukan pemecahan untuk masalah ke depan itu. Selanjutnya, melancarkan
kebijakan yang hasilnya diharapkan memecahkan pemburukan masalah yang telah
diperkirakan sebelumnya akan terjadi. Intinya adalah menghindari perbaikan
terlambat dengan kebijakan memintas sebelum pemburukan masalah terjadi.
Contohnya, penerapan azas kehati-hatian dalam perbankan, azas kelenturan produksi
menghadapi penurunan permintaan mendadak.

ii) Menghindari Pemerosotan Tujuan


Membuat penyesuaian tujuan karena godaa lingkungan kadang-kadang tidak dapat
dihindarkan untuk mempertahankan keberadaan didalam lingkungan. Namun
menikmati godaan lingkungan dapat mengaburkan tujuan dan menghancurkan
keberadaan. Misalnya, meningkatkan kesejahteraan petani dengan meningkatkan
daya guna pertanian. Pelaksanaannya dengan membuka pasar dalam negeri, yaitu
membebaskan barang impor pertanian seluas-luasnya untuk kenikmatan pengakuan
ikut perdagangan bebas sejagat. Ini dapat mengagalkan tujuan meningkatkan
kesejahteraan petani karena memiskinkan petani setempat yang kalah bersaing.
Penyesuaian tujuan menjelaskan kelakuan tentang menikmati keadaan pemburukan,
umumnya juga terjaadi dalam berbagai segi pengelolaan, misalnya pemerosotan
sasaran proyek pada berbagai pekerjaan pemerintah dan swasta karena tekanan
lingkungan Kolusi, Korupsi, Nepotism (KKN). Pengelolaan kebijakan dalam sistem
berciri penyesuaian tujuan tersebut adalah menghindari pemerosotan tujuan karena

11
tekanan lingkungan. Caranya adalah menahan pemerosotan tujuan dengan keteguhan
berpegang pada wawasan yang menjadi dasar dari tujuan. Dalam ekonomi wawasan
pembangunan yang memihak rakyat kecil, mestinya terungkap dalam pengelolaan
kebijakan ekonomi yang melindungi kepentingan rakyat kecil. Dalam pemerintahan
wawasan kelembagaan pemerintah yang terpercaya, mestinya mestinya itu tercermin
dalam pengelolaan kebijakan penggunaan anggaran pembangunan yang menjamin
kelurusan, keterbukaan, dan tanggung gugat.

iii) Menghindari Jebakan Pertumbuhan


Pertumbuhan itu baik dan perlu, tetapi secara alami pertumbuhan dibatasi oleh daya
dukung, misalnya pertumbuhan ekonomi dibatasi oleh daya serap pasar yang
mendukung. Harapan pertumbuhan itu sering menjadi jebakan, yaitu tumbuh
kebablasan keluar batas daya dukung menuju penghancuran, misalnya kelebihan
pengadaan ruang bisnis/perkantoran dalam pasar yang berujung pada runtuhnya
bisnis ini karena dililit utang dalam krisis tahun 1997. Pengelolaan kebijakan dalam
sistem berciri batas pertumbuhan adalah dengan menghindari jebakan pertumbuhan.
Caranya adalah:
i. Menciptakan pertumbuhan sesuai batas daya dukung dengan cara
memperhatikan faktor pembatas dan
ii. Mengembangkan dinamika faktor pembatas sehingga tetap memberikan
kelonggaran untuk pertumbuhan.
Penerapannya dalam ekonomi melalui pengelolaan kebijakan permintaan
yang cepat sasaran; dalam pengurasan sumber daya alam, melalui pengelolaan
kebijakan menjamin keseimbangan lingkungan hidup, dan; dalam bisnis barang dan
jasa, melalui pengelolaan kebijakan bisnis yang menjamin kesetiaan pelanggan.

iv) Menghindari Jebakan Pertumbuhan Semu


Penanaman modal itu penting dan perlu entuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Namun, hal yang tidak lazim juga dapat terjadi, yaitu tanpa penanaman modal yang
berarti pertumbuhan ekonomi juga dapat terjadi, seperti kejadian pemulihan
perekonomian Indonesia setelah krisis tahun 1997. Hal ini berkaitan dengan
penanaman modal yang membutuhkan waktu untuk berefek pada peningkatan
pertumbuhan. Sebaliknya, penurunan penanaman modal juga tidak langsung berefek
penurunan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan semu sekarang adalah dipacu oleh
konsumsi barang dari hasil penanaman modal masa lampau dan barang impor.
Pertumbhan kedepan dapat menurun dan diperlemah oleh penurunan produksi dari
kekurangan penanaman modal sekarang.
Pengelolaan kebijkan dalam sistem berciri atas pertumbuhan semu dan kekurangan
penanaman modal ini adalah menghindari jebakan pertumbuhan semu yang tidak
didukung penanaman modal. Caranya, mengelola kebijakan penanaman modal yang
dapat menjaga keseimbangan antara penanaman modal dengan prakiraan permintaan

12
atau konsumsi. Kelebihan penanaman modal dan kelebihan produksi tidak
dikonsumsi mengakibatka krisis permintaan seperti kejadian sebelum krisis ekonomi.
Sebaliknya, kekurangan penanaman modal dan konsumsi yang tinggi mengakibatkan
krisis penyediaan (seperti kejadian dalam pemulihan ekonomi) sehingga bergantung
pada impor. Jika krisis penyediaan menyangkut barang publik, seperti listrik dan
sembako, hal ini dapat membawa krisis kepercayaan publik kepada kemampuan
pemerintah menyediakan dan melindungi kebutuhan barang publik.

v) Menghindari Pengulangan Perbaikan Yang Gagal


Pemecahan yang semula dikira menuntaskan permasalahan, tanpa diduga kemudian
menimbulkan akibat buruk. Selanjutnya, dengan pemecahan akibat buruk itu
diharapkan semuanya menjadi tuntas. Namun, kenyataannya yang terjadi adalah
permasalahan semakin meluas dan memburuk karena akar permasalahan belum
ditangani. Misalnya, pemecahan bayar utang dengan membuat pinjaman baru
mengakibatkan ketagihan utang semakin mencandu. Pemecahan keiskinan dengan
bantuan sembako membawa akibat kemalasan yang akan memperparah kemiskinan.
Pemecahan kemacetan dengan membangun jalan baru mengakibatkan semakin
banyak pemakai beralih kejalan baru yang memperparah kemacetan. Pengelolaan
kebijakan yang berciri pemburukan masalah adalah dengan pemecahan sekaligus
terhadap akar masalah dan akibat buruk yang telah terjadi. Dalam masalah utang,
pemecahan dilakukan dengan pengelolaan kebijakan meningkatkan pendapatan dan
memotong tagihan meminjam. Dalam masalah kemiskinan, pemecahan dilakukan
dengan pengelolaan kebijakan peningkatan kemampuan bekerja untuk mandiri dan
melawan kemalasan. Dalam masalah kemacetan, pemecahan dengan pengelolaan
kebijakan peningkatan jumlah dan kenyaman pengakutan umum dan penambahan
jalan baru. Pada umumnya, pengulangan perbaikan yang gagal akan berlangsung
terus bila pengambil kebijakan tidak belajar dari kesalahan kebijakan dan
mempertahankan kebijakan yang salah.

vi) Menghindari Ketagihan Pemecahan Permukaan


Pemecahan permukaan yang jangka pendek kadang-kadang perlu dan tidak bisa
dihindarkan, tetapi sering terjadi kebutuhan pemecahan permukaan menjadi
kebiasaan, bahkan ketagihan. Misalnya, ketagihan pemerintah meminjam untuk
membayar utang atau membuat surat utang baru untuk membayar surat utang lama,
ketagihan daerah minta bantuan pemerintah pusat dalam zaman orba. Ketagihan itu
yang menghambat prakarsa pemerintah untuk meningkatkan penghasilan sendiri dan
memperlemah semangat daerah untuk mandiri. Pengelolaan kebijakan beciri
pemecahan permukaan adalah menghindari ketagihan pemecahan permukaan itu.
Caranya adalah menggerakan langkah pemecahan mendasar. Dalam perekonomian,
keteguhan dalam pengelolaan kebijakan akan meningkat ketahanan perekonomian
dalam negeri, sebab kerapuhan ekonomi dalam negerilah yang memaksa meminjam

13
dan membuat surat utang. Dalam pembangunan daerah, hal ini bisa dilakukan dengan
menuguhkan hati dalam pengelolaan kebijakan pelaksanaan otonomi daerah. Bila
kita melihat kebijakan tersebut ada dan sudah berjalan, tetapi belum menunjukan
hasil, maka itu berarti sesuatu yang belum ada. Adalah soal keteguhan hati para
pelaksana kebijakan untuk melaksanakan pemecahan mendasar yang umumnya sulit
dan berat.

vii) Menghindari Permainan Menang-Kalah


Dengan azas kebebasan, perbedaan sumber daya dan kemampuan diperhitungkan
dalam segala permainan kerja sama. Peraturan kerja sama hanya berdasarkan
perhitungan peran serta dalam kepemilikan. Ini menyebabkan perolehan masing-
masing pihak dicerminkan oleh peran serta dalam kepemilikan. Dalam peran serta
dan kepemilikan yang tidak berimbang, pihak yang kuat semakin kuat dan yang
lemah semaakin lemah. Hal ini terjadi dalam peraturan permainan antara pelaku,
kelompok, dan negara yang kuat disatu pihak dengan pelaku, kelompok dan negara
yang lemah dipihak yang lain. Contohnya, pada tingkat individu adalah pengaturan
pasar pebisnis besar (pasar swalayan besar) dan kecil (pasar tradisional), pada tingkat
kelompok adalah pengatursn kerja sama kelompok kepentingan besar dan kecil, dan
pada tingkat negara adalah peraturan perdagangan bebas dunia antara negara kaya
dan negara miskin. Pengelolaan kebijakan yang berciri permainan menang-kalah
adalah dengan menciptakan kerja sama sistemik yang baru mencapai tujuan bersama,
dimana sumber daya dan kemampuan yang berbeda diperlakukan sama sebagai
unsur-unsur yang saling membutuhkan dan saling mendukung dalam sistem. Dengan
penciptanaan peran serta dan kepemilikan yang lebih berimbang maka perolehan
masing-masing pihak lebih mencerminkan permainan menang untuk semua. Dalam
bisnis, misalnya pengelolaan kebijakan aliansi sistem produksi berdasarkan
penyatupaduan keunggulan yang dimiliki masing-masing pihak yang bermitra.
Dalam pembangunan daerah, misalnya pengelolaan kebijakan industri terpadu
berdasarkan penyatupaduan keunggulan sumber daya yang dimiliki masing-masing
daerah.

viii) Menghindari Perlombaan Menghancurkan


Maju kena mundur kena adalah keadaan tidak ada pilihan selain terus meningkatkan
saling mengancam untuk adu kekuatan. Proses percepatan adu kekuatan disini tanpa
batas dengan anggapan masing-masing pelaku selalu dapat memperbarui sumber
kekuatan untuk berlomba. Ini adalah pikiran persaingan pasar bebas dalam ekonomi
dan semangat tempur dalam pertarungan. Dalam kenyataannya, pada saat masing-
masing pelaku tidak dapat lagi memperbarui sumber kekuatannya karena sama-sama
merugi maka semua akan hancur. Misalnya persaingan saling menurunkan harga
sesama pebisnis jasa penerbangan, petarungan saling menguras tenaga, dan
perlombaan saling merusak dalam pertentangan antar kaum/daerah. Namun, apabila
hanya satu pelaku yang dapat memperbarui sumber kekuatan maka yang lainnya
akan hancur, kelompok bisnis yang tetap kuat dan menang bersaing mengambil alih

14
yang melemah dan kalah beersaing. Pengelolaan kebijakan berciri percepatan
pemburukan keadaan adalah membangun kesepakatan mencapai tujuan bersama.
Caranya membuat peredaan pertentangan, perundingan cara peredaan pertentangan,
kesepakatan tentang tujuan bersama, pemecahan cara mencapai tujuan bersama.
Dalam perekonomian melalui kesepakatan dalam pengelolaan kebijakan kerja sama
perekonomian. Dalam pertentangan antarkaum/daerah melalui kesepakatan dalam
pengelolaan kebijakan kerja sama antarkaum/daerh itu.

ix) Menghindari Kemunculan Kesulitan Bersama


Dalam keadaan keterbatasan ketersediaan sumber daya, setiap pelaku berlomba
untuk mengeruk sumber daya sebanyak-banyaknya. Pada waktu sumber daya
melimpah, setiap orang menangguk sumber daya dengan mudah. Semakin banyak
sumber daya yang dikeruk semakin tipis persediaan sumber daya. Pada waktu
ketersediaan sumber daya mulai menipis, settiap orang mulai kesulitan mengeruk
sumber daya. Kelakuan kesulitan bersama ini umumnya terjadi pada pengurasan
berlebihan terhadap sumber daya yang memiliki keterbatasan ketersediaan atau
membutuhkan waktu panjang untuk pemulihan, misalnya kesulitan bersama akibat
habisnya sumber daya hutan, sumber daya laut, dan lain-lain. Pengelolaan
kebijakanberciri kemuculan kesulitan bersama adalah dengan menemukan cara
menguras sumber daya yang tidak menimbulkan kehancuran dalam jangka panjang.
Caranya menerapkan pengelolaan kebijakan pengendalian pengurasan sumber daya
yang tepat sasaran,yaitu membuat setiap orang dapat menahan diri untuk menguras
sumber daya bagi keuntungan jangka pendek.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analisis kebijakan melalui permainan tiruan dinamika sistem akan berguna untuk
mengurai dan memahami masalah dunia nyata yang mengandung kerumitan,
perubahan cepat, dan ketidakpastian. Campur tangan dalam suatu permainan tiruan,
sistem dapat dilakukan secara fungsional maupun struktural. Hasil permainan
memberikan informasi tentang pandangan kedepan, menyangkut hasil dan dampak
suatu kebijakan terhadap sistem dalam jangka panjang. Pengelolaan kebijakan secara
sistemik adalah menemukan titik peka tertentu dalam sistem, sehingga sistem dapat
dikendalikan dan masalah dapat dipecahkan. Dalam pemecahan kerumitan masalah
secara sistemik, ada semilan hal yang perlu dihindari yang dapat menjadi pedoman
umum untuk pengelolaan kebijakan. Intinya pengelolaan kebijakan secara sistemik
adalah langkah-langkah keputusan yang bersifat pembaruan dan mendasar.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

16

Anda mungkin juga menyukai