Anda di halaman 1dari 10

A.

Pendahuluan
Trypanosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasite
Trypanosoma.

[1]

Trypanosoma termasuk klas kinetoplastida, yang merupakan grup dari

parasite protozoa yang uniseluler. Nama Trypanosoma berasal dari Bahasa Yunani trypano
(menggali) dan soma (tubuh) karenan gerakannya yang menyerupai corkscrew (melingkar
dan melubangi). [2]
Trypanosoma dapat menginfeksi berbagai host dan menyebabkan berbagai penyakit
termasuk sleeping sickness pada manusia. Ciri khas dari klas kinetoplastida adalah kompleks
protein yang dibutuhkan selama pembelahan sel, yaitu catenatated circles dan minicircles. [2]
Terdapat lebih dari 10 spesies Trypanosoma, namun hanya tiga spesies saja yang
merupakan pathogen pada manusia. Seperti T brucei subspecies rhodesiense dan T gambiense
yang menyebabkan penyakit tidur di Afrika (African sleeping sickness) dan T cruzi yang
menyebabkan Trypanosoma Amerika (penyakit Chagas). Penyakit ini menyebabkan sirkulasi
parasite yang persisten dalamdarah dan berbentuk hemoflagelata. [2]
Ada dua jenis trypanosomiasis Afrika yang masing-masing dinamakan berdasarkan
dimana penyakit itu ditemukan. Trypanosomiasis Afrika Timur disebabkan oleh parasite
Trypanosoma brucei rhodesiense dengan vektornya yaitu lalat tsetse. Sedangkan
Trypanosomiasis Afrika Barat disebut penyakit tidur Gambia (Gambian sleeping sickness)
yang disebabkan oleh parasit Trypanosoma brucei gambiense dengan vektornya yaitu lalat
tsetse. Setipa tahun terdapat ratusan kasus yang dilaporkan ke WHO. [3,4,5]
Penyakit Trypanosoma Amerika (Chagas disease) ditularkan pada hewan dan
manusia melalui vector serangga yang ditemukan anya berada di Amerika, terutama di daerah
pedesaan Amerika Latin dengan kemiskinan penduduk yang tersebar luas). [1,6,7]
B. Definisi
Trypanosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasite
Trypanosoma. Terdapat tiga spesies yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia, yaitu
Trypanosoma brucei rhodisense, Trypanosoma brucei gambiense, dan Trypanosoma cruzi. [1]
Penyakit yang ditimbulkan oleh T.b.rhodeisense dan T.b.gambiense disebut
Trypanosomiasis Afrika (African Trypanosomiasis sleeping sickness). Sedangkan penyakit
yang disebabkan oleh T.cruzi disebut Tryanosomiasis Amerika (Chagas disease).[1]

C. Etiologi
1

Trypanosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi dari parasite


Trypanosoma. Terdapat tiga jenis spesies dari Trypanosoma yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia, yaitu

Trypanosoma brucei rhodeisense, Trypanosoma brucei

gambiense, dan Trypanosoma cruzi.[1]


Trypanosomiasis Afrika atau sleeping sickeness disease

disebabkan oleh spesies

Tryanosoma brucei. T.brucei ini terdiri dari 2 jenis, yaitu T.b.rhodeisense dan T.b.gambiense
yang merupakan protozoa berflagella yang hidup dalam darah. Lalat tsetse baik jantan
maupun betina merupakan vector parasite ini, terutama Glossina palpalis. Lalat ini banyak
ditemukan di sepanjang tepi sungai yang mengalir di bagian tengah dan barat Afrika.[8]
Trypanosomiasis Amerika atau Chagas disease disebabkan oleh Trypanosoma cruzi.
Yang merupakan vector utama parasite ini adalah Triatoma infestans, Triatoma sordida,
Panstrongylus megistus, dan Rhodnius prolixus. Penularan parasite ke host terjadi melalui
kontaminasi tinja sesudah berlangsungnya reproduksi siklik selama 8 sampai 20 hari di dalam
usus serangga. Pada saat vector menggigit host, maka vector tersebut juga membuang kotoran
dan mengotori luka gigitan sehingga mengkontaminasi host. [8]
D. Epidemiologi
Pada sleeping sickness di Afrika, ditularkan melalui gigitan lalat tsetse. Lalat tsetse
biasanya berada di daerah pedesaan, hutan, dan semak-semak yang banyak di daerah savanna
Afrika Timur. Sedangkan lalat tsetse yang berada di Afrika Barat hidup di daerah hutan dan
vegetasi di sepanjang sungai. Lalat tsetse ini biasanya menggigit pada siang hari dan lalat
jantan maupun betina sama-sama dapat menularkan penyakit.[3]
Penyakit yang disebabkan oleh Trypanosoma brucei rhodensiense sering terjadi.
T.b.rhodesiense ditemukan di daerah Afrika Timur dan Tenggara. Setiap tahun WHO
mendapatkan ratusan laporan kasus. Lebih dari 95% kasus yang menginfeksi manusia terjadi
di Tanzania, Uganda, Malawi, dan Zambia. Infeksi pada wisatawan internasional jarang
terjadi. Di Amerika Serikat, didiagnosis rata-rata terjadi satu kasus pertahun. Sebagian besar
dari kasus sleeping sickness yang terjadi di Amerika disebabkan oleh wisatawan yang
bepergian ke Afrika Timur. [1,3,4,6]
Untuk hospes perantara T.b.gambiense yaitu lalat Glossina palpalis yang terdapat di
daerah dataran rendah dengan hutan yang lembab dengan keadaannya lembab di Afrika
Tengah dan Barat. Sebagian sleeping sickenss di Afrika disebabkan dalam bentuk. Leih dari
95% infeksi pada manusia ditemukan di Republik Demokratik Kongo, Angola, Sudan,
Republik Afrika Tengah, Chad, dan Uganda bagian utara. Manusia merupakan reservoir
2

penting dari infeksi, walaupun parasite kadang-kadang ditemukan pada hewan seperti babi,
anjing, dan kambing.[3,4]
Untuk hospes perantara T.cruzi yaitu Triatoma infestans, Rhodinius prolixus dan
Panstrongylus mengistus yang hidup di celah-celah dinding rumah yang terbuat dari papan
maupun batu. Penyakit Chagas endemic terjadi di sebagian besar daerah Amerika Tengah dan
Amerika Selatan. Diperkirakan delapan juta orang sudah terinfeksi.[6] Menurut PAHO, Negara
yang sering penduduknya terinfeksi Chagas disease yaitu Bolivia (6,8%), Argentina (4,1%),
El Salvador (3,4%), Honduras (3,1%), Paraguay (2,5%), Guatemala (2%), Ekuador (1,7%),
Venezuela (1,2%), Brazil (1%), dan Meksiko (1%). [4]
E. Patogenesis
Daur Hidup Trypanosoma
Trypanosoma brucei rhodeisense dan Trypanosoma brucei gambiense
Hospes dari parasite ini adalah manusia. Hospes reservoar T.b.rhodeisnese adalah
biantang liar seperti antilop, sedangkan hospes reservoar T.b.gambiense adalah binatang
peliharaan seperti sapi, babi, dan kambing. Lalat Glossina merupakan hospes perantara.[1]
Dalam tubuh lalat Glossina, stadium tripomazigot yang terhisap dengan darah
berkembang biak di dalam usus secara belah pasang longitudinal. Setelah itu akan bermigrasi
ke kelenjar ludah. Kemudian parasite akan berubah ke stadium epimastigot, dan kemudian
berkembang biak lagi menjadi stadium tripomastigot matasiklik untuk ditularkan ke manusia.
Pada manusia, kedua spesies ini berada dalam stadium tripomastigot yang hidup dalam darah.
Stadium tripomazigot hidup secara ekstraseluler dalam darah, limpa, kelenjar limfe, dan otak.
Biasanya T.b.gambiense pada lalat akan menjadi infektif setelah 20 hari, sedangkan
T.b.rhodeisense pada lalat akan infektif setelah 14 hari. [1]
Trypanosoma cruzi
Hospes dari parasite ini ialah manusia dan yang menjadi hospes resevoarnya adalah
binatang peliharaa seperti kucing dan anjing. Sedangkan hospes perantaranya adalah
Triatoma. [1]
Ketika Triatoma

menggigit manusida untuk dihisap darahnya, Triatoma juga

mengeluarkan tinjanya yang mengandung bentuk infektif. Gigitan dari Triatoma ini akan
terasa gatal sehingga manusia akan menggaruk di daerah gigitan yang menyebabkan parasit
masuk ke dalam luka dan terjadi infeksi.[1,3,6]
Dalam tubuh manusia, parasite ini ditemukan dalam dua stadium, yaitu stadium
tripomastigot dan amastigot. Stadium tripomastigot hidup secara ekstraseluler dalam darah
dan tidak berkembang biak. Sedangkan stadium amastigot terdapat di intrasleluer dalam
3

reticulum endoplasma limpa, hati, kelenjar limfe, sumsum tulang, sel otot jantung, sel otak,
dan berkembang biak secara belah pasang longitudinal. Setelah RE penuh oleh
perkembangbiakan dari parasite tersebut, maka sel RE akan pecah dan stadium amastigot
berubah menjadi stadium epimastigot, kemudian menjadi stadium tripomastigot yang akan
masuk lagi ke dalam darah.Setelah itu Triatoma yang menghisap darah manusia yang
terinfeksi, stadium tripomastigot dan amastigot berubah menjadi stadium epimastigot dalam
ususnya dan kemudian berkembang biak dan bermigrasi ke hidgut kemudian berubah
menjadi stadium tripomastigot metasiklik yang merupakan bentuk infektif. Siklus ini
berlangsung selama 10 hari.[1]
Patogenesis Trypaosomiasis Afrika

Di dalam tubuh host, parasite akan berubah menjadi tripomastigot yang beredar di
dalam pembuluh darah. Kemudia dibawa ke seluruh tubuh dan akan sampai ke cairan tubuh
lainnya (limfe dan cairan spinal) dan mengalami replikasi dengan binary fisiion. Jika
tripomastigot ini masuk ke dalam tubuh lalat tsetse, maka akan tejadi peruabahan lagi
menjadi prosiklik tripomastigot di dalam midgut dari lalat tsetse tersebut. Setelah itu mereka
akan berkembang biak lagi dengan cara binary fission, kemudian meninggalkan midgut,
berubah menjadi epimastigot dan menuju kelenjar ludah kemudian berkembang biak lagi.[2]
4

Setelah digigit lalat tsetse yang terinfeksi, maka timbul lesi inflamasi. Reaksi di kulit
ini bisa menimbulkan rasa sakit dan berwarna kemerahan. Kemudian parasite ini akan
menuju ke saluran limfe dan pembuluh darah yang akan menyebabkan terjadinya demam.
Pada stadium 1 akan terjadi limfadenopati dan splenomegaly, terjadi proliferasi limfosit dan
histiosit yang akan memicu diproduksinya IgM. Sedangkan pada stadium 2 melibatkan
system saraf pusat, yang nantinya saat pemeriksaan akan didapatkan peningkatan tekanan
cairan serebrospinal, konsentrasi total protein, dan pleositosis.[2]

STADIUM 1 [2]
Demam terjadi karena terdapat distribusi parasite di dalam aliran darah dan
aliran limfe. Demam terjadi akibat adanya pirogen eksogen seperti zat toksik
dari Trypanosoma, sehingga terjadi stimulasi dari pproliferasi limfosit selama
terjadi respon imun. Selain itu akan dihasilan juga beberapa sitokin seperti
IL1, IL5, dan TNF. Hal ini yang akan memicu hipotalamaus untuk
meningkatkan ambang batasnya ke ambang febris.
Pruritus dan rash makulopapular timbul akibat parasite yang mengikuti aliran
darah dan aliran limfe. Hal ini akan mengakibatkan reaksi dari pembuluh
darah untuk menghasilkan beberapa mediator. Rash timbul akibat adanya
proses vasodilatasi, sedangkan pruritus timbul akibat diproduksinya histamine.
Hepatosplenomegali terjadi karena sel-sel fagositik pada hepar dan spleen
sebagai system RES teraktifasi, sel-sel tersebut meruakan system monositmakrofag yang fungsi utamanya untuk menelan atau menghancurkan benda
asing yang masuk ke dalam tubuh. Maka akibat pertahanan dalam melawan
benda asing tersebut, akan terjadi hepatomegaly dan atau splenomegaly.
Tanda winterbottom merupakan bentuk reaksi pembesaran kelenjar limfe di
sepanjang leher bagian belakang. Hal ini disebabkan oleh perjalanan
Trypanosoma yang mengikuti aliran limfe yang pada akhirnya menimbulkan
proses peradangan di daerah tersebut.

STADIUM 2 [2]
Pada stadium ini parasite yang terdapat di dalam aliran darah akan menginvasi system
saraf pusat yang ditandai dengan perubahan neurologis secara perlahan. Perubahan
neurologis dimulai dari munculnya somnolens, serta diikuti oleh tanda-tanda
ekstrapiramidal. Hal ini disebabkan oleh adanya Trypanosoma perivascular yang
disertai dengan infiltrasi sel mononuclear.
Selain itu, stadium ini juga disebut sebagai stadium meningosefalitis karena selain
terjadinya gangguan saraf sensoris dan motoris, terjadi juga proses demyelinisasi otak
5

yang mengakibatkan kelemahan akibat gangguan pada saraf tersebut. Proses


demielinisasi akan menyebabkan hantaran impuls terganggu. Demielinisasi diduga
akibat toksin dari Trypanosoma tersebut.
Patogenesis Trypanosomiasis Amerika
T.cruzi ditransmisikan oleh mamalia sebagai hostnya. Serangga terinfeksi dengan cara
menghisap darah dari hewan atau manusia yang memiliki parasite dalam sirkulasi darahnya.
Organisme yang terhisap menjadi berlipat ganda di dalam pencernaan triatomine, dan bentuk
infektif yang terdapat dalam feses pada saat menghisap darah. Transmisi juga dapat terjadi
saat triatomine merusak kulit, membrane mukosa sehingga terkontaminasi dengan kotoran
serangga yang mengandung parasite infektif.[2]

STADIUM AKUT [2]


Chagoma merupakan lesi inflamasi yang mengalami indurasi yang timbul
pada tempat gigitan serangga. Lesi ini berbentuk seperti furunkel yang disertai
proses limfadenopati local. Proses ini terjadi karena adanya parasite dalam
darah yang merangsang reaksi kerja dari leukosit. Kemudian terjadi edema
local, infiltrasi limfosit, dan hyperplasia reaktif dari kelenjar getah bening.
Romanas sign merupakan tanda klasik dari edema yang terjadi di palpebra
dan jaringan poeriokular, unilateral, dan tidak nyeri. Proses yang terjadi adalah
infiltrasi dari sel leukosit dan limfosit yang menginvasi konjungtiva sehingga
terbentuk proses radang. Pada pembuluh darah akan terjadi vasodilatasi dan
peningkatan aliran darah ke daerah yang mengalami inflamasi dan
mengakibatkan rasa panas dan merah. Hepatosplenomegali juga terjadi karena
sel-sel fagositik sebagai sitem RES teraktifasi, sel-sel tersebut merupakan
system monosit-makrofag yang fungi utamanya adalah menghancurkan benda
asing.

STADIUM KRONIK
Gangguan jantung terjadi karena jantung merupakan saah satu predileksi dan
infeksi ini. Pada gangguan ini dapat terjadi penipisan dinding ventrikel,
pelebaran biventrikuar, takikardi, aritmia, CHF, dan miokarditis. Hal ini terjadi
karena penyebaran parasite melalui aliran darah dan aliran limfe sehingga
menginvasi miokard, dan terjadi infiltrasi limfositik, fibrosis interstitial yang
difuse dan atrofi dari sel-sel miokard. Hal ini mengakibatkan gangguan dalam

sistm konduksi jantung yang memengaruhi RBB dan LBB dari bundle of HIS
dan terjadilah takikardi yang lama-kelamaan menjadi aritmia.
Megaesofagus dan megakolon terjadi akibat adanya infiltrasi limfositik di
daerah esophagus dan kolon. Selai itu perubahan ukuran dari esophagus dan
kolon diduga karena adanya sejumlah pleksus mienterikus yang berkurang
pada dinding esophagus dan kolon.

F. Diagnosis
Trypanosomiasi Afrika
Diagnosis

African

Trypanosomiasis

dapat

dilakukan

dengan

pemeriksaan

laboratorium. Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan parasite: 1) Secara langsung di


dalam darah, 2) Dalam biopsy atau pungsi sumsum tulang, 3) Secara imunologi dengan zat
anti fluoresen. Parasit T.b.rhodeisense dapat ditemukan mudah dalam darah. Parasit tersebut
juga mudah ditemukan di simpul cairan getah bening. Pengujian serologi tidak tersedia secara
luas dan tidak bisa digunakan dalam menegakkan diagnosis karena deteksi parasite melalui
mikroskop

sangat

mudah.

Sedangkan

untuk

mendiagnosis

infeksi

T.b.gambiense

menggunakan pemeriksaan mikroskopis dari aspirasi kelenjar getah bening karena sangat
sulit untuk menemukan T.b.gambiense dalam darah.[3,4]
Semua pasien yang terdiagnosis trypanosomiasis Afrika selanjutnya harus melakukan
pemeriksaan cairan serebrospinal untuk menentukan apakah ada keterlibatan dari system
saraf pusat, karena menentukan dalam pemilihan obat sesuai dengan stadium nantinya. Sesuai
dengan kriteria dari WHO, untuk keterlibatan system saraf pusat meliputi peningkatan protein
dalam cairan serebrospinal dan jumlah leukosit yang lebih dari 5.[3]
Trypanosomiasi Amerika
Pada diagnosis Chagas disease yang akut dapat dilakukan melalui pemeriksaan
mikroskopis dengan cara pengamatan parasite pada hapusan darah. Hapusan darah tebal dan
tipis dibuat dan diwarnai untuk visualisasi parasite. Namun hapusan darah dapat berhasil baik
hanya saat infeksi parasite beredar dalam darah. Bila pemeriksaan tersebut tidak berhasil,
inokulasi tikus, kultur darah pada media khusus, atau xenodiagnoses dapat dilakukan. Penting
untuk melakukan diagnosis ini, karena terapi awal pada penyakit Chagas akut sangat penting
untuk infeksi T.cruzi pada temuan negative dengan preparat basahdan hapusan harus dilihat

pada kodisi klinis dan latar belakang epidemiologi sebelum hasil pada metode tidk langsung
ini mucul.[2,6]
Diagnosis chronic Chagas disease ditegakkan setelah mempertimbangkan temuan
klinis pada pasien, dan juga kemungkinannya terkena infeksi. Diagnosis umumnya didapat
dengan cara melakukan setidaknya dua tes serologi yang berbeda. Diagnosa penyakit Chagas
kronik ditegakkan dengan mendeteksi antibody yang mengikatantigen T.cruzi.[2,6]

G. Penatalaksanaan
Trypanosomiasis Afrika
Pengobatan antitrypanosomal diindikasikan bagi semua orang yang didiagnosis
trypanosomiasis Afrika. Terpainya juga ada berbagai pilihan, tergantung pada subspesis
parasite yang menginfeksi maupun stadium dari penyakit tersebut. Obat-obat lini pertama
yang diberikan ke pasien iasanya sangat efektif.[3]
Pentamidin diberikan melalui infus intravena selama 2 jam atau dengan menggunakan
injeksi intramuscular, digunakan untuk mengobati infeksi parasite T.b.gambiense stadium 1.
Dosis untuk anak-anak dan dewasa adalah 4mg/kgBB per hari dan diberika selama 10 hari.
Biasanya hal ini ditoleransi oleh tubuh dengan baik, tetapi obat ini dapat menimbukan efek
samping seperti hipoglikemia, diare, mual, dan muntah.[2,3]
Suramin digunakan untuk mengobati infeksi parasite T.b.rhodaisense stadium 1.
Dosisnya adalah 100-200mg dengan pemberian secara intravena. Suramin juga efektif
terhadap parasite T.b.gambiense, namun tidak sering digunakan karena akan menimbulkan
efek samping yang berat pada orang-orang yang koinfeksi dengan Onchocerca volvulus.
Reaksi negative pada pemberian suramin sering terjadi, namun biasanya ringan dan
reversible. Tetapi dalam beberapa kasus, suramin juga dapat menyebabkan reaksi
hipersensitivitas, maka ari itu dosis kecil biasanya diberikan sebelum pemberian dosis penuh.
[2,3]

Untuk standar terapi yang digunakan untuk stadium 2 adalah Melarsoprol dengan
dosis 2,2mg/kgBB pemberian melalui intravena selama 10 hari. Bisa juga menggunakan
Eflornithine dengan dosis 50mg/kgBB pemberian melalui intravena setiap 6 jam sekali dan
diberikan selama 14 hari. Melarprosol merupakan pilihan utama untuk Trypanosomiasis
Afrika khususnya stadium 2.[2]
8

Trypanosomiasis Amerika
Terapi untuk peyakit Chagas kurang bagus. Nifurtimox adalah obat satu-satunya yang
secara aktif melawan T.cruzi. Pada penyakit Chagas akut, Nifurtimox mengurangi durasi
gejala parasitemia dan menurunkan angka kematian. Namun, efikasi Nifurtimox dalam
mengeradikasi parasite tersebut rendah. Maka dari itu, pemberian Nifurtimox harus dimulai
sedini mungkin pada penyakit Chagas akut. Dosis harian yang dianjurkan adalah 810mg/kgBB pada orang dewasa, 12,5-15mg/kgBB pada remaja, dan 15-20mg/kgBB pada
anak-anak. Obat diberikan secara peoral dalam empat dosis terpisah dan diberikan selama 90120 hari.[2]
Efek samping Nifurtimox yang sering muncul adalah nyeri abdomen, anoreksia, mual,
muntah, dan penurunan berat badan. Pada reaksi neurologis, obat ini dapat mengakibatkan
susah tidur, disorientasi, insomnia, paresthesia, dan kejang. Gejala ini akan hilang bila dosis
terapi dikurangi atau terapi dihentikan.[2]
Benznidazole merupakan pilihan kedua untuk digunakan sebagai terapi penyakit
Chagas. Namun obat ini memiliki efek samping seperti neuropati perifer, rash, dan
granulositopenia. Dosis yang dianjurkan adalah 5mg/kgBB pemberian melalui peroral
diberikan selama 60 hari.[2]
H. Penutup
Trypanosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasite
Trypanosoma, oleh tiga spesiesnya yaitu Trypanosoma brucei rhodeisense, Trypanosoma
brucei gambiense, dan Trypanosoma cruzi. Terdapat peran hospes (manusia), hospes
reservoar dan juga vector perantara. Gejala klinis yang ditimbulkan sesuai dengan spesies
yang menyebabkan infeksi, dan untuk menegakkan diagnosisnya maka diperlukan
pemeriksaan laboratorium dengan menemukan parasite di dalam darah. Pada penatalaksanaan
disesuaikan berdasarkan tahap penyakit dan stadium infeksi.
I. Perujukan
1. Sutanto I., Ismid I S., Sjarifuddin, P K., Sungkar S. 2008. Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran. Jakarta: Penerbit FK UI.
2. Sudoyo, A. W., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jilid 3. Jakarta:
InternaPublishing.
3. Centers for Disease Control and Prevention. 2012. Parasites African
Trypanosomiasis

(also

known

as

Sleeping

sickness).

Available

at

http://www.cdc.gov/parasites/sleepingsickness/
9

4. World Health Organizaation. 2014. Trypanosomiasis, human African (sleeping


sickness). Available at http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs259/en/
5. Malvy D, Chappuis F. 2011. Sleeping sickness. European Society of Clinical
Microbiology and Infectious Disease. Available at
6. Centers for Disease Control and Prevention. 2013. Parasites American
Trypanosomiasis (also known as Chagas disease). Available at
7. World Health Organization. 2014. Chagas disease (American trypanosomiasis).
Available at
8. Rasidi, Rochida dan Muljono, Rusli. 2008. Parasitologi Kedokteran edisi
Keempat. Jakarta: FK UI.

10

Anda mungkin juga menyukai